NovelToon NovelToon

PERANG ZODIAC

Viona Mendez aka Bai Suzhen

Zilbra, Jio De Renerio negeri Neraka Hijau.

Terlihat sekumpulan orang sedang melakukan prosesi pemakaman seorang CEO yang bernama Alesandro Miliam Alves. Dia ditemukan tewas karena tembakan oleh seorang penembak misterius.

Istrinya yang bernama Viona Mendez sungguh sangat berduka, pasalnya mereka adalah pengantin baru dan berencana melakukan bulan madu di Pulau Kura-Kura, Nasutaran.

Tidak menerima keadaan itu Viona Mendez, bermaksud mengusut kematian suaminya dan menuntut balas dendam.

Ketika tim forensik memeriksa mayat Alesandro sebelumnya, ditemukan timah peluru dengan simbol aneh yang ada di dasarnya.

"Ini adalah simbol organisasi pembunuh bayaran "The Scorpio Caesar" yang ada di negeri mafia, Latiai, di kota Ramo." kata salah satu penyidik yang menemui Viona Mendez di kantor Alesandro lantai sepuluh.

"Aku tak mengerti ada masalah apa antara Al dan mereka..." gumam Viona Mendez.

"Tak menutup kemungkinan seorang usahawan sukses seperti mendiang suami anda mempunyai rival bisnis di mana-mana."

"Sudah hampir sepuluh tahun kami menjalani bisnis ini dan tak pernah ada kendala yang berarti, kalaupun ada selalu dapat diselesaikan dengan cara baik-baik."

Pembicaraan itu tidak menghasilkan solusi yang memuaskan bagi Viona Mendez. Benaknya dipenuhi rencana menyewa penyelidik profesional yang tidak terikat birokrasi pemerintah.

"Baiklah, kami permisi dulu karena sudah tak ada lagi kepentingan di sini dan kami masih mengevaluasi banyak kasus untuk ditangani," ujar penyidik yang lain sembari beranjak berdiri dari ruang tamu kecil di kantor itu.

"Mereka terlalu malas menangani kasus ini," dalam batin Viona Mendez kesal, sambil mengantar dua penyidik itu keluar ruangan kantor suaminya.

Sendirian di kantor suaminya, Viona Mendez memandang lubang bekas tembakan peluru di kaca jendela kantor itu.

"Sangat profesional, The Scorpio Caesar? Hmmm... Tunggu pembalasanku! " rutuk Viona Mendez dalam hati.

Menyusun rencana pembalasan itu Viona Mendez memutuskan ikut kelas menembak, setidaknya dia harus tahu dasar teknik menggunakan senjata.

Selama waktu itu, dia juga mempelajari seni bela diri Capoeira untuk membekali pertahanan dirinya.

Sampai pada suatu petang, ketika dia sedang memeriksa berkas-berkas dokumen suaminya, keadaan udara di kantor itu menjadi terasa berat. Viona Mendez merasakan perubahan aneh itu.

Nafasnya terengah-engah, dia berusaha keluar dari ruangan itu. Tapi terlambat paru-parunya bagai ditekan udara hampa membuat kesadarannya berhenti berpikir dan akhirnya pandangannya menjadi gelap, terakhir dia tahu dia merasakan tubuhnya ambruk di sofa kantor itu.

Untuk beberapa saat Viona Mendez tersadar tapi bukan di ruangan kantor Alesandro. Melainkan di sebuah tempat yang begitu gelap dan kosong.

"Di mana aku? Tempat apa ini?" benak Viona Mendez dipenuhi tanda tanya.

Tiba-tiba tepat di depannya muncul seberkas sinar. Samar-samar dia mendengar suara desisan.

"Ssss... Ssss.. Jangan takut melihatku Viona Mendez putri Jose Mendez Ssss... Ssss..." Muncul seekor ular putih berukuran sebesar ular Anakonda dewasa.

Ular itu bergerak mengitari Viona Mendez, Viona Mendez hanya tertegun dan heran dalam hatinya, "Apakah ini hanya mimpi?"

"Ya dan tidak Viona, semenjak turun temurun Aku adalah pelindung keluarga Jose," ular itu semakin mengitari Viona Mendez.

"Ku perkenalkan namaku, Aku Bai Suzhen pelindung spiritual Zodiak keluarga Jose..."

