perempuan yang menangis kesakitan dan terus memegang tangan Mamahnya cukup kuat ketika ia akan melahirkan seorang bayi yang berada dalam perutnya
"Tahaaan Nina, kamu pasti bisa sayang" ucap Mamahnya menguatkan sang anak
Perempuan bernama Nina itu mengatur nafasnya, keringat sudah bercucuran membasahi wajahnya. Dia kembali berusaha mengejan karna sudah pembukaan ke sepuluh
"Ayo bu, kepalanya sudah mulai terlihat, terus ngejannya bu, ayo semangat ibu pasti bisa" ucap seorang bidan menyemangati
"Aaaaaaaaa sakit" teriak Nina sembari menangis menahan sakit
"Iya bu, tapi ibu harus semangat supaya bayinya lahir dengan sehat dan selamat" ucap Bidan itu terus menyemangati
"Hah hah hah Aaaaaaaa" Teriak Nina terus mengejan sekuat tenaga yang dia punya, sampai akhirnya Seorang bayi perempuan yang sangat cantik lahir dengan selamat
"Wah selamat ya bu, bayinya sudah lahir. Perempuan, cantik seperti ibunya" ucap Bidan itu tersenyum pada Nina
Nina yang masih mengatur nafasnya terlihat lelah hanya bisa tersenyum mendengar perkataan Bidan yang membantunya melahirkan itu
Bayi cantik itu dibersihkan terlebih dahulu sebelum diberikan pada ibunya
"Ini bu, bayinya" ucap bidan itu menyerahkan bayi cantik itu pada Nina
"Terima kasih bu Bidan" ucap Nina tersenyum sopan pada bidan tersebut
"Iya, sama sama" ucap Bidan itu lalu pergi dari ruangan tersebut setelah dia menyelesaikan tugasnya
Nina yang sedang menggendong bayi itu tersenyum gemas sembari terus menatapnya
"Nina, dia cantik sekali nak" ucap Mamah Rita yakni ibu kandungnya Nina
"Iya mah, matanya terlihat cantik seperti mata ayahnya" ucap Nina tersenyum senang, tapi mamah Rita sama sekali tidak suka mendengar perkataan Najwa barusan
"Ayahnya juga harus tau kalau dia sudah punya anak dari kamu, Nina" ucap Mamah Rita dengan nada bicara yang sangat kesal
"Gak mah, kasian dia. Dia masih sekolah, dia belum cukup umur untuk menjadi seorang Ayah" ucap Nina menunduk sedih
"Lagipula kenapa kamu harus berhubungan sama anak kecil, jangan mentang mentang dia mendapatkan donor ginjal dari suami kamu, kamu jadi mau berhubungan sama dia" ucap mamah Rita terlihat marah
"Mah, sudah. Aku yang salah dalam hal ini, jangan pernah salahin dia" ucap Nina terlihat kesal pada sang Mamah
"Haaah, terserah kamu. Mamah cuma gak mau cucu mamah nanti hidup tanpa seorang Ayah" ucap Mamah Rita marah, lalu keluar dari ruang itu
****
-Korea selatan-
"Drrrtt"
Terdengar bunyi telepon masuk dari sebuah ponsel mahal yang tergeletak diatas nakas di samping tempat tidur king size yang terlihat mewah bernuansa putih dan abu yang menghiasi kamar tersebut
Seorang pemuda yang masih tertidur pulas memakai kaos putih polos lengan pendek dan celana tidur yang melekat di tubuhnya, terpaksa membuka matanya karna bunyi telepon masuk tersebut, lalu dia mengambil ponsel nya dan mengangkat telepon yang sedari tadi terus berbunyi
"iya hallo? ah kakek? Iya aku baik baik saja, kek" ucap pemuda itu malas lalu menyimpan kembali ponsel nya diatas nakas
