"Buruan pasang cincinnya, biar acaranya cepat selesai!" Cavero memasangkan cincin pada tifany
Dan sebaliknya tifany juga memasangkan cincin pada cavero. keduanya baru saja resmi sebagai pasangan suami istri
Dalam pesta mewah dan penuh dengan tamu undangan. Keduanya nampak tak bahagia tak seperti pengantin pada umumnya
"senyum dikit, banyak orang yang lihat!" tifany menggandeng tangan cavero dan mendekat
Cavero melepaskan tangan istrinya " lepasin, ngga usah drama sama saya!"
tifany melirik tajam pada cavero dan melepaskan tangannya sambil tetap tersenyum. Meski getir dalam hatinya namun ada nama keluarga yang dijaganya
tamu satu persatu menyalami tifany dan cavero baik kenalannya maupun dari orang tua, tak terkecuali lidya mantan pacar cavero
"selamat ya cav, aku harap kamu bahagia dengan cara menyakitiku seperti ini" lidya menyalami tifany dan juga cavero
Cavero menahan tangan lidya "tunggu li, semua belum berakhir. Aku akan jelaskan nanti!" cavero tak mengindahkan lirikan dan senggolan dari tifany
Lidya meninggalkan gedung pernikahan mantan kekasihnya. cavero makin tak tenang melihat lidya meneteskan air matanya.
"kapan acaranya selesai?" cavero melihat jam di tangannya sambil melihat sekeliling berharap lidya belum pergi
mama melia mendekat ke cavero " ada apa cav?"
Melihat anaknya sejak tadi seperti tak tenang. Sejak mantan kekasihnya datang
"engga ma, cuma capek aja. Iya kan tifany?" cavero memberikan kode pada istrinya agar mengiyakan ucapan cavero
"iya tante, tifany lelah mau cepet selesai acaranya" tifany menurut saja karena malas berdebat dan juga dia memang lelah dan segera usai dari drama pernikahan ini
"kok tante sayang, mama dong sekarang! Ya sudah kalian ke kamar aja kalau begitu. tamunya juga sudah mau pulang kok!" ucap mama melia
tifany mengangguk "iya ma, tifan sama cavero ke kamar dulu" dengan senyum palsunya tifany tetap berpamitan pada ibu mertuanya
Dan juga menghampiri mamanya dan mengatakan hal yang sama " mami tifany ke kamar dulu ya capek, cavero juga kurang enak badan katanya
"ya sudah, nanti mama bilang sama papimu. Istirahatlah kalian nanti mami bilang kalau mau pulang" ucap mami yuanita
"iya mi" tifany mengajak cavero ke kamar hotel yang sudah disiapkan untuk pengantin baru
Setibanya dikamar cavero melepaskan jas yang dikenakan lalu membuangnya ke sembarang arah. Lalu menggulung kemejanya dan melangkahkan kaki
"mau kemana kamu?" tifany menegur cavero yang tak bicara sepatah katapun padanya
Cavero tak menghiraukan pertanyaan tifany dan tetap keluar dari kamar.
tifany kesal namun juga merasa senang, pasalnya tak perlu pura-pura ataupun melihat wajah yang membuatnya ingin marah
Setidaknya tifany bisa beristirahat dengan tenang.
Ketukan pintu kamar terdengar saat tifany merebahkan badannya dengan nyaman dan bermain ponsel
Dilihatnya dari kaca ternyata sahabatnya yang datang dan tifany segera membukakan pintu kamarnya.
"mana laki mu?" tanya elsa pada tifany saat tak melihat batang hidung cavero. "saya pikir kalian sudah iya-iya" lanjut elsa
"brisik banget ada apa?" tifany malas membahas cavero yang tak jelas baginya. "Bagaimana keadaan arya?"
