Aku bangga kepada diriku. Aku merasa kehidupanku sangat begitu sempurna. Aku memiliki segalanya yang tidak semua orang memilikinya. Dari segi fisik, aku memiliki tinggi badan diatas rata² wanita sebayaku. Berat badanku proporsional. Rambut asliku hitam tebal dan lurus, namun aku warnai dengan warna cokelat yang menurutku warna rambut tersebut warna langka di kalangan teman - temanku, kulitku kuning langsat, parasku cantik, terlahir dari keluarga terpandang, berpendidikan tinggi, memiliki pekerjaan bergensi, memiliki pasangan yang sempurna, anak - anak yang lucu dan tentu saja selalu menjadi kebanggaan orangtua yakni selalu juara kelas semasa sekolah. Siapa yang berani meremehkan aku? Siapa yang tidak iri kepadaku? Apakah definisi sempurna menurutku akan terus abadi? Atau bahkan membawa petaka dikemudian hari?
"Ayu" itulah namaku, nama yang diberikan Ayah Ibuku mengandung banyak makna, selain cantik dan anggun, nama yang diberikan tersebut memiliki doa khusus, yakni wibawa seorang perempuan.
Ayahku berprofesi sebagai seorang pengusaha. Ibuku berprofesi sebagai seorang guru. Aku anak bungsu dari tiga bersaudara. Kakak pertamaku perempuan bernama Ana, dan kakak keduaku laki - laki bernama Andi. Sebelum lahirnya mereka berdua, Ibuku pernah melahirkan sepasang anak, yang tidak lain merupakan kakak - kakakku. Keduanya meninggal secara bersamaan dalam kandungan. Ya mereka terlahir kembar.
Seragam biru tosca berpadu dengan warna orange yang melekat pada tubuhku begitu indah dan cantik. Rambutku dikuncir satu, menggunakan kacamata hiasan, sepatu bagus, dan buku yang aku baca selalu berbahasa Inggris. Sempurna!
Mobil hitam itu mengantarkan aku ke sekolah taman kanak - kanak. Tidak seperti anak yang lainnya, jarak sekolah yang menurutku jauh, namun teman - temanku, rata - rata menempuhnya dengan berjalan kaki. Sedangkan aku selalu diantar jemput oleh supir pribadi yang dipekerjakan oleh Ayah dan Ibuku, bisa terbayang bukan? Kehidupanku bagaikan seorang Princess.
Kenyamanan, kemewahan, keindahan semuanya kudapatkan pada masa itu. Ya masa dimana Ayahku masih berjaya. Alih - alih kehidupan abadi yang kudambakan selamanya menjadi Ayu kecil, ketika memasuki masa sekolah dasar, Ayahku melakukan kesalahan besar yang sangat begitu fatal, tidak dapat ditolerir hingga membuat semuanya hancur.
●●●
Tuti, siapakah dia? Dia merupakan gadis yang hanya status. Ya, statusnya memang gadis, tapi sudah terkenal dengan julukan piala bergilir.
Perlahan, Ayu kecil yang dikenal ramah, periang, sopan dan memiliki wibawa sama seperti doa Ayah dan Ibu kini berubah menjadi egois. Luka yang dimiliki Ayu membuat memori indahnya sirna. Hilang sekejap tidak tersisa.
Tak pernah sepatah katapun Ayu keluarkan sejak kejadian itu...
Hari demi hari yang entah kapan bisa kembali. Ayu merindukan Ayu dimasa kecil. Ke sekolah diantarkan menggunakan mobil mewah, Ayah dan Ibu selalu memanjakan Ayu. Apa - apa yang Ayu mau selalu dikabulkan.
Tapi sekarang tidak! Ya, karena Ayahku! Semua karena dia. Dia yang selalu aku banggakan, dia yang menjadi role model untuk memilih calon pasangan kelak.
Sirna...
Ayahku berselingkuh dengan Tuti yang tidak lain gadis piala bergilir di desa sebelah. Entah kapan perselingkuhan itu terjadi. Yang kami ketahui ketika ada seseorang yang mengetuk pintu dan meminta pertanggung jawaban kepada Ayahku atas ulahnya, usia kehamilannya pada saat itu sudah menginjak usia 7 bulan.
