Keluar kamu pak sidik...!
Pak sidik yang bersantai di dalam rumah pun merasa heran mengapa banyak warga di depan rumahnya.
"Ada apa yah? Mengapa semua warga nampak seperti marah pada saya, seruh pak sidik."
Ibu dewi, istri pak sidik pun yang tengah menyiapkan hidangan makan siang di dapur pun ikut kaget mendengar warga yang sudah mengepung rumahnya.
" ayah ada apa ini? Kamu tunggu sebentar di sini saya kedepan, ibu ikut yah." seruh ibu dewi ngotot.
"Ini nih pelakunya bapak-bapak, iya... Betul pak sidik lah yang mengambil semua hasil panen kami, jika pak sidik tidak mengembalikan semuanya maka jangan salahkan kami jika kami berbuat kasar."
Dengan suara lantang warga meneriaki pak sidik tampa rasa kasihan dan ibah sedikit pun dari mereka.
"maaf bapak-bapak tapi saya tidak paham maksud kalian saya tidak mengambil sepeser pun hasil panen kalian." seruh pak sidik membela diri.
" Alla... tidak usah pura-pura tidak tau." jawab pak dewa dengan ketus.
"Mana ada maling ngaku maling, kita seret saja ke kantor polisi, jangan, jangan bawa suami saya kekantor polisi berikan suami saya kesempatan untuk membuktikan kalo bukan suami saya yang menculik." ucap ibu dewi.
"Tidak ada lagi yang perlu dijelaskan bu dewi, sumuanya sudah jelas, semua bukti sudah terkumpulkan." seru pak dewa yang menambahkan.
"Tidak, saya berani bersumpah bukan saya yang mengambil hasil panen kalian, saya tidak mungkin memberikan makanan haram pada keluarga saya, saya memang miskin tapi saya tidak perna mencuri." ucap pak sidik.
Namun apapun yang keluar dari mulut keduanya tak mampu meredakan amarah para warga.
"Kami kesini tidak mau mendengarkan ceramah dari kamu pak sidik, kami kesini mau mengambil semua hak kami yang sudah kamu culik. Cepat kembalikan semuanya sidik!!!" seruh warga menggertak.
" Apa yang harus saya kembalikan sementara saya tidak mengambil hasil panen kalian." ucap pak sidik lagi.
"Aaaa seret..." teriak warga.
Mereka pun menyeret pak sidik dengan paksa, hingga sampai di kantor polisi. Di kantor polisi pak sidik pun tak bisa mengelak semua bukti tertuju padanya, entah siapa yang melakukan semua ini, namun pak sidik hanya pasrah pada sang maha kuasa, pak sidik hanya bisa berharap semuanya bisa terbalaskan.
Tangis ibu dewi pun tak bisa terbendung lagi melihat sang suami yang begitu ia cintai berada dalam sangkar besi dengan kesalahan yang tak perna ia lakukan.
"Ma maafkan ayah, ayah tidak bisa lagi melindungi kalian ayah tidak bisa lagi mencari nafkah untuk kalian, tidak papa mama janji akan mengeluarkan ayah dari sini, ini bukan salah ayah." seru ibu dewi pada sang suami.
" Percuma ma, tidak ada lagi yang bisa kita lakukan, semua bukti tertuju pada ayah, kita tidak bisa apa-apa, ayah pasrah, ayah iklas menjalankan ini semua." ucap pak sidik dengan air mata yang bercucuran di pipinya.
"Ma aku titip putri anak kita yah, kamu jaga dan rawat ia, sekolahkan dia setinggi-tingginya hingga ia tak mendapat hinaan seperti ayah sekarang ini. Ia yah, mama janji apapun yang mama akan lakukan untuk putri, putri akan terus melanjutkan sekolahnya, mama akan buktikan pada dunia yah." ucap ibu dewi dengan tegas.
"Terima kasih mah, ayah lega sekali dengarnya, lakukan yang terbaik untuk anak kita yah! Sekarang mama pulang putri pasti sudah pulang sekolah, dia pasti mencari mama sekarang. ayah baik-baik yaa disini mama akan sering-sering datang menjenguk ayah."
