Lia adalah seorang gadis berusia 25 tahun. Dia berasal dari keluarga yang orang tuanya hanya merupakan karyawan biasa pada sebuah perusahaan di kota Tanjung.
Lia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ia mempunyai adik laki-laki. Lia merupakan gadis cantik berkulit kuning langsat yang memiliki tubuh proporsional.
Di usia yang cukup matang, dia sudah mempunyai pekerjaan yang cukup baik. Dengan latar belakang pendidikan sebagai tamatan ilmu kesekretariatan, ia mempunyai pekerjaan sebagai sekretaris manager di perusahaan swasta asing.
Walau di usia mudanya, ia mempunyai karir yang cemerlang, namun tidak baik dalam hal percintaan. Sampai saat ini, Lia belum menemukan pendamping hidupnya.
Jangankan untuk mempunyai pacar, punya teman laki-laki yang dekat dengannya pun tidak ada.
Hari ini, Lia disibukkan dengan pekerjaannya, salah satunya yaitu mempersiapkan bahan presentasi untuk rapat para manager yang akan di adakan minggu depan.
Tak terasa, jam kerja telah selesai. Teman-teman satu bagian dengannya ada yang sudah pulang, ada juga yang sedang bersiap untuk pulang, tapi Lia masih sibuk dengan pekerjaannya.
" Lia, ini sudah mendekati setengah enam lho, kamu belum niat mau pulang? " tanya Krisa teman satu bagian dengan Lia.
" Belum Kris, tanggung nih, lagian takut lupa. " jawab Lia.
" Kan masih ada hari esok, Lia. " ujar Krisa.
" Lagian kamu kerjaan terus yang dipikirin, kapan nih mikirin diri sendiri, sekali-sekali kamu me time lha. " ujar Krisa selanjutnya.
" Aku tetap mikirin diri sendiri kok, buktinya walau sering lembur, tapi aku tetap sehat. Kamu bisa lihat kan aku baik-baik saja. " ujar Lia sambil melenggak lenggokkan badannya di depan Krisa, seperti seorang pragawati.
" Bukan itu maksudku Lia, tapi setidaknya pikirkan masa depanmu. Kamu bukan anak remaja atau ABG lagi. " ujar Krisa.
" Ya ...ya...ya..., aku ngerti kok maksudmu. Terimakasih ya atas perhatian dan kepeduliannya. Kalo sudah waktunya, jodoh pasti datang kok, iya kan? " jawab Lia pada Krisa sambil menaikkan alisnya.
" Iya sih, tapi kalau gak ada usaha untuk mencari, gimana mau datang, jodoh gak turun dari langit juga kali. " ujar Krisa sambil kesal karena ucapannya selalu di balas Lia.
Krisa merasa Lia terlalu cuek untuk urusan pendamping hidup.
" Eh, kalo pangeran berkudaku turun dari langit, rusak deh atap kantor ini, mana sanggup aku memperbaikinya. " canda Lia.
" Ya udah deh kalo gitu, selamat melanjutkan pacaran dengan kertas-kertas itu, aku sudah di jemput, Mas Fenri sudah menunggu di bawah. " pamit Krisa pada Lia.
" Ok, hati-hati di jalan ya. Semoga persiapan pernikahanmu berjalan dengan baik sampai hari H. " jawab Lia.
"Baik, terimakasih ya dukungannya. " jawab Krisa yang kemudian berlalu meninggalkan Lia yang melanjutkan pekerjaannya.
Begitulah Lia, jika ada pekerjaan, ia akan sebisa mungkin mengerjakan tugas itu pada hari yang sama, ia tidak suka menunda-nunda waktu.
Tepat pukul enam sore, pak Yadi, seorang OB kantor menghampiri Lia.
" Neng Lia hari ini lembur lagi? " tanya pak Yadi.
" Iya pak. " jawab Lia.
" Apa mau di belikan makan malam. " ucap pak Yadi.
" Boleh pak, sebentar ya. " ucap Lia.
Kemudian Lia memberikan pada pak Yadi selembar uang berwarna merah.
" Tolong belikan nasi tim ayam saja pak di rumah makan sebelah, jangan lupa untuk bapak juga. " pesan Lia.
