NovelToon NovelToon

PESONA PRIA MATANG

Episode 1 : Bukan Selingkuhan

Kejadian pagi itu membuat badan Syeira bergetar tak karuan. Dia baru saja ditampar oleh pacar manager di Perusahaan X. Syeira sudah tidak bisa menahan amarah yang hampir meledak sedari tadi.

"Kamu harusnya tahu diri, dasar perempuan gatal" ujar wanita itu.

"Saya tidak selingkuh dengan Pak Roy" ujar Syeira.

"Alah gausah bohong kamu" ujar wanita itu.

Saat wanita itu hendak menampar kedua kalinya, dengan cepat tangan Syeira menahannya. Syeira membalas tamparan pertama yang sudah dia dapatkan di pipi kirinya. Wanita itu tercengang melihat keberanian Syeira.

"Kurang ajar ya kamu, berani menampar saya" ujar wanita itu.

"Anda yang terlebih dahulu menampar saya" jawab Syeira berani.

"Awas saja kamu akan dipecat dari perusahaan ini" ujar pacar manager.

"Gak perlu, saat ini juga saya mengundurkan diri dari perusahaan ini" ujar Syeira tanpa takut dan pergi meninggalkan pacar manager yang terheran-heran.

Banyak tatapan mata memandang kejadian memalukan itu. Salah satunya pria tampan yang merupakan Presdir muda dari Perusahaan X yang sedang berkunjung bernama Xavier.

"Ada apa itu? " tanya Pak Xavier.

"Mungkin ada kesalahan pahaman antara kedua wanita tadi Pak" ujar asisten pribadinya.

"Coba cari tahu apa yang sedang terjadi, perusahaan ini dipenuhi orang-orang yang membuat kacau" ujar Pak Xavier.

"Baik Pak" jawab Rendra.

Syeira tengah mengangkat barangnya dari kantor. Dia benar-benar sudah membulatkan tekadnya untuk resign. Dia tidak ingin menunda lebih lama lagi untuk keluar dari lingkungan yang tidak sehat itu.

Pak Roy merupakan atasan Syeira dan sering terlihat genit padanya. Pacar Pak Roy mengira Syeira adalah selingkuhannya. Kejadian tadi siang mengajarkan Syeira bahwa pria tidak pernah salah. Dia dirugikan dalam segi manapun, Syeira tidak pernah menyukai Pak Roy apalagi berselingkuh dengannya.

Syeira merasa kehidupan tidak pernah berpihak kepadanya. Sejak kecil Syeira tinggal di panti asuhan tanpa diketahui siapa namanya. Dia ditemukan Ibu Panti di depan pintu saat malam hari.

Tidak hanya itu, Syeira sejak kecil menjadi pendiam dan tidak terlalu bergaul dengan teman sekelilingnya. Syeira yang sejak kecil rajin belajar berhasil masuk di perusahaan ternama di ibu kota. Dia teringat kembali pada pria yang berhasil mengubah jalan hidupnya kala itu.

"Hahh, Kak Haider pasti kecewa melihat aku yang gagal ini" ujar Syeira menghela nafasnya.

"Kak Haider apa kabar ya, sudah lama setelah pertemuan terakhir kami, mungkin dia sudah bahagia dengan istrinya" ujar Syeira mulai menangis.

**********

Asisten pribadi Pak Xavier bergegas menemui Xavier untuk memberikan info penting. Rendra mengetuk pintu ruang kerja Xavier dan masuk ke dalam.

"Tuan saya sudah menemukan informasi tentang wanita semalam" ujar Rendra si asisten.

"Siapa dia?" tanya Xavier.

"Wanita itu bernama Syeira, dia lulusan universitas ternama dan lulusan terbaik juga" ujar Rendra.

"Kenapa wanita sehebat itu bisa bermasalah? " tanya Xavier yang mulai tertarik pada wanita itu.

"Dia dituduh sebagai selingkuhannya manager" ujar Rendra.

"Apa berita itu benar?" tanya Xavier.

"Tidak Tuan, saya sudah menyelidiki dengan seksama, Nona Syeira tidak pernah menjadi selingkuhan" ujar Rendra.

"Lantas?" tanya Xavier lagi.

"Manager Roy menggoda Syeira, wanita itu sudah menolak sejak awal" jawab Rendra.

"Hahaha menarik, wanita pekerja keras itu tidak boleh keluar dari perusahaan kita, dia harus kita jaga karena dia merupakan aset perusahaan" ujar Xavier tersenyum.

"Ternyata Nona Syeira sudah menerima beasiswa sejak SMA karena kepintarannya" ujar Rendra menambahkan.

"Pertemukan aku dengan wanita itu" ujar Xavier.

