NovelToon NovelToon

Dihamili Tuan Impoten

Bab 1

Hujan turun dengan derasnya membuat sosok gadis yang baru saja selesai bersiap tampak kesal menatap keluar jendela kamarnya, dimana air hujan terus berjatuhan dengan leluasanya membasahi tanah.

Padahal niatnya hari ini untuk mencari pekerjaan di luar. Namun cuaca tak mendukung langkahnya untuk menjemput rezeki.

"Aduh, Feni bakalan marah nih kalau aku sampai terlambat" ucap gadis berambut sebahu dengan warna rambut tiga varian warna, merah, kuning dan abu.

Walaupun demikian, sama sekali tidak mempengaruhi penampilan gadis cantik super bar bar yang disapa Hani Handoko atau sering dipanggil Hani sweet oleh bapak-bapak satu kompleks perumahannya. Bahkan menjadi ciri khas sosok gadis yang menjadi primadona di kompleks nya.

"Bibi, jas hujan ku mana?" teriak Hani sembari melangkah keluar dari kamarnya. Dia melangkah ke dapur untuk menemui bibi nya yang sedang memasak.

"Ada di rumah Bude Santi. Bibi lupa mengambilnya tadi malam" teriak sosok wanita paruh baya yang sedang memotong sayuran di dapur. Rupanya wanita itu adalah bibi nya.

"Yaaa, terus aku harus bagaimana sekarang, bibi. Masa aku harus hujan-hujanan hanya untuk mengambil jas hujan di rumah Bude Santi sih" ucapnya kesal sambil mengerucutkan bibirnya menatap kearah sang bibi, sosok wanita hebat yang sudah mengurusnya sejak bayi sampai sekarang dengan usianya sudah menginjak 23 tahun. Bahkan bisa dibilang dialah sosok yang menggantikan peran ibunya.

Ibu kandung Hani meninggal dunia setelah berhasil melahirkan putrinya, hingga terjadi pendarahan hebat sampai-sampai nyawa ibunya tak tertolong. Karena itulah mengapa surga ada di telapak kaki ibu, karena seorang ibu harus berjuang bahkan bertarung nyawa untuk melahirkan buah hatinya. Jadi jangan coba-coba menyakiti ibumu apalagi sampai durhaka kepadanya, begitulah yang selalu tertanam dalam pikiran seorang Hani sweet, sang primadona kompleks Permadani.

Sedangkan ayahnya memilih menikah kembali dan memiliki keluarga baru tanpa memperhatikan lagi sosok putrinya Hani yang masih bayi pada waktu itu. Padahal Hani sangat membutuhkan kasih sayang seorang ayah. Sehingga sang bibi lah yang berstatus single parent yang berperan ganda merawatnya pada waktu itu.

Mengenai keluarga baru sang ayah, Hani sama sekali tidak mempermasalahkannya, yang jelasnya ayahnya bahagia, cukup itu saja.

Terus dimana ayahnya sekarang berada? Jawabannya adalah Ayah Hani sudah meninggal dunia satu tahun yang lalu karena menderita stroke.

Hani sangat terpukul kehilangan sosok ayahnya, walaupun semasa hidup almarhum sang ayah tidak memperhatikannya, namun Hani tetap berbakti kepada ayahnya, dia bahkan sampai menyisikan sedikit gaji serabutan yang diterimanya selama ini untuk biaya pengobatan almarhum sang ayah, namun takdir berkata lain, ayahnya harus berpulang ke Rahmatullah meninggalkannya, meninggalkan istri dan dua saudara tirinya.

"Ya mau bagaimana lagi, bibi kan orangnya pelupa. Jadi jangan salahkan bibi jika jas hujan mu tertinggal di rumah Bude Santi" ucap Halimah membela diri. "Ya sudah, sana telepon mas kurir biar anterin jas hujan kamu kemari" tambahnya sambil mengupas kentang.

"Kelamaan bibi, kalau begitu Hani pinjam jas Hujan anak tetangga sebelah. Soalnya Hani sudah telat nih" ucap Hani lalu mencium pipi Halimah, membuat wanita paruh baya itu tersenyum teduh menatapnya.

"Bibi, kalau begitu Hani berangkat dulu. Jangan lupa doakan Hani supaya bisa diterima kerja hari ini" ucap Hani dengan suara cemprengnya.

