NovelToon NovelToon

S U G I H Ronggeng

Desa Aden

Desa Aden merupakan desa yang dikenal sugih. Bagaimana tidak, disetiap rumah memiliki kèrètèk (kereta kencana). Mata pencaharian desa ini mayoritas petani.

Dikisahkan ada sepasang suami istri yakni Acum dan Jaya yang terkenal paling kaya di desa ini. Acum dan Jaya memiliki hamparan sawah yang luas, tanah dimana - mana. Dan memiliki 5 keturunan yakni Aceng sebagai anak laki - laki pertama, kemudian ada Atik anak kedua perempuan, Asih anak ketiga perempuan, Arum anak keempat perempuan dan Akung anak kelima laki - laki.

Keluarga ini dijuluki Kartaca yang berarti harta tahta tak terhingga. Acum merupakan sosok istri penurut dan ibu yang baik, berbanding terbalik dengan Jaya sang suami walau sama - sama menjadi orangtua yang baik untuk anak - anaknya, namun Jaya terkenal sebagai seorang penjudi, pemabuk dan gila wanita. Namun siapa sangka, walaupun begitu "tidak ada yang tidak tergila - gila kepada Jaya karena dirinya memiliki harta benda tak terhingga".

Kelima anak Acum dan Jaya, masing - masing memiliki selisih usia 2 - 3 tahun saja. Mereka tidak seperti pandangan orang sekitar. Orang sekitar memandang mereka akur, benar - benar definisi sempurna karena memiliki takdir terlahir menjadi keluarga besar Kartaca.

Pada tahun 60-an desa Aden selalu mengadakan acara hiburan, yang pada saat itu terkenal dengan Ronggeng. Ronggeng sendiri merupakan hiburan yang identik dengan penari para wanita cantik. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan Ronggeng, namun Jaya selaku pemangku di desa tersebut membuat hiburan ini menjadi ajang pelampiasan nafsu sesaat.

Kinasih adalah penari ronggeng yang paling cantik. Bagaimana tidak, Kinasih memiliki badan berlekuk - lekuk sedikit berisi namun tidak gemuk. Selain badan yang bagus, Kinasih memiki ajian tersendiri untuk memikat penontonnya, siapapun yang menjadi tujuannya, maka Kinasih akan mendapatkannya.

Malam pun tiba, acara hiburan yang di adakan di desa tersebut memang selalu malam, karena pikirnya, jika siang semua warga desa sibuk bekerja, maka acara hiburan di adakan pada malam hari.

"Mang, tong hilap salam ka si Neng Kinasih nya" (Pak, jangan lupa ya, titipkan salam saya kepada Neng Kinasih). Ucap Jaya kepada pesuruhnya.

"Siap Tuan, ke di dugikeun ku sim abdi" (Siap Bapak, nanti saya sampaikan) Jawab Mang Eman selaku pesuruh.

Suara gamelan yang menggema begitu merdu, begitupun dengan Kinasih sang penari Ronggeng yang begitu piawai menari berlenggak lenggok, yang sesekali melirik tajam kepada Jaya yang berada di kursi utama di jajaran para pemangku yang lain.

30 menit berjalan. Sepertinya Jaya sudah tidak sabar ingin segera naik ke atas panggung dan menari bersama Kinasih sang Ronggeng cantik.

"Akang" (Panggilan Kinasih kepada Jaya) Ucap Kinasih.

"Kulan geulis" (Iya Neng) Jawab Jaya.

"Akang meni gagah, Neng terkesima" (Akang gagah sekali, Neng terkesima) Ucap Kinasih.

"Duh Neng meuni geulis kacida" (Duh Neng yang sungguh cantik paripurna) Jawab Jaya.

"Ahhh, janten isin" (Aduh jadi malu) Ucap Kinasih dengan raut muka sedikit menggoda.

Malam semakin larut, hiburan sudah waktunya selesai. Kinasih pun bergegas menghentikan tariannya dan berbalik badan ke arah belakang panggung. Lantas secara spontan Jaya pun mengikuti Kinasih.

Dibalik tirai panggung, tak sengaja selendang Kinasih terlepas karena terinjak oleh Jaya, sehingga membuat lekukan dadanya terlihat setengah sempurna. Jaya pun tak tertahankan ingin segera mendekap Kinasih. Alih - alih ingin meraba, namun Kinasih menolak. Menolak dalam arti :

"Teu kenging di dieu Akang" (Jangan di sini Akang) Ucap Kinasih.

Kinasih pun kemudian meraih tangan Jaya untuk ikut menuju rumahnya. Namun Jaya menarik tangan Kinasih dan menggiring Kinasih untuk mengikuti langkahnya.

