NovelToon NovelToon

Cintaku Dari Zaman Kuno

Pengkhianatan

Seorang wanita berjalan menyusuri rumah mewah miliknya, dengan perutnya yang buncit karena mengandung buah hati dari lelaki yang dia cintai, cinta pertamanya dan akan menjadi cinta terakhir dirinya.

Saat akan melewati sebuah pintu kamar tamu, sayup-sayup dia mendengar suara desahan yang bersahutan-sahutan. Suara dua orang yang sangat dikenalinya, suara yang saling berlomba-lomba untuk mencapai kepuasan, hingga suara itupun berhenti.

Dirinya kini mematung, dia berpikir mungkin karena efek kehamilan membuatnya kecapean hingga berhalusinasi mendengar suara tersebut, saat akan melangkah tiba-tiba suara itu terdengar lagi.

"Mas kapan menyingkirkan wanita sialan itu?" tanya suara wanita yang dikenalinya dengan lembut mendayu-dayu.

Ini bukan mimpi, ini bukan halusinasi ku! Pikirnya.

"Sabar sayang, setelah semua asetnya berpindah tangan. Kita akan melenyapkan wanita itu," sahut sang pria tak kalah lembutnya.

"Cuman wanita sialan itu saja? Anaknya?" Suara wanita tersebut terdengar merajuk. Membuat sang pria terkekeh gemas.

"Tentu lah dengan anaknya sekalian sayang," jawabnya mantap tanpa berpikir.

Tubuh wanita hamil itu mundur kebelakang, hampir limbung jika tak berpegangan pada meja vas didekatnya. Akibatnya vas bunga tersebut jatuh menimbulkan bunyi membuat dua orang didalam kamar yang berbeda jenis itu terkejut.

Prang...

Vas bunga itu hancur berkeping-keping, sehancur hati wanita cantik yang sedang mengandung itu.

Tak ingin berlama-lama, dia berbalik pergi melewati beberapa kamar menuruni tangga dengan tergesa-gesa, pikirannya saat ini dia harus pergi menyelamatkan sang buah hati dari cengkraman anaconda yang siap menerkamnya.

"Zanaya!" Seorang laki-laki keluar dari kamar tamu dengan keadaan berantakan.

"Mas, sepertinya Zanaya sudah tahu, sebaiknya mas cepat selesaikan agar kita bisa hidup bahagia" Tidak ada raut penyesalan tergambar di wajah kedua orang tersebut.

"Baiklah, ayo kamu pakai baju dulu, diluar sana sangat dingin, Zanaya tidak akan bisa keluar dari rumah ini" Di tariknya lembut tangan wanita tersebut tanpa mengkhawatirkan sang istri sah.

"Lepaskan! Lepaskan saya!" Berontak wanita hamil tersebut saat tangannya dipegang oleh kedua orang kepercayaannya.

"Maaf Zanaya, kami tidak bisa melepaskan mu," ujar seorang pria kepercayaan Zanaya, membuat Zanaya tidak percaya, orang yang dipungut dan ditolong malah balik menggigitnya.

"Malik, aku yang Nyonya di rumah ini, harusnya kau mendengarkan aku," bentak Zanaya, Malik hanya diam.

"Itu dulu, sekarang akulah Nyonya di rumah ini." Seorang wanita berjalan bergandengan bersama pria, saling merangkul mesra.

"Kau, apa salahku padamu? Hingga kau tega menusukku dari belakang Fani," hardik Zanaya menunjuk ke arah wanita yang bernama Fani, yang hanya dibalas senyum mengejek.

"Kau tidak punya salah apa-apa Zanaya sepupuku tersayang, hanya saja kau selalu mendapatkan apa yang kau mau sedangkan aku tidak," jawabnya polos tersungging senyum mengejek, sang suami hanya diam menatapnya dingin.

"Oh, satu hal yang perlu kau tahu, bahwa kaulah yang merebut Revan, Revan dari dulu sudah mencintaiku dan hanya menjadikan dirimu batu loncatan," sambungnya dengan senyum puas, saat melihat wajah syok wanita hamil itu.

"Itu karena memang kau tidak layak mendapatkan yang berharga, sebab kau hanya perempuan murahan sangat cocok dengan bajingan disamping mu itu," sarkas nya dengan sorot mata kepedihan bercampur amarah.

Mendapat hinaan dari mulut sang istri membuat sang suami naik pitam, wajah menggelap, melepas rangkulan dari pinggang sang kekasih dengan lembut, kemudian dengan langkah tegas dia menghampiri sang istri yang masih dipegangi layaknya seorang pencuri.