Karna masih sangat mengantuk dia pun kembali melanjutkan tidurnya Terdengar bunyi ketukan pintu kamar cukup keras, hingga kembali mengganggu pemuda yang sedari tadi tertidur
"Haishhh, yak siapa yang mengganggu tidur ku di pagi buta seperti ini dia tidak tau apa aku masih mengantuk?" gerutu pemuda itu merasa sangat kesal, lalu bangun dari tidur nya dan berjalan membuka pintu kamarnya
"Min jae? kakek kamu menyuruh hyung untuk membangunkan mu, dan kamu disuruh ke rumah sakit untuk mulai bekerja hari ini" ucap Sejin
Sejin adalah seorang Bodyguard yang bekerja untuk menjaga pemuda yang bernama min jae itu
"Hadeuh, aku masih mengantuk. Bisa tidak kerjanya besok saja" gerutu Min jae terlihat malas sambil sesekali menguap menahan kantuk
"Ini sudah pukul 8 pagi, dan kamu harus segera bersiap siap sekarang juga karna kalau tidak, hyung akan melaporkan mu pada kakek kamu" ucap sejin mengancam
"Hah, oke oke...! Yasudah aku mau mandi dulu, kak sejin tunggu saja diluar" ucap min jae lalu menutup pintu kamarnya dan bergegas ke kamar mandi
....
min jae turun dari mobil mewahnya di depan sebuah rumah sakit yang terlihat megah dihadapannya.
"Wah gedung rumah sakitnya besar dan megah sekali, jadi ini rumah sakit yang selalu haraboji ceritakan" ucap min jae menatap sekeliling gedung rumah sakit tersebut
"Iya min jae kamu akan bekerja di sini mulai sekarang, tapi kamu akan menjadi dokter umum terlebih dahulu dan membantu dokter lainnya di ruang unit gawat darurat saja" ucap sejin menjelaskan
"Hah apa aku bisa, aku gak suka darah dan bau obat obatan, rasanya bikin aku mual hyung" ucap min jae mengeluh
"Kamu ini, belum apa apa sudah mengeluh, Kajja kita masuk" ajak Sejin memasuki rumah sakit tersebut
Semua staf di rumah sakit itu menatap min jae, karna berjalan dengan Sejin bodyguard keluarga Park, min jae yang merasa tak nyaman menghentikan langkahnya
"Waeyo?" Tanya Sejin
"Hyung? Sebaiknya Hyung tidak mengikuti ku terus, aku tidak nyaman diliatin para staf disini" bisik min jae pada Sejin
"Ah tapi kalau kamu kenapa kenapa bagaimana hyun ki a? Hyung takut dimarahi Tuan Park kalau kamu sampai terluka" bisik Sejin mengingatkan
"Yak Hyung, ini rumah sakit. Lagi pula siapa yang akan menyakiti ku disini? Hyung lihat, aku juga pakai jam tangan yang hyung kasih, Hyung bilang aku hanya perlu memencet tombol disini kalau aku dalam bahaya kan? Jadi Hyung tenang saja" ucap min jae meyakinkan
Min jae memang diberikan sebuah alat yang cukup canggih, yang bisa mendeteksi keberadaan sang pemakai jika dia dalam bahaya, jam tangan itu akan memberi sinyal pada alat yang selalu dipegang Sejin
"Hah, baik lah hyung akan keluar tapi tidak akan jauh dari rumah sakit ini, kamu masuk saja ke ruangan Dokter Jae won dan minta staf disini untuk mengantar mu ke ruangannya" ucap Sejin memberitahu
min jae hanya mengangguk mengerti, lalu sejin pun pergi dari sana
.