Di sisi lain, Acum mencari - cari Jaya, suaminya, karena sedari acara, Acum pun sibuk dengan para istri pemangku dalam acara jamuan. Acum memang sempat melihat Jaya suaminya naik dan menari ke atas panggung. Tentu saja Acum sedikit cemburu. Namun Acum sadar, bahwa dirinya sudah berumur dan berpikir bahwa suaminya Jaya berhak atas hiburan karena lelah dengan pekerjaannya sebagai pemangku. Namun selepas dari itu, Acum sibuk dengan kegiatannya kembali dan hingga acara selesai, Acum tak kunjung menemukan Jaya, suaminya.

"Akang, Akang Jaya, Akang dimana?" Ucap Acum sambil berjalan perlahan melihat keadaan sekitar.

Kinasih

Seperti yang kita ketahui mengenai Kinasih. Kinasih ini merupakan sosok wanita yang memiliki paras tercantik pada zamannya di desa Aden atau bisa di bilang bunga desa.

Usia Kinasih pada tahun 60-an itu sekitar 23 tahun. Jika di lihat dari latar belakang keluarganya, orangtua Kinasih termasuk orang yang berada.

"Neng, tambih geulis wae" (Neng, tambah cantik saja) Ujar Safrudin.

Safrudin ini merupakan suami dari adik kandung ibu Kinasih.

"Hatur nuhun Amang" (Terimakasih Paman) Jawab Kinasih.

Kinasih merupakan sosok wanita periang. Selain wajahnya yang cantik, Kinasih pun memiliki tubuh yang indah, tak ayal semua pria tidak pernah berkedip ketika berpapasan dengan Kinasih di jalan. Dari sudut pandang para pria, Kinasih begitu menggoda ketika berjalan, karena saking anggunnya, Kinasih terlihat sambil berlenggak lenggok senyum tipis dengan keelokan tubuhnya itu.

"Teu kuaaaaat, teu kuat Neng Kinasih" (Gak kuat, gak kuatttt Neng Kinasih) Ujar salah satu pria yang melihat Kinasih berjalan.

"Meni hayang nangkeup ih" (Ingin rasanya memeluk) Jawab pria lainnya.

Betul, saking cantik dan aduhainya membuat semua pria tergila - gila kepada Kinasih. Tidak dengan Amirudin. Siapakah Amirudin? Amirudin ini merupakan sosok pejuang pada zamannya. Gagah dan gigihnya Amirudin ini membuat Kinasih penasaran, karena hanya Amirudin lah yang tidak pernah menyapa atau tergoda kepada kecantikan dan kemolekan Kinasih.

"Punten Kang, ngiring ngalangkung" (Permisi Kang) Ucap Kinasih kepada Amirudin ketika hendak berpapasan.

Amirudin yang gagah ini begitu dingin kepada Kinasih. Namun pada kenyataannya, Amirudin pun sama seperti pria yang lainnya, yakni memiliki nafsu, namun karena sosoknya seorang pejuang, membuatnya harus tetap gagah, seolah - olah tidak tertarik kepada Kinasih.

Kinasih ini adalah anak satu - satunya. Kinasih selalu mendapatkan apapun yang ia inginkan. Tapi sayangnya, mengenai jodoh, Kinasih tidak dapat memilih, karena bagaimanapun, pada zaman itu memang masih kental dengan adat perjodohan.

Sudi, ayah Kinasih ini sudah mewanti - wanti Marni ibu Kinasih untuk menjodohkan Kinasih dengan Karman. Karman adalah sosok pria matang yang memiliki banyak istri. Kelebihan Karman sendiri yakni memiliki kekayaan berlebih atau bisa di bilang saudagar kaya di desa tersebut, dan Kinasih pasti tidak akan merasakan sengsara jika kelak keluarganya jatuh miskin, pikir Sudi.

Ibu Kinasih sempat menolak, karena anak semata wayangnya ini seharusnya mendapatkan suami yang sepadan. Sepadan disini berarti gagah, dan kaya namun perjaka, bukan pria yang sudah menikah dan memiliki banyak istri. Namun apalah daya, Marni hanyalah seorang istri yang harus manut kepada suaminya walau dalam hatinya tidak setuju dengan keputusan suaminya.

"Neng, tos gaduh kabogoh teu acan?" (Neng, sudah punya pacar belum) Tanya sang ibu kepada Kinasih.

Mendengar pertanyaan tersebut, Kinasih tersipu malu dan merasa kegirangan bisa mengungkapkan isi hatinya mengenai ketertarikannya kepada pria gagah yang berbeda dengan pria lainnya yakni Amirudin.

"Hehehe, Neng bogoh ka Akang Amirudin, tapi duka da si Akang eta meni tiis, teu ngalirik Neng sama sekali" (Heheh, Neng suka sama Akang Amirudin, tapi tidak tahu, kenapa beliau begitu dingin, bahkan tidak pernah melirik sekalipun kepada Neng) Jawab Kinasih.

