"Mas beras kita habis"ucapku pagi itu Mas Budi yang tengah duduk di ruang tamu dia menoleh ke arah ku,kemudian ia memalingkan wajah ke arah jendela.
^^^ "Pinjam dulu ke tetangga ya,Dek.Mas nanti siang nyari kerja. "Ke siapa lagi, mas?,Bu Merry,Bu Alfi,^^^
Semua tetangga di sini sudah aku mintai pinjaman tapi sampai sekarang belum aku ganti.aku malu mas!"
Mataku seketika mengembun,mengingat kehidupan perekonomian Keluarga kecilku yang jauh dari kata cukup.sejak Mas Budi di PHk,kehidupan kami terlunta-lunta,tak jarang aku dengan anak-anak sering menahan lapar Karena Mas Budi tidak mempunyai uang.
"Mas setiap hari usahakan,apapun itu asal kita bisa makan.tapi masalahnya,nyari kerja di kota besar seperti ini sangat susah"
"Terus gimana dong,Mas?
Apa aku jadi TKW saja"
"Jangan, Diana.selagi aku masih hidup,kalian semua masih tanggung jawabku.
Untuk hari ini Coba kamu cari pinjaman beras
atau uang dulu.
Mas mau ke Terminal siapa tahu dapat kerjaan"
Mas Budi bangkit dari tempat duduk .ia meraih jaket yang tersampir di sampingnya.Raut wajah ya yang lelah, semakin membuatku merasakan nelangsa.aku tahu selama ini dia berjuang keras untuk kehidupanku dengan anak-anak.Namun karena jeratan hutang,hasil yang ia dapat tak seimbang dengan kebutuhan kami semua.
terkadang upah yang ia dapat bisa di gunakan untuk membayar Cicilan tapi tidak mencukupi kebutuhan,Begitupun sebaliknya.
Setelah berpamitan,aku menatap punggung Mas Budi yang menghilang dari balik pintu.kembali Sunyi dan senyap yang menjalar di rumah yang sudah 5 tahun kami tempati.tak ada barang elektronik sama sekali ,hanya ada kipas kecil bertengger di dekat lemari itupun sudah tak berfungsi.semua habis tergadai untuk menutupi kebutuhan hidup ketika Mas Budi Berhenti bekerja.
Hingga sekarang,kehidupan kami tak mengalami perubahan yang ada semakin kesusahan.
"Mah, adik laper...."
"Sama,kakak juga..."
Tiba-tiba Nathan dan hijrah muncul dari kamar.kedua putriku berdiri di ambang pintu kamar sembari tersenyum kepada.gegas aku menghapus air mata, dan berusaha membalas senyuman kepada mereka berdua.Jam menunjukkan pukul 07.00 pagi,mana mungkin Sepagi ini aku harus meminjam lagi ke tetangga.
"Sebentar ya,Mama ke warung dulu,Kalian main boneka dulu ya"
"Mama mau ke warung ?sekalian beli chiki, chiki ya mama!"
" kakak juga mau ya, mama"
Intan dan hijrah menatapku dengan wajah berbinar dan penuh harap.ah, sakit sekali jika aku harus membohongi Mereka lagi
Aku mengangguk kemudian bangkit dari tempat duduk.sebelum keluar dari rumah, Aku pastikan anak-anak bermain di dalam kamar,kemudian Mengunci pintu dari luar.
Gegas aku melangkahkan kaki,meskipun ragu tak ada pilihan, selain meminjam kembali ke Tetangga.satu persatu rumah tetangga aku ketuk,Seraya mengucap salam,namun tak ada sahutan.
Kalut dan Taku menjalar perasaan,Bagaimana jika aku tak mendapat pinjaman,Bagaimana nasib intan dan hijrah di rumah yang tengah kelapa.Ya, Tuhan, aku rela hidup kesusahan seperti ini,Tapi tidak untuk anak-anak ku. sepanjang jalan,aku terus melantunkan doa, Berharap ada satu tangga yang mau menolongku saat ini.
Sampai aku berhenti di sebuah rumah bercat biru,rumah sederhana yang berada di paling ujung Gang,menjadi tujuanku berikutnya.Setahuku si pemilik rumah Baru beberapa bulan menetap di kampung ini.Aku pun tak tahu pasti siapa penghuninya,Namun sebagai Tetangga, Siapa tahu dia mau memberi bantuan..
