NovelToon NovelToon

Dipanggil Ke Dunia Lain Untuk Kedua Kalinya

Chapter 1 : Dunia Baru

Ruang kelas 11-D yang riuh akan percakapan para siswa di berbagai kelompok pertemanan.

Kelompok A, sebut saja sebagai kelompok anak-anak berandalan, rata-rata mereka merupakan anak dari extra kulikuler olahraga seperti sepak bola dan basket. Kelompok ini terdiri dari tujuh orang.

Kelompok B, sebut saja sebagai kelompok para otaku atau yang lebih sering dikatakan wibu. Kelompok ini terdiri dari lima orang.

Kelompok C, sebut saja kelompok gadis-gadis dari keluarga kaya, mereka selalu berkumpul dan bergosip, bercerita tentang liburan atau-pun berbelanja ke mall bareng. Kelompok ini terdiri dari lima orang.

Kelompok D, hanya kelompok orang-orang normal, siswa-siswi SMA yang normal. Kelompok ini terdiri dari sepuluh orang.

Lalu, ada satu orang yang selalu sendirian. Dia selalu duduk di pojok belakang di dekat jendela, yah dia adalah Main Character kita dalam cerita ini. Orangnya jarang bergaul namun, ia terkadang tetap berbicara seperlunya jika diajak orang ngobrol. Namanya adalah Ash Kisaragi.

Dengan semua kelompok itu satu kelas terdapat dua puluh delapan murid.

"Hei, apa kalian tahu? Luna baru saja ditembak oleh seseorang kemarin," ucap seseorang dari kelompok C.

"Hee, siapa orangnya?" Yang lain mulai tertarik dan obrolan terjadi.

"Jinguji-san, kelas 11-B."

"Eh!? Kau serius!? Jinguji yang jago main sepak bola itu?"

"Iya, sulit dipercaya, kan?"

Luna yang mendengar percakapan teman-temannya merasa malu, wajahnya merah padam, ia menutupi mukanya dengan kedua tangan.

"Boleh juga kau, jadi bagaimana? Apa kau menerimanya, Luna?"

Luna dengan pelan menggelengkan kepalanya, “A- aku menolaknya.”

Di sisi lain kelompok otaku.

“Kalian sudah nonton anime musim ini?”

“Udah dong, gila isinya gula semua.”

“Iya, itu benar-benar menyiksa, tapi aku tak bisa berhenti menontonnya.”

“Rasa sakit ini sungguh nikmat.”

Setiap hari selalu begitu, orang-orang terus mengobrol saat kelas kosong atau saat istirahat berlangsung. Namun hari ini, ada sebuah kejadian yang berbeda dari biasanya. Suara bell berbunyi mengisyaratkan kalau jam pelajaran akan dimulai. Pagi ini kelas akan diajar oleh guru matematika yang merupakan wali kelas 11-D.

“Pagi semuanya, silahkan duduk dibangkunya masing-masing pelajaran akan segera dimulai,” ucap sang Guru saat memasuki kelas.

“Iya,” saut semua siswa tampak tak bersemangat, lalu berjalan menuju ke bangkunya masing-masing.

“Baiklah semuanya hari ini kita akan-” Belum sempat menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba muncul sebuah sinar yang menyilaukan dari lantai.

Para kelompok Otaku yang sering melihat itu di komik ataupun anime tampak bersemangat, “Jangan bilang ini lingkaran sihir pemanggilan dunia lain!”

Sedangkan Ash merasa khawatir, ia bangkit dari kursinya dan mencoba berlari keluar dari kelas, namun semua itu terlambat. Tanpa ia sadari seluruh penjuru ruangan telah menjadi warna putih. Sial... ini tidak lucu, gerutu Ash kesal.

Seperti kejadian klise perpindahan dunia pada setiap cerita, muncul sesosok dewi dengan wajah yang menawan. “Terima kasih telah menerima panggilan saya, wahai para pahlawan yang terhormat,” ucap Dewi itu dengan elegan.

“Saat ini kalian berada di dimensi terpisah, saya akan memberikan kemampuan agar kalian bisa hidup di dunia berbeda yang akan kalian datangi. Dunia itu terdapat monster buas, sihir dan raja iblis yang sedang mengacaukan dunia. Karena itulah apa saya boleh meminjam kekuatan kalian para Pahlawan Yang Terpilih?”