"Aamiin, doa bibi selalu menyertaimu, nak. Hati-hati di jalan, jangan ngebut" sahut bibi nya disertai nasihatnya.

"Siap bibi" teriak Hani sambil berjalan menuju pintu keluar. Sedangkan Halimah sibuk memasak untuk makan siang mereka.

Tepat sekali saat membuka pintu rumah, Hani dikejutkan dengan tiga bapak-bapak yang sepertinya sedang apel pagi di depan rumahnya.

"Selamat pagi neng Hani Sweet" sapa ke tiga bapak-bapak yang berkumpul di depan rumahnya yang sedang memperbaiki genteng rumah tetangga. Kesemuanya memakai jas hujan, mengingat hujan masih turun dan tak pasti kapan redanya.

Hani hanya tersenyum ramah menatap para bapak-bapak alias penggemarnya, maklum lah dirinya sosok primadona kompleks.

"Mau kemana neng Hani sweet? rapi amat? padahal lagi turun hujan" tanya salah satu bapak-bapak.

"Mau cari kerja pak" jawab Hani sambil meninggikan suaranya mengingat suara hujan masih terdengar bising.

"Wah rajin amat neng Hani sweet" sahut bapak satunya.

"Bapak doakan semoga neng Hani sweet dapat kerja hari ini " sahut bapak tadi.

"Iya pak, terima kasih" balas Hani disertai senyuman dan anggukan kepala.

Sudah tak heran bapak-bapak mendengar jawaban dari Hani, mengingat sudah hampir sebulan gadis cantik yang menjadi primadona kompleks jadi pengangguran belakangan ini.

Setelah berhasil meminjam jas hujan milik tetangga, Hani langsung melajukan motornya menuju lokasi yang dishare oleh Feni, sahabatnya. Tidak peduli dengan hujan yang masih mengguyur wilayah setempat, yang jelasnya dia tiba tepat waktu.

Hani menepikan motornya sesuai perintah dari ante google. Dilihatnya alamat yang dishare oleh Feni dan alamatnya memang betul sekali.

"Loh, bukannya ini villa?" ucap Hani sembari mengamati bangunan dua lantai yang tampak mewah di lihat dari depan, samping, belakang dimana pun sisinya.

"Sebaiknya aku hubungi Feni dulu. Apa maksudnya dia memintaku datang ke villa. Awas ya kalau sampai anak itu ngerjain aku" ucap Hani dengan mulut komat-kamit yang siap mengomeli sahabatnya.

"Kamu sudah sampai Hani?" tanya Feni di ujung telepon.

"Ya, aku baru-baru sampai" jawab Hani dengan judesnya.

"Ya sudah kamu masuk saja, pintu gerbangnya tidak di kunci. Kalau ada satpam yang menahan mu, katakan saja bahwa kamu pelayan baru di Villa itu atau bilang saja kamu itu ponakan Bi Lilis" jelas Feni panjang lebar.

"APA! Jadi tawaran pekerjaan mu adalah pelayan Villa! Feni, aku pikir kamu akan mengajakku kerja di kantoran" ucap Hani dengan kesalnya hingga urat-urat di keningnya langsung bermunculan.

Soalnya sahabatnya tidak mengatakan dengan jujur pekerjaan apa yang akan ditawarkannya dan seperti apa basic nya. Kalau cuma menjadi pelayan Villa, tidak perlu dirinya harus repot-repot bersiap-siap layaknya akan bekerja di kantoran.

"Sorry Hani, aku tidak bermaksud untuk menyinggung. Tapi, sangat mustahil bagimu untuk kerja kantoran, soalnya kamu cuma lulusan SMA." ucap Feni dengan jujurnya membuat Hani hanya mampu tersenyum miris sambil menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Mentalnya Hani seperti baja, jadi tak mudah bagi Hani tersinggung dengan ucapan sahabatnya maupun ucapan yang lebih menyakitkan orang-orang di luar sana.

"Terus dari mana kamu dapat lokernya?" tanya Hani to the poin.

"Emm...aku dapat loker dari asisten rumah tanggaku, kebetulan saudaranya yang kerja di villa itu, namanya Bi Lilis. Makanya aku tidak berkata jujur sama kamu, soalnya kamu sangat butuh pekerjaan bukan" ucap Feni menjelaskan.