Bugh

Sebuah tendangan yang mendarat di perut wanita hamil itu, membuat Zanaya spontan berteriak kesakitan terjatuh akibat cekelan tangan yang terlepas.

Bukannya iba melihat darah yang telah mengalir deras pada kaki sang istri, dia malah menyeret sang istri dengan menarik rambut panjangnya menuju belakang mansion tanpa mempedulikan rintihan kesakitan itu.

Di ikuti oleh Fani berserta orang kepercayaan Zanaya yang telah berkhianat.

Malam ini terasa sangat mencekam dan dingin yang menusuk kulit, Zanaya bersimpuh memegangi perutnya, yang sakit luar biasa sampai menjalar ke seluruh tubuh.

Orang-orang yang sangat dipercayai nya hanya memandangnya rendah bak seonggok sampah, tak ada tatapan iba di setiap sorot mata itu hanya ada tatapan penuh kepuasan.

"Oh, Zanaya keponakan ku tersayang. Maaf yah, Om dan Tante datang terlambat." Sebuah suara yang dikenalinya membuat secercah harapan timbul dimatanya yang semula redup.

"Tante, Om, tolong Zanaya!" rintihannya memohon.

"Kenapa kami harus menolong mu Zanaya? Sedangkan kami dari dulu menginginkan kematian mu." Ucapan dari tantenya seperti tombak yang menusuk. Lagi dan lagi dia mempercayai orang yang salah.

Deg!

Dirinya kini pasrah dengan apa yang terjadi, menyesal pun tak bisa mengubah apa-apa. Hanya kata seandainya yang terus terlintas dipikirannya.

Dengan kedua bola matanya sendiri, dia melihat sang suami menodongkan pistol ke arahnya yang sedang hamil besar, disampingnya wanita yang sangat dia sayangi layaknya saudara kandung bergelayut manja di lengan kekar sang suami dengan senyum menyeringai.

"Sayang sebelum kau membunuhnya aku akan memberikan dia sebuah dongeng, agar dia tenang alam sana," sahut Fani dengan bahagia.

"Zanaya kau tahu, ada seorang putri yang sangat manja dan bodoh. Dia tertipu dengan wajah polos sang sepupu sampai memberikan semua yang dimilikinya untuk dijadikan milik sepupunya, termasuk suaminya juga." Fani mulai bercerita bak menceritakan sebuah dongeng

"Dan dengan bodohnya dia mendekat ke arah malaikat mautnya dan menjauhi malaikat penolongnya sungguh miris!" Wajah Fani dibuat sedih saat kalimat terakhir.

"Karena malaikat penolongnya telah pergi satu persatu dengan cara tragis, dan kau tahu siapa yang melakukan itu? Si Putri bodoh itu sendiri yang mendorong mereka ke dalam jurang yang dalam, tapi pada akhirnya si Putri bodoh ini juga ikut bersama mereka, aku merasa sedih Zanaya karena cerita si Putri manja sad ending." Zanaya semakin memancarkan sorot kebencian pada mereka semua, dia tahu betul siapa yang diceritakan oleh Fani.

"Kenapa kalian melakukan ini pada keluarga ku? Padahal mereka juga keluarga kalian bangsat." Umpatan keluar dari bibir yang berdarah itu.

"Oh, ada satu lagi yang harus kau tahu, paman yang kau kira saudara mama mu itu bukanlah paman asli mu." Ucapan Fani terdengar enteng, tapi mampu membuat tubuh Zanaya membeku.

"Ada pesan terakhir Zanaya?" tanya sang suami dengan suara dingin yang menusuk ke hatinya.

Zanaya mendongak menatap wajah pria yang sangat ia cintai itu, dengan tatapan benci dan dendam di kedua sorot matanya yang cantik itu membuat sang suami tertegun.

"Jika ada kehidupan kedua, aku tidak akan pernah mencintai bajingan sepertimu! Dendamku ini yang akan bertindak membalas sakit yang kalian berikan!" ucapnya penuh penekanan.

Dor! Dor! Dor!

Ketiga tembakan tersebut melesat mengenai kepalanya, tubuhnya kini ambruk dan terjatuh ke danau yang ada dibelakang mansion.

"Mama! Papa! Kakak ! Kakek! Nenek! Kita akan segera bertemu!" ucapnya dalam hati sebelum menutup mata.