Semua orang terpana olehnya, namun Ash menunjukkan wajah yang kesal. Rona wajahnya menunjukkan kekesalan yang begitu besar, seolah berkata, “Kenapa aku juga terlibat dalam masalah ini!”

Semua orang yang harusnya kebingungan kecuali para kelompok wibu, seolah mengerti apa yang sedang terjadi seperti terkena sebuah sihir. Lalu Dewi itu memunculkan sebuah papan transparan yang berisikan begitu banyak tulisan, “Ini adalah semua kemampuan yang bisa kalian pilih, masing-masing hanya boleh mengambil lima kemampuan.”

Lantas semua orang langsung terpaku pada papan itu dan membaca setiap kemampuan yang tercantum di sana. Kemampuan-kemampuan yang ada di sana terdiri atas kemampuan bertarung, kemampuan sehari-hari, dan kemampuan pendukung.

Kemampuan bertarung terdiri dari berbagai macam profesi yakni, Pendekar Pedang, Ahli Tombak, Beladiri, Pemanah, Penyihir, Pengguna Kapak, Ahli Pedang Ganda, Pengguna Pedang Besar (dua tangan), Paladin (Pengguna Pedang Dan Perisai), Pembunuh/Assasin.

Kemampuan sehari-hari terdiri dari profesi yakni, Pandai Besi, Alkemis, Pengrajin, Penjahit, Petani/Peternak, Bertahan Hidup/Survival Skill, Koki.

Kemampuan pendukung terdiri atas profesi dan kemampuan terpisah (skill) yakni, Priest/Pendeta, Buffer/Peningkat Kemampuan, Debuff/Pemberi Status Buruk. Lalu untuk skill terdapat Penilaian, Enchanting Item, Mata Elang, Insting Super, Merasakan Hawa Keberadaan, Langkah Senyap, Penyembunyian.

Lalu ada juga peralatan seperti senjata dan yang lainnya.

Setelah membaca semua itu, orang-orang mulai berpikir dan mengincar kemampuan-kemampuan yang mereka inginkan. Orang-orang akan memilih, itu dilakukan secara bergilir dan sesuai dengan urutan absen.

“Pahlawan Ash, silahkan pilih kemampuan apa yang Anda inginkan.” Tak perlu waktu lama giliran Ash-pun tiba.

Ash menghela nafasnya lalu membaca cepat semua skill yang ada di papan itu.

Aku tak perlu kemampuan bertarung atau profesi untuk garis depan, menengah atau belakang, untuk kemampuan sehari-hari mungkin aku akan mengambil pandai besi, lalu alkemis dan pengrajin. Lalu dua sisanya mungkin aku akan mengambil penilaian karena aku memerlukannya untuk menilai bahan untuk pembuatan senjata atau ramuan kelak, dan yang terakhir aku akan mengambil Enchanting Item. Baiklah mungkin itu saja, Ash memikirkan semua skill yang akan dia ambil.

“Baiklah saya akan mengambil, Pandai Besi, Alkemis, Pengrajin, Penilaian, dan Enchanting Item,” seru Ash dengan wajah datar.

Semua orang langsung melihat ke arahnya dengan penuh rasa heran, “Kenapa dia tak mengambil kemampuan bertarung?” itulah apa yang dipikirkan semua orang.

Setelah memilih kemampuan Ash berjalan kebelakang, duduk memojok seorang diri. Lalu para kelompok wibu mendatanginya, “Hei Bro, kenapa kau tak mengambil kemampuan bertarung? Semuanya yang kau ambil adalah kemampuan sehari-hari dan pendukung saja.”

Wajah Ash tak menoleh, namun sorot matanya mengarah ke si penanya, “Kemampuan bertarung, aku tak memerlukannya, lalu aku juga tak tertarik untuk mengalahkan raja iblis lagi dan menjadi pahlawan.”

“Lagi?” Para Wibu itu saling melihat satu sama lain, lalu entah menggunakan telepati atau apa semua orang mengangguk. “Tenang saja, kami akan melindungimu dan serahkan masalah raja iblis pada kami.”