" Baik neng, bapak pergi dulu ya. " pamit pak Yadi.
Begitulah Lia. Jika ia meminta tolong pada orang lain, ia selalu berbagi, karna menurutnya, rejeki yang ia miliki, ada sebagian rejeki orang lain.
Tak lama kemudian, pak Yadi datang membawa pesanan Lia dan meletakkannya di meja Lia.
" Terimakasih neng untuk makan malamnya, ini kembaliannya. " kata pak Yadi.
" Kembaliannya untuk bapak saja, siapa tahu bisa untuk cemilan adik-adik di rumah. " ucap Lia.
" Sekali lagi terima kasih, neng. Bapak ke pantry dulu ya. Jika ada perlu, hubungi saja ke pantry. " ujar pak Yadi sambil berlalu meninggalkan meja Lia.
Tak terasa waktu menunjukkan pukul setengah sembilan malam ketika Lia selesai mengerjakan tugasnya.
" Hah.. pegel juga ternyata. " ujar Lia sambil menggerakkan badannya ke kiri ke kanan untuk mengurangi pegelnya.
Kemudian ia membereskan mejanya, bersiap pulang. Lia menghampiri pak Yadi di pantry dan malam ini pak Yadi adalah OB yang bertugas mengunci kantor.
" Eh.. Mbak Lia, belum pulang ya? " tanya pak Yadi.
" Ini mau pulang pak, makanya saya mau pamit sama bapak. Di ruangan bagian saya sudah kosong. Apa di bagian lain masih ada orang pak? " tanya Lia.
" Masih mbak. Pak Direktur dan asistennya belum pulang. " jawab pak Yadi.
" Kalo gitu saya pamit ya pak. " ujar Lia sambil berlalu meninggalkan gedung kantornya menuju kontrakannya.
Lia mengontrak sebuah rumah kecil di dekat kantornya agar mudah dan cepat sampai di kantor.
Sampai di kontrakannya, Lia langsung membersihkan diri, kemudian langsung menuju tempat tidurnya, berniat untuk langsung tidur karna dia sudah makan malam tadi di kantor.
Sambil merebahkan diri, Lia menatap langit kamarnya sambil merenungkan ucapan Krisa di kantor tadi yang kini sedikit mengusik hati dan pikirannya.
" Apa benar aku kurang memikirkan diri sendiri sehingga nampak tidak peduli urusan pendamping hidup? " tanya Lia dalam hatinya.
Lia sebenarnya bukan wanita yang menutup diri untuk hubungan dengan laki-laki. Tapi ia seperti harus hati-hati jika itu berhubungan dengan laki-laki yang status sosialnya berbeda. Ia punya pengalaman yang kurang menyenangkan di masa lalu.
Mungkin laki-laki itu mencintai Lia tapi tidak dengan orang tua dan keluarga besarnya. Seharusnya jika sungguh mencintai wanitanya, sebaiknya ada perjuangan dari laki-laki itu agar hubungan dengan wanita yang dicintai bisa mendapat restu tanpa menentang orang tua. Tapi tidak dengan yang di alami Lia.
Kini malam semakin larut. Lia berusaha memejamkan matanya, membuang segala pikiran buruk yang ada dan selalu berusaha berpikir positif serta meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja. Jika sudah tiba waktunya, semua akan terasa indah.
Terkadang Lia berpikir, haruskah ia merubah pola pikirnya mengenai masalah jodoh yang menurutnya akan ada waktunya untuk bertemu tanpa harus mempersiapkan diri serta meluangkan waktu untuk mencari teman baru yang mungkin salah satunya adalah jodohnya. Atau ia juga harus merubah penampilannya agar lebih menarik lagi bagi laki-laki.
Selama ini, Lia memang berpenampilan biasa saja, cukup bermakeup seadanya. Pelembab wajah dan bedak tipis yang ia poleskan pada wajahnya juga lipgloss warna merah bibir. Rambut pendek di bawah kuping yang hanya memakai bando atau hiasan jepit kecil di rambutnya.
Ketika Lia bersiap akan tidur, tiba-tiba HP nya berbunyi, saudara sepupunya menelepon.
Ketika Lia bersiap akan tidur, tiba-tiba HP nya berbunyi, saudara sepupunya yang bernama Diana menelepon.
