Begitu bahagia pagi itu saat Beatrice membuka mata bangun dari tidurnya, bahkan wanita berusia dua puluh tujuh tahun itu bangun lebih pagi dibanding dengan hari – hari biasanya. Liburan! Hari ini ia akan ber- solo travel ke sebuah tempat yang sudah masuk dalam bucket list nya sejak bertahun – tahun lalu. Beatrice sudah menyiapkan segala perlengkapan liburannya sejak semalam, tidak banyak benda yang dibawanya hanya satu buah tas punggung yang tidak terlalu besar dan satu buah cross body bag.
Pukul delapan pagi wanita berparas manis itu sudah tiba dibandara, betapa menyenangkan hatinya bisa melihat banyak manusia berlalu lalang menambah semarak keramaian bandara pagi itu. Ia melirik jam tangannya, masih ada waktu satu jam sebelum boarding, Beatrice memutuskan untuk membeli minuman disebuah kedai kopi didalam area bandara. Saat hendak masuk kedalam kedai kopi, dua orang pria bertabrakan.
Braaaaak!
Salah seorang pria terpelanting menabrak tubuh mungil Beatrice, membuatnya jatuh terjerembab, seorang lagi justru berlari menjauhi kerumunan, badan nya tergolek dilantai tersiram es kopi milik pria itu.
‘ Sial ‘ ia bergumam dalam hati seraya berusaha bangun membersihkan segala kekacauan yang menimpanya. Beatrice mengedarkan pandangannya berusaha menemukan hp yang terhepas jauh dari genggaman tangan lentiknya.
“ Maaf kan saya Nona “ ujar pria yang baru saja mengacaukan hari pertama liburan Beatrice. Seorang perempuan yang seperti nya teman pria itu, mengambilkan hp Beatrice dan memberikan padanya.
“ Yah “ gumam Beatrice menatap nanar hp yang retak pada bagian layarnya dan kini muncul pola bergaris hitam pada saat ia mencoba membuka kuncinya, lalu dia menggosok lembut layar HPnya dengan bagian bajunya yang kering.
Beatrice berjalan berusaha mencari tempat duduk disana, seraya berusaha menahan nyeri dipergelangan kaki nya yang tadi terinjak oleh pria yang menimpanya. Pria itu terlihat seperti kebingungan dan merasa bersalah, sesekali ia menggaruk kepalanya.
“ Nona saya memohon maaf, saya sungguh tidak sengaja, apakah ada bagian tubuh nona yang terluka? “ tanyanya panik.
“ Sepertinya kaki saya sedikit terkilir “ Ujar Beatrice seraya memegang pergelangan kakinya.
“ Kita harus segera kerumah sakit Nona “terdengar nada bersalah dari Pria itu.
“ Rasanya tidak perlu Tuan, kebetulan saya harus segera berangkat. Saya akan melakukan pemeriksaan nanti jika memang tidak membaik Tuan “ wanita itu menolak halus.
Kring...Kring..
Terdengar HP Beatrice berdering, segera ia mengangkat panggilan yang sedang masuk itu namun sayang layarnya tidak bekerja. Karena terjatuh dan terhempas cukup jauh membuat HP nya menjadi tidak berfungsi, Beatrice mencoba untuk tidak panik. Namun tetap saja pikirannya berkecamuk, ia menyimpan banyak dokumen disana dan bagaimana ia bisa menghubungi orang rumah dan jika ada pekerjaan yang urgent.
“ Nona, saya tidak keberatan jika harus membiayai pengobatan dan perbaikan untuk HP Nona “ tukas pria tersebut sambil menatap wajah murung Beatrice penuh belas kasihan.
“ Apakah kita perlu ke service centre sekarang saja Nona? “ terdengar suara teman perempuan pria itu yang sedari tadi hanya diam.
“ Saya harus segera berangkat Nona, tidak mungkin jika harus meninggalkan bandara “ jawab Beatrice.