Rasanya begitu berat ibu dewi meninggalkan pak sidik, namun ia harus belajar kuat dan belajar menerima semuanya yang tak sesuai dengan keinginan, ibu dewi sama sekali tak perna menyangka jika ia harus ditimpa masalah sebesar ini, tak sanggup rasanya ia memikul beban ini semua.
"Ayah, mama pamit, hati-hati ucap pak sidik." perlahan ibu dewi melepaskan genggaman tangan sang suami, diiringi dengan membalikkan badannya hingga berjalan menuju pintu keluar. ibu dewi pun semakin jauh dari pandangan pak sedik.
"Assalamualaikum, mama... Ayah.. Kemana yah mereka biasanya jam segini sudah dirumah? Apa belum pulang yah?"
Putri yang sudah pulang sekolah mencari titik keberadaan orang tuanya namun tak kunjung ia dapat, dalam pikiran putri mungkin orang tuanya belum pulang dari ladang sehingga ia memilih untuk mandi dan shalat dzuhur terlebih dahulu.
Ibu dewi yang tiba dirumah dengan badan yang lesu dengan mata yang sembab, putri yang baru saja menunaikan ibadah shalatnya pun terkejut melihat kondisi mamanya.
"Astagfirullah mama, ada apa ma? Putri, ayah kamu nak, ada apa dengan ayah ma? Ayah kamu dipenjara nak dia difitnah mencuri hasil ladang warga nak."
Entah petir apa yang menjatuhi putri, perasaan putri sekarang benar-benar sakit bagaikan terkena hempasan petir, sakit sekali rasanya.
"Ma siapa yang tega melakukan ini semua, ayah tidak mungkin melakukan hal seperti itu kan ma? Tidak sayang ayah kamu orangnya jujur dia tidak akan mencuri."
Putri menenangkan mamanya dengan memeluknya berharap mamanya bisa lebih tenang.
"Mama tunggu sebentar yah, putri bikinkan teh hangat dulu, iya sayang."
Dengan segera putri kedapur untuk membuatkan teh hangat untuk mamanya, sejujurnya hati putri benar-benar hancur saat ini, namun melihat kondisi mamanya, putri tak boleh lemah putri harus kuat demi mamanya.
"Ma diminum dulu tehnya ma, supaya lebih tenang. makasih sayang, mama yang sabar yah putri yakin Allah pasti akan membantu kita menemukan jalan keluarnya, karena putri yakin kalo ayah itu tidak bersalah, iya nak mama benar-benar tidak paham lagi mengapa warga tega melakukan ini pada ayahmu nak, padahal selama ini kita selalu bantu warga untuk setiap kesusahannya tapi, apa yang ayahmu dapat."
"Mama yang sabar putri yakin semua akan terbalaskan, ohiya mama belum makan kan? Putri buatkan makanan yah."
"Hmmm." ibu dewi hanya menganggukkan kepalanya saja dan menjawab seadanya pada putri, entah bagaimana perasaan ibu dewi sama sekali tak bisa di gambarkan atau dilontarkan dengan kata-kata, hatinya benar-benar sakit melihat sang suami berada di dalam penjara tampa kesalahan yang tak perna ia lakukan sama sekali.
"Aku harus membuat makanan yang paling enak untuk mama, akan aku usahakan supaya mama kembali tersenyum, Ya Allah izinkan putri menjadi anak yang sukses kelak nanti, izinkan putri mencapai cita-citanya putri, putri harus menjadi cahaya dalam kegelapan kedua orang tuaku. Amiiin."
Putri termasuk anak yang sholeh dan penurut ia tak pernah membantah orang tuanya, selama ini putri menyaksikan sendiri bagaimana kedua orang tuanya mencari nafkah untuknya, rasa kasihan pun terbesik dalam hati putri, ia selalu berdoa jika kelak nanti ia bisa membahagiakan orang tuanya.