"Baik Tuan" jawab Rendra.

Episode 2 : Sepupu

Xavier baru saja keluar dari kamar mandi. Dia mengeringkan rambutnya dengan hair dryer. Xavier memilih pakaian terbaiknya karena hari ini dia bersemangat akan bertemu wanita bernama Syeira.

"Tuan, anda kedatangan tamu" ujar Rendra.

"Rendra kamu formal sekali, kalo kita sedang tidak di kantor panggil Xavier saja" ujar Xavier karena dulu Rendra merupakan teman sekelasnya.

"Kakak sepupu kamu datang Xavier" ujar Rendra berbicara santai.

"Kak Haider?" tanya Xavier tersenyum.

"Iya benar" jawab Rendra.

Xavier bergegas turun ke lantai satu dan menyambut kedatangan Haider. Dia sangat akrab dengan Haider sedari mereka kecil.

"Kak Haider" ujar Xavier senang.

"Apa kabar Xavier?" tanya Haider tersenyum.

"Aku baik, bagaimana dengan Kakak, semenjak menjadi kepala rumah sakit Kakak menjadi sulit ditemui" ujar Xavier.

"Haha begitulah, rutinitas yang cukup membosankan" jawab Haider.

"Kamu terlihat rapi, hendak kemana?" tanya Haider melihat Xavier sudah berpakaian rapi.

"Bertemu wanita" bisik Xavier tersenyum nakal.

"Astaga lihat anak ini, kamu sudah dewasa ternyata" jawab Haider.

"Ayolah Kak, kita hanya beda 7 tahun saja" ujar Xavier.

"Ya sudah ayo aku antar sekalian aku ingin jalan-jalan denganmu" ujar Haider.

"Baiklah kalo begitu, aku tahu kamu sibuk jadi aku tidak akan menolak" jawab Xavier tersenyum.

"Rendra kamu tidak perlu antar aku, jemput saja nanti, aku berangkat dengan Kak Haider" ujar Xavier.

"Baik" jawab Rendra singkat.

Xavier dan Haider berangkat meninggalkan kediaman Xavier. Haider mengendarai mobil dan Xavier duduk di sebelahnya.

"Sudah tiga tahun semenjak meninggalnya Kakak Ipar" ujar Xavier mulai membuka pembicaraan.

"Ya kamu benar, waktu tidak terasa berlalu dengan begitu cepat" ujar Haider.

"Kamu menyesalinya Kak?" tanya Xavier penasaran.

"Menyesali apa?" tanya Haider pura-pura tidak mengerti.

"Ayolah Kak, seluruh keluarga besar kita tahu kalau Kakak menikah bukan karena didasari rasa cinta, apakah Kakak menyesal tidak pernah mencintai Kak Juliet hingga akhir hayatnya?" tanya Xavier.

"Cinta itu hal yang tidak bisa kita paksakan Xavier, aku selalu mencoba mencintai Juliet, nyatanya aku tahu bahwa hatiku tidak bergetar, tidak ada perasaan lain yang muncul selain rasa sayang suami terhadap istri" jawab Haider jujur.

"Apa sayang dan cinta itu berbeda Kak?" tanya Xavier.

"Tentu saja berbeda, aku menyayangi Juliet sebagai istriku, melindungi dia, ingin memberikan yang terbaik dan menafkahinya, tapi nyatanya perasaan seperti jatuh cinta tidak muncul dalam tiga tahun kami bersama, hanya perasaan kewajiban yang muncul karena kami sudah dalam ikatan menikah" jawab Haider.

"Apa Kakak pernah jatuh cinta kepada wanita sebelum bertemu Kak Juliet?" tanya Xavier.

Haider terdiam, dia kembali teringat akan gadis kecil mungil yang kala itu mengungkapkan rasa sukanya pada Haider. Seketika senyum tipis terbentuk dari bibir Haider.

"Hmmm Kakak tersenyum, beri tahu apa siapa dia?" tanya Xavier tidak sabar.

"Aku akan menceritakannya lain kali kepadamu, waktu kita sangat singkat karena kita akan sampai ke tempat tujuanmu" jawab Haider tersenyum.

"Baiklah Kakak berjanji akan menceritakannya padaku di pertemuan selanjutnya" ujar Xavier meminta perjanjian.

"Iya, kamu tenang saja" jawab Haider.

Mereka akhirnya tiba di Cafe tujuan Xavier. Haider tidak memarkirkan mobilnya karena dia akan langsung pergi ke rumah sakit.

"Kakak tidak turun?" tanya Xavier.

"Aku akan langsung ke rumah sakit, selamat bersenang-senang" jawab Haider.