Ash menghela nafas berat dan bangun berdiri, “Semoga saja begitu,” ucapnya lirih lalu berjalan mendekat ke yang lain karena pemilihan kemampuan telah usai dan ritual pemindahan akan dilaksanakan.

“Kalian semua akan dipindahkan ke sebuah hutan yang ada di sebelah selatan kota Ranvel, yang terletak di kerajaan Erlasia,” jelas sang Dewi. Lalu muncul sebuah lingkaran sihir yang besar di bawah para Pahlawan yang mencakup semua orang. Karena pancaran sinar yang begitu menyilaukan mata semua orang menutup matanya, dan saat kembali membuka mata mereka sudah melihat tempat yang asing dan dikelilingi oleh pepohonan yang rimbun.

Suasana menjadi hening, semua orang sadar kalau mereka benar-benar berada di dunia yang berbeda dan di hutan tersebut terdapat makhluk yang dibilang sebagai monster.

Sudah kuduga akan seperti ini, gumam Ash.

Ash melihat sekitarnya lalu mengaktifkan skill penilaian, matanya yang berwarna biru menyala dengan pola sihir yang aktif. Saat itu semua informasi benda yang ada di sekitar muncul, layaknya sebuah panel deskripsi yang ada di dalam game.

“Anu!” Ash berseru cukup kuat hingga semua perhatian tertuju ke arahnya.

“Ada apa Kisaragi-san?” Bu Natsumi bertanya, karena ia sadar semua muridnya pasti dalam keadaan bingung dan cemas.

“Aku mau pergi dan melihat sekitar,” jawab Ash sambil menunjuk ke arah belakangnya.

“Gak boleh, terlalu berbahaya! Kamu gak denger tadi Dewi itu bilang di dunia ini ada monster?” Bu Natsumi mencoba melarang Ash untuk pergi.

Ash tak mendengarkan larangan itu, dengan satu helaan nafas pendek ia langsung berjalan pergi.

“Kisaragi-san!” teriak Bu Natsumi.

“Biarkan saja dia Bu, lagipula dia tak terlalu menonjol dan orangnya cukup aneh,” sela salah satu anak dari grub berandalan.

“Itu benar,” sambung salah satu anak dari grub gadis keluarga kaya.

Bu Natsumi hanya menatapi kepergian Ash dengan pasrah karena dia juga tidak bisa pergi mengejarnya dan meninggalkan para murid lain.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah berpisah dengan yang lain Ash berjalan menelusuri hutan, ia berniat mencari sumber air dengan kata lain sungai.

"Aku tak peduli dengan apa yang ingin mereka lakukan, menjadi pahlawan atau petualang, mengalahkan raja iblis, persetan dengan itu semua! Aku hanya ingin hidup tenang," gerutu Ash sambil berjalan melewati semak-semak dan pepohonan.

"Yah, untuk pertama aku harus mengamankan sumber air dan mencari makanan, aku tak tau sejauh apa hutan ini dari kota yang bernama Ranvel itu."

Setelah berjalan selama lima belas menit, akhirnya Ash mendengar aliran air, dan benar itu adalah sebuah sungai yang jernih bahkan ikan yang berenang dengan bebas dapat dilihat dengan jelas.

"Sumber air didapatkan, selanjutnya mencari tempat berteduh lalu mencari makanan," gumam Ash lirih sembari melirik ke sekitar.

Apa ada orang yang mengikutiku? Merasa ada yang memerhatikan dirinya, Ash melanjutkan langkahnya melawan aliran sungai. Ia mengabaikan perasaan yang mengganggu pikirannya seperti sedang diikuti, dan mencoba fokus untuk mencari tempat berlindung.

Ia terus berjalan dan melihat ada tebing yang tinggi, dan sebuah air terjun yang berada di ujung sungai. "Sepertinya di sini cukup bagus, aku akan mendirikan tempat berlindung di sini."

Chapter 2 : Pertarungan Pertama

Di tengah hutan yang rimbun, dekat dengan air terjun dan sungai. Rendi duduk bersandar di dinding tebing.

"Baiklah, aku tak tahu ini dunia yang sama atau berbeda, mari kita lihat. Status Open!"