“ Apakah benar tidak masalah jika saya meminta biaya pemeriksaan dan perbaikan? “ Beatrice merasa tidak enak sehingga ia berusaha meyakinkan.
“ Tentu tidak masalah Nona, saya sudah membuat Nona terluka juga menyebabkan kerusakan pada HP Nona. Sekali lagi saya memohon maaf atas kejadian hari ini Nona “ Pria itu meminta maaf lagi.
“ Hari ini kita sama – sama mengalami hal buruk Tuan jadi mau bagaimana, lagi pula Tuan juga tertabrak oleh orang lain. Saya minta kontak Tuan saja jika Tuan berkenan, akan saya hubungi saat saya sudah melakukan perbaikan “ jawab Beatrice.
Pria itu kemudian menyodorkan sebuah kartu nama kepada Beatrice. Dilihatnya sekilas, Pria tampan itu bernama Clovis Millard seorang manajer artis, deretan nomor hp beserta alamat juga tertera disana, dia bekerja untuk Giant Entertaiment.
“ Nona dapat menghubungi saya kapan pun, saat perbaikan juga pengobatan sudah selesai. Saya harap Nona tidak lupa, karena ini bagian dari rasa tanggung jawab yang harus saya penuhi Nona.“ imbuhnya.
“ Baiklah Tuan akan saya hubungi Tuan segera, dan juga terima kasih. “ jawab Beatrice singkat.
Sungguh kesialan tidak terduga ia alami pagi ini, hari – hari yang seharusnya dipenuhi dengan keceriaan dan petualangan justru diawali dengan hal tak mengenakkan. Ditambah dengan rasa sakit dipergelangan kaki kirinya, sesungguhnya Beatrice merasa sangat kesal dan ingin marah. Namun ia tidak ingin memperburuk situasi, ia harus tetap tenang dan berusaha menikmati liburannya. Beatrice kembali melihat jam tangannya, dengan tertatih - tatih ia
mempercepat langkah kaki nya saat terdengar panggilan untuk boarding.
Setelah satu setengah jam penerbangan akhirnya pesawat mendarat, saat dipersilahkan turun dari pesawat Beatrice segera menghambur keluar. Ia berjalan menuju tempat pengambilan bagasi, setelah mendapatkan tasnya ia keluar dari area kedatangan. Wanita itu berjalan menuju stasiun kereta untuk menuju hotel.
Sesampainya di stasiun dia melihat jadwal dan jurusan kereta yang akan menuju tempat terdekat dengan hotel yang akan ditempatinya. Tidak menunggu lama, kereta sudah datang dan segera Beatrice naik, berusaha menikmati perjalanan dan membuang segala kekesalan nya tadi pagi.
Dua puluh menit kemudian ia sudah tiba di stasiun tujuan, Beatrice segera turun dan keluar dari stasiun. Sebelumnya, ia sudah bertanya kepada petugas stasiun kendaraan apa yang melewati hotel tempatnya menginap. Atas saran petugas stasiun ia segera menuju ke sebuah halte bis, menunggu bis dengan nomor 23 yang akan membawanya tepat berhenti didepan hotel.
“ Selamat siang Nona, ada yang dapat kami bantu “ sambut receptionist dengan ramah sesampainya Beatrice di hotel.
“ Apakah saya dapat menggunakan PC Pengunjung? HP saya sedang terkendala, sehingga saya tidak dapat menunjukkan voucher menginap saya. “ ujar Beatrice pada petugas hotel seraya menunjuk sebuah PC yang ada di lobby.
“ Oh tentu saja Nona, silahkan “ kemudian salah seorang petugas lainnya mengantarnya menuju meja PC tersebut. Beatrice segera membuka email dan didapatinya voucher menginap yang ia maksud, petugas hotel pun membantunya mencatat voucher tersebut dan memproseskan check in nya.
“ Nona, maaf apakah di sekitar hotel ada service centre HP ya? “ tanya Beatrice pada petugas hotel. Kemudian petugas hotel memberitahu Beatrice service centre yang letaknya tidak begitu jauh dari hotel.
