Aula sekolah dipenuhi oleh semangat para siswa yang datang untuk acara penyambutan tahun ajaran baru. Celia, sebagai penyumbang terbesar kedua dan peringkat satu di seluruh angkatan, melangkah ke panggung dengan percaya diri dan gaya khasnya. Dia memegang mikrofon dengan pose yang mengesankan.
"Selamat datang, semuanya! Gue harap lo semua siap untuk tahun ajaran baru yang bakal super seru! Gue udah nunggu-nunggu momen ini dari lama!" seru Celia dengan nada ceria dan senyum lebar. "tahun ini kita bakal bikin banyak kenangan yang bikin lo semua pengen balik lagi lagi dan lagi!" ucapnya dengan penuh semangat.
Para siswa bertepuk tangan dengan riuh dan beberapa bahkan meneriakkan nama Celia. "yuhuu Celia! Celia!" Suara tepuk tangan dan teriakan itu menambah kemeriahan acara, mencerminkan betapa populernya Celia di kalangan siswa, baik cewek maupun cowok.
Setelah sambutan Celia selesai, saatnya giliran Kieran, yang dikenal sebagai siswa terpintar kedua setelah Celia, untuk naik panggung memberikan pidato. Suasana berubah menjadi semakin meriah dengan tepuk tangan yang menggebu-gebu dan teriakan nama Kieran dari para siswa.
" Kieran sayang! kieran!!" teriak beberapa siswa, ruangan aula dipenuhi dengan suara cewek-cewek yang terlihat sangat antusias. "Kieran! Kieran!"
Celia, yang melangkah menuruni dari panggung, melirik Kieran dengan senyum penuh sindiran. "C'mon kieran! Jangan kelamaan ya! Telinga gue suka sakit kalo denger suara lo lama-lama, tapi ya jangan bikin bosen juga, Lo kan si 'pintar nomor dua' setelah gue, jadi jangan kalah keren dari gue ya!" serunya dengan nada bercanda, membuat beberapa siswa tertawa.
Celia melangkah dengan ceria ingin menuruni panggung menuju kursi tempatnya semula, tanpa disadari, kabel mikrofon yang berserakan di lantai menjerat kakinya. Saat berusaha menjaga keseimbangan, Celia tersandung dan secara tidak sengaja menarik celana Kieran dari belakang. Celana Kieran terpelorot, dan boxer bergambar pisang berwarna pink terlihat jelas di depan semua orang. sontak kieran menyilangkan kedua tanganya untuk menutupi pisangnya, pisang yang sungguhan.
Aula segera dipenuhi oleh gelak tawa dari seluruh siswa. Kieran, yang awalnya terkejut dan malu, cepat-cepat menarik celananya kembali, wajahnya merah padam.
Celia berdiri dengan wajah memerah dan canggung, berusaha untuk tidak terlalu malu. "Oh my gosh, Kieran! Gue minta maaf, ini bener-bener gak sengaja! Ya semua orang tau, gue emang suka banget bikin perhatian, tapi gak sampai segitunya!" jelas celia sedikit merasa bersalah.
Kieran, mencoba mengatasi situasi dengan humor untuk tetap menjaga image nya di hadapan semua siswa, menjawab dengan senyum kecil, "Gak apa-apa, Celia. Setidaknya sekarang gue terkenal dengan cara yang unik. terimakasih banyak ya" sarkasnya menahan emosi.
Beberapa siswa mulai berbisik sambil tertawa, dan Lara berkata kepada Elena, "Wah, gue yakin pisangnya bakal jadi trending topik di sekolah!"
Celia mendekati Kieran dengan senyum nakal, "Yah, Kieran, lo tahu kan, dengan gaya lo yang super cool, sedikit 'pamer' boxer ini bikin acara jadi lebih berwarna. its okay lah" ucapnya sambil menepuk pelan bahu kieran.
Kieran hanya menggelengkan kepala dengan senyum kecil, "Ya, ya, Celia. Sekali lagi Terima kasih atas sambutannya yang 'berwarna'."