Hai semuanya, ini adalah karya pertama saya, saya berharap kalian suka yah mohon di komen sekecil apapun keganjalan dihati para pembaca😊🥰
Jangan lupa like, kome, yah teman-teman
semoga kalian suka🥰
terima kasih..!!😊🥰
"Mama makan dulu yah, mama tidak bisa makan put, mah sedikit saja kalo mama tidak makan mama tidak punya tenaga, mama bisa sakit. Mama mau sakit terus ayah kepikiran disana ayah pasti bakal sedih banget kalo tau mama sakit, makan yah mah sesikit saja, mau yah, terima kasih yah nak sekarang ini kamulah satu-satunya penyemangat mama."
Walaupun kesusahan putri membujuk ibu dewi untuk makan yang akhirnya membuahkan hasil.
"Ma, mama istirahat dikamar yah, tapi put ayah kamu.?" ucap ibu dewi dengan penuh kekhawatiran.
"Ayah pasti baik-baik saja disana, mama jangan memikirkan hal-hal negatif yah, besok kita jenguk ayah yah kebetulan putri besok libur sekolah." Ucap putri berniat mengembalikan mood mamanya.
"Iya besok kita jenguk ayah kamu yah, iya mah tapi hari ini mama harus istirahat yang cukup yah, iya sayang jawab ibu dewi dengan senyum bahagia yang terpancar diwajarnya.
Putri membantu mamanya masuk kekamar hingga membaringkannya ke kasur. "Ma putri tinggal yah mau beres dapur dulu, tadi belum sempat putri beresin, iya nak." jawab ibu dewi dengan nada yang pelan.
sambil beberes di dapur putri terus saja bertanya-tanya apa ia ayahnya melakukan hal seburuk itu? Tapi putri sangat mengenal ayahnya, putri percaya kalo ayahnya tidak akan melakukan hal seperti itu. Atau ada yang memfitnah ayah, tapi siapa entahlah putri semakin bingung memecahkan teka-teki yang yang menimpa ayahnya.
"Siapa yah yang tega memfitnah ayah? Benar-benar jahat itu orang, liat saja sampai putri tau pelaku yang sesungguhnya putri akan menyeret dia dipenjara."
Putri begitu marah, hampir saja amarahnya tak bisa dikendalikan gelas yang ia genggam hampir ia lemparkan kelantai.
"Astagfirulllah, hampir saja pecah."
sambil membereskan rumah putri terus saja istigfar agar ia tak lepasan lagi seperti tadi.
Tak terasa jam berputar begitu cepat hingga tak terasa malam pun tiba.
Putri dan ibu dewi melaksanakan shalat magrib berjamaah dengan khusyuk, selepas shalat keduanya berdoa dengan tenang hingga air mata mereka hadir mengiringi doanya yang mereka lantungkan.
Seusai shalat putri dan ibu dewi membaca Al-quran sambil menunggu waktu shalat isya, setelah sholat isya keduanya kedapur kembali untuk menyiapkan makan malam.
"Putri malam ini kita pake lauk telur ceplok kecap aja yah, iya mah, putri keluar belli telurnya di warung bentar yah, iya nak hati-hati yah, iya mah.
Putri pun keluar menuju warung ibu ita, sampai di sana putri tak sengaja bertemu dengan sekumpulan ibu-ibu, yang pas banget lagi ngomongin soal ayah putri yang masuk penjara karena mencuri, tak sengaja putri mendengar pembicaraan mereka.
"Eh nak putri, iya bu, mau belanja yah? Iya bu mau belli telur, ohm kamu belli telur bukan uang pemberian ayah kamu kan itu haram loh."
Putri memilih pergi dan tak menanggapi perkataan ibu-ibunya, sakit sekali rasanya mendengar orang tuanya mendapat hinaan dari warga setempat, tetapi karena putri pada dasarnya anak yang sabar dan tangguh, jadi ia berusaha menahan emosi yang sudah meluap-meluap itu.
"Assalamualaikum mama, Waalaikumsalam put, ini mah telurnya, putri bantu apa nih, tolong iris bawang merahnya dong! baik mah."
