⚠PERHATIAN ⚠
BILA ADA KESAMAAN NAMA, KARAKTER, TEMPAT, DAN CERITA, ITU HANYALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN. TIDAK PLAGIAT DAN TIDAK UNTUK DIPLAGIAT.
*Dalam dunia ini, ilmu terdiri dari:
—Ilmu Keilahian: -Lapisan Bumi.
-Lapisan Langit.
-Lapisan Alam semesta.
—Ilmu Hikmah: Kedigdayaan/kesaktian.
Dalam ilmu Hikmah peserta wajib menghadapi tahap alam ilmu demi mendapatkan kesaktian yang diinginkan. Yang setiap ilmu didapat dari 30 alam ilmu.
—Ilmu Pengenal Diri: Mengetahui asal muasal identitas Diri Asli, awal, tengah, akhir dan penyempurna.
—Ilmu Pikir: Pengembangan teknologi, serta membangun kecerdasan intelektual.
—Ilmu Sihir: Perapal mantra agar bermanifestasi pada alam nyata, mau pun eksperimental pembuatan mantra. Masing-masing memiliki tingkatan sihir: Langit: 1-4: setiap mantra wajib dirapal mulut atau ditulis pada tangan.
Langit 5-7: setiap mantra mampu dirapal dalam hati dan bila mumpuni mampu membuat mantra baru.
—Ilmu Badan: Beladiri, seperti silat, karate, dan kanuragan.
—Ilmu Cahaya: Pelajaran dasar di sekolah. (Termasuk ilmu Hikmah tingkat rendah.)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Selamat datang dalam kisah para 'Pengenal' yang tercipta untuk menikmati dan berkelana keseluruh penjuru alam, mencari tahu makhluk apa yang sekiranya menjadi penutup para makhluk, dan menyempurnakan seluruh kejadian makhluk. Inilah garis takdir yang telah menunjuk Nurvati demi melaksanakan mandat dari Langit agar menyokong penyempurnaan kepemimpinan umat Manusia, yang esensinya dalam perjalanan ini manusia sebagai penutup para makhluk dan terangkum dalam kisah ... NURVATI.
.
.
.
TERINSPIRASI DARI KEHIDUPAN, TIDAK PLAGIAT DAN BUKAN UNTUK DIPLAGIAT.
PERINGATAN!
—CERITA HANYA FIKSI BELAKA, MURNI DARI PEMIKIRAN SENDIRI.
- (Bila ada saran/kritik/kesan bisa dicantumkan pada kolom komentar. Terima kasih.)
SELAMAT MEMBACA ...
Bermacam pesan dan berita terbebar bersama ribuan bentuk perasaan.
Luka atau suka telah tersaji dalam realitas yang tersirat.
Cerita-cerita melegenda dan terus menjadi opini publik, atau menjadi kebenaran yang absolut.
Telah menjadi budaya, dalam akhir cerita yang membentuk perspektif bagaikan legenda.
Dari masa demi masa, telinga rakyat dicecar berita-berita bak dongeng untuk tidur.
Pertanyaan-pertanyaan pun mengalaun memenuhi alam pikir.
Tetapi perang penuh kepiluan terus merajai alam ini.
Kabarnya, sesosok dari ras Malaikat akan datang untuk membawa ras Peri pada kejayaan.
Sosok tersebut malaikat bersayap satu.
Namun kisah-kisah itu belum menjadi bukti konkret hingga kini.
Berembus bersama ribuan asumsi buah pikir rakyat yang penuh harap dan gelisah.
Sebagian masyarakat percaya dalam menunggu kedatangannya.
Tapi, garis bawahnya adalah, kebanyakan masyarakat menganggap, itu hanya dongeng untuk bocah agar mau tidur.
Kini, asap hitam membumbung melebur pada udara, memberi sein penderitaan. Ratusan petir menyambar bersahutan, memberi sein adanya jasad yang dibinasakan. Ledakan demi ledakan menghiasi seluruh lembah adalah isyarat kematian. Pekik para pejuang menghentakan jagat raya, sebab inilah, perang dunia jin, kedelapan belas.