Dengan suasana yang semakin ceria, Kieran akhirnya melanjutkan pidatonya, sementara Celia duduk di kursinya, merasa malu tapi tetap tidak bisa menahan tawa.
Setelah kejadian memalukan yang menimpa Kieran, suasana di aula mulai kembali tenang. Para siswa masih tertawa-tawa dan berbicara tentang kejadian yang baru saja terjadi, namun Kieran dengan cepat mengembalikan fokus ke pidatonya.
Kieran, yang masih sedikit malu, melanjutkan pidatonya dengan nada lebih santai. "Terima kasih atas sambutannya yang sangat... berwarna. Gue akan berusaha semaksimal mungkin untuk tidak mengecewakan kalian semua."
Tepuk tangan dari para siswa menggema, dan beberapa di antaranya masih tertawa sambil memberikan semangat untuk Kieran. Setelah acara selesai, siswa-siswi mulai beranjak meninggalkan aula.
Celia, yang merasa sedikit canggung tetap di kursinya sambil tertawa bersama Lara dan Elena. Kieran, yang merasa lega acara telah selesai. dia menatap celia sinis dan di balas senyuman manis oleh celia. "cih" desis nya, lalu kieran melangkah menuju kantin menghampiri kelompok teman-temannya yang duduk di meja kantin.
Beberapa saat kemudian, Celia juga menuju kantin bersama Lara dan Elena. Mereka melirik ke arah meja Kieran yang agak jauh dan melihat Kieran sudah duduk bersama teman-temannya.
Celia, dengan rasa penasaran dan sedikit ingin mengusik, memutuskan untuk mendekati meja Kieran. Dia mendekat dengan senyum nakal, Lara dan Elena mengikuti di belakangnya.
"Hai Kieran! Gimana rasanya jadi pusat perhatian hari ini?" tanya Celia dengan nada bercanda, masih dengan sedikit rasa puas. "Pisangnya itu..... bener-bener bikin gue terkesan!" ucapnya yang langsung di sambut tawa mereka bertiga dan bahkan teman kieran juga ikut tertawa. namun terhenti saat mendapat tatapan sinis dari kieran.
Kieran menoleh ke arah Celia dengan ekspresi setengah kesal dan setengah sarkastis. "Oh, Celia. Terima kasih atas 'sambutan hangat' lo. Gue bener-bener gak tahu harus bilang apa selain terima kasih sudah membuat acara ini jadi lebih 'berwarna'."
Celia tertawa ringan, "Santai aja, Kieran. Ini baru permulaan. Gue yakin, kita bakal bikin banyak momen-momen seru lainnya." ucapnya sambil memberikan senyum manis nan centilnya itu.
Kieran mengangkat alisnya dengan sinis. "Iya, iya. Dan gue juga harus siap dengan semua kejadian konyol yang lo buat. Terima kasih atas 'kreativitas' lo."
Lara dan Elena, yang mendengar percakapan ini, saling bertukar pandang sambil tersenyum geli. Lara kemudian berkomentar, "Wah, kayaknya ini bakal jadi tahun kedua yang penuh drama, ya?"
Celia tersenyum lebar dan menjawab, "Yah, siapa tahu. Tapi gue janji Kieran, gue gak bakal bikin kejadian seru kayak gini setiap hari. Atau mungkin iya?"
Kieran hanya menggelengkan kepala sambil tersenyum sinis. "Gue akan siap untuk itu, Celia. Tapi jangan harap gue bakal gampang terpengaruh sama semua 'kejutan' lo. dan jangan harap gue bakal diam aja ya" ucapnya.
Dengan suasana yang semakin tegang mereka saling tatap, tatapan sinis yang hanya mereka berdua yang tau arti dari tatapan itu.
kemudian celia memalingkan wajahnya kesal dan menarik kedua sahabatnya menuju meja lainnya.
Celia dan Kieran mulai berinteraksi lebih banyak dari biasanya, meskipun sering kali penuh dengan sindiran. Kejadian pagi itu telah menandai awal dari dinamika yang penuh warna antara mereka.