Mendengar jawaban anaknya, Marni berharap, Kinasih bisa bersama dengan pria pilihannya. Karena sepengetahuan Marni, memang sosok Amirudin ini sesuai dengan apa yang Kinasih katakan. Dalam hati kecilnya pun, Marni sangat setuju dengan pilihan Kinasih. Tapi apa boleh buat, Marni disuguhkan dengan dua keputusan yang begitu berat baginya. Di sisi lain ada Sudi suaminya, yang dari awal memiliki rencana untuk menjodohkan Kinasih dengan Karman. Di sisi lain ada Kinasih anak gadisnya yang sudah memiliki rasa ketertarikan kepada Amirudin sang pria gagah.

Bagaimanakah nasib Kinasih kedepannya?

Malam Itu

Acum tetap mencari - cari suaminya, sambil sesekali bertanya kepada orang - orang yang berpapasan dengannya di jalan.

"Punten, ningal Kang Jaya?" (Maaf, lihat Kang Jaya) Ucap Acum kepada Esah.

"Eleuhhhh, ai si eceu kamana wae, apan si Akang Jaya teh sareng Neng Kinasih" (Aduh, kamu kemana saja, kan Akang Jaya sama Neng Kinasih) Jawab Esah teman sebaya Acum.

Dengan muka tegang, hati tersayat, tak terbendung lagi air mata Acum pun jatuh seketika mendengar pernyataan tersebut. Acum pun dengan keadaan marah dan kesal langsung bergegas pergi dan mencari keberadaan suaminya. Sontak, Acum pun langsung tertuju pada kamar tamu yang ada di sebelah rumahnya.

Rumah zaman dahulu memang besar, saking besarnya, kamar tamu itu tidak satu rumah, melainkan beda rumah, terlihat dari luar memang seperti rumah, namun jika di lihat ke dalam, kamar tamu itu hanya berbentuk satu petak ruangan, namun sangat luas yang tentu saja tujuannya supaya orang yang bertamu khususnya para pemangku bisa nyaman.

"Neng... " Desahan Jaya pada malam itu.

Posisi Kinasih dan Jaya pada saat itu benar - benar tanpa sehelai kain. Kinasih yang duduk di atas Jaya yang sedang terlentang, sesuai irama melakukan gerakan naik turun sambil meraih tangan Jaya untuk meremas dada yang kenyal nan indah itu. Tentu saja membuat Jaya tak kuasa selalu mengerang saking nikmatnya. Begitupun dengan Kinasih yang selalu mendesah seolah - olah menikmatinya.

"A Akang..." Desahan Kinasih sambil terus meminta Jaya untuk meremas dada kenyalnya.

Tanpa Jaya sadar, Kinasih tidak betul - betul menikmati malam itu. Karena baginya, bercinta adalah pelampiasan amarah.

Jaya dan Kinasih berubah posisi, dari yang awalnya Jaya terlentang, kini Kinasih berada di bawah Jaya. Kinasih membalikan badannya, sedangkan Jaya sendiri sudah tidak sabar ingin segera mendekap Kinasih.

"Neng..." Jaya mendesah keenakan ketika posisinya sudah pas dan terus berusaha membuat Kinasih nyaman dengan segenap kekuatan yang ia miliki karena usianya pada saat itu sudah berumur 50 tahun.

Kenikmatan tersebut tidak berlangsung lama. Jaya pun sudah mencapai puncaknya dan mereka tertidur dengan menggunakan sehelai kain untuk menutupi badannya.

Tuk... Tuk... Tuk...

(Terdengar suara seseorang sedang mengetuk pintu).

"Akang... Akang, aya di lebet?" (Akang, Akang ada di dalam? Tanya Acum.

Mendengar suara Acum, Jaya kaget dan langsung bergegas memakai pakaian dan menemui Acum.

"Neng, ke sakedap" (Neng, sebentar) Jawab Jaya.

Acum yang pada saat itu merasa bersyukur karena dirinya sudah lelah mencari Jaya, akhirnya ketemu juga.

Jaya pun keluar membuka pintu dan meraih badan Acum kemudian menggiringnya jauh dari kamar tersebut.

"Akang ih, sakedap Neng bade naros" (Akang ih sebentar, Neng mau tanya) Ucap Acum kepada Jaya.

"Atos, yu ah urang uih, di bumi wae nyariosna, Neng teu kangen ka Akang?" (Sudah, nanti saja di rumah, pulang yu, Neng gak kangen sama Akang?) Jawab Jaya.

Acum yang pada saat itu memiliki pikiran negatif, namun ketika Jaya menyerukan bujukan halusnya tersebut membuat Acum luluh, akhirnya mereka pulang kerumah.

Sesampainya di rumah, Acum yang tentu saja rindu dengan Jaya, sepanjang malam terus memeluk tubuh Jaya. Tidak ada keanehan yang Acum rasakan. Namun, disaat Acum mencoba menggoda Jaya dengan melepas semua pakaiannya kemudian meraih dan meraba halus suaminya. Jaya tidak merespon apapun, yang ada tertidur pulas.

"Oh, mungkin si Akang lelah" (Ucap Acum dalam hati).

Acum pun kembali memakai pakaiannya dan mereka pun tidur.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!