Ada amarah yang berpadu dalam getir, membentuk kebencian. Ada keputusasaan yang menyatu dalam pengorbanan membentuk harapan. Hingga perasaan tak berbentuk mendorong jiwa demi perbuatan yang dikenal sebagai pertarungan.
Ini perang, tak seorang pun dianggap pengecut kecuali mereka yang kabur dalam kondisi hidup dan merengek ingin perdamaian.
Mereka berteriak, pekik, menjerit, hanya agar lebih semangat dalam menggeluti perang ini, atau bahkan getir dalam menatap ajalnya sendiri. Hukum, keadilan, telah diludahi, direndahkan, maka perang adalah inisiatif tergenius demi menegakkan kebenaran.
Tapi di satu sisi, hukum kebenaran pun telah dilecehkan, sejarah dibelokkan, sehingga perang adalah jalan terakhir demi meluruskan kebenaran.
Seluruh jiwa mempertaruhkan seluruh yang mampu dipertaruhkan, lantunan do'a pun terus bergaung dalam jiwa para pejuang.
Waktu yang direnggut bersama perang yang berlangsung, tak menghentikan hasrat untuk meraih kemerdekaan.
Cinta dikorbankan, nyawa dipertaruhkan, orang-orang terkasih menjadi tumbal, tak ada waktu untuk meratap menangis, tak ada waktu untuk tertawa kesenangan, kini, seluruh jiwa, mengorbankan jiwanya.
Pertempuran serta pertumpahan darah hanyalah setitik pengorbanan, demi realitas yang disebut; kebenaran. Namun, kedua belah pihak merasa paling benar dalam perbuatannya, sehingga sulit menentukan pihak yang benar, atau pihak yang salah.
Bila cinta kasih telah dilecehkan, tak berhak satu pun makhluk untuk hidup bahagia!
Bila sejarah telah dibelokkan, tak berhak satu pun makhluk, untuk hidup damai!
Dan bila kepercayaan telah ditinggalkan, maka seluruh umat harus mati!
Penderitaan ini hanya sebatas ujian hidup bagi mereka yang dizalimi. Kebanggaan ini pun hanya sebatas kemenangan sementara bagi mereka yang tak sadar telah bengis.
Karena pada dasarnya, perang menimbulkan dendam dan kebencian yang baru.
Hampir seluruh ras jin, beranggapan cita-cita, ideologi, kepercayaan, budaya, atau apa pun itu alasan umat jin demi peperangan, bila tak mendapat titah dari ras Malaikat, maka mutlak, mereka telah berbuat nista yang teramat nista.
Itu tak berarti perang dilarang, akan tetapi, jika tidak mendapat rida ras Malaikat, maka perang ini adalah jalan kenistaan. Dan disayangkan, kesadaran akan kesalahan perang ini jarang dipahami oleh seluruh ras.
Dari hutan, dari Timur, dari seluruh penjuru alam semesta, irama perang bersipongang bersama angin yang menghangat saat musim demi musim turut berganti dengan air mata, serta hujan tak membuat ritme dari dentuman perang untuk surut barang sekejap saja. Hujan salju, hujan meteor, tangisan seorang bayi, atau perang yang terbawa mimpi, tak sanggup menghentikan perang dunia jin kedelapan belas ini.
Bagi umat jin dari ras Barqo, mereka berperang demi menghentikan ras Peri yang telah berbuat sewenang-wenang. Dalam hal ini, dua ras jin telah bersekutu dengan ras Barqo.
Ras Barqo adalah umat jin yang tercipta dari petir, biasa berdiam diri di bintang-bintang, hidup tanpa bernapas, pesaing ras Peri, bahkan dalam kisah-kisah ras Manusia, ada yang menganggap ras Barqo sebagai para Dewa.