Tok tok tok
"Permisi...!
Aku mengetuk pintu pelan.
"Permi---
Klek.
Pintu terbuka ,muncul seorang laki-laki yang seusianya mungkin seumuran dengan Mas Budi.tubuhnya tinggi atletis, tatapan matanya Teduh,namun wajahnya begitu dingin.Iya menatapku heran Seraya memindai penampilanku dari atas hingga bawah.
"Ma-Maaf, Mas. Saya Diana, yang tinggal dekat sini.
"Sa- saya minta tolong,boleh pinjam berasnya?"aku langsung mengutarakan tujuanku tanpa berbasi-basi.
"apa?"laki-laki itu mengernyitkan kening.
Lagi, tatapannya membuatku tak nyaman.
"Sa-saya..."
"Masuklah tak baik berbicara di depan pintu"
Laki-laki itu membalikkan badan,namun kembali menoleh ke arahku yang masih dia mematung di depan pintu.
sejenak kami bersitatap,
ragu-ragu aku pun akhirnya mengikutinya masuk ke dalam rumah.
Ia mempersilahkan Aku duduk di sebuah sofa berbentuk L,ruang tamu di rumah ini begitu bersih dan tertata rapi,aroma pengharum ruangan mengeluarkan indra penciuman,membuat siapapun berkunjung akan merasa betah.
"jadi, apa maksud kedatanganmu kemari?"
"Saya mau meminjam beras,Maaf saya sedang membutuhkannya,ada anak saya yang sedang kelaparan"
"suamimu?"
"sedang bekerja?"
"bekerja?tetapi membiarkan istri dan anak-anaknya kelaparan?laki-laki macam apa dia?"
Aku memilih diam dan menundukkan kepala,terdengar helaan nafas berat dari laki-laki itu.
"Saya tidak terbiasa meminjamkan sesuatu kepada siapapun.apalagi dengan seseorang yang tak kukenal"
"saya akan ganti secepatnya Jika suami saya sudah mempunyai uang"
Laki-laki itu terbahak,Entah kenapa ada rasa ngilu saat mendengar suara tawanya.
"itu hanya alasan klise.
Saya tahu kenapa kamu sampai datang ke rumah ini.sedangkan jarak rumah kita berdua terlalu jauh,bukan karena kamu tidak punya tetangga kan?
Tapi karena kegiatan seperti ini sudah sering kamu lakukan,dan kamu selalu ingkar dengan janji yang kamu buat.kamu sudah terkenal terlilit hutang "
"kalau memang tak mau meminjamkannya,Saya rasa cukup,satu lagi,jangan urusi kehidupan orang yang tidak kamu kenal,permisi"
Aku bangkit dari sofa,kemudian berjalan menuju arah pintu.
"saya akan berikan apapun,asal ada sesuatu yang kamu berikan kepada ku"ucapnya yang membuat langkahku terhenti.
"ambillah,anak-anakmu pasti sedang menunggumu"
Aku membalikkan badan,kulihat ia meletakkan beberapa lembar uang di atas meja.
"Ambil,tak perlu dikembalikan"ucapnya lagi.namun aku masih bergeming sama sekali,
Di sisi lain Ingatanku penuh dengan intan dan hijrah,mereka saat ini pasti Tengah menahan lapar,
"Kenapa?kurang banyak?"
"tapi tapi..."
"ambil atau aku berubah pikiran ucapnya lagi.
Apa mungkin benar laki-laki ini memang benar pengen menolongku,namun melihat uang yang tergeletak di atas meja,naluri keibuanku semakin Meronta,ingatan intan dan hijrah,saat ini menari di pelupuk mata.mereka Tengah menanti,pastinya dengan sesuatu yang harus aku bawa,ya,aku sangat membutuhkan uang itu.
"Saya pasti ganti uang ya,atau saya tukar dengan tenaga saya"ucapku sembari membuang nafas kasar,kemudian perlahan melangkahkan kaki mendekati meja yang berada di depan laki-laki itu .aku tak bisa menyembunyikan kebahagiaan,sesuatu yang membonceng di dalam dada,membuat senyumku terus mengembang.
Saat tanganku ingin meraih uang yang berada di atas,tiba-tiba laki-laki itu mencekal tanganku.
"Tukarlah dengan tubuhmu..."