Nama : Ash Kisaragi

Ras : Manusia

Gelar : Pahlawan, Reincarnation

Pekerjaan : Pandai Besi (Level 1), Alkemis (Level 1), Pengrajin (Level 1)

Kemampuan : Penilaian, Item Enchanted

Kemampuan Bawaan (Terkunci) : Weapon Master, Imagination Magic, Mata Elang, Presence Sense

Pekerjaan Bawaan (Terkunci) : Kesatria Suci, Pembunuh

Hanya pekerjaan/job yang memiliki level.

"Ternyata benar, kemampuanku yang dulu juga ada, tapi terkunci yah?"

Ash bangun berdiri dan mengaktifkan skill penilaian untuk mencari bahan untuk membuat sebuah alat bertahan hidup. "Huft~ yah lagipula hanya ada kayu dan batu saja."

Karena hanya menemukan dua bahan itu ia mengumpulkan dahan kayu yang telah roboh, akar dan bebatuan. Mengambil dua buah batu yang berbeda dan menghancurkan salah satunya dengan batu yang lain. Ash mengikis ujung batu tersebut agar tajam.

Lalu ia membelah ujung ranting kayu dengan batu yang telah ditajamkan pinggirannya, menyatukan batu tersebut dengan ranting yang telah dibelah dan diikat dengan akar.

...[Pisau Batu Kualitas 1★ Kerusakan +2]...

"Saatnya pergi memasuki hutan dan mengumpulkan kayu yang cukup, akar dan dedaunan," gumam Ash sambil melihat pisau yang telah ia buat.

...******...

Setelah mengumpulkan semua bahan, Ash memulai membangun sebuah gubuk kecil dengan kayu yang ia kumpulkan. Pertama ia mengikis ujung kayu dengan pisau batunya membuat ujungnya runcing dan ditancapkan ke tanah. Ash membuat lima sebagai pondasi.

Tengah gubuk dan empat lainnya untuk bagian luar membentuk persegi. Mengikat kayu satu persatu dengan yang lainnya dengan akar, Ash mulai membentuk dinding. Ia terus bekerja tanpa henti hingga gubuk sederhana itu-pun jadi.

"Fiuh~ tak kusangka aku bisa menyelesaikannya dalam satu hari, yah ini juga berkat job pengrajin," gumamnya dengan penuh rasa senang melihat gubuk yang ia bangun.

Namun rasa senangnya itu tak berlangsung lama karena saat membangun gubuk Ash selalu dikelilingi oleh rasa diawasi seseorang. "Baiklah, karena ini sudah selesai waktunya membereskan masalah lain," ucapnya sambil menoleh ke arah salah satu pohon.

"Kiii!" terdengar teriakan kaget dari seekor makhluk yang selama ini mengawasi Ash. Makhluk itu langsung meloncat turun dari pohon dan melarikan diri.

Ash hanya diam melihat makhluk itu melarikan diri, "Hmm? Goblin, kah?" ia mencoba menerka makhluk apa yang selama ini mengawasinya.

Ash merenung sejenak, jika itu benar-benar goblin, maka malam ini... ah! Benar-benar merepotkan, sepertinya aku akan begadang malam ini.

Karena menyadari apa yang akan terjadi, Ash mulai menggunakan kemampuan pengrajin dan pandai besinya. Ia terus membuat pisau dari batu hingga akhirnya mendapat pisau batu yang memiliki kualitas bagus.

...[Pisau Batu 5★ Kerusakan + 15]...

"Kurasa yang ini bagus, saatnya mencoba skill satunya."

...Item Enchanted, sebuah skill yang dimana pengguna dapat memperkuat senjata atau alat tertentu dengan menambahkan efek buff maupun debuff pada senjata tersebut. Sihir, unsur elemen, bahkan racun sekalipun dapat dimasukkan....

...[Catatan penting, setiap senjata memiliki batas penguatan, jika melebihi kapasitas senjata akan hancur]...

Tentunya Ash tidak bodoh untuk mencobanya pada pisau batu 5★ ia memakai pisau yang kualitasnya dibawah itu sebagai bahan percobaan.