"Saat ini kau berada dalam dimensi astralku, aku sengaja menemuimu di sini untuk membantumu mencari dan membalaskan dendammu, atas meninggalnya suamimu."

"Setiap sepuluh tahun akan ada kesempatan untuk semua zodiak memperebutkan 4 Mustika Keabadian di Dimensi Astro-Geo, dan kau terpilih untuk mewakili mengikuti kesempatan ini."

"Apa hubungannya antara kematian Alesandro dan Mustika Keabadian itu?"

"Zodiak Kalajengking adalah rival abadi kita, Viona Mendez. Mereka mengawali pertarungan ini. Alesandro seharusnya mendengarkanku tapi dia tak mempedulikan kesempatan berharga ini."

"Alesandro sudah terbunuh tapi bukan berarti kita kalah, karena masih ada kau Viona!" kata ular putih itu.

"Aku juga tidak peduli dengan 4 Mustika Keabadian itu! Aku hanya ingin membalas kematian Alesandro!" sergah Viona.

"Kenapa kau tidak melindungi Alesandro-ku!" Viona Mendez merasa berang dengan Bai Suzhen.

"Maafkan aku Viona, saat itu kami sedang berseteru, dia bersikeras tidak mau mengikuti ajang memperebutkan Mustika Naga, aku lengah dan Si Kalajengking itu menggunakan kesempatannya."

bersambung...

NB : Masa lalu Viona Mendez bisa dibaca di novel "My Hot Predator Uncle" karya (medusa) Virgo GILR

Ardian Putra Wirawan aka Fenrir

Jatarka, pulau Waja, Nasutaran. Negeri Jamrud Khatulistiwa.

Di sebuah gudang berlantai satu, terdapat sebuah kantor kecil yang adalah sebuah Agensi Detektif Hantu.

Nampak empat orang berada di ruangan itu, Ardian, nama leader agensi itu sedang rebahan di sofa sambil sibuk dengan ponselnya, Putriani sang sekretaris sedang sibuk menginput data-data finansial, Rendy yang sedang membaca koran lokal dan Nur yang sedang asyik mengerjakan tugas sekolahnya.

"Ar! lo tahu Mustika Keabadian?" tanya Rendi pada Ardian.

Yang ditanya masih sibuk cari informasi cara mengunci Siluman Babi Ngepet.

"Hoyyy! Dengerin bentar napa sih!" cetus Rendi.

Seruan Rendi mengagetkan Putriani dan Nur.

"Apaan sih! Berisik tahu!" gerutu Nur.

Ardian akhirnya menengok ke arah Rendi, " Apaan tadi? Sorry gue lagi fokus cari cara ngunci siluman Babi Ngepet."

"Mustika Keabadian Ar! Pernah dengar nggak?" ulang Rendi

"Searching aja di Gugel! Emang kenapa?" tanya Ardian

"ini ada di kolom iklan, tapi kok aneh ya?" kata Rendi.

"Aneh bagaimana?" Ardian jadi penasaran dan beranjak dari sofanya sambil meminta koran yang dipegang Rendi.

"Mana? Coba gua lihat sini!"

"Nih, coba lo baca di pojok bawah kanan."

"Hmm..??"

Di kolom iklan itu tertulis sebagai berikut:

DI CARI MUSTIKA KEABADIAN

Hubungi No. HP :085412082024

Imbalan: Rp 1000.000.000,-

Single Job.

"Iya, aneh betul iklan ini coba cari di Gugel, apa itu Mustika Keabadian!"

"Apaan sih?" Putriani juga ikut penasaran. Ardian menyodorkan koran itu pada Putriani sambil menunjuk kolom iklan yg baru dia baca.

"Waaaa..! Satu milyar bo'!" Putriani berbinar-binar melihat jumlah uang yang ditawarkan dalam iklan itu.

Sementara Rendi mencoba menelusuri informasi melalui situs jejaring Gugel.

"Tambah aneh!" sahut Rendi

"Aneh gimana lagi?" tanya Ardian.

"Result Not Found!" kata Rendi sambil garuk-garuk kepala meski tidak gatal.

"Kalian hubungi saja nomor telepon yg dilampirkan di situ." kata Putriani. Dia berharap dua rekannya itu mau mengambil kesempatan itu. Sementara koran masih di tangannya

Ardian dan Rendi langsung bertatapan lalu keduanya memandang Putriani sambil menyeringai lebar...