Ibuku? Terpukul sudah pasti, Ibu yang selalu lemah lembut kepada anak - anaknya, sekarang menjadi bringas seperti hewan buas. Apa - apa yang kami lakukan selalu salah dimata Ibu.
Kehidupan bagai Princess yang aku rasakan hanya berlangsung satu zaman saja. Kaka pertamaku kabur entah kemana, kaka keduaku terlilit hutang yang tiada usai.
Ini semua karena Ayah. Aku sangat membenci Ayah!
Tuk.. Tuk.. Tuk..
(Terdengar suara seseorang dari luar sedang mengetuk pintu depan rumah).
Nenah. Dia adalah pembantu rumah tangga di rumah kami.
"Duhhh siapa ya yang mengetuk siang - siang hari seperti ini? Ibu dan Bapak sedang tidak ada dirumah". Ucap Nenah sembari menggerutu.
Nenah pun bergegas membuka pintu dan,
Belum sempat Nenah bertanya. Wanita yang kira - kira berusia 28 tahun, berdiri didepan pintu sembari mengelus perutnya dan berkata :
"Bapaknya ada?" Tanya Wanita itu kepada Nenah.
"Oh mau cari Bapak? Maaf dengan siapa ya? Nanti saya sampaikan kepada Bapak kalo Bapak sudah pulang dari kantor, sekarang Bapak belum pulang" Jawab Nenah.
Wanita itu lantas berbalik badan dan berkata,
"Nanti saya kembali lagi" Ujarnya.
Nenah pun tanpa berpikir panjang lantas menutup pintunya.
"Dih aneh" Ucap Nenah.
Setelah mengunci pintu, Nenah pun mulai berpikir aneh - aneh, karena pikirnya siapa wanita itu, masih muda, sedang hamil, dan mau apa ya mencari Bapak? Pikirnya.
Ah sudahlah, Nenah pun kembali melanjutkan pekerjaannya yang kebetulan sedang menyiapkan makan siang untuk aku dan kakak - kakakku.
Ibuku yang berprofesi sebagai guru sekolah menengah atas ini, seperti biasa selalu pulang tepat waktu sekitar jam 4 sore, sama halnya dengan Ayah, jadi sudah pasti mereka berdua selalu pulang bersama.
●●●
Ana, Andi dan Ayu asyik dengan kegiatannya masing - masing sembari mencicipi makan siang bersama.
"Tadi siapa Bi?" Tanya Ana.
"Tidak tahu Non, yang jelas tadi itu ada tamu seorang perempuan, kira - kira usianya di atas Non sedikit, 28 tahunan sepertinya... Dan sedang hamil Non. Anehnya, perempuan itu mencari Bapak, Bibi pikir mencari Ibu. Belum sempat Bibi tanya sih ada apa keperluannya dan namanya siapa, belum sempat membuka percakapan juga, eh dia langsung pergi" Jawab Nenah dengan serius.
Ana yang pada saat itu sudah memasuki bangku kuliah lantas berpikir kritis, siapa ya wanita yang mencari Ayah, mana sedang hamil. Ah sudahlah, Pikir Ana.
Ana pun melanjutkan makan siangnya.
●●●
"Ayah sama Ibu pulangggggggg" Ucap Ibu kepada kami anak - anaknya sembari bergandengan tangan bersama Ayah.
"Ayahhhhhhhhhh, Ibuuuuuuuuuuuuu" Ucap Ayu sembari berlari kegirangan.
Aku si Ayu kecil menghampiri Ayah dan Ibu untuk memeluk dan sun tangan seperti biasanya. Tentu saja, keduanya langsung mencium ku balik dengan penuh kehangatan.
"Pak, maaf" Kata Nenah.
"Bi, saya dan Bapak kan baru pulang, jika ada perlu, nanti ya, kami bersih - bersih dulu, saya minta tolong, sekarang Bibi siapkan kopi dan teh hangat untuk saya dan Bapak" Sahut Ibu kepada Nenah.