Pagi itu, langit cerah tanpa awan, Celia berjalan dengan langkah ringan, mengenakan seragamnya yang rapi dan senyum ceria di wajahnya. Rambutnya yang curly seperti biasa namun di tambah dengan jepit rambut banana lucu menambah kesan imut namun feminim. Saat dia memasuki gerbang sekolah, matanya langsung menangkap sosok Kieran di koridor.
Celia mempercepat langkahnya, tak ingin melewatkan kesempatan untuk menyapa Kieran lebih dulu, lebih tepatnya menjahili kieran. Dengan nada suara yang ceria dan agak meledek, Celia memanggilnya, "Hellowww, selamat pagi, Kierannnn si nomor 2!"
Kieran, yang sedang berjalan santai sambil menatap layar ponselnya, mendengar sapaan itu. Dia menghentikan langkahnya dan menoleh dengan ekspresi datar. Matanya yang coklat dalam menatap Celia sekilas sebelum dia kembali fokus pada layar ponselnya.
bukan hanya kieran, namun seluruh siswa yang berada di sekitar koridor juga menatap celia karena suara nya yang keras itu.
"pagi celiaa, cantik banget sih" sapa beberapa siswa yang mengidolakan celia.
"pagi guys" sahutnya dengan senyum manisnya itu sambil melambai-lambaikan tangannya.
Tanpa melihat Celia secara langsung, Kieran menjawab dengan nada dingin, "Berisik banget, Cel. Ini masih pagi buta. Lo gak bisa sedikit lebih tenang?"
semua siswa sudah biasa melihat pertengkaran kecil kieran dan celia. itu sudah bukan hal yang aneh bagi mereka
Celia yang sudah siap dengan senyum lebarnya, justru makin memperlebar senyumnya. Tapi dalam hatinya, sedikit kesal karena Kieran selalu saja bersikap dingin padanya. Tapi dia tak akan menyerah semudah itu.
Celia tak mau kalah begitu saja. Dia mendekat ke Kieran dan menatapnya dengan mata berbinar-binar, mencoba menggoda lebih jauh.
“Yah, ini udah tenang dikit kok, Kieran. Hari yang cerah tuh harus dimulai dengan senyuman, tahu!” Celia menjulurkan lidahnya, menambahkan sedikit keusilan pada senyumnya.
Kieran melirik ke arah Celia dengan tatapan setengah jengkel. "Lo selalu bikin ribut duluan, Cel. Hari cerah nggak akan ngerubah fakta kalo lo emang berisik banget."
Celia pura-pura cemberut, menirukan gaya Kieran yang selalu cuek. Tapi jauh di dalam hati, dia menikmati setiap kata yang keluar dari mulut Kieran, meskipun itu selalu sindiran.
"Nih anak emang susah banget buat senyum ya?" Celia mengangkat alisnya, masih mencoba menggodanya.
Kieran akhirnya berhenti, menatap Celia lebih lama dari biasanya, kali ini dengan ekspresi yang lebih datar, menunjukkan bahwa dia benar-benar tidak tertarik. Dengan nada yang lebih dingin, dia menimpali, "Gue nggak perlu senyum, gue juga gak perlu senyum sama lo. Dan jujur aja, lo nggak usah repot-repot bikin hari gue 'seru' karena gue nggak butuh itu. Lo tau kan, gue gak tertarik. dan lo terlalu berisik untuk gue"
Celia terdiam sejenak, merasa ada sedikit tusukan dari kata-kata Kieran yang lebih tajam kali ini. Tapi, dia menepis rasa itu dengan senyum kecil yang dipaksakan.
"Yah, siapa tahu suatu hari lo berubah pikiran," balas Celia, meski suaranya kali ini terdengar agak menurun.
Kieran menghela napas pelan, tidak merasa perlu menanggapi lebih jauh. Dia melanjutkan langkahnya, berharap Celia akan mengerti bahwa dia benar-benar tidak tertarik. Tapi dalam hati, Celia hanya melihat ini sebagai tantangan baru.
Baru beberapa langkah setelah Kieran menjauh, Celia langsung mengejar dan berjalan di Sampingnya, dengan ekspresi penuh kemenangan.