Di detik itu juga, aku merasakan peredaran darah ini berhenti seketika.tanganku gemetaran seiring lebar jantung yang berpacu lebih cepat dari biasanya.
"Ha ha ha...lucu sekali kau ini"ucapnya sambil menepis tanganku.aku masih diam di posisi yang sama.Entah kenapa laki-laki itu semakin tertawa renyah,bahkan sudut matanya mengeluarkan air mata saking gelinya,sumpah,ini tidak lucu.
"Ambillah,Maaf tadi itu ---"
"Saya bukan wanita murahan.saya ke sini memang berniat mencari pinjaman,sekalipun saya tidak bisa mengembalikannya, saya bisa membayar dengan tenaga,mencuci, memasak, beres-beres..."
Ucapanku dengan derai air mata.
aku sudah terbiasa mendapat hinaan dari tetangga karena sering berhutang,tapi rasanya tak sesakit seperti.
Aku menangis sesegukan, kemudian menjatuhkan diri di dekat meja.sakit hati dan malu dengan ketidakberdayaan ini.namun, lagi-lagi bayangan intan dan hijrah semakin membuat dada ini.
"Pulanglah, Aku paling tak suka melihat wanita menangis. Ambillah uang itu anak-anakmu pasti sedang menunggu"
"jad-jadi..."
Ia menjentikkan telunjuknya ke arah pintu, kutatap lembaran uang yang berada di atas meja,sekali lagi aku menatap ke arahnya dan dia pun menganggukkan kepala.untuk Tatapan yang terakhir, Akhirnya Aku memberanikan diri untuk meraih uang tersebut.
"Terima kasih, nanti saya--"
"jangan mengucapkan sesuatu yang tidak bisa kamu lakukan, kau jangan samakan aku dengan Tetangga mu.
Soal ucapan yang tadi,aku bisa membeli wanita yang lebih cantik dan seksi dengan uangku.bukan ibu rumah tangga yang kumuh sepertimu.Lihatlah Penampilanmu saat ini, bahkan aroma tubuhmu saja sudah mencemari ruang tamuku. juga rambutmu, Kapan terakhir kali kau menyisirnya?"ia berdecih sembari melipat tangan.
Ketakutanku langsung menguap begitu saja. untuk penghinaan kali ini,Entah kenapa membuatku merasa lega.toh, Apa yang diucapkan soal penampilanku memang benar adanya.tak ingin membuang waktu, akhirnya aku pun berpamitan.
"sekali lagi,saya ucapkan terima kasih. saya tak akan berjanji namun suatu saat pasti saya kembali ke sini"
Aku membungkukkan badan tanda hormat,kemudian berjalan menuju daun pintu,sesegera mungkin aku harus keluar dari rumah ini.perasaanku membucah saat merasakan tebalnya lembaran uang yang ku pegang.Entah berapa jumlahnya,aku tak sempat menghitung,yang jelas saat ini aku harus buru-buru pulang.
"kembalilah.....aku tunggu kedatangan mu"ucapnya terakhir kali sebelum aku benar-benar pergi dari rumah.di ambang pintu,tak sengaja Aku menoleh ke arah di mana laki-laki itu berada.Iya tersenyum kepadaku,dan terakhir mengedipkan sebelah matanya.tak kuhiraukan,yang jelas aku sudah bahagia dengan sesuatu yang berada dalam genggaman.
Pulang dari rumah laki-laki itu,aku singgah di sebuah warung kelontongan yang kebetulan tak jauh dari rumahnya.
"berani juga kau menampakan diri ,setelah berbulan-bulan kau tak bayar hutang"sentak Bu Nilam, pemilik warung kelontongan itu.Iya, Bu Nilam salah satu dari tetangga yang pernah aku hutangi,namun belum sempat kubayr.
"I--Iya Bu,ini saya mau bayar,mohon maaf jika lama.berapa hutangnya kalau Boleh saya tahu ?"
"nah begitu dong .kalau demen ngutang.harus giat juga bayarnya.ini warung bukan punya nenek moyangmu yang seenak jidatnya Bisa kau hutangi Tapi bayarnya lama-lama.kamu perlu tahu Diana,keuntungan berjualan warung sepertiku ini kecil.aku berjualan juga bukan berarti hidupku kaya.habis habis keuntunganku jika kau hutangi terus,apalagi berbulan-bulan kau tak lagi datang kemarin"
"Ma--maaf Bu nilam,saya baru ada rezeki hari ini"omelku pelan.aku sudah layaknya terdakwa yang tengah mendapat penghakiman.