Sedangkan bagi umat jin dari ras Peri, mereka berperang demi menegakkan kebenaran, berusaha membuat seluruh alam gaib tunduk patuh pada ras Peri. Dalam hal ini, dua ras jin pun bersekutu dengan ras Peri.
Ras Peri sendiri adalah umat jin yang tercipta dari cahaya api, bagi yang ilmunya tinggi, mereka mampu hidup tanpa bernapas, ras jin tertua yang pernah diciptakan, bahkan dari beberapa kisah, Iblis termasuk bagian dari ras Peri, lebih-lebih dalam kisah ras Manusia, Peri sampai dianggap malaikat.
Tidak sampai di situ saja, masih terdapat satu ras umat jin yang independen, enggan terlibat dalam perang, mereka adalah ras Neznaz. Sebuah ras yang sempat menjadi bahan perbincangan ras Manusia, atau tepatnya makhluk mitologi.
Tak sama dengan dua kubu yang berperang itu, ras Neznaz memiliki persepsi sendiri dalam masalah ini, yaitu, kedua kubu sama-sama salah, jadi tak layak keduanya dibela.
Yang satu membela kepercayaan, yang satu pun membela kepercayaannya.
Mereka berperang demi nama keadilan, mereka berperang demi alasan kebenaran.
Tetapi sungguh disayangkan, ras Malaikat belum memberi izin untuk berperang, akibatnya membentuk opini-opini masyarakat yang meragukan kebenaran perang dunia jin ini.
Satu sisi percaya, bahwa perang dunia jin tak direlakan oleh semesta alam. Tak sedikit pula yang beranggapan bahwa perang ini memang harus terjadi, karena yang namanya kebenaran harus dijunjung tinggi. Kendati nyatanya, semua terasa benar.
Satu hal penting, 'jin' di sini hanyalah sebutan bagi makhluk bertangan serta berkaki selain manusia yang sama-sama memiliki roh, atau dengan kata lain, makhluk yang tak terlihat oleh mata lahir manusia.
Mengingat banyaknya perubahan alam semesta yang didaur ulang oleh Sang Maha Penguasa, membuat bumi atau alam gaib sendiri telah menyatu dan berdampingan langsung dengan alam Manusia, hanya saja, dinding gaib yang dibuat ras Malaikat membuat alam mereka 'tersembunyi'.
Perang telah berlangsung 100.000 tahun lebih, tak ada perubahan baik dalam hal ini, justru, kerusakan demi kerusakan membentuk realitas menyedihkan.
Banyak kalangan jin menanggung menjadi yatim, sanak saudara pun lenyap dalam perang, mereka yang berkeluarga mulai hilang satu persatu, orang-orang terkasih direnggut dalam perang. Dan faktanya, hanya derita, rasa sakit, dendam, keputusasaan, kebencian, kemurkaan, kebingungan, pengkhianatan yang menjadi hasilnya.
Seluruh alam jin diguncang akan perang ini, suasana tak ada yang aman, bahkan alam Neznaz pun yang penuh kedamaian, mau tidak mau kadang kala diganggu oleh beberapa jin dari ras lain, hingga hampir saja membuat ras Neznaz terpancing untuk ikut berperang.
Faktanya, berkat perang dunia jin penjagaan di pintu alam Siluman mulai longgar, sebelumnya, malaikat telah memberi mandat pada ras Peri sebagai penjaga pintu gaib, hanya ras Peri yang mampu menjaga alam Siluman.
Bukan tanpa alasan ras Malaikat memberi mandat pada Peri, mulanya ras Peri diciptakan agar mampu menjaga kedaulatan serta kestabilan langit dan seluruh alam semesta, mereka pula yang menjadi makhluk termulia setelah malaikat, namun semua berubah kala ketua ras Peri, yaitu Iblis, malah memusuhi ras Manusia, membentuk jiwa-jiwa seluruh umat jin pada taraf baru, terutama ras Peri, pun berubah sifatnya.