Nenah pun yang pada saat itu berusaha mengingat kembali dan memiliki niat untuk menyampaikan informasi mengenai kedatangan tamu misterius itu... Seketika,
Blankkkkk...
"Ba baik Bu" Jawab Nenah.
Kami sekeluarga tidak pernah menyangka, bahkan terbayang bahwa Ayah yang kami kenal benar - benar berwibawa, family man, nyaris sempurna dan aku pun begitu bangga kepadanya. Namun ternyata salah. Ya sangat - sangat salah. Ayahku ternyata orang terjahat yang pernah aku kenal. Pikirku pada saat mengetahui kejadian sebenarnya.
Nenah bukan tidak sempat memberitahu kejadian siang itu. Karena terpotong dengan pekerjaannya yang tiada usai dari kami bangun tidur, hingga semuanya tertidur kembali, yang pada akhirnya Ayah pun masih dalam posisi aman. Mungkin hari itu merupakan hari terakhir aku sebagai Ayu kecil yang merasakan kebahagiaan yang tidak dapat di ulang kembali.
"Minggu! Yeay.." Sahut Ayu.
Ayu selalu mencairkan suasana keluarga dikala semuanya sibuk dengan kegiatannya masing - masing. Bagaimana tidak, Ayah yang seharian dikantor mumet dengan pekerjaanya. Ibu sama hal nya dengan Ayah. Kakak pertama sibuk dengan kuliahnya, kakak kedua sibuk dengan ekstrakulikulernya. Aku? Si anak bungsu yang belum memiliki beban apa - apa.
Hari Minggu ini merupakan hari yang paling aku tunggu - tunggu,
Seperti biasa, aku selalu meminta Ayah dan Ibuku untuk meluangkan waktunya pada hari libur. Ya, aku meminta Ayah menemaniku bermain, dan aku meminta Ibu untuk membuatkan cemilan favoritku yakni cheese cake.
Aku bermain dengan Ayah, kakak pertama sibuk dengan tugas kampusnya di dalam kamar, kakak kedua bermain game di depan TV dan Ibu sibuk didapur bersama Nenah.
"Bu" Kata Nenah.
"Iya Bi, kenapa?" Jawab Ibu.
"Anu..." Sahut Nenah terbata - bata.
Nenah sempat berpikir sejenak, kasih tahu Ibu tidak ya, tapi khawatirnya jadi berpikir kemana - mana, dan perempuan itukan menanyakan Bapak, jadi mungkin perlunya sama Bapak, ah tidak usah bilang deh. Pikir Nenah.
"Anu apa loh Bi Nenah ini, tidak perlu sungkan Bi, hayooo kenapa?" Tanya Ibu dengan sedikit meledek Nenah.
Ibu memang sosok yang hangat pada zaman ini. Selelah - lelahnya Ibu, Ibu selalu mengusahakan yang terbaik untuk Suami dan Anak - anaknya. Begitupun kepada pembantu rumah tangga, supir dan yang lainnya yang bekerja bersama Ayah dan Ibu. Bila didefinisikan, Ibu ini benar - benar wanita idaman.
●●●
Tuk.. Tuk.. Tuk..
(Terdengar suara seseorang dari luar sedang mengetuk pintu depan rumah).
"Ayahhhh, ada yang ngetuk pintu ya?" Tanya Ibu.
"Iya Sayang, lanjut saja kerjaannya, biar Ayah saja yang buka" Jawab Ayah.
Ayu yang pada saat itu fokus bermain, tidak ingin Ayahnya kemana - mana, karena menurutnya, hari Minggu itu, hari Ayu, jadi apapun yang Ayu mau, harus dikabulkan. Ayah pun menuruti perkataan Ayu.
"Biar Ayu aja yang buka, Ayah diam nih jagain proyek mainan kita" Sahut Ayu kenapa Ayah.
Ayu berlari dan menghampiri pintu.
Belum sempat Ayu berkata,
"Ada Bapak?" Ucap wanita hamil ketika Ayu membukakan pintu sembari mengelus - ngelus perutnya yang hamil.
"Bapak siapa ya yang di cari?" Jawab Ayu.
"Prabu" Jawab wanita itu.