...
min jae dan salah satu perawat yang mengantarnya sudah sampai didepan ruangan Dokter Jae won, Perawat itu masuk memasuki ruangan Dokter Jae won terlebih dahulu, terlihat Dokter Jae won tampak sibuk dengan laptop didepannya
"Permisi dokter, ada yang mau bertemu dengan anda atas nama park min jae, dan dia sudah berada diluar ruangan ini" ucap perawat itu memberitahu
"Baik, persilahkan dia masuk" ucap Dokter Jae won
"Baik, dokter" ucap perawat itu lalu keluar ruangan untuk memberitahu min jae
min jae memasuki ruangan Dokter Jae won, terlihat Dokter Jae won menatap min jae tersenyum lalu berdiri menyambutnya
"Park min jae shi, silahkan duduk" ucap Dokter Jae won membungkuk hormat pada min jae
"Hyung? Kenapa Hyung menjadi formal seperti ini? Aku tak suka hyung menyambutku dengan panggilan seperti itu" ucap min jae terlihat kesal
"Ha...ha... Mianhae, jadi sekarang kamu mulai bekerja disini?" Tanya Dokter jae won
"Menurut Hyung? Hah, sebenarnya lebih suks diam dirumah sambil main game daripada disini, tapi Haraboji terus memaksa ku" ucap min jae terlihat kesal
"Ha...ha... gwenchana, Haraboji kamu memang benar, kamu memang harus mulai belajar bekerja dari sekarang" ucap Dokter Jae won tersenyum menatap min jae
"Hah terserah Hyung saja, tapi Hyung jangan kasih tau seluruh staf rumah sakit ini tentang siapa aku" ucap min jae mengingatkan
"Loh kenapa? Bukannya semuanya harus tau ya kalau ka..."
"Ah Hyung, aku tidak mau mereka menganggap ku berlebihan, aku mau berteman dengan mereka apa adanya tanpa ada rasa hormat" ucap min jae
"Hah, kamu ini. Baik lah Hyung akan turuti ke inginan kamu Dokter Park min jae" ucap Dokter Jae won tersenyum
"Ah hyung? apa aku pantas jadi seorang Dokter?" Tanya min jae
"Kenapa begitu? Kamu sangat pantas Park min jae" ucap Dokter Jae won memegang kedua bahu min jae, meyakinkan
"Hah, baik lah" ucap min jae tersenyum tapi terpaksa
"Kajja, Hyung akan bawa kamu ke ruang unit gawat darurat tempat kamu mulai bekerja" ucap Dokter Jae won berjalan terlebih dulu.
~ Indonesia~
Seorang anak perempuan cantik bernama Alana Seiza almahera hari ini mulai masuk TK, karena usianya sudah menginjak 5 tahun.
.
Alana diantar Neneknya yang bernama Wina untuk pergi ke sekolah
"nenek? Kenapa Lana selalu diantar nenek? Kenapa gak diatar mamah sama papah?" Tanya Alana yang sedang duduk di dalam mobil bersama Neneknya yang berada disampingnya
"Sayang, Mamah kan harus jaga Halmoni sedangkan Papah harus kerja, emangnya Lana gak mau ya di antar ke sekolah sama nenek?" Mamah wina yakni Neneknya Alana
"Nggk sih, Lana senang kok diantar sama nenek karna nenek sangat baik sama Lana" ucap Alana tersenyum menatap Neneknya
"nek? Kenapa ya halmoni harus sakit karena banyak pikiran? Emangnya apa yang sedang dipikirkan halmoni? kata Mamah, halmoni sakit karena ditinggal Anaknya Emangnya anak Halmoni siapa?" Tanya Alana terlihat penasaaran
"Emmhhh it... itu anak bungsunya Halmoni, dia sakarang tinggal dikorea bersama Kakek dan Neneknya" ucap Mamah Wina
"Kenapa dia tidak pulang? Kasian halmoni sakit gara gara dia, pokoknya Lana benci sama orang itu" ucap Alana terlihat marah
"Sstttt Alana sayang, Alana tidak boleh membenci Kak Devan. Kak Devan itu anak yang baik, dia meninggalkan kita semua karena dia harus kuliah, sayang" Ucap Mamah Wina menahan tangisnya sembari menatap Alana
"Tapi tetap saja aku benci, kalau aku ketemu dia, aku akan mencubit tangannya denga keras" ucap Alana terlihat kesal sembari memanyunkan bibirnya
Mamah Wina yang melihat itu merasa gemas dengan cucunya itu
"Ha... ha... kamu ini, nah kita sudah sampai, ayo kita turun" ucap Mamah Wina
Lalu mereka pun turun dari mobil yang dibawa kang Asep supir pribadi keluarganya
....