"Iya, aku memang butuh pekerjaan, tidak apa-apa, Feni. Aku tidak punya pilihan lain selain menerima pekerjaan ini. Kalau tidak cocok ya mending kabur saja" ucap Hani tersenyum dan merasa pekerjaan menjadi pelayan tidak akan memusingkan baginya.

"Ya sudah, kerja yang rajin biar Bi Lilis makin respect sama kamu" ucap Feni sambil tertawa kecil.

"Iya bos ku" sahut Hani tersenyum hingga panggilan telepon mereka berakhir.

Terlihat satpam yang menjaga Villa itu menghampiri Hani. Dengan lugasnya Hani menjelaskan perihal kedatangannya. Setelah itu Hani di arahkan masuk ke dalam Villa, dimana sosok Bi Lilis sudah menunggu kedatangannya.

Bersambung....

Selamat datang kembali di cerita terbaru author. Semoga kalian suka 🤗.

Mohon maaf aku hapus cerita sebelumnya, karena kondisiku kurang sehat kemarin-kemarin takutnya teman-teman bosan menunggu update bab terbarunya 🙏🙏🙏

Jangan lupa di favoritkan dan beri like, komen, vote dan kasi ⭐⭐⭐⭐⭐ ya, terima kasih teman-teman 🙏🙏🙏😁

Bab 2

"Apa nona cantik bersungguh-sungguh ingin bekerja di villa ini?" tanya wanita paruh baya yang ternyata adalah Bi Lilis, saudara dari asisten rumah tangga Feni.

"Iya Bi, kalau tidak sungguh-sungguh mana mungkin aku melamar kerja jadi pelayan di villa ini" jawab Hani dengan cepatnya. Dia benar-benar tidak menyangka akan diwawancarai sedetail mungkin.

Ditambah pertanyaan Bi Lilis sangat bercabang-cabang hingga turun ke akar-akarnya, bahkan nenek moyangnya ikut dipertanyakan dalam wawancara tersebut yang kebetulan memiliki ikatan keluarga dengan almarhum pamannya. Sehingga dirinya pun dianggap keluarga jauh oleh Bi Lilis.

"Hehehe, iya juga sih. Baiklah, kita akhiri saja sesi wawancaranya. Soalnya nona cantik pandai menjawab semua pertanyaan dari bibi dan semuanya benar dan masuk akal. Kalau dirata-ratakan bisa dapat nilai 100" ucap Bi Lilis dengan pujiannya.

"Jadi aku tetap diterima kerja ya?" tanya Hani dan Bi Lilis hanya menanggapinya dengan anggukan kepala.

"Yeay.. akhirnya aku bukan lagi pengangguran. Terima kasih, bi. Aku janji akan rajin bekerja di villa ini" ucap Hani dengan gembiranya sambil jingkrak jingkrak di depan Bi Lilis.

Membuat Wanita paruh baya itu hanya mampu tertawa terbahak-bahak melihat tingkah laku gadis muda dan penuh energik yang akan menjadi partner kerjanya.

Kemudian Bi Lilis mulai memberitahu apa-apa saja yang harus dikerjakan Hani selama menjadi pelayan di villa itu.

****

Di sebuah Mansion mewah tiga lantai, terlihat para pelayan wanita mulai sibuk membersihkan mansion, ada juga yang bertugas membersihkan halaman mansion yang luas, menata taman bunga dan ada juga yang bertugas menyiapkan sarapan untuk majikannya.

Kesemuanya tampak sibuk di pagi hari, termasuk sang tuan rumah yang tidak lain adalah Keluarga Dirgantara. Siapa yang tidak mengenal keluarga Dirgantara, merupakan sosok pebisnis nomor satu yang begitu terpandang dan kaya raya di negaranya.

"Ada masalah apa sayang?" tanya wanita paruh baya berparas cantik dan masih terlihat awet muda duduk di sofa berwarna cokelat sambil membaca majalah. Itulah rutinitas wanita paruh baya itu di pagi hari.

"Kakek menolak berikan proyek itu kepadaku. Bikin pusing saja" ucap pria tampan dengan setelan jas mahal melekat sempurna di tubuh atletisnya.

"Terus mama harus bagaimana sayang? perlu mama memohon kepada kakek mu agar mau memberikan proyek itu untukmu?" tanya wanita paruh baya itu yang ternyata adalah ibu tercintanya.