"total hutangmu itu 392.000.ini catatannya"bu Nila menyodorkan sebuah buku.aku menatap rangkaian catatan hutang yang milikku kepada bu Nilam.hampir satu lembar penuh dengan catatanku.Mungkin ini memang jalan rezekinya Bu nilam,akhirnya aku langsung membayar semua hutang itu,tak enak juga jika harus dibayar separuhnya karena hutang ku sudah mangkrak terlalu lama.
Aku membuka genggaman tangan,saat berhitung ulang ternyata uangnya ada 500.000.Ya, Tuhan.banyak sekali uangnya,aku jadi mengingat akan lelaki tadi,Bahkan aku sampai lupa menanyakan namanya.
"Masih ada sisa 100.000 lagi" guman ku lega.
Saat membayar kepada bu Nilam, tiba-tiba aku tersentak dengan kedatangan Bu Sinta.
"ini dia orangnya, ke mana aja kamu, diana?kebetulan kita bertemu di sini,sekalian saya mau menagih janji"
"eh,Bu sinta.Janji apa ya,Bu?"
"halah....lupa atau memang pura-pura lupa?Saya heran sama kamu ya, Diana.awal saya memang niat bantu, tapi etika Kamu sendiri yang bikin gondok !"
"sama bu Sinta,ke saya aja baru bayar sekarang setelah berbulan-bulan ngilang"tambah Bu nilam.sontak Bu sinta langsung mendelik ke arah ku.
"Oh bayar hutang ya?kalau begitu mana punya saya?perlu saya ingat kan,waktu itu kamu janji mengembalikannya' BESOK'nyatanya besoknya lagi Ngilang.saya meminjam uang karena janji kamu yang akan segera membayarnya,saya sampai telat bayar SPP karena kamu loh,Diana"
"Ma--maaf,Bu sinta.saya belum ada uang
"lalu di tangan kamu itu apa ?"
"hanya ada segini lagi,Bu.ini mau saya belikan beras buat makan anak-anak"
"Bodo amat sini kan lah....!
"jangan Bu, nanti anak-anak saya kelaparan di rumah!"
"itu urusanmu, Din.saya sudah lelah,uang 200.000 yang kemarin saya pinjamkan itu uang SPP anak saya.kamu tahu gara-gara kamu telat bayar, saya sampai nunggak,dan akhirnya saya ribut sama suami "
Bu Sinta menarik paksa uang yang ada di genggamanku,seketika langsung membuat air mataku berlinang.
"ja-jangan,Bu"lirihku.
namun,Bu Sinta sama sekali tak bergeming sama sekali.
"nggak usah sok paling teraniaya deh, Din.jelas-jelas perbuatan kamu yang udah bikin masalah dari awalnya.saya juga butuh uang,menjamin sama kamu bukan berarti kebanyakan,sekali-sekali saya harus tega sama orang yang kayak kamu.satu bulan loh,
dari besok yang kamu bilang. ingat ini saja masih kurang!"
Bu Sinta akhirnya berlalu,membuat aku tergugu di warung Bu nilam.lenyap sudah Rencanaku untuk membeli beras,juga makanan kecil untuk intan dan hijrah.
"Diana Diana makanya punya ucapan itu dijaga.Jangan setiap kamu butuh doang,obral Janji Manis besok mau dibayar,tapi nyatanya kamu mangkir dari ucapan sendiri.wajar kalau semua yang minjemin kamu marah.saya tahu hidup kamu susah,tapi bukan jadi alasan untuk kamu terus berhutang.coba kamu nyari kerjaan ini,masih ada kembalian 8.000 "ucap Bu Nilam sembari menyodorkan kembalian.
"Masih ada sisa,Bu?"
"Iya hutangmu 392.000 ribu, kamu kasih Rp400.000 ribu."
"bisa saya minta dibeliin ke beras aja setengah kilo.sama sebungkus mie instan?"
Bu Nilam tak menjawab, iya langsung membalikkan badan dan berjalan ke arah tempat penyimpanan beras.aku mengikuti semua pergerakannya.ya,Bu Nilam itu orangnya baik,sebelum aku memutuskan tak lagi datang ke warungnya,dulu tempat ini sering Aku datangi setiap hari,wajar jika catatan hutang ku penuh satu lembar,karena hampir setiap hari aku berhutang kepadanya.