Maka siluman-siluman dari bermacam-macam klan mulai turut andil dalam perang, tetapi bukan untuk menghentikan perang, melainkan, agar perang terus terjadi, terlebih, mereka dengan bebas mampu membawa beberapa jiwa untuk dijadikan santapan di alam Siluman. Siluman terbilang sangat berbahaya, mereka memanfaatkan perang ini untuk mengadu domba, mengkambing-hitamkan serta menyesatkan seluruh individu.
Terlepas dari kelicikan siluman yang bermain di 'belakang layar', seluruh ras jin, tetap acuh tak acuh terhadap masalah ini, perang terus terjadi.
Dalam perkara yang sebenarnya sangat serius ini banyak penculikan yang dilakukan ras Siluman, namun banyak pula yang memvonis bahwa pihak lawanlah yang telah menculik, —saling tuduh menuduh— lebih dari itu, beberapa siluman yang sempat tertangkap pun menuturkan atas dirinya yang ditugaskan oleh ras jin dari pihak lawan. Mengadu domba dan semakin banyak yang termakan dusta para siluman.
Maka jelas sudah, perang semakin panas, fitnah-fitnah bertebaran, lambat laun semua mulai takluk pada siluman.
Raja Siluman adalah makhluk yang bengis dan kejam, dia memiliki tubuh sebesar bulan di alam Manusia, dialah pemimpin seluruh siluman.
Meski seorang manusia pernah mengalahkannya, itu bukan berarti dia patuh pada manusia, dia tak pula takut pada seluruh makhluk, justru, kekalahannya hanya berfungsi untuk mengakui keilmuan manusia yang mengalahkannya, dengan kata lain Raja Siluman hidup bebas menebarkan fitnah serta hawa buruk pada setiap hati manusia dan ras jin. Tentunya, dia ikut berkontribusi untuk menciptakan perang dunia lebih buruk lagi.
Untuk umat manusia sendiri, mereka tidak turut serta dalam perang, tepatnya, hanya beberapa manusia yang memiliki kemampuan supranatural atau ilmu spritual tinggi yang berkorban demi melindungi alam Manusia dari dampak perang dunia jin ini.
Sehingga patut disyukuri, umat manusia tak ada yang menyadari terjadinya perang ini, mereka hidup seperti biasa. Namun realitasnya, tetap saja ada beberapa kejadian ganjil yang tertangkap oleh alam Manusia, mulai dari kejadian di luar angkasa, hingga peristiwa aneh di bumi manusia itu sendiri.
* * *
Raja Siluman yang setiap hari tanpa lelah, terus berjalan di bumi manusia, menyalurkan hawa silumannya, membuat aura kelam pada hati umat jin dan umat manusia, membawa pula jiwa-jiwa yang haus akan dunia, menjadi sang senyur bagi arwah yang tak dapat pulang.
Sang pemimpin dari ras Barqo, sebenarnya menyadari akan masalah besar itu, tetapi dia apatis dalam perkara tersebut. Penting baginya untuk menghentikan kerakusan ras Peri, ketimbang mengurusi makhluk najis seperti siluman, kecuali, bila situasi sudah masuk darurat.
Sementara bagi ras Peri yang mendapat mandat demi mengamankan kedaulatan serta kerukunan alam gaib, telah terkontaminasi oleh hasrat juga ego, ditambah dampak dari pernyataan permusuhan oleh Iblis, mengakibatkan, rasa ingin menguasai mendorong untuk memulai perang.
Meski tak semua Peri Penjaga alam Siluman bergabung dalam perang, namun tetap saja, ras Siluman memiliki kesempatan terbuka untuk berkeliaran dengan bebas. Mereka ras Peri adalah yang memulai perang dunia ini pecah.
Seperti yang telah diketahui, ras Peri dan ras Barqo adalah rivalitas dalam menunjukkan kemuliaan serta kehebatan di hadapan alam semesta, hanya agar nama ras mereka ditulis di seluruh penujuru langit serta diakui menjadi makhluk paling mulia, kendati nyatanya, ras Manusia-lah yang masih memegang langit.