"Kieran, coba lo lihat apa yang ada di rambut gue!" Celia mengarahkan telunjuknya ke arah rambutnya dengan ceria.
Kieran menatap jepit rambut bergambar pisang yang terlihat mencolok di rambut Celia. Melihat itu, ekspresinya langsung berubah menjadi kesal. Dia merasa ini adalah sindiran langsung dari Celia tentang kejadian di aula kemarin.
"Celia, lo sengaja banget ya?" Kieran berkata dengan nada marah, berusaha menahan amarahnya.
Celia hanya tersenyum lebar, jelas sangat menikmati efek yang dia timbulkan."Oh, ini? Cuma jepit rambut biasa, Kieran. Gimana, lucu nggak?"
Kieran berhenti berjalan dan menatap Celia dengan tatapan tajam."Lo memang nyebelin banget cel, Jangan harap gue bakal peduli sama trik-trik lo."
Celia sedikit merengut, tetapi senyumnya tetap ada. Dia tahu Kieran benar-benar kesal, tapi itu justru membuatnya lebih suka.
“Gue cuma mau bikin hari lo lebih ceria, Kieran. Kalau lo merasa terganggu, ya sudah,” kata Celia sambil melambai-lambaikan tangannya dengan tidak serius.
Kieran menghela napas panjang dan kembali melanjutkan langkahnya, tampak semakin kesal, sementara Celia mengikuti di sampingnya dengan semangat yang tak tergoyahkan.
Kieran yang sudah terlihat semakin kesal mempercepat langkahnya, berharap Celia akan menyerah. Namun, Celia tetap mengikuti, bahkan dia juga mempercepat langkahnya, membuat mereka berdua berlari ringan di koridor.
Kieran merasa frustrasi dan akhirnya mulai berlari sekuat tenaga, berharap bisa meninggalkan Celia jauh di belakang. Tapi Celia tidak menyerah dan terus berlari mengejarnya dengan semangat. Seolah-olah mereka sedang bermain kejar-kejaran, kecepatan mereka semakin meningkat. Seluruh siswa yang melihat kejadian ini mulai tertawa keras, menyaksikan pertunjukan yang tidak biasa ini di koridor sekolah.
Saat hampir sampai di depan kelas, Kieran, yang sudah kehabisan nafas dan lelah, akhirnya menghentikan langkahnya. Celia juga kehabisan nafas dan berhenti di sampingnya, tertawa terbahak-bahak.
"Cel, udah stop! Jangan ganggu gue. Gue capek!" ujar Kieran dengan napas tersengal-sengal.
Celia yang masih tertawa keras, mengusap peluh di dahinya. "Hahaha, Kieran! Lo bener-bener nggak bisa diandalkan deh. Gue cuma mau bikin pagi lo lebih ceria! suram banget soalnya"
Kieran memandang Celia dengan tatapan campur aduk antara kelelahan dan frustrasi. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan dirinya.
"lebih baik hari gue suram daripada harus berurusan sama lo" ucapnya tegas. celia tersenyum puas merasa kemenangan kecilnya memberi energi baru.
mata kieran tertuju pada jepit rambut yang di pakai celia.
"Celia, lo tau nggak, gue bener-bener nggak suka ngeliat jepit rambut kayak gini di sekolah. Lo pikir ini lucu?" Kieran bertanya dengan nada yang semakin tegas.
Celia mengangkat alisnya dan tersenyum lebar, masih tampak ceria meskipun Kieran jelas kesal. "Jepit rambut ini kan cantik, Kieran. Lagian Kenapa sih lo harus marah-marah?" ucapnya tidak sadar sudah sejahil apa dia dengan kieran.
Kieran hanya bisa menggelengkan kepala, berusaha menahan rasa frustrasinya sambil berbalik menuju kelas. Sementara itu, Celia masih berdiri di belakangnya, puas dengan hasil permainannya.
..."Terkadang, kejahilan bukan hanya untuk mengganggu, tetapi untuk menunjukkan betapa dalamnya dia ingin diperhatikan. Dalam setiap lelucon yang nakal, tersembunyi harapan untuk sebuah perhatian yang lebih dari sekadar reaksi."...