"Enchant Smite, Penetration, Atk up!" pisau batu itu mulai bercahaya dan muncul tulisan sihir yang terukir pada bilahnya, namun pisau itu tiba-tiba hancur.

"Ah! Sepertinya tiga penguatan terlalu berlebihan."

Setelah banyak percobaan pisau batu hanya bisa menahan dua penguatan saja. Ash-pun mulai memperkuat pisau batu dengan kualitas tertinggi yang ia punya.

...Pisau Batu 5★ Kerusakan + 15...

...[Peningkatan Ketajaman dan Peningkatan Penetrasi]...

"Kurasa ini sudah cukup," gumam Ash.

Ia bangun berdiri dan keluar dari gubuk dan melihat ada begitu banyak bayangan makhluk berkaki dua yang memiliki tubuh kecil.

"Jadi kalian datang juga," Ash langsung melemparkan pisau batu yang lain sebagai serangan dadakan dan mengenai beberapa dari goblin yang bersembunyi dibalik pohon.

Karena ada rekannya yang terkena serangan para goblin mulai berteriak dan melancarkan serangan ke arah Ash.

Dengan penuh rasa waspada Ash melihat sekitarnya dan menghitung jumlah dari para goblin. "Hmm, totalnya ada dua puluh goblin, yah?"

Ash langsung berlari menuju ke arah para goblin tanpa rasa takut, Ia melempar pisau-pisaunya satu persatu ke arah goblin dengan akuransi yang sangat hebat. Semua pisau itu berhasil mengenai tepat di kepala para goblin dan menumbangkan mereka dalam satu serangan.

"Tujuh sudah dikalahkan, pisauku juga sudah habis, sekarang pertarungan jarak dekat."

Hanya satu pisau yang tersisa dan itu adalah pisau 5★ yang telah diperkuat, Ash bergerak dengan cepat melawan para goblin satu demi satu. Layaknya sedang menari, pergerakan Ash sangat anggun, ia membunuh para goblin satu persatu tanpa adanya gerakan yang sia-sia.

Yah, para goblin itu salah memilih lawan, seorang pahlawan yang pernah mengalahkan raja Iblis tak mungkin akan kesulitan dalam melawan monster keroco seperti goblin meskipun skillnya terkunci sekalipun.

"Hanya skill-ku yang terkunci, bukan berarti pengalaman dan kemampuan fisik-ku juga ikut hilang," gumam Ash berdiri dengan penuh bercak darah di sekujur pakaiannya.

"Sepertinya sudah tak ada goblin lagi di sekitar," Ash melepaskan jas sekolahnya yang dipenuhi oleh bercak darah dan membasuhnya di sungai. Setelah itu ia menjemurnya dengan dibentangkan di atas tiang kayu. Tentunya itu akan sulit kering mengingat hari sudah malam.

Menyalakan api di tengah kegelapan terlebih lagi di dalam hutan juga cukup berbahaya dan dapat mengundang para monster. Karena hal itulah Ash masuk ke dalam gubuknya dan tidur dengan posisi duduk dan bersandar di tiang tengah gubuk sembari memegang pisau di tangannya.

......................

Hari-pun berganti, sinar mentari masuk melewati sela-sela kayu dan mengenai wajah Ash hingga membuatnya terbangun. "Hmm? Sudah pagi yawnn?" gumamnya sambil menguap.

-Keak! Kwak!

"Suara apa sih? Berisik sekali!?" Ash keluar dari gubuknya dan melihat ada begitu banyak burung gagak memakan bangkai para goblin.

"Ah, benar juga aku lupa membersihkan mayat para goblin semalam. Oh iya, aku harus mengumpulkan batu sihirnya."

Ash mulai membedah bagian dada setiap goblin untuk mengambil batu sihir yang tertanam di dalamnya. Lalu mengumpulkan mayat mereka di satu tempat lalu membakarnya.

Batu sihirnya di simpan di dalam kantung jas sekolahnya yang masih lembab karena belum kering. Ash tak memakainya karena itu, dan tetap menjemurnya agar kering.

-Kruuuck~

Perutnya menggerutu karena lapar, lagi pula Ash tak makan apapun sejak dipindahkan ke dunia lain, ia terlalu fokus membangun gubuk hingga melupakan hal itu.