"jangan pikirkan pria lain fan, kamu kan udah menikah biar bagaimanapun sekarang kamu sudah istri orang!" elsa memberikan nasehat pada sahabatnya
tifany mendengus dan menghembuskan nafas kasarnya " aku bukannya mikirin arya sa, tapi aku kasihan sama dia sampe mau bunuh diri kata tante nilam"
Tifany merasa bersalah akibat pernikahan tiba-tibanya dengan cavero membuat sang kekasih hati hampir saja kehilangan nyawanya
Tifany tak bisa berbuat apa-apa untuk saat ini
"kamu tenang saja arya baik-baik saja kok! Nanti aku yang temui dia dan melihat arya. Sekarang fokus pada kehidupanmu yang baru" elsa ingin tifany tak banyak beban pikiran
Dan tak dianggap istri yang selingkuh karena memikirkan mantan kekasihnya
"ngomong-ngomong kemana cavero?" elsa celingukan ke sudut-sudut kamar hotel yang sangat luas masih tak nampak suami dari tifany itu
"di kamar mandi atau keluar fan?" elsa takut cavero dengar dan marah karena membahas mantan pacar istrinya
"pergi entah kemana, biarkan saja aku butuh istirahat tanpa muka ngeselinnya dia" tifany memejamkan mata
Rasanya ingin menangis tapi semua sudah terjadi
"kalau begitu kamu istirahat saja dulu, lalu mandi yang wangi dan pakai baju yang aku belikan!
Sebentar lagi pasti suamimu datang. Jangan buat kecewa dimalam pertama" elsa terus tertawa mengingat usianya dan tifany saat ini masih dua puluh tahun dan masih belum lulus kuliah
"belajar dari mana otak mesum mu itu? Aku ngga mau! Enak aja pergi tanpa pamit pulang mau enak-enak. Ogah banget gue!" tifany kesal
Ada perasaan takut juga dalam hatinya, bagaimana kalau cavero tiba-tiba pulang dan beneran minta hak nya sebagai suami. usia cavero saat ini sudah tiga puluh tahun
Perbedaan yang cukup jauh untuk keduanya
"malah bengong! Jangan dibayangin tapi dirasain. Nanti sharing ya gimana rasanya malam pertama dengan pria tampan dan mapan"
Elsa malah kegelian sendiri membayangkan apa yang akan dilakukan oleh sahabatnya saat suaminya datang
"udah sana pulang deh! Makin ngga jelas nih pikiranku" ucap tifany
Elsa menatap tifany dengan senyuman menggoda " oke, aku pergi sekarang jangan lupa berbagi ilmu pada yang cupu ini" elsa pamit lalu keluar kamar pengantin yang sangat mewah dan juga luas itu
Selepas elsa pergi tifany makin tak bisa membendung air matanya. Bagaimana nasibnya nanti masih muda sudah menikah dengan orang yang tak dicintainya pula
Bayangan-bayangan menghantui pikiran tifany dan saat yang sama para orang tua datang ke kamar tifany dan cavero
mama melia dan mami yuanita masuk lebih dulu ke kamar dan disusul para suami yaitu
Papa hilman dan papi malik yang juga masuk ke kamar pengantin
"cavero mana fan?" tanya mama melia yang tak melihat anaknya berada di kamar bersama sang menantu
"ada kok ma, em maksud tifany sedang keluar tadi mau ke minimarket ma ada yang mau dibeli!" ucap tifany sedikit gugup
Bingung apa yang mau dikatakan pada pada orang tua jika setelah menikah ditinggal suaminya entah kemana
"oh, papi paham! Ya sudah besan kita sudah waktunya pulang dan beristirahat. Biarkan anak muda melakukan tugasnya" ucap papi malik pada papa hilman dan mama melia
"iya benar sebaiknya kita segera pulang saja, takutnya cavero datang kita malah mengganggu" mama melia tertawa geli
Kebahagiaan nampak pada wajah orang tua yang banyak mengharapkan pada anak-anaknya. Sedangkan sebaliknya tifany takut menyakiti hati orang tuanya nanti jika tahu apa sebenarnya yang terjadi
"iya sebaiknya kalian pulang, besok tifany dan cavero pulang ke rumah juga!" ucap tifany agar tak banyak lagi berbohong untuk menutupi keberadaan cavero yang tak tahu dimana saat ini
Kedua orang tua tifany dan mertuanya pergi meninggalkan tifany sendiri yang sedang menunggu suaminya
pukul sepuluh malam tifany melihat jam dinding dan cavero masih belum pulang. Tifani mengunci pintu dan tidur karena mulai mengantuk
meletakan ponsel dan mematikan lampu kamar. Tak ada rasa takut meski sendirian
**
Di tempat lain
cavero menemui lidya setelah meninggalkan istrinya di kamar hotel sendirian tanpa rasa peduli sedikitpun
Dengan taksi cavero mencari keberadaan lidya yang tak bisa dihubungi. Taksi tiba disebuah perumahan mewah dimana lidya tinggal bersama dengan orang tuanya
Cavero memberanikan diri untuk menemui lidya meski jari manisnya sudah terikat sebuah cincin pernikahan
Tok.tok.tok
"permisi mba, lidya ada?"