...~ Celia...
**Di Kelas Celia**
Celia baru saja duduk di bangkunya ketika Lara dan Elena datang menghampirinya.
Lara dengan nada penasaran bertanya, "Eh, Cel, gue denger lo habis kejar-kejaran sama Kieran?"
Celia tersenyum lebar. "Iya, itu bener. Gue cuma pengen bikin pagi dia lebih bersemangat, Lar. Kan, katanya suara gue tuh kayak alarm."
Elena menggoda, "Alarm sih, tapi alarm yang bikin kita pengen tidur lagi, Cel."
Lara nyengir. "Tapi ada yang lebih seru. Katanya lo lagi nyari cara supaya Kieran ngobrol sama lo. Bener gak?"
Celia menyangkal dengan ceria, "Dih, gak banget. Gue cuman mau ganggu dia aja. Bikin dia kesel itu seru, apalagi liat wajah Kieran yang menahan emosi. Hahaha, lucu banget."
"hati-hati loh cel kalau aja lo nanti jatuh cinta sama dia" goda lara. celia tercengang mendengar penuturan lara. " dih amit-amit gak bakal raaa" ujarnya bergidik ngeri
Elena berpikir sejenak, lalu Lara dan Celia saling memandang, penasaran dengan apa yang ada di pikiran Elena.
Elena akhirnya membuka suara dengan nada serius, "Tapi, lo tau nggak, Cel? Kieran dan lo itu cocok. Dia ganteng, lo cantik, sama-sama pinter, dan populer."
Lara langsung tertawa terbahak-bahak, sementara Elena menyipitkan mata dan berdecak. "oh my gosh. elena gue yang pinter, kalian tau kan kalau Gue terlalu cantik untuk Kieran." ucapnya dengan gaya seolah dia sedang cemberut.
Elena mengangguk mengerti lalu bertanya, "Jadi, rencana lo hari ini apa?"
Celia memikirkan sesuatu sejenak sebelum menjawab dengan antusias, "Gue ada ide, nih. Gimana kalo pulang sekolah kita mampir ke kafe dulu sebentar? Gue pengen ngobrol lebih santai dan mungkin dapet inspirasi buat ganggu Kieran lagi."
**Di Kelas Kieran**
Kieran duduk di bangkunya dengan Damian di sampingnya. Teman-teman sekelasnya berkumpul di sekitar mereka, penasaran dengan cerita terbaru.
Damian bertanya sambil tersenyum nakal, "Gimana pagi lo? Lo ketemu Celia lagi?"
Kieran mengangguk sambil mengusap kepalanya. "ketemu. Dan gila ya sakit banget kepala gue denger suara dia pagi-pagi buta. Gue cuma pengen suasana pagi yang tenang dan damai, tapi dia malah bikin gue keliling sekolah."
demian bingung. "Gimana ceritanya?"
Kieran mendesah dan mulai bercerita, "kan pagi ini gue mutusin buat pergi awal dari biasanya. Tapi pas gue lagi enak-enaknya jalan, Celia muncul entah dari mana. Dia udah kayak bayangan gue, ngikutin gue ke mana-mana."
Damian tertawa. "Dia emang bener-bener nekat, ya. Terus gimana?"
Kieran melanjutkan dengan ekspresi frustrasi, "Gue udah coba semua cara buat menjauh dari dia. Gue jalan cepat, muter-muter, bahkan gue nyoba ngelewatin jalan yang jarang dipake. Tapi dia terus aja nyusul dengan gaya lari sambil teriak, 'Eh, lo mau kemana? Gue cuma pengen ngobrol!'"
Axel teman sekelas kieran yang ikut mendengarkan cerita frustasi kieran menyeringai. "Seriusan? Dia ikut lari?"