Putri dan mamanya begitu menikmati kebersamaannya walaupun ada yang kurang.
"Jadi deh, mah kita makan yuk, iya sayang."
Putri begitu antusias menyiapkan hidangan untuk makan malamnya di meja makan, semua hidangan telah tersedia, saatnya putri dan ibu dewi menikmati hidangannya.
"Mah kita makan yuk, putri lapar nih, iya sayang, em.. enak banget mah, kamu suka? Suka banget mah, syukurlah habiskan semua yah jangan sisakan untuk pagi nanti basi, siap mah." Ucap putri dengan antusiasnya.
Bangga rasanya ibu dewi melihat putri begitu bahagia sekali dan menikmati makanannya walaupun sederhana tapi putri sangat suka pada makanannya.
Walaupun saat ini ibu dewi rasanya tidak berselera, ibu dewi terus saja mengkhawatirkan pak sidik yang sedang berada di pagar besi itu.
Putri yang memerhatikan mamanya menghentikan makannya.
"mah kenapa? kok tidak di makan, mama lagi memikirkan ayahmu nak, mama rindu sama ayahmu, sedang apa yah dia sekarang? Mah ayah pasti baik-baik saja disana, mama jangan sedih yah, kalo mama sedih ayah pasti akan lebih sedih juga, jadi mama harus kuat supaya ayah juga kuat disana, kamu benar put mama tidak boleh lemah, kalo begitu mama makan dong, iya sayang." jawab ibu dewi yang diiringi dengan senyum lebarnya.
Akhirnya makan malam pun selesai, setelah makan putri dan ibu dewi istirahat dikamar masing-masing.
Waktu berjalan begitu cepat hingga tak terasa, kini adzan subuh pun telah berkomandan, ibu dewi bangun lebih awal untuk menunaikan shalat subuh, ibu dewi begitu khusyuk dalam menjalankan ibadahnya, seusai shalat ibu dewi melanjutkan dengan doa hingga tak terasa air mata ibu dewi keluar membasahi pipinya.
Putri yang melihat ibunya dari pintu kamar pun seakan-akan merasakan sakitnya seperti yang ibu dewi rasakan, putri pun berharap suatu saat nanti ia bisa menjadi anak yang membanggakan bisa menjadi anak sukses.
Karena tak kuasa melihat tangisan ibunya, putri pun kembali kekamar sampai dikamar tangis putri pun pecah, hati putri begitu lembut ia tak bisa melihat orang lain menangis apalagi itu adalah ibunya sendiri.
Tok tok tok " Putri bangun nak! kamu tidak lupa kan jenguk ayah hari ini?
Putri yang mendengar suara ibunya, seketika kaget, putri ketiduran dari subuh tidurnya begitu nyenyak karena sudah menangis.
"Astagfirullah jam berapa ini? Iya mah..." Terdengar suara putri dengan dana yang sesikit tinggi.
"Sayang kamu sudah shalat? Sudah mah, cuman tadi putri ketiduran pas sudah shalat. Iya sudah kamu siap-siap yah kita jenguk ayah! Oh iya, putri sampai lupa mah, kalo begitu putri mandi dulu mah, iya sayang, mama mau bikin sarapan dulu, iya mah."
Ibu dewi meninggalkan putri untuk membuat sarapan, ibu dewi masuk kedapur dan memulai memikirkan menu untuk sarapan pagi hari ini, ibu dewi benar-benar memikirkan makanan yang enak, karena rencana dia ingin membagi pada suaminya yang ada di penjara.
"Apa yah yang bagus? Aku tau aku bikin sayur lode kesukaan ayah saja, pasti dia senang deh."
Ibu dewi sudah mulai bertempur didapur dengan berbagai alat senjatanya. Putri yang sudah bersiap mendapat ibunya masi sibuk didapur.
"Astagfirullah mama, belum selesai? Iya nih put bantuin mama yah, baik mah." ucap putri dengan lembut.
Beberapa menit berlalu akhirnya sarapan selesai juga, putri dan mamanya terlebih dahulu sarapan sebelum ke lapas.