"ada mas, ada didalam tapi katanya tak mau ketemu mas cav"
art lidya yang menemui cavero dan membukakan pintu
"tante sama om ada mba?" cavero tak patah semangat
Art lidya menggelengkan kepala menandakan majikannya sedang tak ada di rumah.
"biar saya bicara langsung dengan lidya!" cavero memaksa membuka pintu dan menerobos masuk
melangkahkan kakinya menuju kamar lidya "lidya, please bukain pintu! Saya mau bicara sebentar" cavero mengetuk pintu dan terus merayu lidya agar keluar
Cekrek
Pintu dibuka oleh lidya yang masih memberi kesempatan untuk cavero menjelaskan padanya.
"ada apa lagi cav? Semua sudah selesai kan!" lidya meneteskan air matanya lagi
Cavero tak kuasa melihat air mata wanita yang disayanginya jatuh membuat hatinya sakit
"lidya jangan bilang begitu! Maafkan saya yang tak bisa menolak perjodohan ini. Tapi kamu harus tahu saya hanya cinta padamu lidya!" cavero menegaskan pada lidya
Jika pernikahannya dengan tifany hanya demi kebaikan bisnis kedua keluarga yang sama-sama dalam ambang kehancuran
"kamu dengarkan saya baik-baik, tak ada wanita lain dipikiran dan hati saya. Ini hanya sementara lidya, setelah perusahaan kami kembali stabil dan juga dalam waktu setahun kami akan bercerai" cavero meyakinkan lidya
Lidya tak percaya dengan ucapan mantan kekasihnya itu "kamu bohong cav, kamu bilang akan memilihku dibanding anak kecil itu!" lidya berteriak tak terima merasa dikhianati oleh cavero
Cavero memeluk lidya dan mengusap punggungnya agar tenang "saya janji tak akan menyentuh wanita itu sampai kami bercerai, setelah kami pisah kita bisa menikah lidya. Kamu mau kan kita tetap bersama?"
Lidya mengangguk "aku ngga mau kehilanganmu cav, aku hanya cinta sama kamu ngga bisa orang lain" lidya luluh dengan ucapan cavero yang berusaha membuatnya yakin
"tapi kamu harus buat perjanjian, jika kalian tak akan satu ranjang dan melakukan hubungan suami istri selama kalian tinggal bersama!" lidya meminta persyatan pada cavero agar membuatnya semakin yakin
Cavero setuju dengan saran dari lidya dan akan mengatakannya pada tifany nanti setelah pulang
"baiklah, buatlah perjanjian yang ingin kamu tuliskan nanti saya minta tanda tangan tifany agar kamu yakin. Jadi kita masih bisa bersama kan lidya?" cavero meminta kepastian dari lidya
Lidya menghapus air matanya dan menerima cavero kembali sebagai kekasihnya
"aku ngga mau istrimu ikut campur urusan kita, dan juga aku bisa bebas datang ke rumah atau kantormu kapan saja, bagaimana?" lidya masih belum puas dengan persyaratannya
namun cavero tak keberatan untuk permintaan yang lidya inginkan " tapi ada satu hal yang kamu harus tahan saat ini, jika depan orang tuaku atau orang tua tifany kita harus jaga jarak dan saya tetap harus mesra pada istriku biar tak curiga"
"tapi jangan terlalu mesra ya! Awas aja nanti" ancam lidya
"baik cintaku! Sekarang kamu istirahat ya ini sudah malam, saya harus kembali ke hotel sekarang" pamit cavero pada lidya