Sesudah proses check in selesai Beatrice segera menuju kamarnya, ruangannya tidak terlalu luas hanya berisi satu buah ranjang ukuran sedang, lemari pakaian yang menempel dinding, dua buah kursi dengan sebuah meja, dengan sebuah lukisan tergantung manis didinding diatas ranjang. Beatrice segera menyusun barang – barangnya dengan rapi, kemudian segera membersihkan diri supaya tubuhnya lebih segar dan relax.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, Beatrice segera bergegas menuju service centre menggunakan bus kota. Setibanya di service centre langsung dilakukan pengecekan pada HP Beatrice, namun sayang harus menunggu waktu tujuh hari untuk mendatangkan sparepart nya. Padahal Beatrice hanya berlibur selama empat hari dikota ini, ia tidak dapat menunggu karena waktu cuti nya yang terbatas. Beatrice memutuskan untuk tidak memperbaiki HP nya sekarang, sisi baiknya adalah ia tidak perlu diganggu oleh urusan kantor yang terkadang membuatnya kelabakan. Sayangnya ia tidak akan memiliki kenangan untuk liburannya kali ini, ia tidak dapat berfoto.
Setelah keluar dari service center Beatrice melihat sebuah tempat makan tenda dipinggir jalan yang sangat ramai. Sekumpulan orang tampak sedang mengantri makanan disana, rasa penasarannya menggeliat dan ia
menghambur menuju tempat makan itu. Beatrice memesan satu porsi mie pedas ukuran sedang, dengan lauk pelengkap beraroma ikan dan satu buah es serut.
Seusai menyantap makanannya, ia memutuskan untuk mengunjungi sebuah galeri seni yang letaknya tidak begitu jauh dari tempat dia makan hanya sekitar 15 menit berjalan kaki.
Sesampainya di galeri, Beatrice dibuat terpukau, matanya dimanjakan dengan berbagai macam benda – benda bersejarah yang antik, lukisan – lukisan cantik yang menawan. Beatrice hanya berdiri terpaku melihat setiap karya – karya yang ada didalam galeri tersebut. Wanita yang akrab disapa Be itu, sungguh menikmati segala keindahan yang disajikan oleh setiap benda yang memiliki cerita disana.
Tidak terasa waktu hampir menunjukkan pukul enam sore, Beatrice segera keluar dari galeri seni. Kembali ia mencari halte bus terdekat untuk kembali ke hotel, meski kaki nya terasa semakin sakit namun ia merasa sangat puas. Energi yang dihabiskan untuk bekerja selama ini terasa tergantikan oleh keindahan galeri seni yang tadi dikunjungi nya.
Setiba nya dihotel Beatrice mengambil air hangat dari shower dan handuk yang masih bersih, ia mengkompres kaki nya yang terasa nyeri. Setelahnya, membersihkan diri dan bersiap tidur mengumpulkan tenaga untuk rencana liburan esok.
Pagi ini seusai sarapan Beatrice memutuskan untuk menghabiskan hari keduanya disebuah taman hiburan. Seingatnya, terakhir kali ia mengunjungi taman hiburan saat berusia tujuh atau delapan tahun. Ibunya mengajak Beatrice bersama adik perempuan nya pergi kesebuah taman hiburan yang dulunya menjadi tempat hiburan terbesar dikota kelahirannya. Sebenarnya liburan Beatrice kali ini adalah rencana play date nya bersama adik perempuannya, namun karena pekerjaan adiknya dia tidak dapat pergi. Adik Beatrice adalah seorang dosen muda disebuah Universitas Swasta dikotanya, dia seorang yang mengutamakan segala tanggung jawabnya sebagai tenaga pendidik ketimbang berlibur.