"Bunda, ayo makan Bun...! Dari pagi Bunda belum makan" Ucap seorang perempuan yang terus membujuk Ibunya untuk makan
"Devan anak ku, Dimana anak ku? Jangan ambil anak ku Appa... Eomma... jangan ambil Anak ku" Ucap Ibu dari perempuan itu menangis
Ibu itu terduduk di tempat tidur yang cukup megah di rumahnya itu, setiap harinya dia hanya menangis dan melamun memikirkan anak bungsunya yang bernama Devan yang sekarang sudah tinggal dikorea bersama kakek dan neneknya
"Bun, Sudah 5 tahun berlalu. Kenapa Bunda terus memikirkan Devan.? Dia sekarang sudah bahagia tinggal bersama Haraboji dan Halmoni, bukannya Bunda juga harus bahagia melihat Nugi bahagia?" Ucap
seorang perempuan bernama Nurul itu yang terus menenangkan sang Bunda
Ibu itu yang tak lain adalah Bundanya sendiri hanya diam tak mendengarkan perkataan Nurul anak perempuannya
Tak berapa lama seseorang menghampiri mereka
"Mbak? Apa Bunda mau makan?" Tanya orang itu
"Aldi? Kamu gak kerja?" Tanya Nurul malah nanya balik pada pemuda bernama Albi itu
"Aku sift 2 Mbak, gimana Bunda?" Tanya Aldi menatap cemas sang Bunda
"Bunda gak mau makan dan terus memanggil nama Devan, sepertinya beberapa hari ini dia gak minum obatnya deh Al" tebak Nurul
"Hah ini pasti gara gara kemarin Bunda melihat foto Devan yang tergeletak di laci kamar ku" Ucap Aldi menunduk sedih
"Kamu sih sembarangan menaruhnya" ucap nurul kesal
"Aku gak sembarangan, Bunda kemarin beresin kamar ku Mbak dan mungkin gak sengaja lihat foto Devan" ucap Aldi tak mau disalahkan
"Hah kamu ini, yasudah ini, kamu saja yang bujukin Bunda makan" ucap Nurul memberikan Nasi dengan lauknya yang berada diatas piring
"Iya deh, ngalah aja sama yang lebih tua" ucap Aldi meledek
"Ya iyalah, kamu kan adik Mbak, jadi harus nurut sama kakak" ucap nurul tersenyum puas
"Enak ya punya adik, bisa di suruh suruh, lah gua punya adik satu satunya malah terbang ke korea" ucap Aldi melirik Nurul dengan tatapan meledek
"Yak... masih mending Devan ke korea, kalau kalau kalian terus berdekatan, kalian itu selalu berisik dan bikin Mbak pusing tau gak" bentak Nurul
"Lagi pula kamu masih ada Iwan, dia kan adik kamu juga Al" ucap Nurul lagi tersenyum sinis
"Tapi beda saja, rasanya adik yang dari kecil selalu bersama sama, sama adik yang ketemu gede. Lagian kenapa sih Mbak kaya gak suka gitu sama Iwan dan Mamah wina, mereka sudah baik mau menjaga Ayah dan juga Alana" ucap Aldi mengingatkan
"Ha.. ha... iya deh, yang anak nya Mamah Ayu" ucap Nurul tersenyum meledek lalu pergi dari kamar sang Bunda
....