Kieran mengangguk sambil mengusap wajahnya. "Iya!!! Gue udah bilang, 'Gue pengen tenang, Cel! Lo ngapain ikutin gue?' Tapi dia malah tambah semangat. Sampe gue nyerah didepan kelas, dia berdiri disebelah gue sambil ketawa ketawa . gila kan dia"
Damian tertawa ngakak. "Gila, dia emang keren! Tapi lo tetep nggak mau coba tertarik sama dia. gue restuin loh?" goda damian
Kieran menggeleng kuat sambil tersenyum sinis. "Nggak dam. sampai kapan pun gue tetep nggak akan tertarik. Dia selalu bikin pagi gue ribet, tapi yaudahlah. Gue bakal tetep cari cara buat tenang tanpa gangguan cewek berisik itu. Gue mah fokus sama hal lain."
axel menggoda, "Tapi lo jangan-jangan malah ketagihan sama gaya hidup pagi yang aktif itu, ya?"
Kieran tertawa ringan. "Nggak, gue lebih suka pagi yang tenang. dengan cewek yang kalem"
**Di Kantin Sekolah**
Celia memasuki kantin dengan Lara dan Elena, ketiganya berbincang ceria sambil menuju meja. Ketika Celia melihat Kieran duduk bersama Damian, Axel, dan dua teman sekelas lainnya, senyum licik muncul di wajahnya. Tatapan mereka bertemu sejenak, dan Celia merasa semakin bersemangat.
Kieran menunduk, merasa frustrasi dengan situasi yang akan datang, dan berdesis, "Mampus banget gue, kantin bakal ribut ini mah."
Damian dan teman-teman sekelas Kieran bingung dengan reaksi Kieran dan mengikuti arah tatapan Kieran tadi. Mereka melihat Celia yang tampaknya bersemangat untuk menjahili Kieran lagi, dan mereka tertawa kencang. "Udah bisa ditebak, Celia pasti bakal bikin sesuatu yang wow," kata Axel sambil tertawa.
Celia, dengan senyum licik, siap untuk mendekati Kieran. Namun, Lara menarik tangannya, "Ayo, Cel, kita pesan makanan dulu."
Setelah memesan makanan, Celia melangkah dengan semangat menuju meja kosong yang berada tepat di depan Kieran. Namun, tiba-tiba, seorang cewek yang buru-buru menabraknya, menyebabkan jus jeruk yang dibawanya tumpah ke seragam putih Celia. Jus jeruk itu membuat bajunya basah dan menjadi sedikit transparan.
Seluruh siswa di kantin terkejut melihat kejadian tersebut. Tak terkecuali Kieran dan Damian. Celia langsung menutupi bagian depan bajunya dengan tangan, mencoba menjaga agar pakaian dalamnya yang mulai terlihat agar tidak terlalu jelas.
Lara marah b dan berteriak kepada cewek yang menumpahkan jus, "Eh, lo ngapain sih? lo Nggak liat apa? Celia jadi basah gini kan! kalau jalan itu hati hati"
Celia, meskipun merasa malu dan tidak nyaman, tersenyum lembut kepada cewek itu dan berkata, "Gak apa-apa, tenang aja. Ini bukan masalah besar."
Kieran, yang awalnya hanya memperhatikan, langsung berdiri dengan ekspresi serius. Dia melepas seragamnya, menyisakan kaos putih polos di bawahnya, dan melangkah mendekati Celia. Tanpa banyak bicara, dia dengan lembut memakaikan seragamnya kepada Celia, menutupi bajunya yang basah. "Lo harus ke toilet. Bersihin diri dulu," katanya dengan nada lembut namun tegas.
Celia terdiam, merasa hatinya bergetar melihat perhatian dan kepedulian Kieran. Dalam hati, dia merasa tersentuh oleh tindakan Kieran yang tulus. Dengan mata yang sedikit berbinar, Celia mengangguk dan menerima seragam itu, lalu melangkah menuju toilet.
Kieran berdiri memandangi Celia yang pergi, merasa ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Damian, yang menyaksikan momen tersebut, lalu menggoda, "wow super hero nih. Kayaknya ada yang mulai tertarik dengan gadis berisik ya?"
Kieran hanya mengerutkan dahi "gue cuman kasihan, dia jadi tontonan" ucapnya lalu kembali melangkah menuju meja, sementara perhatian di kantin masih tertuju pada kejadian tersebut.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!