"Sepertinya aku harus mencari makanan terlebih dahulu," gumamnya sambil memegang perutnya yang keroncongan.

Ash memasuki hutan dan mengaktifkan skill penilaiannya untuk mencari jamur dan tanaman herbal. Berkat skill itu ia tak akan salah mengambil tumbuhan dan terkena racun.

Setelah mengumpulkan cukup banyak Ash kembali ke gubuknya, ia menyalakan api unggun untuk memanggang jamur yang telah ditusukkan ke ranting. Selagi menunggu matang, Ash mencoba kemampuan alkemisnya untuk membuat ramuan dari tanaman herbal yang ia kumpulkan.

"Ah, ini cukup sulit karena aku tak punya alatnya," gumamnya.

Karena hal itu Ash hanya menyimpan tanaman herbalnya di dalam gubuk. Tak lama kemudian jamur itu akhirnya matang, Ash-pun menyantapnya.

Selagi memakan jamur, Ash membuka layar statusnya dan melihat kemampuan pandai besinya.

...[Pandai besi level 1 (78%) ]...

"Hmm, sebentar lagi naik ke level dua, yah?" karena hal itu Ash mulai mengumpulkan kayu dan membuat pedang kayu hingga membuat kemampuan pandai besi naik ke level 2.

...[Pandai besi level 2 : membuka skill baru]...

...Quick Craft : Kemampuan untuk membuat senjata secara instan, syarat telah membuat senjata itu dengan jumlah tertentu dan memiliki kualitas 5★ keatas...

"Bagus!" seru Ash penuh semangat karena berhasil mendapatkan skill baru yang sangat berguna.

"Baiklah saatnya mencoba skill bar—"

Belum selesai dengan kata-katanya, terdengar suara teriakan seorang wanita dari balik hutan.

Ash langsung bangun berdiri dan dengan cepat berlari ke sumber suara, meskipun dia sebenarnya ingin mengabaikan hal itu. Namun, tubuhnya tak mendengarkan dan bergerak secara reflek.

Saat mencapai lokasi, Ash bersembunyi dibalik pohon dan melihat apa yang terjadi. Di sana ia melihat teman sekelasnya yang berseteru satu sama lain sambil mengarahkan senjatanya.

Chapter 3 : Perseteruan

Pada hari pertama setelah dipindahkan ke dunia lain, semua orang merasakan kebingungan dan hanya kelompok Wibu yang tampak tenang dan mengerti. Bagi mereka kejadian ini sudah sering mereka lihat di anime ataupun komik dan novel yang sering mereka baca.

"Natsumi-sensei bagaimana nasib kita sekarang?" anak-anak bertanya dengan penuh rasa gelisah.

"Semuanya tenang, yah? Ibu akan cari cara," balas Bu Natsumi.

Para kelompok Wibu berkumpul dan bertukar informasi mengenai status senjata dan skill yang mereka miliki.

Kelompok anak-anak berandalan mulai membuat keributan dengan skill dan senjata yang mereka miliki.

Kelompok gadis-gadis kaya hanya duduk diam dan terus mengeluh kecuali Luna yang selalu mencoba membantu Natsumi-Sensei untuk menenangkan para murid yang lain. Karena Luna merupakan ketua kelas.

Karena keributan yang dibuat oleh para anak berandalan, goblin mulai muncul dan mengepung mereka. Tentunya semua orang langsung terdiam membeku saat melihat monster untuk pertama kalinya kecuali para Wibu yang dengan penuh gagah berani langsung melawan balik para goblin tersebut.

Melihat para Wibu bau bawang yang bertarung, para anak berandalan tak mau kalah dan ikut bertarung. Entah bagaimana caranya mereka berhasil melawan dan membuat para goblin mundur.

Setelah itu para Wibu yang mengambil peralatan survival mulai mengeluarkan alat-alat itu dari tas penyimpanan. Alat-alat itu berupa tenda, panci, obor dan beberapa roti, daging kering dan satu wadah air minum.

"Kita harus mencari sungai dan mendirikan kemah di sana, kita perlu persiapan untuk perjalanan menuju kota Ranvel yang dikatakan oleh Dewi itu," jelas Yuuto salah satu dari kelompok Wibu.