" Iya kak, apa kabar. " ujar Lia menjawab telpon sepupunya.
" Malam Lia, aku baik saja. Maaf ya sudah ganggu waktu istirahatmu. " jawab Diana.
" Gak apa-apa kak. Ada apa gerangan berita terkini? " tanya Lia pada Diana.
" He...he...he... ketahuan ya ada perlunya. " ujar Diana.
" Sangat kentara kak, karna tidak biasanya kakak telpon malam- malam, apalagi biasanya kakak WA dulu kalau mau telpon. " ucap Lia.
" Iya deh, ketahuan ada perlu sama kamu. Begini Lia, kamu sudah tahu kan rencana pernikahanku bulan depan. Apa kamu bisa pulang untuk menghadirinya? " tanya Diana.
" Oh, untuk itu aku sudah tahu kak dari mama, tapi aku belum bisa memastikan bisa cuti atau tidak, karna harus melihat pekerjaanku dulu. " jawab Lia.
" Baik lah, ku tunggu beritanya ya, semoga kamu bisa hadir karna aku sangat mengharapkan kehadiranmu. " ujar Diana.
" Kalo gitu sudah dulu ya, selamat istirahat. " lanjut Diana.
" Baik kak, selamat malam. " ujar Lia sambil menutup telpon.
Diana sepupu Lia, anak dari abang papanya. Usia mereka sebaya. Dari kecil mereka tumbuh bersama. Maka dari itu, Diana sangat mengharapkan kehadiran Lia di hari bahagianya.
Setelah menerima telpon dari sepupunya, Lia pun melanjutkan tidurnya yang hampir tertunda tadi.
Keesokan harinya, Lia melakukan aktivitas seperti biasa. Hari- hari yang dijalaninya selalu dengan rutinitas yang sama. Pada pagi hari dari kontrakan pergi ke kantor dan akan kembali ke kontrakan pada malam hari, tiada waktu untuk sekedar jalan-jalan ke mall atau hangout bersama teman-teman.
Lia bukan orang yang tidak pernah pergi ke mall. Ia pergi ke mall jika ada sesuatu yang perlu ia beli karna ia membutuhkan itu. Ia tidak suka jika ke mall hanya untuk cuci mata yang menurut teman-temannya dapat menyegarkan pikiran. Justru itu dapat membuat pikiran bertambah runyam. Jika di saat iseng pergi ke mall tanpa tujuan, tiba di sana ada rasa ingin membeli sesuatu walau itu tidak terlalu penting, hal itu dapat merusak pendapatan. Hidup di kota besar seperti Jakarta, Lia berusaha untuk hidup hemat, ia tidak mau menyusahkan orang tuanya, sebisa mungkin ia hidup mandiri dengan pendapatan yang ia peroleh. Masalah hangout bersama teman, itu juga tidak mungkin karena Lia memang tidak mempunyai teman atau sahabat yang dekat dengannya. Krisa hanyalah teman satu bagian dengannya di kantor, tidak lebih.
Pagi ini Lia bersiap untuk berangkat kerja Nampaknya Lia sudah melupakan hal yang mengusik hati dan pikirannya semalam.
Sampai di kantor, Lia kembali melakukan pekerjaanya seperti biasa. Saat menjelang waktu makan siang tiba, Lia pun teringat akan pertanyaan sepupunya, Diana, tentang kepulangan dirinya.
" Apa sebaiknya aku tanya bos dulu ya, boleh tidak aku mengajukan cuti bulan depan. " ujar Lia dalam hati sambil melangkah menuju ruang pak Rudi selaku Manager, atasan Lia.
Tok...tok...tok...
" Iya, silahkan masuk. " jawaban pak Rudi dari dalam setelah Lia mengetuk pintu.
Lia pun membuka pintu dan masuk untuk menghadap bosnya.
" Ya, Lia, ada apa? " tanya pak Rudi sambil mempersilahkan Lia duduk di kursi di depan mejanya.
" Begini pak, saya bermaksud mengajukan cuti bulan depan karna mau menghadiri pernikahan sepupu saya. Apa boleh pak. " ujar Lia menjawab pertanyaan bosnya.