"Hallo? Dokter jin Seok?" Ucap seorang pria paruh baya yang sedang mencoba menelpon seseorang
"Iya? Hallo? Ini siapa ya?" Tanya seseorang dibalik telepon itu
"Dokter jin seok, ini saja Dokter Aryan. Anda bekerja dimana sekarang? Saya ingin sekali bertemu dengan Anda" ucap pria paruh baya itu yang tak lain adalah Dokter Aryan
"Maaf Dokter Aryan, saya sudah tau maksud Anda menelepon saya. Tapi maaf kalau tentang masalah Devan, saya tidak akan mau membahasnya" Ucap Dokter jin seok dibalik telepon
"Devan itu Anak saya, Anak kandung saya dan saya Ayah kandung nya. Dokter jin seok tidak sepatutnya menyembunyikan keberadaan Anak saya" ucap Dokter Aryan yang tak lain adalah Ayah kandung Devan
"Ayah kandung mana yang menyiksa anaknya sendiri sampai dia mengalami Amnesia karena membela orang lain dari pada anaknya sendiri, Devan sudah saya anggap adik saya sendiri dan Anda jangan pernah menemuinya lagi" ucap Dokter jin seok marah
"Saya tau saya salah, tapi ijinkan saya bertemu Devan anak saya, sudah 5 tahun lamanya saya tidak melihatnya. Tolong Dokter jin seok, tolong" Ucap Dokter Aryan menahan tangis
"Maafkan saya Dokter Aryan, Profesor Park menyuruh saya untuk tidak memberitahu Alamat tempat tinggalnya, karena kami hanya ingin menjaga Devan dari orang orang jahat seperti kalian" ucap Dokter jin seok lalu mematikan Teleponnya
.....
Alana sudah pulang sekolah, dia memasuki rumah mamahnya sembari berlari lari
"Lana? Kenapa lari lari seperti itu sayang? Mana nenek?" Tanya nurul yang melihat Alana berlari dan menangis
"Mamah? Hiksss... Teman teman ku hiksss.. hiksss.. ja..hat... Mereka mengejek ku, mereka bilang aku anak haram Hiksss..." ucap Alana sembari terus menangis
"Anak haram gimana? Jelas jelas Alana anak mamah dan papah kan" ucap nurul menenangkan Alana
"Tapi mereka terus mengejek ku, aku gak suka sama mereka mamah hiksss... hiksss... hiksss... " teriak Alana terus saja menangis
"Sssttt Lana sudah, mamah kan disini sama Lana. Lana bukan anak haram ya sayang tapi Lana anak mamah dan papah. Tidak ada anak haram di dunia ini, jika mereka mengejek Lana lagi, Lana bilang saja kalau Mamah dan Papah Lana orang yang hebat dan Lana juga bukan anak haram. Karna Lana masih punya Mamah dan Papah yang menyayangi Lana" ucap nurul menenangkan Alana lalu memeluknya erat menahan tangis
Park min jae membuka matanya perlahan, dia melihat jam di nakas nya menunjukan pukul 7 malam.
"min jae a? Kamu sudah bangun?" Ucap sejin yang ternyata dari tadi dia duduk di sofa dekat tempat tidurnya.
"Haish, kamchagiya. Hyung kenapa disini?" Tanya min jae yang terkejut.
"Hyung menjagamu, min jae a. Hyung khawatir sama kamu" ucap sejin.
"Yak hyung, aku tidakpapa. Aku tadi hanya sedikit sesak karna mereka menendang dada ku" ucap min jae
"Omo, kamu benar tidakpapa min jae a? Ayo kita ke rumah sakit saja" ucap sejin menghampiri min jae
"Aniyo, aku benar² tidakpapa hyung. Aku sekarang lapar" ucap min jae
"Ah mian, kajja kita makan" ajak sejin menuntun min jae bangun.
Dimeja makan min jae memakan makanannya begitu lahap, sejin yang melihat itu terlihat merasa gemas.
Meskipun usia min jae sudah 20 tahun, tapi dia masih terlihat seperti anak 15 tahun dan tidak sekali dua kali sejin memperlakukannya seperti anak kecil, apalagi sejin juga mempunyai adik se usia hyun ki, itu sebabnya sejin selalu ingin melindungi min jae seperti adik nya sendiri.