Kembali ke masa lalu?

Mata yang awalnya terpejam seperti putri tidur, tiba-tiba bulu mata lentik dari mata terpejam itu bergerak, perlahan membuka matanya sempurna, bola mata berwarna biru safir terlihat dingin.

"Apa yang terjadi?"

"Bukankah aku sudah mati?"

"Tapi mengapa ruangan ini terasa familiar?"

Gadis cantik itu sibuk dengan pikiran-pikirannya, tidak menyadari seseorang dari kamar mandi mendekat dengan wajah lega.

"Zanaya, kau sudah bangun nak?" tanya seorang wanita parubaya itu kemudian memencet tombol darurat yang berada di samping brankar.

"Mama?" Gadis yang di panggil Zanaya itu mengerutkan alisnya mencerna apa yang terjadi. Kemudian meraba perutnya, datar!

Tak berselang lama, seorang laki-laki memakai jas putih diikuti beberapa perawat muda di belakang mereka membuka pintu kamar ruang tersebut dengan wajah panik.

"Dok, cepat periksa putriku. Kenapa dia hanya diam saja!" titah wanita parubaya itu dengan wajah cemas.

Setelah memeriksa dengan teliti, sang dokter menghela nafas lega.

"Nona apakah ada yang sakit?" tanya dokter itu.

"Tidak ada, dokter ini tahun berapa?" tanya nya untuk memastikan sesuatu.

Walaupun dokter tersebut merasa bingung dengan pertanyaan gadis cantik yang terbaring ini, dia tetap menjawabnya.

"Sekarang tahun 2018," jawab sang dokter membuat mata gadis cantik itu membulat sempurna.

"Terimakasih dokter." Setelah itu sang dokter keluar dari ruangan VIP tersebut.

"Apakah doaku terkabul?" Dengan mata yang berkaca-kaca. Dulu dia mati tahun 2025, artinya dia kembali ke tujuh tahun lalu.

"Sayang kamu kenapa?" Wanita anggun tersebut mendekat setelah dokter pergi, melihat mata anaknya berkaca-kaca sambil mengelus rambut hitam legam tersebut.

"Mama, peluk Zay!" Meski bingung sang mama memeluk sang anak dengan hati-hati, tumpah lah air mata Zanaya, melepaskan kerinduan yang mendalam beserta penyesalan yang bercampur aduk.

"Tidak apa-apa, ada mama disini," ujar Liona lembut dengan penuh kasih sayang.

Setelah merasa tenang, Zanaya melepaskan pelukan sang mama, kemudian tersenyum manis dibibir pucat nya membuat sang mama tertegun.

Terakhir kali melihat senyum indah putrinya saat berusia 12 tahun,sekarang senyum tersebut kembali menghiasi wajah sang anak.

"Maafkan mama yah yang selalu sibuk." Dirinya menyadari jika waktu kebersamaan dengan sang anak tidak ada karena pekerjaan.

"Tidak, mama tidak perlu minta maaf, justru Zanaya lah yang minta maaf karena selama ini bersikap egois dan kekanak-kanakan," jawab Zanaya lagi dan lagi membuat sang mama terkejut melihat perubahan sang anak setelah kecelakaan.

Yah Zanaya ingat hari dimana dia kecelakaan tepat didepan sekolah saat telah masuk libur semester, saat itu dia menyelamatkan Revan yang hampir tertabrak motor karena membantu Fani yang terjatuh ditengah jalan saat menyeberang.

Dia berhasil menyelamatkan kedua orang itu, tapi dirinya yang terpental karena hantaman keras dari motor sport tersebut. Sesaat sebelum menutup mata, kedua orang yang diselamatkan hanya menatap nya datar.

Dari situ sudah seharusnya menjelaskan bahwa Revan tidak mencintainya, tapi dirinya yang bodoh tetap mengejar cinta Revan berharap cinta itu terbalaskan.

Namun, apa yang dia dapatkan? Tak cukup keluarganya yang mati bahkan diapun ikut meregang nyawa bersama bayinya.

Sekarang dia diberi kesempatan kedua yang tidak akan dia sia-siakan. Cintanya pada Revan telah mati setelah kejadian malam itu.

Dia bertekad akan menghancurkan orang-orang itu sampai ke tulang-tulangnya.

"Ma, antarkan Zay ke tempat kakek!" ucap Zanaya dengan sorot mata dingin.

Zanaya akan menyusun rencana, ucapan-ucapan Fani tentang fakta yang dibeberkan sebelum dia dibunuh membuat Zanaya memiliki pegangan.