Tanpa menimpali ucapan ibunya, pria tampan penuh kharisma itu melangkah keluar rumah, dimana para bodyguard sudah siaga berjaga-jaga di mansion mewah dengan penjagaan sangat ketat layaknya istana kepresidenan.

"Pagi tuan muda" sapa kesepuluh bodyguard yang berjaga-jaga tepat di teras mansion sambil membungkukkan badannya memberikan hormat untuk sang tuan muda.

Sayangnya sapaan mereka tak digubris oleh sang tuan muda yang terlihat dingin dan juga terkenal arogan itu.

Salah satu bodyguard bergerak cepat membukakan pintu mobil untuk sang tuan muda. Dengan gaya cool dan angkuh, pria tampan itu bergegas masuk ke dalam mobil Ferarri hitam yang mengkilap dan menandakan kesan mahal yang hanya diperuntukkan untuk kaum elit seperti dirinya.

Baru saja mendudukkan tubuhnya di kursi kemudi, tiba-tiba saja ponselnya berdering. Dengan cepat pria tampan itu mengangkat panggilan masuk dari sekretarisnya.

"Kenapa?" tanyanya di ujung telepon.

"Maaf tuan Hans, sepertinya saya sudah mengganggu waktu berharga anda pagi ini" ucap seorang pria di ujung telepon.

"Tidak usah bertele-tele. Katakan dengan jelas perihal apa yang membuatmu meneleponku pagi-pagi" ucapnya terdengar kesal di ujung telepon.

Bagaimana tidak, pria yang bernama lengkap Hans Prasetyo Dirgantara adalah sosok pria yang perfeksionis dan tidak suka dengan hal yang bersifat bertele-tele. Semuanya harus perfect, detail, tampak jelas dan sudah pasti sesuai dengan keinginannya.

Karena sejak kecil Hans sudah di didik begitu keras oleh sang kakek dan itu menjadi bekal yang harus dimilikinya untuk menjadi pimpinan perusahaan.

Sifat yang dimilikinya itu merupakan turunan dari sang kakek dan sudah terbukti dia mampu mewarisi kepiawaian kakeknya dalam menjalankan bisnis terutama dalam memimpin salah satu anak cabang perusahaan Dirgantara Wibowo atau disingkat DW Group.

Siapa yang tidak mengenal keluarga Dirgantara, keluarga kaya raya namun terkenal royal terhadap rakyat jelata dan menjadi donatur terbesar di berbagai rumah sakit swasta, sekolah dan panti asuhan.

Tidak hanya itu, Pria tampan yang berusia 30 tahun itu menjadi satu-satunya pewaris tahta kerajaan bisnis keluarga Dirgantara. Namun dibalik kesempurnaan seorang Hans, dia memiliki kekurangan yang sangat tidak wajar untuk diumbar, pasalnya dia menderita impoten atau disfungsi ereksi.

Impoten adalah masalah kesehatan reproduksi yang membuat pria tidak mampu mendapatkan atau mempertahankan ereksi. Dimana ereksi merupakan kondisi ketika tubuh mendapatkan rangsangan seksual sehingga terjadi peningkatan aliran darah ke pien!s. Impotensi dapat memengaruhi kualitas hubungan seksual penderita.

Semua itu diakibatkan oleh kecelakaan yang pernah dialaminya tujuh tahun yang lalu, membuat bagian organ reproduksinya menjadi cedera dan tidak memiliki gairah seksual terhadap lawan jenis.

Berbagai pengobatan sudah pernah dilakukannya, namun tetap saja tidak membuahkan hasil, namun Hans tidak begitu pusing dengan gangguan disfungsi ereksi yang dideritanya. Hanya saja ibu tercintanya terlalu panik dan terus melakukan berbagai cara untuk membuatnya sembuh.

Bahkan jejak rekam medik seorang Hans sangat ditutupi oleh keluarganya, tidak ada yang boleh tahu bahwa pewaris tahta Keluarga Dirgantara seorang impoten.

Namun, tetap saja banyaknya rumor beredar luas bahwa cucu Tuan Wibowo seorang Impoten, mengingat tak sekalipun Hans jalan berdua dengan seorang wanita. Sehingga banyak memunculkan spekulasi mengenai kondisi pria tampan itu.