Sedangkan untuk ras Neznaz, hanyalah ras yang sangat menjunjung tinggi perdamaian, dari berbagai sektor alam Neznaz, seluruhnya telah ditunjang dengan ilmu atau peralatan supaya tetap dalam perdamaian.
Siluman atau makhluk apapun itu, bila mana tidak melanggar hukum di alam Neznaz, mereka boleh hidup berdampingan.
Desas-desus yang beredar pun, mereka lebih peduli pada perdamaian serta peradaban maju mereka.
Ras Neznaz memang memiliki peradaban tiga kali lebih maju ketimbang umat manusia, jadi tak heran jika di sini tedapat robot yang nampak selayaknya makhluk hidup. Sederhananya, ras Neznaz selalu bersikap netral, itu bahkan dilakukan sudah sejak berabad-abad lamanya. Jelasnya, mereka selalu menghindari perang antar ras jin.
Malaikat adalah satu-satunya yang tak ikut perang, atau bisa dikatakan, mereka masih tenang mengawasi 'di balik layar', hanya saja, rencana besar telah dipersiapkan demi menunjang kebangkitan perserikatan Peri, bahwa esensinya, ras Peri diciptakan untuk turut serta membantu malaikat menegakkan hukum di seluruh alam.
Tetapi rakyat yang cerdas, yang melihat kebenaran di balik kebenaran semu, mereka yang tak terbutakan oleh perang kelam ini, berharap serta berlindung adalah perbuatan yang kini dilakukan.
Hingga ramalan, prediksi, petuah, atau tepatnya, teori kedatangan sang 'penyelamat', kini diharapkan supaya hadir, demi menyokong berjayanya seluruh klan Peri.
Di bawah titah para penjilat dan di bawah titah para oportunis, mereka bermain demi penaklukan alam gaib, memalsukan kebenaran demi membentuk alam Neraka.
Tentu saja, bagi mereka yang kuat akan berkuasa dan bagi mereka yang memiliki ilmu, akan menguasai para penguasa. Sebab, berita dari ras Malaikat telah sampai pada kuping seluruh makhluk.
Telah diberitakan tentang seorang anak manusia yang berdo'a kepada para Malaikat, agar sekiranya, memasukkan ras jin serta ras Manusia ke dalam Neraka, agar dijadikannya, seluruh alam menjadi Neraka. Hingga fakta mengejutkannya yang penuh kontradiktif, ialah para Malaikat telah mengabulkan do'a manusia nista itu.
Namun sungguh disayangkan, berita langit itu hanya didengar pada mereka yang membuka hatinya, sehingga bagi mereka yang menutup hatinya, mereka telah selangkah mengabulkan do'a terbentuknya alam Neraka.
Dan inilah, perang dunia jin kedelapan belas, yang di dalamnya seluruh ras merasa dirinyalah yang paling benar, maka dengan itu, sungguh! Telah tanpa sadar, mereka justru memerangi sang 'penyelamat'.
Tapi apa jadinya, jika sang penyelamat itu berbanding terbalik dari ekspektasi dunia?
Karena faktanya, sang 'penyelamat' tak sesuai perkiraan dunia. Kendati demikian, keputusan Sang Maha Kuasa tak berhak disepakati oleh siapapun, tidak bisa diintervensi dan tak dapat diganggu gugat.
100 tahun sebelum perang dunia terjadi, di alam Peri yang dalam kedamaian serta beraroma khas, seorang gadis muda berusia 9900 tahun. Iya, itu adalah umur yang terbilang muda bagi seorang gadis dari kalangan jin ras Peri —9 tahun menurut perhitungan manusia— dia tengah memandang air terjun yang mengucur dari awan putih, mendeprok di atas batu berwarna keemasan.
Nurvati memiliki kulit yang senantan nan cerah, gaun nuansa putih bertatahkan permata adalah pakaiannya, kepalanya mirip seperti manusia, hanya saja, wajahnya lebih cerah dengan dua iris ular warna hijau, rambutnya klimis panjang hitam nan pekat dan tergerai hingga ke punggung.