"Sekarang cintaku sudah mati, yang tersisa hanya dendamku yang akan bertindak!"

Menemui Sang Kakek

Setelah satu Minggu dirawat di rumah sakit ditemani sang mama, dan kakak laki-lakinya, dia akhirnya di perbolehkan pulang. Selama dirawat pun Fani dan Revan tidak pernah datang menjenguknya padahal dia seperti ini juga karena mereka.

Zanaya menggeleng-gelengkan kepalanya saat mengetahui kebodohannya sudah tingkat dewa. Perubahan Zanaya saat bangun dari komanya membuat mama dan kakaknya merasa senang.

Dulu saat kecelakaan itu terjadi, dia selalu saja mengusir orang tua dan kakaknya bahkan tak segan-segan membentak mereka, jika sang kakak menjelekkan Fani dan Revan.

Hari dimana dirinya lahir kembali, membuat Zanaya bertekad memperbaiki semuanya bahkan dia berjanji untuk menjaga keluarganya. Untuk saat ini dia akan membentuk kekuatan dirinya dulu, dengan belajar bela diri dan mempelajari semua senjata.

Kehidupan pertamanya dulu, dia tak ingin belajar semua tentang kehidupan mafia yang berada ditangan kakeknya, sebab Fani bilang Revan tidak suka wanita kuat, dan jago beladiri, karena sangat percaya pada sepupunya itu dia menuruti perkataannya.

"Kamu yakin dek, langsung berangkat ke Amrik ketemu kakek?" tanya Zanders yang sudah kesekian kalinya, membuat sang adik yang memikirkan masa lalunya, tertarik kembali ke masa kini.

Dengan menghela nafas lelah memegang tangan kakak dengan lembut "Zay yakin kak, 1000% malah, kakak tidak usah khawatir," ucap Zanaya dengan nada yakin.

"Tapikan kan kamu tahu dek Amrik itu jauh, bagaimana jika setelah pekerjaan kakak selesai kita bareng aja," usul Zanders yang langsung ditolak mentah-mentah oleh sang adik.

"Tidak! Tidak! Itu terlalu lama kak, apalagi liburan cuman sebulan, pekerjaan kakak masih banyak, bantuin papa aja sana. Lagian juga Zanaya ke Amrik naik pesawat cuman duduk doang, bukan jalan kaki," kesal Zanaya yang kakaknya tetap ngotot.

Liona sangat senang melihat pemandangan tersebut, dulu sebelum kedatangan keluarga adiknya, kedua anaknya akur. Tapi setelah mereka datang, sang putri bungsu mulai menjauhi mereka bahkan membenci keluarganya sendiri.

Melihat adiknya tetap kekeuh ke Amrik sendiri akhirnya dia mengangguk pasrah "Baiklah, kamu hati-hati disana, hubungi kakak jika sudah sampai" Pasrahnya mengelus rambut hitam sang adik.

"Iya! Iya! Kakak ini sangat cerewet deh" Gadis cantik itu mengerucutkan bibirnya sebal mendengar ocehan sang kakak, sedangkan Zanders dia terkekeh bersama sang ibu, dia sangat lega sang adik berekspresi banyak, semenjak bangun dari koma.

Entah ini musibah ataupun berkah, diapun juga tidak tahu yang jelas dia bersama kedua orangtuanya bersyukur melihat sang adik baik-baik saja.

"Ayo kita keluar, mama udah bereskan pakaian kamu sayang, semua sudah ada di koper," sahut sang mama menyela obrolan kedua kakak beradik itu.

"Biar Zanders saja ma yang bawa kopernya Zay, mama sama Zay aja!" Pemuda tampan itu, langsung mengambil alih koper sang adik keluar dari ruangan VIP menuju parkiran.

Selama diperjalanan menuju bandara, mereka bercengkrama dengan riang terutama Zanaya, mereka menyadari jika berada di keluarga Zanaya berubah ceria tapi jika ada orang lain sang adik akan berubah datar dan dingin, seolah membentengi diri dari dunia luar.

"Ingat disana jangan susahkan kakek! Jadi anak penurut dan jangan berkeliaran kemana-mana!" Nasehat sang mama Liona yang sudah berulang kali.

Bahkan telinga Zanaya terasa panas akibat ocehan sang mama, tapi dia suka di nasehati seperti ini, seperti sebuah melodi yang indah.

