BAB 1
Pagi menunjukan pukul setengah 5 pagi dan suara Adzan subuh berkumandang,Maimunah ibu Annisa sedang didapur untuk menyiapkan beberapa kue dagangan yg akan di titipkan di kantin pondok pesantren dan warung-warung sekitar. Syifa dengan mata yg masih terpejam,terlihat berjalan menuju kamar mandi untuk cuci muka dan mengambil air wudhu.
"Apa kakakmu sudah bangun syifa? kalo belum tolong bangunkan ya,suruh sholat subuh" suruh ibu Maimunah
"emm... ya bu sebentar,nanti aku bangunin kak Anis"
Setelah dari kamar mandi syifa langsung kekamar Annisa untuk membangunkannya.
"Kak anis... kak bangun sholat subuh dulu... kak... ihh.. susah banget bangunnya.. ayo ntar keburu ibu ngomel... kak anis"
"hemmm... iya ya ya.. aku bangun.. nih aku dah bangun"
"ya udah buruan gih ke kamar mandi ambil wudhu"
Annisa langsung bangun, dan berjalan kekamar mandi.Tiba di dapur dia melihat ibunya sedang beres-beres dan menyiapkan sarapan.
"Pagi bu... ibu bangun jam berapa tadi, kok gak bangunin anis sih,kan anis bisa bantuin ibu bikin kue"
"Ibu bangun jam 1,karena katanya pagi ini ada tamu mau berkunjung ke pondok pesantren, jadi bu Nyai Fatimah kemarin pesen kue ini sama ibu, nanti selesai sholat subuh kamu sama syifa tolong bawa kue ini ke ndalem ya"
"emmm... ok"
"ya udah sana gih ambil wudhu terus sholat"
"iya.. bu"
Mereka akhirnya sholat subuh di masjid dan yang menjadi imamnya adalah gus Rasya, anak dari ibu Nyai Fatimah dan Kyai Rasyid.Beliau juga punya adik perempuan yang bernama Ning Risa.Sebenernya Annisa dan Ning Risa berteman cukup akrab dan sering bertemu, tapi karena Annisa saat ini bekerja sebagai pelayan di restoran, jadi waktu intens mereka agak jarang karena kesibukan.Dan mungkin karena keakraban yg mereka jalin menjadikan Annisa dan gus Rasya juga sering bertemu walaupun jarang berbicara,yaah mungkin hanya saling sapa. Tapi entah mengapa walau hanya saling sapa dan karakter gus Rasya yg terbilang dingin dan jarang tersenyum tak membuat kekaguman Annisa berkurang.Annisa menyukai gus Rasya, walau dengan diam-diam. Karena dia tak mampu untuk mengungkap kan nya. Mungkin tak akan pernah bisa. Dia sadar diri siapa dirinya dan akan hanya bisa di pendam selamanya,tanpa ada yang tahu perasaannya selain dirinya sendiri.
Setelah sholat subuh selesai Annisa dan syifa langsung pulang ke rumah untuk mengambil kue pesanan bu Nyai dan dagangan yg akan di titipkan ke kantin pesantren.Mereka berjalan menuju ndalem tempat di mana bu Nyai sudah menunggu kedatangan mereka.
"Assalamu'alaikum bu Nyai... "
"Wa'alaikum salam... Annisa, syifa"
"Maaf Bu Nyai kami di suruh ibu mengantarkan kue pesanan ke ndalem"
"oh iya ayo masuk kedalam taruh dimeja sana saja ya.. maaf merepotkan kalian pagi-pagi begini"
"emm.. tidak bu Nyai.. sama sekali tidak merepotkan"
"Baiklah kalo begitu tunggu sebentar ya, kalian duduk dulu"
"Baiklah bu Nyai"
Selama menunggu di ruang tamu,mereka di suguhkan teh hangat oleh mbak ndalem.Ketika sedang meminum teh dari arah pintu ada gus Rasya dan Kyai Rasyid yg sepertinya baru pulang dari masjid karena mengisi pengajian pagi yg diadakan rutin setelah sholat subuh.
"Assalamu'alaikum.. "
"Waalaikumsalam.."