Lidya tak mau melepaskan tangan cavero dan menggenggamnya semakin erat " kamu ngga boleh pergi malam ini! Temani aku please" lidya mengatupkan tangannya memohon agar cavero tetap tinggal dan tak kembali ke hotel
"tapi nanti bagaimana tifany? Maksud saya kalau orang tua saya tau jika tifany sendirian pasti akan jadi masalah lidya" cavero ingin menolak namun ia juga tak tega meninggalkan lidya yang sedang sakit hati karena ulahnya
Lidya tak menjawab apapun hanya berdiam diri dan wajahnya terlihat sedih saat cavero menolak permintaanya
"ya sudah saya disini sampai kamu tidur ya, setelah itu saya harua kembali. Kita bisa bertemu lagi lusa di kantor" ucap cavero yang akhirnya luluh dan mengiyakan keinginan kekasihnya
"baiklah, tapi jangan lepaskan tanganku sampai aku tertidur!" lidya mengajak cavero masuk ke kamarnya masih dengan pakaian yang sama saat resepsi pernikahannya tadi siang
Lidya tidur dipangkuan cavero yang mengusap lembut kepala lidya agar cepat tertidur. Namun ada yang nampak aneh di penglihatan cavero
"lidya itu jaket siapa?" cavero merasa asing dengan jaket yang menggantung di dekat lemari lidya
dan juga bukan milik lidya karena lebih cocok dipakai pria
"mana sayang? Oh itu milik sepupu ku kemarin aku kedinginan jadi aku pinjam jaketnya dan belum sempat ku pulangkan! Kenapa sayang?"
"engga kok! Ya sudah ayo tidur jangan sampai kamu kelelahan besok" cavero tak mau banyak berfikir
baginya saat ini lidya masih mau bersamanya adalah hal yang cukup membuatnya bahagia. Cavero yang juga merasa lelah dan mengantuk ikut tertidur dalam posisi duduk yang membuatnya tak nyaman
sekitar pukul empat pagi cavero terbangun dan tersadar masih dalam posisi yang sama. Dengan perlahan memindahkan kepala lidya ke bantal
cavero beranjak dari kamar dan meninggalkan rumah lidya
Berjalan mencari taksi yang tak ada disekitar. Dengan berat hati cavero memesan ojol yang ada didekatnya agar lebih cepat kembali ke hotel
Ada rasa takut bagaiman jika tifany mengatakan cavero pergi tanpa pamit akan kemana setelah acara pernikahannya.
Namun cavero tak peduli saat ini bergabungnya dua perusahaan milik pak malik dan pak hilman menjadikan cavero makin memiliki peluang untuk menceraikan tifany dan segera menikahi lidya
Sesampainya di depan kamar hotel cavero lupa tak membawa kunci dan saat di ketuk tak ada sahutan sama sekali. Ingin ke recepsionis tapi cavero malas
Akhirnya menunggu di depan pintu yang saat ini sudah jam lima pagi . Menurutnya sebentar lagi tifany akan bangun dan membukakan pintu untuknya
cavero berusaha mengetuk lagi namun belum ada sahutan. Cavero takut tifany bunuh diri dan dia akan disalahkan
Cavero berlari ke recepsionis untuk meminta kunci cadangannya lalu segera kembali ke kamar hotel
Setelah pintu dibuka lampu semua mati dan gelap gulita. Perlahan cavero berjalan melihat sekeliling dimana tifany gantung diri atau meminum racun dan akhirnya tergeletak
"kenapa?"