"Hyung kenapa berdiri saja? Ayo ikut makan bersama ku" ajak min jae
"Tidak, kamu saja yang makan. Hyung nanti saja" ucap sejin tersenyum.
min jae hanya mengangguk pasrah karna meskipun dipaksa sejin akan tetap tidak mau.
Pagi harinya min jae kembali bekerja ke rumah sakit, min jae memasuki gedung rumah sakit tersebut dengan berjalan santai.
"Dokter park? Kenapa kemarin setelah istirahat anda tidak masuk kerja kembali? Anda kemana?" Tanya dokter Kim, yang kemarin memarahi min jae.
"Ah mian, kemarin saya ada masalah sedikit, dokter lee, jadi saya pulang" ucap min jae tersenyum.
"Asal anda tau kami sangat kerepotan kemarin, kenapa anda malah pulang dan tidak balik lagi ke sini" ucap dokter kim terlihat kesal.
"Repot? Apa kemarin waktu sebelum ada saya disini kalian merasa repot?, tidak bukan. Saya tau itu alasan anda saja untuk mempermalukan saya disini" ucap min jae tersenyum lalu meninggalkan dokter kim
"Haish, anak baru itu sangat menjengkelkan sekali" ucap dokter kim tak suka.
min jae mengahampiri seo yeon yang terlihat sibuk membereskan peralatan medis.
"Annyeong, chagiya?" Sapa min jae tersenyum jahil pada seo yeon
"Yak, jangan bilang seperti itu. Aku tidak suka, min jae a" ucap seo yeon
"Waeyo? Kamu kan sahabat baik ku" ucap min jae tersenyum sambil terus mengikuti seo yeon.
"Yak, park min jae, jangan menggangguku terus" ucap seo yeon kesal.
"Ah wae, seo yeon ah? Aku punya sesuatu un..."
"Dokter park? Tolong profesional, ini rumah sakit. Banyak orang yang sedang sakit disini. Jadi anda jangan mengganggu dokter seo yeon terus" ucap dokter kim memotong percakapannya bersama seo yeon.
"Haishh, Dasar dokter menyebalkan, apa dia sangat menggemari ku sampai² terus saja mengikuti ku" gerutu min jae
Seo yeon yang mendengar hyun ki menggerutu pun merasa ingin tertawa tapi dia memcoba menahannya.
Tak berapa lama ada seorang pasien nenek² yang masuk ke ruang ugd tersebut.
Hyun ki memapahnya menuju ranjang rumah sakit.
"Nyonya kenapa? Apa nya yang sakit?" Tanya min jae tersenyum sopan.
"Tadi saya terjatuh di toilet dan kaki saya sakit" ucap pasien nenek² itu.
"Biar saya periksa dulu ya, nyonya duduk saja dulu di ranjang itu" ucap min jae
Sesampainya didekat ranjang rumah sakit nenek itu mengeluh.
"Ah saya tidak bisa naik, saya mau di pangku sama dokter" ucap nenek itu manja.
"Ah, mari saya bantu" ucap min jae senyum terpaksa lalu memangku nenek itu naik ke ranjang rumah sakit.
"Ah dokter sangat tampan" ucap nenek itu tersenyum lalu mencium pipi min jae
min jae terkejut lalu melongo sambil terus tersenyum meskipun terpaksa.
"Ah haha kamchagiya haha" ucap min jae menahan kesal nya
Seo yeon dan staf lainya melihat itu menahan tawa.
min jae pun mengobati luka yang berada di kaki nenek tersebut.
"Dokter tampan mau nenek cium lagi?" Tanya nenek itu genit.
"Ah aniyo, lukanya sudah diobati haha sa saya mau ke toilet dulu, permisi" ucap min jae lalu kabur dari ruang ugd tersebut sambil mengelus pipi nya yang tadi dicium nenek² itu.