Putri memandang dua anak itu, langsung tanggap.

"Ya, iya aku yang akan hubungi nomor itu," ujarnya sambil mengangkat telepon dan menekan tombol angka.

Terdengar nada dering di sana. Sebelum akhirnya seseorang mengangkat telepon itu.

"Hallo, selamat siang ada yang bisa kami bantu?" terdengar suara yang terdengar bijak di sana

"Oh iya hallo selamat siang, kami tertarik dengan iklan Anda di surat kabar Warta Klenik. Apakah kesempatan itu masih berlaku?" tanya Putriani dengan sangat sopan.

"Ya tentu saja, tapi apa maksud anda dengan kami? Bukankah di iklan itu hanya untuk perorangan dan bukan suatu kelompok."

"Oh, hanya untuk satu orang? Jadi tidak bisa dilakukan dua orang?" tanya Putriani sambil mengaktifkan tombol mikropon agar yang lainnya mendengar percakapan itu.

"Benar, pekerjaan itu sangat riskan, kami bahkan memberikan asuransi jiwa sebagai bentuk tanggung jawab jika terjadi hal yang tidak diinginkan."

Rendi menulis pesan di secarik kertas berbunyi APA ITU MUSTIKA KEABADIAN? Dan memperlihatkan pada Putriani.

"Oh, begitu ya, maaf kalau boleh tahu apa itu Mustika Keabadian dan di mana Mustika keabadian bisa di dapatkan?"

Tak terdengar suara untuk beberapa saat. Kemudian dengan berdehem suara di seberang berkata,

"Dari pertanyaan Anda menunjukkan bahwa Anda ataupun kelompok Anda bukanlah orang yang kami maksud, kami minta maaf, mohon untuk tidak menghubungi kami lagi, Terima kasih atas waktunya. Selamat siang. Tuuuut...

" Nah, makin aneh, kan?"celetuk Rendi.

"Ya, sudah ngapain ditanggapin!?" tukas Ardian.

"Tapi, satu milyar gesss..." Putriani mengingatkan.

"Satu milyar apa sepadan dengan nyawa kita?" kata Ardian agak malas menjawab.

"Lah, kan ada asuransi jiwanya Ar!" ucap Rendi nyengir.

"Weee lo pade pengen duitnya, nyawa gue yang terbang, gitu! Emangnya gue tumbal!" Ardian menggerutu.

Namun setelah mengakhiri ucapannya tiba-tiba Ardian merasa pandangannya berputar-putar.

"Aduh, kenapa ini..." Ardian semakin merasa pusing, tubuhnya sempoyongan dan dia terduduk di sofanya juga kepalanya terantuk di pegangan sofa...

Dia sempat mendengar teman-temanya berteriak memanggil-manggil namanya.

"Ar! Ar! Ardian bangun!... Ardian lo kenapa?"

Pandangannya menjadi gelap tak terdengar lagi suara yg lainnya.

Sama seperti yang dialami Viona Mendez, Ardian terbangun di suatu tempat yang asing, dia berada di sebuah padang rumput yang luas seperti tak bertepi.

Dan melihat para serigalanya mengelilingi tubuhnya.

"Hey, kalian di mana aku?"

"Akhirnya kau bangun juga..." terdengar suara berat di belakangnya.

Ardian menengok ke belakang, sedikit terkejut dia langsung mengenali sosok yang berbicara padanya itu.

"Fenrir! Raja segala serigala..." gumam Ardian.

Bersambung...

NB: Tentang kisah petualangan dan aksi Ardian lebih detil dan lengkap bisa kalian baca di Novel AGENSI DETEKTIF HANTU, karya Eko Arifin.

Aluna aka Jade Usagi (Yuètù)

Suatu hari Aluna bersama dua sahabatnya, pergi mengunjungi pasar malam. Waktu itu bulan sedang dalam phase purnama, namun tak semua orang terlalu memperhatikan hal itu.

"Luna, lihat lukisan-lukisan itu! sangat indah sekali bukan?!" seru Lea kepada Aluna. Aluna yang gemar melukis itu terpesona dengan lukisan warna-warni berbagai jenis bunga dan pemandangan.

"Ya ampun bagus sekali, padahal dari cat air lho ini?" celetuk Aluna, "Aku jadi bingung mau beli yang mana, semuanya sangat indah!"