Natsumi-sensei, menyetujui usulan Yuuto dan para murid yang lain juga mengikuti karena masih dalam keadaan bingung.

Para wibu juga meminta para murid yang lain yang mengambil peralatan survival untuk mengeluarkan alat-alat mereka, murid yang mengambil peralatan memasak dan mengambil skill koki juga mendapat tugas untuk memasak. Semuanya berjalan lancar dan perasaan semua orang menjadi satu sehingga bisa berkerja sama.

Setelah satu hari berlalu, saat semua orang sudah tenang diskusi-pun dimulai untuk rencana masa depan mereka. Atau seharusnya begitu...

"Hah? Kenapa kami harus melakukannya? Bukankah kalian yang seharusnya melakukan ini?" ucap Risa salah satu dari kelompok gadis-gadis kaya, menentang permintaan para wibu.

"Tunggu Risa," Luna menyela, "Aku juga melakukannya, jadi ayo lakukan sama-sama."

"Aku tidak mau, karena itu aku menolaknya. Kita ini gadis-gadis berkelas Luna, bukan gadis-gadis biasa dengan pekerjaan yang kasar," balas Risa.

Setelah itu terjadi keributan hebat dan diskusi-pun hancur. Para berandalan mulai bertingkah dan menyebabkan keributan. Mereka hendak menyerang para gadis, namun para Wibu berhasil menghentikannya. Karena hal itu para berandalan meninggalkan kelompok.

Tak lama setelah itu semua orang yang seharusnya telah bersatu mulai berpisah bagaikan kaca yang jatuh dan pecah.

...****************...

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

...****************...

Kembali pada Ash...

Ash bersembunyi dibalik pohon untuk memahami situasi, ia melihat kelompok berandalan yang mengejar kelompok gadis-gadis kaya.

"Menjauh! Dasar berengsek!" teriak Risa dengan gemetar.

"Hehehe! Menyerah saja dan biarkan kami menggunakan tubuh kalian," balas anak-anak berandalan dengan seringai yang tampak mesum.

Melihat kejadian itu Ash menghela nafas berat dan keluar dari balik pohon. "Huft~ mau di dunia manapun, sampah tetaplah sampah yah?"

"Huh?!" para anak berandalan melihat ke arah Ash dengan penuh rasa kesal.

"Hee~ kukira siapa ternyata hanya anak nolep yang tiba-tiba muncul lagi setelah pergi sendiri di hari pertama. Apa? Kau ingin bermain menjadi pahlawan?"

"Hahahah!"

Para anak-anak berandalan itu tertawa kencang, saat melihat kedatangan Ash.

"Entahlah, aku hanya mendengar teriakan seorang gadis, lalu aku datang dan melihat penjahat yang hendak menyerangnya," balas Ash dengan acuh.

"Padahal baru satu hari tapi kalian sudah menjadi gila, aneh sekali. Apa ini pahlawan yang dipilih oleh Dewi itu?" lanjut Ash dengan tatapan dingin.

Para anak-anak berandalan itu termakan oleh amarah dan merang Ash dengan senjata yang mereka dapat dari pemilihan saat bertemu Dewi. Seorang pengguna pedang besar, tombak, busur panah, penyihir dan paladin.

Cih, meskipun mereka menyerang secara membabi buta tetap saja ini merepotkan melihat komposisi kelompok mereka, gumam Ash yang terus menghindari setiap serangan yang di arahkan pada dirinya.

Saat itu pemanah mengarah panahnya ke para gadis, melihat hal itu Ash langsung melemparkan pisaunya dan memutuskan benang busurnya.

"Apa kau bodoh? Melemparkan senjata satu-satunya demi menolong para gadis itu?" teriak pengguna pedang besar sambil mengayunkan pedangnya sekuat tenaga.

Ash langsung mendorong tubuhnya kesamping untuk menghindari serangan itu.

-Bam!

Salah satu pohon yang terkena serangan itu terbelah dan tumbang menghantam tanah dengan keras.

Ash langsung berlari ke depan hadapan para gadis itu. "Kalian cepatlah lari," bisik Ash tanpa menoleh ke belakang.