"Haiiish, bukannya dicium wanita cantik ini malah dicium nenek²" gerutu min jae kesal.
min jae lalu ke ruang istirahat khusus untuk para dokter dan dia membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur khusus yang disediakan rumah sakit itu.
"Hah aku baru tau ada ruangan ini, lebih baik aku sering kesini untuk tidur" ucap min jae lalu menutup matanya yang memang sudah lelah.
"Jeogiyo?" Ucap seorang wanita membangunkan min jae yang tertidur
"Haiiishh hyung, aku masih mengantuk" ucap min jae yang masih menutup matanya.
"Jeogiyo, ini sudah malam. Apa anda dokter umum disini?" Tanya wanita itu terus membangunkan hyun ki
"Emhhh ini jam berapa?" Tanya min jae bangun dari tidurnya
"Ini sudah jam 8 malam, apa anda tidak pulang?" Jawab wanita itu.
"Haissh saya ketiduran disini, terus anda? Kenapa disini?" Tanya min jae melihat seorang wanita yang ternyata seorang dokter juga tapi mungkin lebih senior dari nya.
"Saya mau istirahat sebentar, hari ini terlalu banyak pasien yang saya operasi" ucap wanita itu terlihat lelah, lalu duduk di ranjang sebelah ranjang min jae.
min jae melihat nama tage dokter wanita tersebut yang ternyata bernama Hana.
"Anda terlihat sangat pucat dokter Hana?" Ucap min jae memperhatikan Hana.
"Saya hanya kelelahan saja, kamu tidak pulang?" Tanya hana
"Saya akan pulang sekarang" ucap min jae lalu berjalan ke luar ruangan tersebut.
min jae berjalan memasuki rumah nya bersama dengan sejin dibelakangnya.
"Hyung? Kenapa haraboji dan halmoni belum pulang?, sebenarnya mereka ke luar negeri mana?" Tanya min jae penasaran.
"Mereka ke Indonesia, min jae a. Seperti nya Tuan park ada urusan kerjaan disana" ucap sejin memberitahu min jae
"Indonesia itu jauh kah? Aku belum pernah kesana hyung. Kenapa haraboji tidak mengajak ku kesana? Padahal setiap ke luar negeri selain indonesia, haraboji dan halmoni selalu mengajak ku sekalian berlibur" ucap min jae
"Kamu kan sudah mulai bekerja di rumah sakit, hyun ki a. mungkin itu alasan Tuan park tidak mengajakmu lagi" ucap sejin.
"Hah meyebalkan, aku tidak suka dengan pekerjaan ini hyung" ucap min jae menunduk sedih.
"min jae a, kamu harus nurut pada Tuan park. Beliau sangat menyayangi mu, apalagi kamu satu²nya harapan Tuan park" ucap sejin menyemangati.
"Hah justru karna itu aku turutin semua keinginan haraboji" ucap min jae
"min jae a, saran hyung. Kamu harus lebih berhati² pada orang di sekitar mu, hyung merasa ada orang yang tidak suka pada mu dan selalu ingin membuatmu celaka" ucap sejin menatap min jae
"Ah masalah itu, hyung sudah sering mengingatkan ku" ucap min jae
"Hyung hanya takut kamu kenapa², min jae a" ucap sejin memegang kedua bahu min jae.
"Ah nde, hyung jangan khawatir. Aku akan lebih hati² lagi" ucap min jae tersenyum mengerti.
min jae membaringkan tubuhnya di tempat tidur miliknya itu.
"Appa? Eomma? Bogosippo, aku mungkin memang tidak mengingat wajah kalian, tapi entah kenapa rasanya kalian masih berada dekat dengan ku, aku merasa kalian belum meninggal" ucap min jae melamun.
"Hah appa? haraboji bilang, appa juga seorang dokter yang hebat. kenapa aku tidak bisa seperti Appa? Apa aku bisa menjadi seorang dokter seperti Appa" Ucap min jae tersenyum sendu, lalu menutup matanya tertidur
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!