"Yang ini saja Lun," kata Rangga menunjuk sebuah lukisan bunga yang ditaruh dalam sebuah vas.

"Atau yang ini?!" Lea ikut menunjuk lukisan bunga teratai dengan dua ikan koi di bawahnya.

"Dua-duanya bagus sih, tapi kenapa ya, aku terpikat dengan lukisan yang ini." Aluna menunjuk sebuah lukisan seekor kelinci putih yang menyembul di antara warna-warni bunga semak.

"Kelincinya imut ya," lanjutnya.

"He'em, harganya juga gak semahal yang lainnya," komentar Rangga.

Akhirnya Aluna pun membeli lukisan kelinci itu, dia sudah tak sabar memajang lukisan itu di kamarnya. Ketiga anak itu pun melanjutkan melihat gerai dan stan produk-produk lokal lainnya.

Dan sebelum malam semakin larut dengan berat hati mereka pun mengakhiri kunjungan mereka di pasar malam itu, Sedang purnama terlihat semakin sempurna menerangi jalan yang mereka lalui.

"Hampir saja jam sembilan malam," Luna menggumam ketika sudah sampai di depan rumahnya, " Terima kasih ya teman-teman, jangan sampai kesiangan besok pagi!"

"Selamat malam dan hati-hati di jalan kalian berdua." kata Aluna.

"Jangan khawatir Lun, biar aku antar Lea dulu pulang ke rumahnya." tukas Rangga.

"Ya iyalah masa ya iya dong!" sahut Lea.

"Sampai ketemu besok ya, Aluna," Lea pun berpamitan.

Singkat cerita Aluna, sudah berada di dalam kamarnya. Dia memajang lukisan yang baru dibelinya tadi di salah satu dinding kamarnya, dia sengaja memasang lukisan itu di sisi di mana dia bisa leluasa melihatnya sebelum terlelap tidur.

Malam itu sinar purnama menerobos masuk dalam kamarnya. Sambil terlentang di balik selimutnya Aluna mengamati lukisan kelinci itu yang membuatnya teringat akan almarhum mamanya.

Masih terkenang dalam ingatannya sewaktu kecil bersama mamanya di sebuah taman bunga dan melihat seekor kelinci putih sedang menggali tanah.

" Mama! Lihat kelinci itu menggali tanah!"

"Iya, sayang kelinci itu sedang membuat rumah di bawah semak-semak itu.

Mata Aluna semakin berat dan beberapa kali ia menguap, rasa kantuk mulai menghinggapinya.

Sinar purnama mulai merambat pada lukisan kelinci Aluna. Cahaya purnama membuat warna kelinci putih dalam lukisannya semakin berkilauan.

Dan Aluna pun mulai terlelap. Tak berapa lama dalam tidurnya Aluna bermimpi, dia bermimpi berada di padang bunga dan menjumpai seekor kelinci di balik semak-semak yang berbunga aneka warna.

Tapi Aluna merasa aneh dalam mimpi itu dia seperti berada di tempat nyata. Dia bisa mencium harumnya bunga-bunga di padang bunga itu. Dan...

Dan seekor kelinci putih yang muncul dari rimbunan bunga itu, memandangnya. Menghampirinya.

Aluna begitu gemas melihat kelinci putih yang imut itu, dia pun mengulurkan tangannya dan mendekati kelinci itu. Tapi sebelum tangannya sempat meraihnya.

Tiba-tiba, kelinci itu bersuara, "Aluna, jangan takut padaku..."

Aluna terkejut bukan main.

"Kau bisa bicara?!" tanya Aluna.

"Oh iya ini kan hanya mimpi," pikirnya kemudian.

"Aluna, dengarkan semua penjelasanku baik-baik," Kelinci putih itu pun mulai memberi penjelasan panjang lebar pada Aluna tentang 4 Mustika Naga, Mustika Keabadian, tentang pertarungan yang akan mereka lalui dan masih banyak lagi.

Aluna seakan tak percaya dengan apa yang didengar dan dilihatnya... sampai kemudian kelinci itu...

Bersambung...

NB: Tentang Aluna dan kehidupan suka dukanya bisa dibaca di Novel: KENANGAN MANIS ALUNA. Karya:Pramita Rosiani, [Recomended!]

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!