"Itu Ayah aku, ada apa ya cari Ayah?" Jawab Ayu sembari mengerutkan alis.
Belum sempat wanita itu jawab. Ibu pun menghampiri Ayu dan wanita itu.
●●●
"Maaf cari siapa ya?" Tanya Ibu sembari fokus ke perut buncit wanita itu.
Belum sempat wanita itu menjawab,
"Cari Ayah" Timpal Ayu.
●●●
"Ada apa Sayang, kok lama sekali buka pintunya" Ucap Ayah sambil tercengang karena melihat sosok wanita yang ada di depan rumahnya merupakan Tuti, ya si Tuti.
Ayah terlihat seperti ingin mengucapkan sesuatu, begitupun dengan wanita itu, namun tertahan karena Ibu yang memulai percakapan,
"Sini masuk Mba, jangan didepan terus" Sahut Ibu sembari membuka pintu secara lebar untuk mempersilahkan wanita itu masuk.
Wanita itu pun masuk dengan perasaan bahagia sedikit deg - degan, kemudian langsung duduk di kursi sofa ruang tamu kami.
●●●
Dari awal wanita itu datang ke rumah, Ayah tidak mengeluarkan sepatah dua patah katapun pada saat sama - sama duduk di ruang tamu. Ayu pun lantas heran.
"Mau minum apa Mba, teh atau apa?" Tanya Ibu kepada wanita itu
Nenah pun segera menghampiri kami dan berkata,
"Eh Mba - mba yang kemarin toh" Sambil menunjuk dan melihatnya dengan serius.
"Loh, ternyata Mbaknya pernah kesini?" Tanya Ibu,
"Iya Bu, kemarin Mba ini cari Bapak, saya lupa menyampaikan, karena setiap mau menyampaikan, tercancel oleh pekerjaan hehe. Maaf ya Ibu" Jawab Nenah.
Ibu pun hanya mengangguk dan tersenyum.
Belum sempat Ibuku membuka percakapan,
"Teh hangat saja" Sahut wanita itu dengan memasang muka angkuh.
Ibu pun lantas tersenyum dan,
"Yasudah Bi, buatkan ya teh hangat untuk Mbaknya" Pinta Ibu kepada Nenah.
"Baik Bu" Jawab Nenah.
Ketika Ibu akan memulai percakapan kembali dengan wanita itu, wanita itu lantas memulai,
"Aa" Sahut wanita itu sambil menatap Ayahku.
Ibu terdiam, begitu pun dengan Ayah. Aku sebagai anak bungsu perempuan merasa cemburu ketika wanita itu menatap Ayah.
"Ada perlu apa ya Tante sama Ayah aku?" Tanyaku pada saat itu.
"Maaf Teteh, saya...." Jawab wanita itu sembari terbata - bata.
Ibu pun lantas heran dan,
"Ini, ini kenapa pada tegang seperti ini?" Jawab Ibu dengan serius.
Ayah langsung menghampiri Ibu dan memeluk Ibu.
"Sayang, maafkan Ayah, maaf" Sahut Ayah dengan terus memeluk erat Ibu.
Ibu pun merasa bingung dan bertanya,
"Kenapa Ayah? Kenapa pada aneh seperti ini, ada apa sebenarnya?" Tanya Ibu.
Belum sempat Ayah menjawab, wanita itu pun berkata,
"Teteh, nama saya Tuti, usia saya 28 tahun, saya sedang mengandung anaknya Aa Prabu" Sahut wanita itu dengan spontan.
Ibu yang pada saat itu masih belum bisa mencerna perkataan wanita itu, perlahan sudah terlihat seperti mau pingsan, mendadak serangan jantung, merasa kaget, badan ibu terlihat mulai gemetar dan ya tangisan ibu pun pecah tak bisa terbendung. Air mata Ibu pun turun namun tanpa suara dan ekspresi.
Aku yang pada saat itu menyaksikan Ibuku menangis, lantas teriak dan panik. Karena selama hidupku, belum pernah sekali pun melihat Ibuku menangis seperti itu.
Terbayang saat dewasa kini,
"Begitu sakit kah wahai Ibu?"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!