Seminggu sekali adalah waktu yang dimanfaatkan Nurvati demi mengunjungi tempat ini, dilakukannya agar jiwanya menjadi lebih tenang.
Air terjun di kolam pinggir hutan ini memiliki kesegaran yang mampu memulihkan tenaga yang hilang. Siapapun yang meminumnya, pasti tergiur untuk kembali meminumnya.
Pada keindahan air terjun tersebut terdapat pelangi yang melekuk dengan elegan di atasnya, bersama kilauan laksana gugusan bintang yang mungil berjatuhan ke air. Di pinggir kolam air terjun, dihiasi bunga-bunga berwarna-warni, tak luput kupu-kupu hinggap di atas bunga-bunga tersebut.
Nurvati adalah Peri yang tak memiliki sayap, sehingga kawan-kawannya di sekolah acap kali mengejeknya Peri palsu, karena bagaimana pun, seluruh temannya mampu terbang, dan tentunya seluruh ras Peri di alam ini sudah sepatutnya memiliki sayap.
Mereka bisa terbang ke kerajaan langit —itu berada di atas awan bumi Peri— terbilang hebat-hebat seluruh kawan sekolah Nurvati, dalam usia 6000 tahun, mereka telah menguasai tiga tingkat ilmu Cahaya.
Salah satunya, tak terbakar di dalam api, tak juga kepanasan dan mampu menyatu dengan api itu sendiri.
Sedangkan Nurvati, satu tingkat saja belum mampu ia kuasai, sehingga cukup membuatnya frustrasi.
Akan hal itu, rasa kesalnya telah membuatnya mabal dari sekolah hampir setiap hari. Bila pun kembali bersekolah, bentakan, hinaan hingga hukuman selalu ia rasakan acap kali bersekolah.
Bagaimana tidak, Nurvati selalu gagal untuk menguasai sebuah ilmu, itu menjadikannya masih tinggal kelas, sedangkan kawan-kawannya telah berada ditingkat 7 jauh meninggalkan Nurvati.
Udara segar mengalun lembut, Nurvati sampai menarik napas panjang demi menyenguk kesegaran udara hutan ini.
Kedamaian ini nyatanya tak berlangsung lama, karena secara tiba-tiba, dari langit biru nan cerah, muncul tiga gadis Peri yang mendarat ke samping Nurvati. Ini adalah pertanda buruk.
Mereka berdiri dalam jarak empat meteran, rupa mereka mirip dengan Nurvati, hanya saja, dari ujung rambut hingga ke ujung kaki tubuh mereka lebih cerah ketimbang tubuh Nurvati, hidung lancip, dagu lancip, mata lebar nan tajam layaknya mata ular.
“Oh, jadi kerjaanmu sekarang bermalas-malasan ya?” sindir gadis bermata biru yang berdiri di tengah teman-temannya.
Mereka bertiga berusaha mengejek Nurvati, merendahkan Nurvati, hanya agar Nurvati pergi dari alam Peri ini.
Pada era ini, ras Peri terbilang telah berubah, Iblis, atau ketua dari ras Peri yang pertama, adalah penyebab mental serta pola pikir beberapa klan Peri berubah.
Bukannya apa-apa, sebelum ketua Razael memusuhi ras Manusia, ras Peri dahulu kala adalah umat jin atau makhluk paling mulia yang kedua setelah para Malaikat, lebih dari itu, banyak para Malaikat yang diangkat dari ras Peri. Namun sayang, kala ketua Razael bersumpah akan memusuhi ras Manusia, hampir seluruh jiwa ras Peri berubah. Bahkan, banyak rakyat ras Peri yang memilih mengikuti ketua Razael hanya demi cintanya pada sang ketua.
Padahal faktanya, ketua Razael telah mengingatkan, bahwa ras Peri tak perlu mengikuti perbuatannya, tepatnya, dia memiliki ilmu yang tak dimiliki kalangan makhluk apa pun.