" Apa di jadwal saya bulan depan ada hal penting yang harus dikerjakan, Lia? " tanya pak Rudi.
" Sebentar pak, saya lihat dulu jadwalnya. " jawab Lia.
Kemudian Lia keluar menuju mejanya untuk mengambil tablet yang mencatat segala jadwal dan keperluan bosnya. Lalu ia kembali ke ruangan pak Rudi.
" Jika melihat jadwal yang ada, bulan depan tidak ada hal yang terlalu penting, pak, hanya ada rapat bulanan dengan pak Direktur dan itu jadwalnya setelah jadwal cuti saya, jadi saya masih bisa mempersiapkan berkas yang bapak butuh kan. " jawab Lia.
" Baiklah jika tidak ada pekerjaan yang terlalu penting, kamu boleh cuti. " ujar pak Rudi.
" Baik pak, terima kasih atas izin cuti saya. Jika begitu, saya permisi dulu, pak. " pamit Lia sambil berlalu meninggalkan ruang managernya.
Setelah jam istirahat selesai, Lia melanjutkan pekerjaannya, tak lupa membuat surat permohonan cutinya agar dapat di serahkan ke bagian HRD.
" Habis ngapain dari HRD? " tanya Krisa setelah Lia kembali dari menyerahkan surat cutinya.
" Habis nyerahin surat cuti, rencananya bulan depan aku mau cuti. " jawab Lia.
" Wah, ada angin apa nih, tiba-tiba yang selalu berkutat dengan pekerjaan kantor, mau cuti. Apa dapat petunjuk dari mimpi atau dapat wangsit semalam ? " tanya Krisa.
" Ngawur kamu Kris, yang benar aku habis dapat pangsit, nanti beli di mas mie ayam yang jualan di sebrang kantor kita. " jawab Lia menjawab asal pertanyaan Krisa.
" Aku cuti mau ada acara keluarga bulan depan. " lanjut Lia.
Kemudian mereka berdua melanjutkan aktivitas masing-masing.
Hari telah sore, jam pulang kerja hampir tiba. Krisa menghampiri Lia di mejanya.
" Lia, aku boleh tidak minta tolong? " tanya Krisa.
" Tolong apaan wahai putri cantik jelita. " ucap Lia.
" Hari ini rencananya aku sama mas Fenri mau cari souvenir untuk acara pernikahan kami, tapi mas Fenri ada sedikit pekerjaan mendesak. Bisa kah dirimu menemaniku ke tempat souvenir itu, nanti mas Fenri akan menyusul ke sana jika pekerjaannya sudah selesai. " jelas Krisa.
" Oh...kalo itu tentu bisa, apa sih yang enggak buat calon manten. Kebetulan hari ini kerjaanku sudah selesai, paling ada sedikit tapi besok bisa di kerjakan. " ucap Lia.
Mereka pun membereskan pekerjaan mereka dan keluar bersama sambil menunggu taxi online yang sudah di pesan, datang.
Sekarang Krisa dan Lia sudah tiba di tempat penjualan berbagai aneka souvenir dan seserahan. Lia tampak antusias melihatnya. Mereka berdua perlahan menyusuri toko-toko untuk melihat apa souvenir yang cocok.
Terkadang Lia memberi usul pada Krisa tapi nampaknya Krisa belum menemukan apa yang sesuai dengan keinginannya.
Saat hampir semua toko mereka telusuri, Lia melihat jam dinding cantik di sebuah toko.
" Krisa, coba lihat itu, apa kira-kira cocok. " tunjuk Lia pada benda yang di maksud.
" Eh, lucu dan unik juga, yuk kita ke sana. " ucap Krisa.
Mereka pun menghampiri toko itu. Setelah bertanya harga dan contoh yang ada, akhirnya pilihan Krisa jatuh pada jam dinding yang diidekan oleh Lia.
Tak lama, Fenri datang menghampiri mereka dan ia pun menyetujui pilihan calon istrinya itu.
Tak terasa waktu berjalan begitu saja, tanpa ada yang berubah pada Lia, yang masih saja sibuk dengan dunia kerjanya.
Tak terasa waktu berjalan begitu saja, tanpa ada yang berubah pada Lia. Ia masih saja sibuk dengan dunia kerjanya. Setiap hari bertemankan laporan kerja.