"Pak sidik, ada istri dan anak anda diruang tunggu, baik pak."
Begitu girang hati pak sidik di jenguk oleh istri dan anaknya, walaupun baru 2 hari tapi pak sidik sangat merindukan kedua perempuan kesayangannya.
"Assalamualaikum ayah"
Ucap putri dengan air mata yang berlinang hingga membasahi pipinya yang cantik itu.
Tangis ketigannya pun menyatu hingga siapapun yang melihatnya pasti sangat empati pada keluarga kecil ini.
"Ayah sehat? alhamdulillah ayah sehat, putri sehat? Sehat ayah. Alhamdulillah ayah senang mendengarnya."
"Oiya ayah sudah sarapan belum? Belum mah, sarapan disini jam 09 mah, kebetulan sekali mama bawain ayah sarapan pagi, aku masak sayur kesukaan ayah loh dengan ikan bakar pake sambel mata, wah.. Makasih yah mah."
Pak sidik sangat bersyukur punya keluarga yang harmonis, damai seperti ini, walaupun keluarga mereka terbilang sederhana namun mereka saling menerima satu sama lain saling support, hal-hal seperti inilah yang pak sidik selalu rindukan pada saat berada dilapas.
"Maaf pak sidik waktu jenguknya sudah habis, mah, putri, ayah masuk dulu yah kalian jaga diri baik-baik, jangan lupa shalat yah, iya ayah."
Hati putri begitu tak karuan melihat ayahnya berada didalam jangkar besi itu, namun apalah dayanya putri, putri tak bisa apa-apa selain berdoa pada yang maha kuasa.
"Mah kita pulang, ayo nak."
Tak ingin rasanya ibu dewi berpisah pada sang suami, namun semua hanya bisa diangan ibu dewi, lagi-lagi ibu harus pasrah dengan semua keadaan yang sekarang ia hadapi.
Dalam perjalanan pulang putri terus saja hanyut dalam pikirannya sendiri, putri berpikir keras apa kira-kira yang harus putri kerjakan saat ini agar ia bisa menghasilkan uang, supaya bisa melanjutkan studynya kejenjang kuliah, mengingat putri yang sekarang ini putri sebentar lagi naik kekelas 3 SMA.
Dalam lamunan putri ia tak sengaja melihat toko kue yang didalamnya beragam macam kue, terbesit dalam pikirannya apa ia harus belajar bisnis dari sekarang?
Namun pikiran putri terhenti seketika, karna ia sudah sampai dirumahnya.
"mah, iya put? Putri mau belajar bikin kue mah, kenapa kok tiba-tiba putri mau belajar bikin kue? Yah.. pengen aja mah, iya... nanti kalo bahan kuenya sudah ada mama ajarin bikin kue yah, kalo begitu putri belli bahannya deh mah sekarang."
Ibu dewi terdiam ia bingung harus jawab apa agar tidak mengecewakan hati putri.
"Mah kenapa diam? Putri nanti mama yang cari bahannya yah Tapi tidak sekarang. kenapa mah, uang mama kurang yah?"
"Sayang dengerin mama, untuk ajarin putri bikin kue kita harus kumpul dulu uangnya, karena bahan dan alat untuk bikin kue mahal sayang, jadi putri harus bersabar yah, mama janji akan ajarin putri bikin kue."
"Maafin putri yah mah, karena keinginan putri mama jadi ribet. Tidak papa put, oiya kalo boleh tau apa yang sedang putri pikirkan kenapa tiba-tiba mau belajar bikin kue? mah, putri mau belajar bisnis putri mau jual kue agar putri bisa kuliah."
Begitu bangga ibu dewi memiliki putri, putri dengan umurnya yang sekarang, sudah begitu dewasa seakan-akan ia tau bagaimna kehidupan sesungguhnya.
"Iya sudah sekarang sudah dzuhur kita shalat dulu yah, iya mah tapi putri mau ganti baju dulu yah mah, iya, mama tunggu yah. Iya mah."