Beatrice tergopoh – gopoh berjalan menuju stasiun kereta, kondisi kaki nya belum juga membaik dan terlihat sedikit bengkak namun Beatrice merasa masih sanggup berjalan. Meski kaki nya mengalami cidera setidak nya semenjak kemarin ia merasa hidupnya begitu tenang, tanpa telepon atau pesan dari rekan – rekan kantornya. Memang mungkin ini adalah sisi positif yang ia dapatkan saat mengalami hal tak mengenakkan kemarin di bandara. Tidak pernah sebelumnya wanita yang bekerja disebuah perusahaan fashion itu merasakan liburan sebebas dan setenang ini.
Setelah dua puluh menit menikmati perjalanan dengan kereta, Beatrice tiba distasiun yang disebutkan oleh petugas hotel tadi, kemudian ia keluar menyusuri anak tangga stasiun. Sekeluarnya dari stasiun benar saja, taman hiburan tepat berada diseberang stasiun.
Saat di loket masuk, Beatrice membeli satu paket tiket dengan beberapa permainan yang tidak begitu extreme mengingat kondisi kakinya saat ini. Beatrice mengunjungi taman hiburan itu karena ia ingin bernostalgia mengingat masa kanak-kanaknya, meskipun ia dan adiknya tumbuh dalam kesederhanaan nyatanya orang tuanya tidak lupa memberikan kebahagiaan.
Beatrice mulai mengelilingi taman hiburan, satu persatu wahana mulai dia coba. Lalu ia mendapati satu wahana yang benar – benar menjadi wahana kesukaannya, bianglala. Beatrice kemudian naik kesalah satu bilik bianglala bercat warna – warni itu, betapa ia menikmati pemandangan kota yang sangat indah saat berada dibagian puncak bianglala, ia juga selalu menatap bilik diatasnya saat ia berada dibagian terendah. Kemudian ia menyadari satu hal, bahwa terkadang kehidupan membawa seseorang berada dipuncak tertinggi dan sesekali membawa seseorang dibagian terbawah, kehidupan tidak selamanya berjalan dengan ritme yang sama.
Tidak terasa waktu telah lewat tengah hari, sudah banyak wahana yang Beatrice coba namun belum seluruhnya terjamah olehnya. Beatrice merasa bepergian sendirian memang menyenangkan, namun akan lebih menyenangkan jika hari itu ada adiknya Kathleen. Beatrice melihat penjual lolipop pelangi disana, kesukaan Kath! Tanpa berfikir panjang ia membeli beberapa buah lolipop untuk Kath, meski Kath sudah berusia hampir seperempat abad namun jiwa kekanak-kanakan nya akan muncul saat berhadapan dengan Beatrice, kakak satu – satunya yang Kath punya.
Setelah membeli lilipop untuk Kath, Beatrice berjalan hendak menggunakan toilet namun tiba – tiba dilihatnya seorang anak perempuan yang mungkin berusia kurang lebih tujuh tahun duduk bersila berlinang air mata didekat wastafel diluar bangunan toilet. Anak kecil itu menangis tanpa bersuara, anak kecil yang sangat cantik dan lucu serta menggemaskan. Beatrice pun mendekati gadis itu perlahan dengan sangat hati – hati.
“ Hai anak manis, siapa namamu? Kenapa menangis? “ sapa Beatrice lembut seraya menyentuh rambut anak kecil yang diikat dengan pita merah muda itu. Air mata gadis kecil itu mengalir semakin deras, tetap tanpa suara.
“ Hai, jangan menangis, apakah kau kehilangan orang tua mu? “ Beatrice menerka. Lalu anak kecil itu mengangguk – anggukkan kepalanya.
“ Sstt jangan menangis, aku bantu menemukan orang tua mu ya. Jangan menangis “ Beatrice mengulurkan satu buah lolipop kepada anak kecil itu berharap dia bisa berhenti menangis. Kemudian gadis kecil itupun berdiri dan mengangguk, ia meraih lolipop yang diulurkan Beatrice dengan malu – malu.
“ Jadi siapa nama mu anak cantik? “ tanya Beatrice lagi seraya tersenyum kepada gadis mungil itu.