Menariknya, jabatan ketua Malaikat yang disandang Razael langsung diberikan pada Malaikat Abriel, atau dengan kata lain, Razael didemosi menjadi Iblis, dan beberapa Peri turut serta bersamanya.
Hari ini, ras Peri sendiri kebingungan atas identitasnya di langit, apakah mereka masih dianggap wakil dari malaikat? Atau justru malah menjadi wakil Iblis.
Mengingat, sejak ribuan tahun silam, pintu langit telah ditutup, akibatnya, ras Peri mulai kehilangan kehormatan di seluruh umat jin seantero alam semesta, sebab bagaimana pun, ras Peri-lah yang biasanya mengantarkan berita-berita langit pada ras lain.
Nurvati bangkit dari duduk, berdiri penuh marah pada ketiga kawannya yang datang hanya untuk mengganggu, seraya berkata, “Mengapa kalian tak puasnya menghinaku?!”
Ketiga gadis Peri hanya berdecak dan menyeringai mengejek Nurvati.
“Jelas kami menghinamu, kamu bukanlah peri, mana sayapmu? Terbang saja tidak mampu, apalagi sekolah?” ejek gadis Peri bermata biru.
“Seharusnya, kamu pergi ke alam lain,” sambung gadis bermata hitam, nimbrung untuk mencemooh.
Mula-mula Nurvati terdiam tertunduk dengan mengerang marah. Ia tak habis pikir, tiga gadis Peri di hadapannya ini datang hanya demi mengejek dirinya.
Tak mau ambil pusing, Nurvati pun berpaling pergi. Terlalu bodoh membuat keributan di sini. Apalagi, mereka lebih kuat ketimbang Nurvati.
“Persetan dengan kalian!” umpat Nurvati.
Nurvati pergi, meninggalkan tiga temannya yang sok paling hebat. Kendati ketiga temannya hanya terpaku apatis, tetapi, tak dapat dipungkiri, batin Nurvati yang tadinya tenang kini bergejolak bimbang. Dia juga sebenarnya mempertanyakan identitasnya, dia juga merasa ragu tentang kediriannya.
“Apa mungkin aku ras Peri? Apa mungkin aku bukan dari ras Peri?” batin Nurvati mencecar pertanyaan akan dirinya sendiri.
Dalam kepalanya yang menghangat, dia terus berjalan penuh kegeraman keluar dari hutan.
Hutan dari alam Peri memiliki kesamaan dengan alam Manusia, bedanya terdapat dari warna serta aromanya, seluruh warna batang pohon di sini bernuansa abu-abu dengan dedaunan warna biru langit, sedangkan tanahnya berwarna cokelat.
Perbedaan yang terbesar dari alam Peri ialah, seluruh hunian mengambang di atas tanah setinggi dua atau 3 meter, malah dibeberapa bangsa, seluruh hunian hingga melayang di atas tanah setinggi 100 meteran. Bahan bangunannya adalah bebatuan mulia, seperti permata, intan atau berlian, tentu saja bahan-bahan tersebut didapat dengan cara memproduksinya oleh kekuatan energi yang dimiliki ras Peri, gaya huniannya sendiri lebih membentuk istana ala Eropa, kebanyakan pun bernuansa putih serta keunguan, bonusnya adalah bening berkilau.
Bumi alam Peri pun memiliki tingkat gravitasi yang rendah, sehingga bisa dipastikan, ras Manusia yang berkunjung ke sini tubuh mereka akan seperti melayang bila mereka melompat, kecuali menggunakan tubuh spritual, namun bila manusia memaksakan tinggal di sini dengan tubuh kasarnya, secara otomatis, tubuh mereka akan bermutasi atau berevolusi menjadi ras jin.
Di beberapa ras jin, perniagaan hanya sebatas membeli ilmu, atau terkadang membeli bahan makanan —walau pun ada pula ras jin yang memakan angin atau api— uang pun didapat dengan menciptakan sendiri, memanfaatkan energi tubuh, tentu saja uang yang dimaksud bukan uang seperti ras manusia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!