BAB 2
"Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
Annisa dan Syifa berdiri menyambut salam dari Kyai Rasyid dan Gus Rasya.
"Ehh... ada kalian ternyata, ummi mana? "
"Bu Nyai sedang di dalam Kyai,kami di suruh ibu mengantar kue pesanan Bu Nyai"
ucap Syifa sambil menunduk.
"Ohh... ya sudah di tunggu sebentar ya"
"Loh abah sama Rasya sudah pulang ternyata, maaf ya Annisa,Shifa ummi agak lama,ini uangnya kasihkan ibu kalian ya, bilang Terima kasih sudah mau di repotkan"
"iya bu Nyai.. nanti kami sampaikan sama ibu"
Gus Rasya yg dari tadi diam, sekilas melirik kearah Annisa yg dari tadi juga menunduk diam.
"Kalau begitu kami pamit dulu bu Nyai,pak kyai, karena kami masih harus ke kantin untuk mengantar dagangannya ibu"
"Baiklah... kalian hati-hati ya.. "
"Baik.... Assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam"
"Annisa.. "
Rasanya jantung Annisa berhenti berdetak ketika suara itu terdengar. Ya itu suara Gus Rasya yang memanggil.Annisa dengan pelan memutar badan dengan masih menundukan pandangan.
"Iy... iya Gus.. ada apa"
"Apa kamu masih ikut kajian di sore hari? Risa bilang kamu sekarang jarang sekali ikut kajian"
"Maaf Gus... karena dapet jatah shif sore di tempat kerja, jadi saya tidak dapat mengikuti kajian itu"
"Lalu bagaimana dengan hafalan kamu"
"Saya menggantinya di pagi hari Gus, bersama ustadzah Laila"
"Baiklah... bagus.. besok pagi setoran hafalan sama saya,semoga kamu bisa menghafal semuanya, saya tidak Mentolerir kesalahan sedikit pun, mengerti?"
"Me.. mengerti Gus"
"Dan kamu juga Syifa... jangan kebanyakan melamun ketika saya mengajar"
Syifa yang di tegur seperti itupun kaget,ternyata Gusnya itu mempunyai penglihatan yang tajam.
"Baik Gus...maaf"
"Hemm.... kembalilah"
Mereka pun kembali berjalan menuju kantin pesantren. Sedangkan Pak Kyai dan Bu Nyai yang melihat adegan tersebut hanya geleng-geleng kepala.
"Kak.. Gus Rasya tuh kok tau ya aku sering melamun, padahal aku duduknya udah paling belakang loh"
"Emang kamu melamun ini apa sih? "
"yaaa random sih kak.. banyak pokoknya.. gak bisa aku ceritain satu-satu, kakak tau gak sih nanti ada acara apa di ndalem, kok bu Nyai pesen kue banyak banget, Jangan-jangan... "
"Jangan-jangan apa syifa? "
"Sini deh kak aku mau cerita, kakak kenal Ning Zulaikha gak? "
"Emm.. kenal deket sih enggak tapi tahu aja kan pernah ketemu juga waktu pengajian khataman,ada apa emangnya? "
"Nah.. denger-denger nih ya kak, katanya Gus Rasya itu mau di jodohin sama Ning Zulaikha, apa mungkin Bu Nyai pesen kue sama ibu itu untuk acara pertemuan siang nanti?"
Bagai petir di pagi hari, Annisa menghentikan kegiatannya yg sedang menata kue di kantin,rasanya hatinya sangat sakit, jantung berdetak kencang, apakah benar yg di katakan Syifa barusan.Tidak pernah mengira akan secepat ini merasakan patah hati yang sesungguhnya belum di mulai.Ingin rasanya menyangkal dan menyadarkan diri bahwa seharusnya dirinya tidak berhak sakit hati, karena dia bukan siapa-siapa.Air mata yang dari tdi coba ia tahan akhirnya luruh, Cepat-cepat ia hapus karena tak ingin adiknya curiga.
"Kak.. kok kakak nangis kenapa?"
"Aaahh... oh enggak ini tadi ada debu masuk ke mata, jadi kaya gini"
"oohhh... kirain.."