“ Rachel tante, tante bukan orang jahat? “ jawabnya membuat Beatrice terbelalak. Tante? Pekik Beatrice dalam hati, sekerjap Beatrice merasa bahwa dirinya sudah sangat tua.
“ Hahaha, tentu bukan anak cantik. Oke Rachel, jadi bagaimana kamu bisa berpisah dengan orangtua mu? “ Beatrice bertanya lagi.
“ Aku tidak tahu tante, aku tadi berjalan mengikuti Nanny, tapi Nanny menghilang tante“ celoteh anak itu menggemaskan.
“ Tante, apakah bisa menemukan Mama ku? “ lanjut anak itu seraya menarik ujung jaket Beatrice.
“ Yuk sama – sama kita cari mama Rachel, pertama kita cari ruang informasi dulu ya “ kemudian Beatrice menggandeng tangan mungil Rachel untuk melihat denah taman hiburan memastikan lokasi ruang informasi berada.
Bagian informasi berada dibagian timur taman hiburan, tidak jauh dari area food court. Cukup jauh letaknya dari tempat Beatrice dan si gadis mungil itu berada, tapi tidak akan jadi masalah bagi Beatrice asalkan bisa menemukan orang tua Rachel. Sepanjang jalan Rachel terus menggenggam tangan Beatrice dengan sangat erat, seakan ia takut terhilang lagi
“Tante aku haus “ ucap Rachel sambil menggoyang - goyangkan tangan Beatrice. Disana terlihat ada stand penjual minuman, lalu Beatrice meminta Rachel memilih minuman yang ia mau. Lucu nya Rachel hanya memilih satu botol air mineral, padahal disana ada ice cream juga minuman lainnya.
“ Oh hanya itu? “ tanya Betarice padanya.
“Tante, bolehkah aku meminta balon ? “ Rachel menunjuk balon gas warna merah muda diikat dengan tali berserta pemberatnya. Beatrice menatap binar mata Rachel, tiba – tiba terlintas sosok Kath dipikiran Beatrice, gadis kecilnya yang telah tumbuh dewasa. Adik yang juga lebih sering menjadi sahabat bagi Beatrice, adik yang bisa menjadi teman bagi Beatrice. Ya, binar mata Rachel seperti mata Kath yang tulus dan sederhana.
“ Oke, satu saja ya “ Beatrice mengiyakan. Beatrice masih menggenggam erat tangan mungil Rachel, sementara tangan kiri Rachel memegang balon dan lolipop bersamaan.
“Tante, apakah masih jauh? Aku sangat lelah “ Rachel berhenti. Sebenarnya Beatrice juga merasa cukup lelah ditambah rasa nyeri dikaki nya yang makin menjadi, namun apa boleh buat Beatrice harus membantu Rachel menemukan Ibunya. Tanpa aba-aba Beatrice langsung menggendong Rachel kedalam dekapannya.
Hampir kehabisan nafas Beatrice berjalan sejauh itu dengan menggendong anak kecil yang berat nya mungkin hampir dua puluh tiga kilo gram, lalu tak jauh dari tempatnya berdiri terlihat papan besar bertuliskan ‘ INFORMASI ‘. Beatrice kegirangan, akhirnya ia menemukan bagian informasi. Beatrice akan melaporkan Rachel sebagai anak hilang, agar dapat diumumkan ke seluruh penjuru taman hiburan.
“ Mama “ teriak Rachel dari gendongan Beatrice. Disana seorang wanita cantik dengan pakaian kasual duduk dengan sangat lesu, disampingnya berdiri seorang wanita berseragam nanny dengan wajah cemas dan ketakutan mencoba menenangkan wanita cantik itu.
Saat mendengar teriakan Rachel wanita cantik berkaos putih itu langsung menghambur kearah Beatrice, meraih gadis kecil itu dari pelukan Beatrice sambil menangis.