Keduanya ketempat tujuan masing-masing, putri yang pergi bersih-bersih terlebih dahulu sedangkan ibu dewi langsung ambil air wudhu saja, karena ibu dewi merasa bahwa pakaian yang ia kenakan masi dalam keadaan bersih.
"Mah aku sudah, ayo shalat, ayo."
Putri dan ibu dewi memulai shalatnya secara berjamaah, mereka shalat dengan begitu khusyuk.selesai menunaikan shalat tak lupa mereka mengangkat kedua tangannya meminta ampunan dan rahmat pada yang maha kuasa dengan kerendahan hati mereka.
Seusai berdoa ibu dewi menggenggam tangan putri dengan memberinya sedikit nasehat.
"Putri dunia begitu cepat berputar nak, jangan perna sia-siakan waktumu untuk hal yang tidak berkepentingan, mama dan ayah ini kan sudah tua, bisa saja besok atau nanti mama di ambil kembali oleh Allah SWT."
" Ibu tidak boleh bilang seperti itu, putri jadi takut dengarnya, pokoknya ibu harus janji jangan perna tinggalkan putri sendirian yah mah, kalo sampai itu terjadi putri akan marah besar sama ibu." ucap putri dengan suguhan air mata.
" Sayang putri harus buka pikiran putri yah, jika semua ini keinginan mama, mama tidak akan mau pergi meninggalkan putri, tapi ada yang lebih berkuasa dari pada kita nak, tidak akan kubiarkan mama meninggalkan putri. Aku akan minta pada tuhan agar tidak mengambil mama saya, jika Allah tidak mengabulkan putri akan marah pada Allah.
" Sayang, tidak boleh seperti itu. Allah akan murka pada kita, percayalah dibalik semua ujian yang diberikan pasti ada hikmah dibalik semuanya yang penting kita harus sabar kita harus iklas yah."
"Kita adalah ciptaannya jadi kita harus iklas apapun yang dikehendakinya, setiap manusia pasti ada ujiannya percayalah, tapi mama putri tidak mau kehilangan mama, kalo mama pergi putri sama siapa? Ayah juga dipenjara putri sendiri mah."
Ibu dewi menenangkan putri dengan memeluknya. "Sudah sayang, jangan nangis yah putri harus jadi anak yang kuat."
" Mama janji yah jangan tinggalkan putri sendiri, mama harus janji sama putri tidak ada yang boleh pisahkan kita, mama akan menunggu ayah keluar dari penjara, mama akan melihat putri menikah, punya anak, dan banyak lagi. Iya sayang sudah yah!"
Untuk kedua kalinya ibu dewi menangkan anaknya dengan pelukan berharap hati putri bisa tenang, dan benar saja setelah mendapat pelukan hangat dari mama putri jadi lebih tenang rasanya.
"Mah putri laper nih, ada yang bisa dimakan nggak mah? bahannya sudah habis sayang dibikin untuk sarapan, tapi ada telor mau? Mau mah, telor saja tidak papa, bentar yah mama bikinkan, putri bantu yah mah, boleh sayang."
Setelah mendapat persetujuan dari mamanya putri merasa sangat senang, tampa mengulur waktu putri langsung beranjak dari kursinya menyusul mamanya didapur, mereka pun memasak masakan yang sederhana menggunakan bahan seadanya saja, walaupun seperti itu ibu dewi dan putri sudah merasa bersyukur sekali karena mereka masi bisa makan tampa harus meminta.
" Emmm putri suka deh, mah resepnya apa sih? Masakan mama itu selalu enak tau." ucap putri memuji masakan mamanya.
" Kamu itu yah masi kecil sudah pintar gombal, ihh putri serius tau mah, iya, iya... Bagus deh kalo putri suka, resepnya apa yah mah? apa yahhh? Ih mama jail deh, hhhhh mama cuman bercanda kok."
" Mama sayang yang paling cantik sedunia resep masakannya apa yah? Resep makanan agar tetap enak itu adalah cinta, jika seseorang memang dengan cinta pasti makanan yang suguhkan enak, dan orang memakannya pun bahagia."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!