"Yuk balik, ntar dicariin ibu"
BAB 3
Setelah urusan dari kantin selesai, Annisa dan Syifa langsung pulang ke rumah, Syifa sibuk dengan tas dan buku pelajaran yg akan di bawa ke sekolahnya, sedang Annisa sibuk mencuci pakaian.
"Kak.. aku berangkat sekolah dulu ya, ibu mana?"
"Ibu lagi kewarung nitipin kue sekalian beli bahan-bahan keperluan lainnya, kamu sarapan dulu sana"
"Ohh.. aku sarapan di kantin pondok aja, keburu siang ntar telat dimarahin Gus Rasya,pagi ini jadwalnya beliau ngajar"
Ketika nama Gus Rasya di sebut,rasanya seperti kata-kata yang di ucapkan Syifa tadi pagi kembali terngiang.Sejenak berhenti dari kegiatan mencuci pakaian nya,dan kembali merenungi.Kenapa harus seperti ini, kenapa harus sesakit ini.Hatinya kembali berargumen, belum tentu berita itu benar, dan untuk memastikan semua itu adalah menunggu nanti siang, ya.. nanti siang semuanya akan terjadi semuanya.
"Kak kok bengong?aku berangkat ya... assalamu'alaikum"
"eehh.. iya waalaikumsalam"
Syifa pun berangkat ke sekolah, dalam hatinya dia berkata kak Annisa kenapa ya,kok kayak ada yang aneh,...tapi Syifa tak mau ambil pusing.
"Rasya jangan lupa nanti siang, keluarga Kyai Abdullah mau berkunjung ke sini, usahakan kamu ada di rumah ya.
" Insya Allah abah, akan Rasya usahakan"
"Oh ya bagaimana rencanamu tentang kuliah di Kairo..? "
"Kalau itu Rasya juga belum yakin abah,apalagi di pondok pesantren ini masih sedikit gurunya, nanti kalo Rasya pergi siapa yang akan membantu disini"
"Ya abah mengerti, memang sudah saatnya kita mulai merekrut guru baru,apa kamu ada teman yang mau melamar jadi guru? "
"Kemarin Rasya sempat bertemu teman perempuan namanya Salamah,kami tidak sengaja bertemu di tempat fotokopi, dia masih kuliah dan ingin mencari pekerjaan paruh waktu"
"Dia kuliah jurusan apa memangnya? "
"Kalau tidak salah dia ambil jurusan Tarbiyah"
"Kebetulan sekali,coba kamu tanyakan padanya apa dia mau mengajar di sini?"
"Insya Allah abah nanti Rasya coba tanyakan"
"Hemm... ya sudah kalau gitu kamu mengajar dulu sana kasihan muridmu menunggu lama"
"Baik abah Rasya pergi dulu.. assalamu'alaikum"
"Waalaikumsalam... oh ya Rasya jangan galak-galak kalau ngomong sama perempuan"
Gus Rasya nampak bingung dengan omongan abahnya itu.Lalu sambil berjalan dia berpikir apa dia se galak itu, padahal dia cuma bersikap tegas untuk mendisiplinkan santri-santri di pondok.Dan itupun gak cuma sama perempuan,sama laki-laki pun Gus Rasya tak kalah galaknya.Semua itu masih dalam batas wajar menurutnya.
Setibanya di kelas Gus Rasya langsung mengajar mata pelajarannya yaitu bahasa Arab.Mata pelajaran yang sangat sulit tapi kalau mau bolos juga gak akan bisa.Ya... kelas yang menjadi mata pelajaran yang pertama bahasa Arab itu adalah kelasnya Syifa.Bahkan walaupun yang mengajar seganteng Gus Rasya, tetap saja bagi Syifa itu menyulitkan.Bukan karena Gus Rasya yang ganteng, melainkan sikap tegas dan mata tajam nya Gus Rasya yang membuat hatinya tak tenang.Pelajaran yang sulit ini menjadi semakin sulit.Salah sedikit saja dalam pengucapan atau penulisan, hukumannya bisa suruh menghafal.Intinya tidak akan ada yang selamat dalam pelajaran ini, semuanya harus perfect.
"Baik semuanya apa ada yang di tanyakan?"
"Tidak ada Gus... "
Semuanya serentak menjawab pertanyaan dari Gus Rasya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!