Saat mereka berbincang, seorang wanita dengan rambut panjang terurai lurus lewat dari depan mobil mereka. Xavier tersenyum melihat wanita itu dan mata Haider juga terkejut melihat pemandangan tersebut.

Episode 3 : Pertemuan Pertama

10 tahun yang lalu

Haider berlari menuruni anak tangga menuju lantai satu. Dia sudah terlambat menuju Panti Asuhan sebagai agenda amalnya hari ini. Dia tidak sempat sarapan atau sekedar minum susu yang sudah disiapkan oleh Bibi.

"Haider berangkat Ma" ujar Haider seraya meraih kunci mobilnya.

"Kamu tidak sarapan Haider" ujar Mama keluar dari kamar.

"Nanti saja Ma" jawab Haider yang kemudian menaiki mobilnya.

Setibanya di Panti Asuhan Haider dan dua temannya segera masuk dan menjelaskan niat baik mereka kepada Ibu Panti. Kedatangan mereka disambut hangat oleh Ibu Panti dan mereka diizinkan untuk memeriksa kesehatan anak-anak di Panti Asuhan tersebut.

Setelah kegiatan pemeriksaan selesai, Haider berjalan mengelilingi Panti Asuhan tersebut. Dia melihat seorang anak perempuan yang tengah termenung di bawah pohon mangga di belakang Panti Asuhan.

"Hai, kenapa kamu di sini anak manis" ujar Haider menyapanya.

"Aku tidak ingin disuntik" ujar gadis kecil itu.

Haider tersenyum mendengar jawaban polos dari anak tersebut. Dia kemudian duduk di sebelah anak perempuan itu dan mengajaknya berbicara.

"Namaku Haider, panggil saja Kak Haider" ujar Haider memulai pembicaraan.

"Namaku Syeira" jawab gadis itu singkat.

"Wah namamu bagus sekali" puji Haider seraya menepuk lembut rambut gadis itu.

Syeira segera menghindar saat Haider mengelus rambutnya. Dia menjauh dari Haider kemudian kembali termenung.

"Kenapa kamu sangat pendiam?" tanya Haider.

"Apa aku pantas tertawa, apa yang ingin ku tertawakan, hidupku terlalu rumit untuk bahagia" ujar gadis kecil itu.

"Wah, bicaramu cukup dewasa untuk anak seusiamu" jawab Haider.

"Kamu enak sudah menjadi seorang Dokter, aku hanya ingin masuk SMA favorit tapi keuangan Panti Asuhan tidak mencukupi" ujar Syeira mengeluh.

"Kamu kelas berapa?" tanya Haider.

"Aku kelas 9 SMP, tahun ini aku masuk SMA, aku ingin masuk ke SMA XYZ" ujar Syeira.

"Itukan SMA paling unggul di Kota ini, dulu Kakak juga bersekolah di SMA XYZ" ujar Haider.

"Kamu enak lahir dari keluarga kaya, aku juga bisa masuk ke SMA itu, tapi Panti Asuhan tidak punya cukup uang untuk menyekolahkan aku disana" jawab Syeira.

"Sepertinya kamu tidak tahu, di SMA itu ada beasiswa untuk siswa berprestasi" ujar Haider.

"Benarkah?" tanya Syeira dengan mata berbinar.

"Benar, aku tidak bohong" jawab Haider.

"Coba jelaskan padaku" ujar Syeira bersemangat.

"Panggil aku Kakak terlebih dahulu" pinta Haider sebagai syarat.

"Tolong ajarkan aku agar mendapatkan beasiswa di sekolah itu Kak Haider" ujar Syeira.

"Baiklah, kita akan mendaftarkan kamu terlebih dahulu, bulan depan tes penerimaan beasiswa, selama sebulan ini Kakak akan mengajarimu di waktu senggang Kakak" ujar Haider.

"Wah Kakak juga akan mengajariku?" tanya Syeira bersemangat.

"Tentu saja, tapi Kakak tidak punya banyak waktu, hanya satu jam perhari yang bisa Kakak luangkan untukmu, itupun di jam istirahat Kakak, jadi kamu harus ke rumah sakit tempat Kakak koas di jam yang Kakak tentukan" ujar Haider.

Haider tidak tahu kenapa dirinya sangat bersemangat membantu gadis kecil itu. Dia seperti melihat adanya potensi besar yang dimiliki gadis itu. Dia ingin membuat gadis tersebut meraih mimpinya. Haider tidak tahu pesona apa yang dimiliki gadis yang masih berusia 15 tahun saat itu. Dia tidak sadar bahwa gadis itu kelak yang akan membuat hatinya bergetar untuk waktu yang sangat lama.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!