Seminggu lagi Lia akan cuti selama tiga hari, untuk menghadiri acara pernikahan sepupunya. Ia akan pulang kampung ke kota Tanjung. Selain menghadiri pernikahan sepupunya, ia juga sekalian mengunjungi kedua orang tua dan adiknya.
Ketika waktu istirahat siang tiba, Lia yang baru saja menyelesaikan makan siangnya, menelepon sepupunya.
Tut...tut...tut...
" Halo, iya Lia. " jawab Diana.
" Iya kak, aku hanya ingin mengabarkan bahwa aku akan pulang. Kita bersama sejak kecil, kak, jadi aku mau menghadirinya. Aku berangkat hari kamis dengan penerbangan terakhir malam pukul delapan dari Jakarta. " jawab Lia.
“ Baik Lia, terima kasih atas infonya. Tapi maaf sebelumnya, apa kamu ada waktu, ada yang ingin ku bicarakan. " ucap Diana.
" Tidak mengganggu kak, ini sedang waktu istirahat siang. " jawab Lia.
" Bolehkah aku minta tolong padamu? “ tanya Diana.
“ Ada apa kak, jika dapat aku tolong, akan kuusahakan. “ jawab Lia.
“ Begini Lia, aku mohon agar kau mau menjadi pendamping pengantinku nanti, karna teman yang tadinya aku minta tolong, mendadak ada tugas dari kantornya keluar kota, jadi pada hari H ia tidak ada di sini. Gimana, apa kau bersedia? “ tanya Diana.
Sejenak Lia berpikir.
“ Tapi aku tidak pernah punya pengalaman menjadi pendamping pengantin, kak. Apa nanti tidak takut terjadi kesalahan? “ ujar Lia.
“ Tidak apa-apa dek, nanti kita sama-sama belajar, apa saja yang harus kamu lakukan, itu tidak susah kok. “ jawab Diana.
“ Baiklah kak, demi kelancaran acara kakak, aku bersedia menjadi pendamping pengantinmu, akan ku usahakan semaksimal mungkin. “ ujar Lia.
“ Terima kasih banyak ya, dek. Nanti kirim saja jadwal penerbanganmu, agar di atur siapa yang menjemputmu di bandara. “ ucap Diana.
“ Ok kak, tapi nanti aku akan di jemput si bungsu karna kepulanganku akan ku beri tahu pada mama. " ucap Lia.
" Sudah ya kak karna aku sudah mau kerja lagi. “ lanjut Siska mengakhiri percakapan dan menutup telponnya.
“ Huh.. apa yang harus ku lakukan nanti ya? “ tanya Lia dalam hati sambil memikirkan permintaan Diana tadi.
Akhirnya Lia pun melanjutkan pekerjaannya sambil memikirkan cara mendapatkan informasi tentang pendamping pengantin. Sejenak ia ingin mencari tahu pada sumber informasi di internet tapi karena sibuk pada pekerjaannya, sehingga ia lupa akan hal itu.
Malam hari, setelah Lia membersihkan diri dan makan malam setelah pulang dari kantor, dia akhirnya menelepon mamanya.
Tut...tut...tut..
“ Iya nak, apa kabarmu? “ jawab bu Lina, mamanya Lia.
“ Aku baik-baik saja, mama. Rencana kamis aku akan pulang untuk acara kak Diana. “ jawab Lia.
" Akhirnya kau jadi pulang, nak. " ucap mama Lina.
“ Tapi tadi kak Diana telpon, ia meminta aku untuk menjadi pendamping pengantinnya, ma. “ lanjut Lia.
“ Oh... jadi kamu yang akan menjadi pendamping pengantin kakakmu nanti. Kemarin tantemu memang sempat bercerita bahwa kakakmu sedang risau, temannya mendadak dapat tugas ke luar kota. Apa ada masalah, nak? “ tanya bu Lina.
“ Iya mama, aku kan belum pernah menjadi pendamping pengantin. Kira-kira, apa saja ya mama yang harus kita lakukan? “ tanya Lia.