"ini Din,di dalamnya saya kasih satu butir telur buat anak-anakmu.juga makanan kecil untuk mereka"
Bu Nilam menyerahkan satu kantong kresek,di dalamnya ada beras,satu bungkus mie instan,1 butir telur ,juga 2 bungkus makanan ringan kembali air mata ini keluar tak terkendali,setelah tadi aku sudah ketakutan ketika Bu Sinta mengambil uang.
"Te--Terima kasih banyak, Bu"
"ya,sama sama.sudah pulang sana, hapus air matamu, nanti Banyak orang yang kira kamu nangis karena saya"
Aku mengangguk, kemudian langsung menekan air mata.Ya Tuhan terima kasih untuk hari ini.
Setibanya di rumah, intan dan hijrah menyambutku kegirangan.2 bungkus cemilan, mereka terima dengan wajah berbinar.Ya Tuhan,padahal hanya jajanan seribuan namun intan dan hijrah sangat antusias.
"Wah ibu beli mie,ada telur juga.Hore makan enak!"seru Intan yang langsung mendapat tepuk tangan dari anaknya.
"ibu masak dulu ya?"
"cepat ya Bu,kita semua sudah lapar"
Aku menggangguk,beranjak dari ruang tamu ke arah dapur.
baru sadar bahwa Gas habis,minyak sayur pun habis,akhirnya aku menanakkan nasi,dan mencampurnya dengan mie instan di atasnya.
setidaknya cukup mengganjal perut kami semua hingga malam.
***
Jam menunjukkan pukul 09.00 malam,selarut ini Mas Budi belum juga pulang.intan dan hijrah selepas magrib Sudah terlelap,nasi yang ku masak tadi pagi,membuat mereka makan dengan lahap.Katanya enak pernah bercampur mie instan,makan hijrah ngin dibuatkan nasi seperti tadi.bumbu mie instan yang meresap ke nasinya,membuat mereka ketagihan.
Hingga suara gaduh dari luar membuat Lamunan ku buyar.segera aku mengintip dari balik jendela untuk melihat sumber kegaduhan itu.
"Ya,Tuhan.Mas Budi?"
pekiku, segera aku membuka pintu.Mas Budi dibopong oleh temannya,kepala,tangan, dan kakinya penuh perbankan,wajahnya pun penuh lebam,kondisi Mas Budi begitu memilukan.
"kenapa ini,mas?"
"Budi tabrakan"ucap kevin,temannya.
Kevin membentukku untuk memberikan tubuh Mas Budi di atas tempat duduk.Mas Budi langsung memejamkan matanya,Iya tak berbicara apa-apa,ketika ku sudah mengeluarkan isakan disertai banyak pertanyaan.sudut air matanya saja mengeluarkan air mata,membuatku semakin pilu melihatnya.
"Diana bisa bicara sebentar!"
ucap Kevin yang sudah berdiri di ambang pintu.aku pun mengangguk Seraya menghampirinya,kami berdua akhirnya mengobrol di teras rumah.
"Siang tadi Budi ke Terminal.
Dia meminta pekerjaan sama saya,karena kebetulan siang hari saya ada acara keluarga,saya pun akhirnya meminjamkan motor,tapi.....sore tadi,saya dapat kabar Kalau Budi kecelakaan,Untung saja dia lagi nggak bawa penumpang.masalahnya,motorku rusak parah,Din, maaf sekali saya tahu keadaan kalian,Tapi keadaan saya pun sebenarnya tak jauh berbeda jadi....."
"Berapa biaya servis motornya,vin?"aku paham arah pembicaraan ini ke mana.Baru saja aku merasa bahagia karena anak-anak yang makan dengan lahap.saat ini muncul masalah baru yang membuat kepalaku berdenyut nyeri.
"total ya,4.500.000.itu Sudah termasuk biaya pengobatan Budi"
Tiba-tiba suara teriakan Mas Budi membuat kami terperanjat.
Mas Iqbal menjerit kencang,membuat aku dan Kevin tercengang bersamaan.Gagas aku bangkit dari tempat duduk untuk memeriksa keadaannya,dengan Kevin yang mengikuti ku dari belakang.
"Mas, kenapa?Ada yang sakit?"Tanyaku panik.Mas Budi hanya menggelengkan kepala ,namun tangisnya Malah semakin kencang,bahkan intan dan hijrah Yang Sudah terlelap malah ikut terbangun karena kebisingan.