"Tuan besar meminta anda untuk meninjau langsung lokasi tambang yang sudah disepakati dengan pihak investor pagi ini" jelas Thomas dengan hati-hati.

"Sial, bukankah aku ada jadwal meeting pagi ini. Tidak bisakah dia menyuruh orang lain untuk meninjau pabrik tambangnya?" Hans tampak mengepalkan tangannya menyalakan mesin mobilnya. Dengan kesalnya dia mulai melajukan mobilnya menuju perusahaan.

Tak peduli dengan penjelasan sekretarisnya yang masih berceloteh di ujung telepon. Karena tak ada habisnya perintah dari kakeknya yang masih menduduki puncak tertinggi di perusahaan DW Group

Setibanya di perusahaan, Hans melangkah tergesa-gesa menuju ruangannya yang berada di lantai tertinggi perusahaan. Dia menggunakan lift khusus untuk pimpinan perusahaan.

"Beritahu mereka bahwa aku tertarik menginvestasi di tambang batu bara. Hitung-hitung, aku sudah memastikan kita bisa mendapatkan 30% saham. Dan pastikan orang-orang kita yang bekerjasama dengan warga setempat demi memuluskan bisnis kita. Maka lanjutkan saja, jangan takut dengan teguran keras dari kakekku" jelas Hans panjang lebar memberitahu sekretarisnya.

"Lalu bagaimana dengan perintah langsung dari tuan besar?" tanya Thomas.

"Utus saja Miko untuk meninjau langsung lokasi tambangnya. Soalnya aku lebih fokus pada proyek pembangunan hotel ku yang hampir rampung bulan depan" ucap Hans tersenyum tipis sambil menepuk pundak sekretarisnya sebelum masuk ke dalam ruangannya.

"Satu lagi batalkan semua jadwal pertemuanku untuk malam ini, soalnya aku akan mendatangi pesta pernikahan salah satu rekan bisnis ku" tambahnya sebelum pintu ruangannya tertutup rapat.

"Baik tuan" ucap Thomas dengan anggukan kepala dan segera berlalu masuk ke dalam ruangannya untuk mengerjakan pekerjaannya yang sudah bertumpuk.

****

Hans benar-benar meluangkan waktunya untuk menghadiri pesta pernikahan salah satu rekan bisnisnya. Anehnya, cuman dia datang tak membawa pasangan. Sementara sahabatnya sudah menggandeng wanita cantik.

"Hai bro, hobi banget menjomblo" sindir Andrew yang merupakan sahabat sekaligus rekan bisnisnya.

Hans hanya tersenyum sinis mendengar sindiran dari sahabatnya.

"Ayolah bro, pacari salah satu wanita cantik di pesta ini. Soalnya aku lagi taruhan dengan Andrew dan Jimmy" ucap Evan sambil menaikkan alisnya, sedangkan Hans tampak cuek menghadapi sahabatnya.

"Itu urusan kalian dan aku tidak tertarik!" ucap Hans tersenyum tipis lalu memilih untuk mencari minum.

"Baiklah, siap-siap dengan jebakan Batman" ucap Andrew menyeringai.

Bersambung....

Bab 3

Hani baru saja mengabari bibi nya bahwa dirinya sedang kerja lembur. Kemungkinkan dirinya akan pulang larut malam, mengingat dirinya masih dalam tahap orientasi di tempat kerjanya.

"Huhh...untung bibi percaya dan tidak banyak tanya, soalnya aku belum beritahu bibi bahwa aku kerja di villa. Kalau bibi sampai tahu, bisa-bisa aku kena marah dan tak bakalan dikasi makan" gumam Hani sambil menggenggam ponsel jadulnya yang baru saja mengabari bibi nya. Dia sudah membayangkan bagaimana reaksinya bibi nya saat tahu kerja di Villa.

Bi Lilis tampak bersiap untuk pulang, saat mendapati Hani tengah asyik melamun di ruang tamu, dia pun bergegas untuk mendekatinya.

"Hani, bibi pulang duluan ya, soalnya bibi ada tamu dari kampung. Nanti kamu pulang setelah jam sembilan malam, soalnya tuan muda dan nyonya besar terkadang datang berkunjung malam-malam" jelas Bi Lilis memberitahu salah satu aturan di Villa tersebut.

Jangan sampai pemilik dari Villa datang berkunjung dan mendapati villa sudah kosong tanpa satupun pelayan yang siap melayani segala keperluan sang majikan.