" Rachel, Mama mencarimu nak, kamu dari mana? “ kemudian si Ibu menciumi anaknya bertubi – tubi.
“ Mama, Tante ini nemu aku di toilet yang jauh disana ma. Aku mencari Mama, aku menangis tadi Ma. Terus aku minta balon sama Tante ini Ma “ celoteh Rachel seraya menunjuk ke sembarang arah.
“ Nona, terima kasih sekali telah menemukan Rachel dan membawanya kemari. Kami sangat teledor “ ujar wanita cantik yang adalah mama Rachel. Tiba – tiba dua orang pria berlari kearah mereka, dan menghampiri Rachel beserta Mamanya.
“ Rachel kamu dari mana “ Beatrice melirik kearah suara pria itu. Deg! Jantung Beatrice serasa hampir berhenti, dia seorang Actor tampan yang di puja jutaan wanita di negara ini, atau bahkan di dunia? Kendrick Leandro! Seorang actor muda berbakat yang berusia tiga puluh dua tahun, parasnya sangat tampan, tingginya sekitar 187 cm, rambutnya hitam lurus, berhidung mancung dan berbibir tipis. Badannya tegap atletis, kulitnya putih bersih dan matanya berbinar indah kecoklatan.
Aktor yang juga sering terlihat diperusahaan tempat Beatrice bekerja, aktor tampan itu adalah salah satu artis yang menjadi brand ambassador produk fashion perusahaan Beatrice bekerja. Namun mungkin Kendrick pun tak pernah menyadari jika sering bertemu dengan Beatrice saat dikantornya, karena kebetulan Beatrice tidak pernah memegang proyek bersama Kendrick.
“ Om Ken! Tante ini nemu aku di toilet, terus aku dibawa kesini ketemu mama “ ucap Rachel polos pada Aktor tampan itu, yang ternyata Kendrick adalah paman Rachel.
Aku hanya tersenyum melihat Rachel berceloteh didekapan Mamanya, tiba – tiba seorang pria yang baru saja datang dengan Kendrick menepuk ringan bahu Beatrice.
“ Nona di Bandara? “ ujar pria itu. Beatrice menatapnya lekat, kemudian teringat Clovis pria yang menabraknya di Bandara, seorang manager artis.
“ Oh Tuan Clovis? Halo, tidak menyangka bertemu dengan anda disini “ jawab Beatrice kikuk.
“ Bagaimana kondisi kaki anda Nona? Lalu apakah anda sudah memperbaiki HP anda Nona? “ cecar Clovis pada Beatrice. Sementara Kendrick dan Mama Rachel hanya memandang Beatrice, seolah menunggu jawaban.
“ Ah iya, saya belum sempat berobat. Rasanya akan segera membaik “ ujar Beatrice seraya menggoyang – goyangkan kaki kiri nya.
“ Kalau HP kemarin sudah saya coba bawa ke service center disekitar Mall Orchard, namun mereka bilang harus menunggu tujuh hari, karena lusa saya harus kembali jadi saya tidak bisa meninggalkan HP saya tuan “ tukas Beatrice. Terlihat mimik muka Clovis yang semakin merasa bersalah.
“ Apakah Nona hanya berlibur disini? “ Sambung Clovis. Beatrice hanya menggaruk kepalanya
dan tersenyum pada Clovis kaku.
“ Nona, sepertinya Nona harus segera ke dokter saya lihat Nona berjalan kesakitan sambil menggendong Rachel tadi “ timpal Mama Rachel seraya memperhatikan kondisi kaki Beatrice.
“ Clo, hubungi Dokter Jung, kita antar Nona ini berobat “ terdengar suara Kendrick seperti memerintah.
“ Tidak perlu Tuan, saya yakin akan segera membaik “ Beatrice berusaha menolak, namun terlihat Clovis sudah menghubungi seseorang.