"saya pamit Din,suamimu Kayaknya cuma butuh istirahat aja.Oh ya jangan lupa Soal tadi,mohon disegerakan"jon berpamitan,sedangkan aku hanya diam,tak menanggapi ucapannya.Mas Budi masih menangis, sesekali menjerit.aku tak bisa berbuat banyak.melihatnya seperti itu,Jujur aku pun ingin menangis sekencangnya.Kenapa dengan hidup ku,seakan Tuhan memberikan cobaan yang bertubi-tubi kepada keluarga kami.
"ayah....mama...."intan dan hijrah pun ikut menangis.aku dan Mas Budi saling berpandangan,kemudian beralih menatap kedua putri kami yang berdiri di ambang pintu kamar.
"sini nak,Maafin mama sama ayah,sudah buat tidur kalian terganggu,"aku merentangkan kedua tangan,intan dan hijrah pun langsung berlari ke dalam pelukanku.bukannya membaik,aku malah ikut menangis,hingga kurasakan Mas Budi pun ikut memeluk kami dari belakang.
Kami Menangis bersama,merasakan kesakitan yang tak pernah ada ujungnya.
Hidup serba kekurangan dengan banyak cobaan yang datang silih berganti,membuat keluargaku terus diliputi kepedihan.
"Maafin Ayah belum bisa bahagiain kalian"ucap Mas Budi di tengah tangisnya.Aku tak ingin berlarut-larut,Kasihan juga intan dan hijrah.mereka belum paham dengan keadaan yang menimpa orang tuanya.
Aku berusaha menenangkan intan dan hijrah,Meskipun banyak sekali yang ingin aku bicarakan dengan Mas Budi,namun terlebih dahulu aku harus menenangkan anak-anak dan menidurkannya.
Satu jam kemudian ,intan dan hijrah sudah kembali terlelap di kamarnya.Seharusnya aku ikut terlelap, namun itu sangat sulit ,apalagi isi kepalaku terlalu banyak menyimpan beban
Aku Bangkit Dari Ranjang anak-anak,kemudian keluar kamar.pemandangan yang pertama aku lihat adalah Mas Budi,yang terlelap di atas sofa ruang tamu.
Aku mendekat hendak menutupi tubuhnya dengan selimut.sesekali Mas Budi masih sesegukan,makan di sudut matanya masih menggenang air mata,Kasihan dia,masih beruntung Kecelakaan yang dialami tak meninggalkan luka serius.meskipun beban hutang kami bertambah banyak.
Sekeras apapun cobaan. yang datang aku harus tetap bertahan.Karena perjuangan yang sudah kami lewati bersama itu tak seberapa dibanding cobaan saat ini.aku memang tak punya apa-apa,tapi setidaknya masih memiliki keluarga yang utuh.
Malam ini adalah malam yang paling panjang yang pernah aku lalui,takut, hanya itu,sebelumnya kepalaku penuh dengan isi perut ,dan hutang ke tetangga.saat ini muncul hal yang lebih menakutkan,ya biaya servis motor jon.
*****
Prak prak prak prak
"Budi.......Diana ......
Prak prak prak prak
"Budi.... Diana....buka pintunya!"
Aku tersentak akan suara gaduh dari luar,intan dan hijrah ikut terbangun,mereka berdua bersembunyi mendekatiku.
"mah, siapa itu teriak-teriak?"ucap Intan ketakutan.
"Adik sama Kakak, di sini aja ya, jangan ikut keluar"
"itu pasti Arum,istrinya Kevin,Dek,kamu tak usah keluar,kita diam saja"ucap Mas Budi.
"nggak apa-apa Mas,malu sama tetangga,pagi-pagi sudah berisik sekali"
Aku mengusap punggung tangan Mas Budi, berusaha menenangkannya, walaupun tak dipungkiri nyaliku sudah menciut duluan,karena mendengar suara Arum yang menggelegar.Arum adalah istri Kevin yang terkenal sering marah-marah.
"Diana ...!teriak Arum
"iya,mba,ada apa?"
"masih bisa kamu nanya Ada apa ha?mana uang untuk servis motor mana?mana?
"sabar, rum.nggak usah teriak-teriak,malu sama tetangga.