"Iya Bi, hati-hati. Jangan lupa oleh-oleh nya dari kampung besok pagi" teriak Hani sambil menatap kepergian Bi Lilis. Mereka sudah akrab, apalagi Hani anaknya hambel dan mudah bergaul dengan siapa saja.

"Oke deh, bibi pasti sisakan untukmu" sahut Bi Lilis hingga tak terlihat lagi di balik pintu kayu yang menjulang tinggi.

Hani mengunci pintu, setelah itu memilih menyalakan TV lalu dengan santainya rebahan di atas karpet berbulu sembari menunggu waktu jam pulangnya. Dia sangat capek habis membersihkan sembilan kamar di lantai dua yang kesemuanya tidak terpakai, namun harus selalu dibersihkan setiap hari, sungguh menguras tenaga bukan.

Saat ini Hani persis seperti pemilik dari Villa mewah tersebut. Bantal Sofa digunakan untuk menutupi pahanya yang terekspos saat posisinya berbaring.

Maklum Hani menggunakan seragam pelayan berwarna biru yang mirip karyawan di hotel-hotel, di mana panjang roknya sebatas lutut hingga lekuk tubuhnya nampak menggoda dan begitu sedap dipandang. Seragam yang dikenakannya itu memang dikhususkan untuk penjaga Villa. Kalau Bi Lilis sendiri model seragamnya lebih sopan dan sangat sesuai dengan umurnya.

Hani sangat menikmati waktu bersantainya ditemani kripik singkong buatan Bi Lilis. Namun mendadak dia terkesiap mendengar suara hantu dari film yang ditontonnya, bahkan bulu kuduk nya sampai berdiri.

Hani sampai dibuat merinding menonton film bergenre horor, apalagi saat ini dirinya sendirian di villa mewah itu. Sedangkan dua satpam yang menjaga Villa berada di pos nya yang juga sedang asyik menonton bola.

"Kenapa kesannya jadi serem begini" ucap Hani sambil melihat disekelilingnya. Dia pun segera mengganti channel TV dengan takut-takut dan memilih menonton film bergenre komedi. Bodoh sendiri kenapa harus menonton film horor ditengah suasana malam yang sepi, padahal dirinya tipikal gadis penakut jika hal yang berbau horor dan mistis.

"Ha ha ha ha, gila! lucu banget!"

Hani tertawa terpingkal-pingkal menyaksikan film komedi yang selalu huru hara di layar televisi Nasional dan seringkali di tayangin setiap hari libur ataupun hari-hari besar.

Matanya sudah berair karena terlalu sering tertawa melihat adegan lucu dalam film sampai-sampai dia tidak mendengar suara bel berbunyi di luar sana.

Tindonggg...Tindongggg

"Dimana Bi Lilis?" tanya sosok pria berperawakan tinggi yang terus menekan bel pintu Villa dengan tidak sabaran.

"Kami minta maaf sebelumnya tuan muda, sebenarnya bi Lilis sudah pulang sedari tadi" jawab kedua satpam dengan kompaknya. Tampak mereka takut-takut melihat tiga bodyguard bertubuh kekar mengawal tuan mudanya.

"Lalu siapa orang di dalam? aku bahkan mendengar suara tawa dan suara TV yang sangat besar" bentaknya yang sudah kesal karena terlalu lama berdiri di depan pintu.

"Itu...itu..eeh pelayan baru tuan muda, namanya Hani" ucap Syamsul gugup sambil menyenggol lengan temannya untuk membantunya berbicara.

"Betul tuan muda, neng Hani orangnya cantik dan juga ramah" sahut Udin membenarkan ucapan rekannya.

"Lanjutkan kembali pekerjaan kalian" perintah pria yang dipanggil tuan muda oleh kedua satpam dan pria itu adalah Hans.

Hans terus menekan bel berulangkali dengan raut wajah terlihat dingin dan sorot mata begitu tajam namun anehnya kedua matanya tampak memerah persis orang yang sedang mabuk. Ditambah keringat dingin mulai membasahi kening dan tengkuknya.

"Biar kami saja...."

Salah satu bodyguardnya langsung menggantung ucapannya karena Hans mengangkat sebelah tangannya, itu pertanda agar ketiga bodyguardnya tak perlu ikut campur.

Ceklek...