"Ka- kaki kami tak bisa digerakkan lagi... tenaga kami sudah habis," jawab Risa dengan gemetar.

Pengguna tombak langsung berlari ke arah Ash sambil menusukkan tombaknya. Ash menghindari serangannya dan menangkap tombak tersebut lalu menendang perut anak berandalan itu hingga ia tersungkur dan melepas tombaknya.

Dengan tombak di tangannya Ash langsung melempar tombak itu dan mengenai kaki si pengguna busur untuk melumpuhkannya.

Lalu Ash menginjak perut pengguna tombak yang telah tergeletak dengan keras agar ia tak bisa bangun lagi. Sekarang tersisa tiga orang lagi.

"Cih! Bagaimana orang itu bisa sangat kuat, bukannya dia hanya mengambil kemampuan kehidupan saja?" gerutu pemimpin anak berandalan.

"Ada apa? Masih mau lanjut?" ujar Ash dengan senyum sinis. Lalu ia mengambil ranting kayu yang memiliki ukuran sepanjang pedang.

"Kau pikir bisa melawanku dengan ranting kayu, hah!?" pemimpin anak berandalan yang memakai pedang besar langsung maju.

"Quick Craft : Wooden Sword! Enchant : Penetration!"

Ranting kayu itu tiba-tiba berubah menjadi pedang kayu.

...[Wooden Sword 7★ Kerusakan + 20]...

...(Penguatan Penetrasi)...

-Slash!

Kedua pedang itu bertemu.

"A-apa yang..." dengan tangan yang gemetar pemimpin para berandalan itu terkejut melihat pedang besarnya terbelah oleh sebilah pedang kayu.

"Ada apa? Masih mau lanjut?" ucap Ash dengan tatapan dingin.

Pemimpin para berandalan itu langsung berlari mundur, diikuti oleh teman-temannya.

Ash menghela nafas lega, tangan kanannya juga gemetar dan pedang kayu itu juga hancur akibat pemakaian yang berlebihan. "Ahaha, itu benar-benar pertaruhan yang beresiko. Membelah pedang besi dengan pedang kayu, jika bukan pedang kayu 7★ dengan penguatan penetrasi, aku tak yakin bisa menghancurkan pedang besi itu," gumam Ash lirih sambil melihat tangan kanannya yang gemetar.

Ash menoleh ke belakang, "Apa kalian tak apa?" tanyanya.

Para gadis hanya bisa mengangguk diam, namun salah satu dari mereka langsung bangun berdiri dan memeluk Ash.

"Terima kasih Ash-kun!" seru Luna dengan penuh rasa lega dan senang.

"Lu-Luna?!" Ash terkejut melihat Luna yang tiba-tiba memeluk dirinya.

Luna dan Ash adalah teman masa kecil, itu karena rumah mereka bersebelahan dan selalu bersekolah di tempat yang sama dari taman kanak-kanak hingga SMA.

"Ah, bi-bisa kau lepaskan aku dulu?" ucap Ash dengan perasaan canggung.

Luna melepaskan pelukannya pelan dengan air mata yang masih mengalir.

Lalu tiba-tiba terdengar suara tapak kaki kuda yang cukup banyak hingga membuat tanah bergetar. "Kalian semua pergilah menuju ke arah sana, aku akan melihat keadaan sekitar," ujar Ash menunjuk ke arah gubuk yang dibangun olehnya.

Luna dan teman-temannya mengangguk pelan dan berjalan sesuai petunjuk Ash.

Ash langsung menuju ke sumber suara, ia naik ke atas dahan pepohonan dan melihat dari kejauhan. Ada pasukan berkuda yang membawa bendera sebuah kerajaan. Ia juga melihat guru dan teman sekelasnya yang berkumpul di sana. Tak lama setelah itu kelompok anak berandalan juga bergabung.

"Jadi mereka jemputan yah?" gumam Ash yang menyadari situasinya.

Sebaiknya aku kembali dan mengabari para gadis itu, Natsumi-sensei juga sepertinya tak mau pergi selagi muridnya belum lengkap.

Ash langsung menjauh dengan hati-hati agar tak menimbulkan suara dan kembali ke gubuknya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!