"yang harusnya malu itu kalian.kalau nggak punya ya nggak punya aja,jangan sok-sokan segala pinjam punya orang,sekarang yang rugi siapa?"
Arum berkaca pinggang di depanku,Deru nafasnya saja sudah terdengar jelas,menandakan emosinya sedang tinggi.
"Duduk dulu rum,sebentar saya ambilkan minum"?
"Nggak usah sok manis ha? saya ke sini bukan untuk bertamu, Saya mau lagi nagih biaya servis motorku yang rusak karena suamimu !"
"bisa Pelankan suaranya, rum.aku sudah tahu,kemarin suamimu sudah bercerita"
"Ya sudah mana?
"nanti aku bayar, tapi tidak sekarang!"
plaak.
Sebuah tamparan mendarat ke pipiku, rasa perih dan panas langsung menjalar.
"mana?" teriaknya lagi.
"sabar rum!Apa kamu nggak bisa bicara baik-baik ha?"aku pun ikut meninggikan suara.rasanya keterlaluan,pagi-pagi sudah membuat keributan, apalagi ini di rumahku.
"Mana uangnya?"
"aku pasti bayar, tapi bukan sekarang !Mas Budi masih belum pulih Total, jadi belum bisa mencari uang!"
"Jadi kalau si Budi pulih, uangku bakal diganti begitu?
Budi....!"
"cukup!pergi dari rumahku!"
"berani kamu mengusirku ha?"
Ketika aku tak kuasa membendung emosi,saat Arun terus berteriak kemudian mendorong tubuhku hingga jatuh di lantai,aku yang memang Tengah kalut merasa terbantu untuk melampiaskan emosi lewat Arum,alhasil aksi saling menjambak pun tak bisa dihindari.
Tak ada yang memisahkan kami ber dua,bahkan saat para tetangga datang berkumpul menyaksikan perkelahian kami berdua.mereka bukannya memisahkan, malah asik saling memprovokasi.
Jeritan intan dan hijrah terdengar,di saat seperti ini.Mas Budi saja Bahkan tak muncul,hingga akhirnya Pak RT dan Farhan sip datang Melerai,para tetangga pun yang berkerumun diminta untuk membubarkan diri, dan kami menyudahinya.,
Pak RT mengajak kami melakukan mediasi beliau yang menengahi perbincangan.yang sangat aku kecewakan,Mas Budi malah diam di kamar.padahal Setahuku,Iya masih mampu untuk berjalan keluar.setidaknya ia bisa menemaniku saat ini.namun sayangnya, tidak.
aku duduk sendiri di tengah perdebatan yang terus memojokkanku,Arum dipaksa pulang lebih dulu,karena emosinya tetap saja tinggi,sehingga membuat mediasi pun Malah semakin rumit.,
Sepeninggal Arum,kini tersisa aku dan Pak RT "terlepas dari insiden barusan.mau bagaimanapun juga,Mbak Diana harus segera mencari uang secepatnya untuk mengganti rugi kerusakan motor milik suaminya Mbak Arum"
"Iya Pak RT,saya juga pasti akan ganti,tapi bukan seperti itu caranya"
"harap maklum saja,Mbak Arum memang terkenal tempramental,Apalagi saya tahu,motor suaminya itu baru ya beli sekitar beberapa bulan yang lalu,itupun hasil ia Kerja merantau.motornya itu menjadi jalan satu-satunya untuk mencari nafkah.sejauh ini Mbak Diana paham?"
"Baik Pak !"
Saya harap kejadian seperti tadi tidak terulang kembali.
"Ya sudah, kalau begitu.Saya harap seperti tadi tidak terulang kembali dan memberi tenggang selama sehari"
"apa? nggak bisa diringankan Pak RT ?"
"Maaf,mbak diana itu permintaannya."
Rasanya jiwa ini terlepas dari raga.saat Pak RT berpamitan pun aku tak memedulikannya.rasanya aku ingin menyudahi hidup ini,namun ketika intan dan hijrah muncul dari kamar,sesaknya itu kembali menyergap.
"Kalian diam di rumah ya,Mama mau keluar sebentar"
"mau ke mana Dek,?"
pertanyaan itu muncul dari Mas Budi.Iya berdiri di belakang intan dan hijrah.Entah mengapa,melihat tatapan matanya yang Sendu,membuatku langsung muak.
"Aku mau nyari kerja "
"kerja apa?"
"apa saja, asal dapat uang!"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!