"Tamu tidak punya sopan santun, kamu bisa merusak bel nya jika terus menekannya!" teriak Hani dengan suara meninggi yang langsung memarahi pria berperawakan tinggi yang berdiri di hadapannya.

Hans hanya mengerutkan keningnya melihat tingkah gadis asing di hadapannya, namun anehnya gadis itu memakai seragam pelayan. Dia sangat yakin gadis itu pelayan baru di Villa nya.

"Minggir!" ucap Hans dengan ketusnya, karena gadis itu menghalangi jalannya.

"Maaf, aku tidak akan memberimu jalan, sebelum kamu memperlihatkan identitas mu terlebih dahulu" ucap Hani sambil merentangkan kedua tangannya guna menghadang pria itu. Jangan sampai dirinya salah menerima tamu, apalagi sekarang sedang maraknya perampokan dan modus kejahatan.

Ketiga bodyguard Hans hanya mampu diam memperhatikan pertengkaran tuan muda nya dengan seorang pelayan. Mereka sangat salut melihat tingkah laku gadis aneh nan pemberani yang sedang menantang tuan muda nya.

"Ayo, biarkan tuan muda mengurus pelayannya" ucap salah satu bodyguard dan di angguki oleh rekannya. Merekapun memutuskan untuk berjaga-jaga di teras Villa daripada menjadi penonton pertengkaran tuan muda nya.

Sedangkan Hans tidak menggubris ucapan Hani, dia malah menyelonong masuk dan tak sengaja menyenggol tetek montok Hani yang lumayan besar.

Glekk

Hans tidak melanjutkan langkahnya dia melirik kearah bawah, lebih tepatnya pada aset kejantanannya lalu melirik kearah Hani, salah lebih tepatnya tetek montok Hani yang menjadi pusat perhatiannya.

Deg!

Hans menelan salivanya dengan susah payah, dia tidak menyangka burungnya yang mati suri mendadak terbangun. 'Kok bisa?' hal itu menjadi tanda tanya besar bahkan mulai bersarang di kepala atas dan di kepala bawahnya.

Sementara Hani tampak menyentuh dada kanannya yang sempat disenggol habis oleh lengan kekar Hans, hingga membuatnya sempat berguncang hebat. Hani dapat merasakannya.

"Apa lihat-lihat ? Kenapa terus menatapku?" tanya Hani dengan mode galaknya.

"Kamu pelayan baru"

"Iya, memangnya kenapa!" jawab Hani sambil bertolak pinggang dengan gaya menantang.

"Seperti inikah sikap pelayan kepada majikannya" ucap Hans tersenyum sinis dan berusaha keras menahan sesuatu yang terasa aneh menjalar di tubuhnya dan belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Pulanglah, jangan lupa perbaiki sikapmu" ucap Hans lalu berbalik badan.

"Hei! kamu bukan majikan ku, jadi jangan sok tahu!" ucap Hani marah lalu dengan cepat menarik paksa lengan kekar Hans. Sedangkan Hans tidak tinggal diam dia berusaha melepaskan diri, hingga terjadi aksi saling tarik menarik.

Hani terlihat begitu kesetanan melawan Hans bahkan sebelah tangannya menarik rambut Hans alias majikannya dengan brutalnya. Aksinya itu benar-benar ingin melempar habis tubuh Hans keluar Villa.

Padahal orang yang dihadapinya itu adalah anak dari majikannya. Pasalnya BI Lilis hanya memberitahunya bahwa pemilik villa itu adalah kakek tua dan wanita paruh baya yang sering berkunjung di malam hari atau waktu tertentu.

Ketiga bodyguard yang mendengar keributan langsung melerai mereka. Kedua bodyguard Hans langsung mencekal tangan Hani.

"Lepaskan aku, apa kalian tuli hah!" bentak Hani.

Hans hanya menatap tajam kearah Hani lalu menyentuh kejantanannya yang masih berdiri kokoh dibalik celananya.

"Bawa gadis itu ke kamar utama" perintah Hans dengan suara beratnya lalu melangkah terlebih dahulu menuju kamar yang dimaksud.

Sementara Hani sudah memberontak untuk lepas saat kedua bodyguard Hans ingin membawanya. Namun Hani kalah telak saat salah satu bodyguard Hans langsung bergerak cepat membiusnya.

Bersambung.....

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!