Tifany membuka tirai dengan remote saat mengetahui ada yang masuk ke kamarnya. Dengan santainya tifany menggeliat dan menghadap ke jendela kamar tanpa melihat siapa yang datang
"saya pikir kamu mat*, tapi syukurlah kalau masih hidup setidaknya tak perlu repot buat alasan atau jadi saksi" ucap cavero yang melihat tifany masih sehat dan terlihat segar bangun tidur
"kamu mau jadi duda dalam sehari menikah?" tanya tifany kali ini mendekat pada cavero
"dengan senang hati!" jawab cavero dengan santainya
Tifany tersenyum getir mendengar ucapan cavero yang benar-benar tak menginginkannya. Sampai begitu teganya menjawab tanpa memikirkan perasaan tifany
"dari mana aja semalam? Kenapa baru datang!" tifany yang memang masih sangat muda tapi sikap dewasanya dan beraninya bisa diacungi jempol
Ia tak bisa ditindas oleh siapapun selama ini apalagi seorang cavero yang tak dicintainya
"bukan urusan bocah! Ayo pulang sekarang" cavero mengambil jas yang sempat dibuangnya semalam dan mandi sebelum pulang
"hei bocah! Ambil baju ganti saya lupa" cavero meminta tifany agar membantunya namun lupa dengan nama istrinya
"hei, kau tak dengar saya butuh baju ganti atau saya keluar telanjang!" teriak cavero tak mendengar tifany menyahut
"istriku! Tolong ambilkan baju atau kamu mau suamimu keluar kamar mandi tanpa sehelai benang"
"ini suamiku bajunya!" tifany mengulurkan baju untuk cavero setelah dipanggil dengan sebutan istriku
Dan tifany menjawabnya dengan memanggil suamiku pada cavero.
"geser sini, ngga sampai" cavero menarik bajunya dari dalam kamar mandi namun tak dapat diraih
"ambil aja kan punya tangan!" tifany menjatuhkannya dilantai
Saat cavero mencoba menangkap bajunya pintu kamar mandi terbuka.
"aaaaaaaaaaaa" tifany kaget saat pintu terbuka
"brisik! Saya masih pakai dalaman kalau mau lihat,
Salah sendiri kasih baju ngga bener" ucap cavero menyeringai penuh kemenangan bisa menjahili tifany
Dia balas dendam karena tifany tak segera menyahut saat diminta mengambilkan baju
"buruan kita pulang ke rumah mama saya, nanti baru kita pindah ke rumah sendiri.
Tapi sebeluk itu kamu harus tanda tangani surat ini!"
Cavero melemparkan amplop coklat berisi surat perjanjian yang dibuat oleh lidya agar tetap mau bersama dengan cavero
Tifany membuka amplop coklat dan membaca satu persatu poin yang ada
" Perjanjian pernikahan
Tidak boleh saling menyentuh kecuali depan orang tua dan orang yang kenal dekat
Tidak boleh tidur satu kamar kecuali dalam keadaan darurat
Dilarang mencampuri urusan masing-masing
Tidak boleh mengadu atau menegur jika salah satu bawa pacar ke rumah atau ke tempat kerja
Pernikahan hanya berlaku selama satu tahun
Tanda tangan
Kedua belah pihak"
Tifany mencari pulpen dan tak menemukannya
"tanpa perjanjian pun saya ngga akan melakukannya. Tapi ini lebih baik buat jaga-jaga takut anda jatuh cinta sama saya!
Mana pulpennya?" tifany meminta pulpen pada cavero tanpa banyak pertimbangan
"kamu yakin ngga ada yang mau ditambahkan?" cavero memberikan pilihan pada tifany jika ada yang perlu ditambahkan dalam perjanjian
"tidak perlu, mana pulpennya buruan sebelum saya berubah pikiran" tifany tak mau menunggu lama dan ingin segera pulang
"kamu simpan satu, saya simpan satu, Hati-hati jangan sampai orang tua kita tau!"
Cavero menyimpan miliknya dan tifany juga melakukan hal yang sama
"kita pulang bersama atau sendiri-sendiri?" tifany sudah siap untuk cek out dari hotel
"bareng aja! nanti mereka banyak pertanyaan" jawab cavero
"oke!" jawab tifany singkat
Keduanya sudah dijemput oleh supir yang diminta orang tua cavero. Dan diantarkan ke rumah orang tua cavero
Dalam satu jam perjalanan sampai dari hotel ke rumah orang tua cavero
"anak mama sudah datang! Ya ampun matanya sembab pasti kurang tidur ya sayang?" mama melia menyambut sang menantu yang tiba di rumahnya
Dengan ramah dan lembut begitu menyayangi tifany karena sejak lama sudah menginginkan tifany menjadi menantunya.
Cavero memiliki adik perempuan yang masih kuliah di luar negeri dan baru masuk kuliah tahun ini
Cukup lama jarak lahirnya dengan sang adik.