“ Tidak apa – apa Nona, ini sebagai salah satu bentuk ucapan terima kasih kami karena telah membawa Rachel kemari, bahkan menggendong Rachel sementara Nona terlihat kesakitan “ Mama Rachel masih memaksa Beatrice
“ Sebenarnya tidak perlu seperti ini Nyonya saya yakin akan baik – baik saja dan saya membantu Rachel karena kebetulan saya melihatnya menangis “ jawab Beatrice.
“ Ayolah Nona, terima lah sebagai bentuk ucapan terima kasih kami “ Kendrick menimpali.
Serba salah dengan keadaan, namun memang benar kaki Beatrice terasa semakin nyeri saat ia mencoba menapak kan nya sehingga ia mengiyakan tawaran mereka.
“ Nona, siapa namamu? “ tanya Mama Rachel saat mereka berjalan menuju mobil.
“ Beatrice Nyonya “ jawab Beatrice singkat.
Kemudian mobil melaju membawa mereka meninggalkan taman hiburan tadi. Rachel terlelap dipangkuan Mamanya, sementara Kendrick duduk disamping Clovis yang tengah mengemudi. Hati Beatrice bercampur aduk dengan kondisi saat ini, ia bisa melihat Kendrick dengan jarak yang begitu dekat, bahkan berada satu mobil dengannya.
“ Ken, antarkan kami kerumah dahulu ya lihat lah Rachel sudah terlelap “ ujar Mama Rachel memecah keheningan, sementara Kendrick hanya menjawab dengan anggukan.
Beatrice menatap lekat Kendrick dari belakang, liburannya kali ini sungguh penuh dengan kejutan yang tidak pernah terpikirkan sedikitpun olehnya. Bisa – bisa nya seorang artis terkenal mengajaknya duduk bersama dalam satu mobil. Rasanya Beatrice benar – benar tidak akan bisa tidur malam ini.
“ Nona Beatrice, bagaimana jika HP Nona yang rusak kemarin saya ganti dengan HP baru saja? Tentunya Nona kesulitan karena HP Nona rusak “ tiba – tiba terdengar suara Clovis dari kursi kemudi.
“ Tidak perlu Tuan, akan saya perbaiki nanti saat saya sudah kembali dari sini saja “ Beatrice dengan sopan menolak.
“ Nona, saya mohon karena ulah saya sepertinya liburan Nona tidak berjalan dengan baik. Saya ingin bertanggung jawab atas segala kesalahan saya Nona “ tukas Clovis.
“ Terima saja permintaan nya Nona, Clovis terlihat sangat bersalah dan tidak tenang sejak di bandara kemarin “ suara Kendrick terdengar seolah ia sudah mengetahui apa yang terjadi pada Beatrice dan Clovis.
Beatrice hanya diam tanpa menjawab apa – apa lagi, ia merasa sangat tidak enak. Mereka akan membawanya ke dokter dan Clovis memaksanya mengganti HP nya yang rusak dengan yang baru.
Tidak lama mobil berhenti di depan sebuah bangunan rumah yang megah, kemudian terlihat secara otomatis pagar terbuka. Mobil masuk kehalaman rumah tersebut, rumah bercat putih dan terlihat asri oleh bunga – bunga di taman. Mama Rachel turun disusul nanny yang tadi duduk dikursi belakang, datang dari dalam rumah seorang wanita mengambil barang – barang dari dalam mobil yang kemungkinan adalah milik Rachel.
“ Nona Beatrice, sekali lagi terima kasih karena telah menemukan Rachel. Terima kasih juga atas balon serta lolipopnya dan sudah bersedia menggendong Rachel, semoga Nona lekas sembuh. “ Ucap wanita cantik itu seraya memegang tangan Beatrice dengan binar mata yang hangat.
" Tidak perlu sungkan Nyonya, saya senang Rachel bisa bertemu dengan Nyonya kembali “ Beatrice tersenyum dengan sangat menawan.
Setelah wanita itu melambaikan tangan nya, mobil yang ditumpangi oleh Beatrice, Kendrick dan Clovis melaju meninggalkan rumah itu.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!