“ Oh.. tentang hal itu, kamu hanya harus memastikan segala keperluan pengantin perempuan selama acara pemberkatan agar tidak kurang sesuatu apa pun, seperti cincin nikah. Biasanya mempelai perempuan akan menitipkan itu pada pendamping pengantinnya ketika akan berangkat dari rumah. Nanti saat akan pemberkatan, kau berikan cincin itu pada pengantin wanita. Setelah selesai pemberkatan itu, tugasmu selesai. Di acara resepsi nanti sudah ada WO yang mengkoordinasi acara. “ jelas mama Lina.
“ Terima kasih ya mama atas penjelasannya. Sekarang aku sudah mengerti. Jadi enak nanti pada saat acara, aku tidak bingung. Aku pulang kamis malam ya mama, minta tolong si bungsu nanti menjemput, aku juga sudah memberi info pada kak Diana tadi. “ ujar Lia.
“ Baik nak, nanti mama info kan ke si bungsu dan Diana. Jaga kesehatanmu, ya. “ jawab mama Lina.
“ Ok mama, aku tutup dulu ya. Selamat istirahat. “ ujar Lia sambil menutup telpon mengakhiri percakapan dengan mamanya.
“ Hah... akhirnya ketemu solusinya. Aku bisa tenang tidur malam ini. “ ucap Lia dalam hati kemudian tidur menuju mimpi.
Akhirnya, kamis pun tiba. Hari ini Lia pulang kerja tepat waktu karna ia akan pulang kampung. Ia juga sudah menyelesaikan pekerjaannya untuk laporan besok dan sudah ia serahkan pada pak Rudi tadi sekalian izin cuti jumat besok dan senin nanti.
“ Kris, aku pulang dulu ya. ‘ pamit Lia pada Krisa.
“ Eh... tumben pulang on time nih. “ tanya Krisa.yang sedang menunggu jemputan calon suaminya.
“ Besok aku akan cuti dua hari, jadi boleh dong pulang sesuai aturan jam kerja yang berlaku. “ jawab Lia sambil tersenyum.
“ Gaya mu itu Lia, seperti karyawan teladan.Tapi jangan lupa oleh-oleh ya. “ ujar Krisa.
“ Gampang la itu. Tapi jangan rindukan diriku ya, karna rindu itu berat dan takutnya mas Fenri mu cemburu. " ujar Lia bercanda.
" Oala..siapa juga yang rindu dirimu, tak sudi la yo. Ada mas Fenri yang patut dirindukan. " timpal Krisa.
" Tapi semoga di sana kamu nanti ketemu calon ya, siapa tahu teman SMP atau SMA. " ucap Krisa.
" Kalo teman TK atau SD gimana. " Lia menimpali candaan Krisa.
" Iya kalo masih ingat sama kamu. Yang dulu kamu imut-imut tapi sekarang jadi amit-amit. " timpal Krisa.
" Ya sudah, kita lihat nanti aja ya. Semoga harapanmu bisa terjadi. Aku duluan, met menunggu pangeran berkuda besimu. “ pamit Lia meninggalkan Krisa.
Lia melangkah menuju kontrakannya untuk mengambil koper dan bersiap menuju bandara. Sampai di kontrakannya, ia sedikit berberes merapikan dapur agak saat pulang nanti, semua terlihat bersih dan rapi.
Setelah semuanya beres, Lia segera mandi dan berkemas untuk pergi. Kemudian ia memesan taxi online yang akan mengantarnya ke bandara.
Hari sudah malam tapi suasana bandara masih ramai. Sambil menunggu waktunya naik ke pesawat, Lia memainkan ponselnya. Ia sibuk memandangi status teman-temannya.
Ada rasa gelisah di hati Lia ketika menemukan beberapa temannya sekolah memajang foto anak mereka.
Sebenarnya terkadang ia malas untuk pulang kampung karna akan timbul pertanyaan dari siapa saja saat bertemu dengannya.
" Kapan nikah? " itu adalah pertanyaan yang menurut Lia terlalu basa basi untuk mencampuri pribadi orang lain.
Sekarang panggilan menaiki pesawat sudah terdengar. Ia bergegas antri untuk memasuki pesawat.
Akhirnya Lia pun tiba di kampung halamannya, tiba di rumah dengan baik setelah tadi di jemput si bungsu di bandara.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!