"anak mama bikin ngga tidur ya sayang? Maaf ya nak dia mirip sekali dengan papanya!" mam melia menggoda tifany
Tifany hanya bisa tersenyum kebingungan entah apa yang dimaksud oleh mertuanya
"ma, ti...istriku pasti lelah biarkan dia istirahat dulu" ucap cavero tak mau jika tifany salah bicara
Cavero menggandeng tangan tifany yang nampak terkejut dengan perlakuan cavero.
"ayo istriku kita istirahat!" cavero penuh drama di depan mamanya
Yang sedang senyum sendiri karena melihat perlakuan cavero pada istrinya. Sangat bahagia yang dirasakan mama melia
Tiba di kamar cavero
"ngapain pegang-pegang!" tifany melepaskan tangan cavero "satu lagi, jangan panggil istriku, risih dengernya! Sok sweet banget" kesal tifany pada cavero
"jangan gr dulu! Itu karena depan mama, kamu mau lebih banyak lagi pertanyaan dari mama yang aneh-aneh" cavero tak mau disalahkan padahal dia tanpa sadar masih memegang tangan tifany sampai di kamar
"lagian saya lupa namamu, jadi ngga tau harus panggil apa tadi!" ucap cavero jujur
Hanya lidya saja yang memenuhi otak cavero dan tak ada orang lain yang bisa menggantikannya
"tifany larasati, terserah mau panggil apa asal jangan istriku geli dengernya!" jawab tifany
merasa aneh kemarin dengan lantang menyebut namanya saat akad.
"oh iya tifany! malam ini kita terpaksa menginap disini, jadi karena keadaan darurat kita bisa tidur satu kamar tapi ingat jangan saling menyentuh!"
Cavero menjelaskan panjang lebar namun tak di dengar oleh tifany yang asik melihat drama dan menggunakan ear phone
Cavero yang sadar tak ada sahutan pun menyadari jika tifany tak mendengarkannya
"dasar bocah!" cavero tidur disofa karena ranjangnya dikuasai oleh tifany
Rasa kantuknya muncul karena semalam tak tidur dengan nyenyak
Saat tidur ponsel cavero berdering tak berhenti membuat tifany lama-lama merasa terganggu
Melihat nama yang terpampang dalam layar ponsel suaminya tifany tau siapa yang menghubunginya.
Ia hanya membalikan ponsel yang ada di meja dan mematikan suaranya
Lalu lanjut menonton drama.
tok..tok..tok
"sayang! Makan siang dulu nak!" panggil mama melia
Sudah hampir lewat jam makan siang tapi cavero dan tifany belum keluar kamar
Cavero yang mendengar mamanya langsung berlari dan tidur di ranjang sambil memeluk tifany
"ada apa? Awas jangan pegang-pegang!" usir tifany
"ada mama mau masuk!"cavero pura-pura tidur lagi sambil memeluk istrinya
"masuk ma!" tifany tak bisa bergerak karena badannya dipeluk cavero yang terasa berat
"mama masuk ya sayang, Maaf ya!" mama melia membuka pintu kamar anaknya setelah diminta oleh tifany
"iya ma!" tifany menunjuk cavero yang pura-pura sedang tidur
"oh ya sudah, maaf ya jangan lupa kalian makan!" bisik mama melia pada tifany
"iya ma nanti tifany sama cavero turun kalau sudah bangun!" jawab tifany
Mama melia segera keluar kamar anaknya agar tak mengganggu
"mama sudah pergi! Awas cavero!" usir tifany
"panggil saya mas atau abang, Saya lebih tua dari kamu" titah cavero
"abang tukang bakso mari-mari sini!" ledek tifany
"mas aja kalau gitu! Jangan kurang ajar saya suamimu" tegur cavero
"suami macam apa yang masih nyimpen nomer mantannya dengan nama my everything dengan emot love, alay!" sahut tifany
"kok kamu tahu?"
Tifany keceplosan tadi melihat layar ponsel suaminya
"tadi sekilas lihat, saya kan ngga buta! Awas saya mau makan lapar!" tifany pergi meninggalkan cavero
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!