"Hati-hati ya sayang, jaga diri kamu. Kalau mama dan papa tidak sibuk, kami yang akan menjemput mu pulang," ucap Liona saat penggilan keberangkatan ke Amrik sudah terdengar.

"Mama juga jaga kesehatan, jangan terlalu diforsir tubuhnya untuk bekerja" Liona sangat terharu mendengar ucapan sang putri.

"Kakak juga begitu, jangan terlalu keras kerjanya. Uang bisa dicari tapi kesehatan tak bisa dibeli" Nasehat Zanaya membuat Zanders mengacak rambut sang adik "Pinter banget sih ngomongnya"

"Iya dong! Kan anak mama papa" sombongnya membusungkan dadanya kemudian terkekeh bersama sang kakek.

"Ya udah, Zanaya pamit yah ma, kak, salam sama papa kalau udah pulang dari Bali" P

pamitnya melambaikan tangan kirinya, tangan kanan menggeret kopernya ke gate 1.

Zanaya duduk kelas Bisnis, sesuai pesanan sang mama agar anak bungsunya nyaman didalam pesawat.

Zanaya menghabiskan waktunya dengan tertidur pulang.

Tiba di bandara udara los angeles setelah menempuh perjalanan selama 23 jam setelah beberapa kali transit.

Zanaya menggeret kopernya celingukan mencari jemputan sang kakek, setelah melihat tangan kanan sang kakek dirinya segera melangkah kesana.

"Selamat datang Nona," ucap tangan kanan sang kakek bernama Jhon yang dibalas anggukan oleh zanaya

"Terimakasih kasih," ucap Zanaya datar saat asisten sang kakek membukakan pintu mobil untuknya.

Gadis berkacamata mata itu, melihat pemandangan yang dilaluinya.

Beberapa puluh menit kemudian mereka sampai di kediaman sang kakek yang sangat mewah sama seperti mansion orang tuanya.

Saat pintu mansion terbuka puluhan pengawal dan pelayan berjejer rapi menyambutnya.

"Selamat datang Nona muda," ucap mereka serempak sambil membungkuk hormat, yang hanya dibalas anggukan dengan tatapan datar, di ujung sana terlihat sang kakek yang masih bugar dengan umurnya sudah menginjak kepala 6, merentangkan tangannya, Zanaya segera memeluk sang kakek

"Selamat datang cucuku, sudah mengalami reinkarnasi?" bisik sang kakek tepat di telinganya.

Deg!

Dengan mengurai pelukannya pada sang kakek, sambil menatap sang kakek "Bagaimana bisa kakek tahu?" tanyanya raut terkejutnya yang tidak bisa dia tutupi.

Sang kakek hanya tersenyum melihat raut wajah terkejut sang cucu. Mengelus rambut cucunya "Istirahat terlebih dahulu setelah itu kita berbicara!" ucap sang kakek bernama Gerald

Karena merasa lelah, diapun mengangguk setuju, kemudian mengikuti kakeknya melangkah ke arah kamar yang sudah dipersiapkan untuknya.

Sebelum beristirahat, dia mengirimkan pesan pada sang kakak dan juga mama nya, agar mereka tidak khawatir lalu setelah itu dia merebahkan tubuhnya di kasur empuk berukuran King size.

Terlalu banyak yang ada dipikirannya saat ini, membalaskan dendamnya, menjaga keluarganya dari semua tragedi yang akan terjadi, dan itu semua tersimpan rapi di otak kecilnya, Zanaya memang memiliki ingatan yang sangat kuat dalam sekali lihat.

Mengapa sang kakek tahu kalau dia bereinkarnasi pikirnya dengan mata menatap langit-langit kamar yang bernuansa putih. Berbagai dugaan-dugaan yang terlintas di otaknya, tapi semakin dipikirkan semakin membuatnya pusing.

Karena tidak mendapatkan jawaban dari pikiran di otaknya, akhirnya dia terlelap tanpa dia sadari.

TOK! TOK! TOK!

Suara ketukan pintu membangunkan Zanaya dari tidurnya, setelah itu dia bergegas membuka pintu yang memang sengaja dikunci dari dalam.

"Ada apa?" tanyanya datar dalam bahasa inggris yang fasih menyembulkan kepalanya.

"Tuan besar memanggil anda untuk makan malam nona muda," ucapnya menunduk hormat membuat Zanaya mengangguk mengerti.

"Sampaikan pada kakek, aku akan segera turun" balas Zanaya kemudian menutup pintu kamarnya kembali.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!