Seorang gadis yang berpakaian seragam SMA berjalan berlenggok, roknya yang mini dan pakaian atasannya yang ketat hinga memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sangat indah.
Gadis cantik dan seksi itu selalu menjadi pusat perhatian di sekolah selain cara berpakaiannya yang berbeda dari murid yang lain, dia juga murid yang orang tuanya adalah penyokong terbesar di sekolah tersebut.
Gadis cantik dan seksi itu berjalan ke sebuah meja kantin yang di tempati oleh beberapa orang siswa namun salah satunya adalah incaran gadis tersebut.
"Hai... Adam... boleh gabung nggak? " tanyanya dengan nada centil.
"Nggak" dengan tegas sahabat Adam yang menyahut.
"Heh gue bukan ngomong sama cowo jelek dekil dan miskin kaya elu ya Hus.. Hus... sana" gadis itu malah mengusir sahabat nya Adam.
"Heh yang harusnya Hus... Hus sana itu elu bukan gue manekin" ceplos sahabat Adam tersebut.
"Siapa yang elu bilang manekin sialan?! " gadis itu tak Terima.
"Ya elu masa orang lain" sahabat Adam sewot.
"Ow berarti elu mengakui kecantikan dan kemolekan diri gue dong hahaha" gadis itu tertawa meledek.
"Astaga dikatain patung pajangan senang banget lu dasar otak lu beneran dah ga waras Dam jangan mau sama dia cewek sinting" sahabat Adam semakin menghina gadis tersebut.
"Heh cowo jelek dekil dan miskin diem lu jangan pengaruhi kesayangan gue" gadis tersebut sewot.
"Heh tanpa gue pengaruhi juga si Adam kaga mau sama cewe yang bajunya kurang bahan dan tubuh nya di obral kemana-mana, yok Dam kita ke kelas ajah di kantin ada kuntil anak kurang baju hahaha" sahabat Adam dengan puasnya meledek gadis tersebut.
"Dasar orang miskin jelek, bau, dekil awas lu ya" ancam gadis tersebut kesal.
Dan saat waktunya pulang sekolah semua murid pun keluar dari kelasnya masing-masing, begitu pun dengan Adam dan sahabatnya mereka berjalan kearea parkir sekolah, dan saat sampai disana sahabat Adam langsung melihat ban sepeda ontelnya kempes pes pes pes.
"Lah... kenapa ban sepeda gue kempes begini Dam? " ucap nya.
"Ya iya ya... bocor kali Cup" Adam memanggil sahabatnya itu dengan nama panggilan kecilnya yang di berikan oleh neneknya, dan gara-gara Adam yang selalu memanggilnya Ucup semua teman-teman nya bahkan guru pun ikut memanggilnya Ucup padahal nama aslinya Ucup adalah Bara Pratama.
Saat Bara menatap ban sepeda nya dengan tatapan lesu ditengah teriknya mentari siang yang sedang bersemangat membagikan cahayanya, Tiba-tiba ada seseorang yang mengejeknya saat melintas di belakangnya.
"Emangnya enak mangkanya kesekolah tuh bawa motor atau mobil bukan sepeda butut kaya begitu hihi" ucap seorang gadis yang berpakaian seksi dan cantik itu meledeknya dan memandang rendah kepada Bara.
"Wah ini pasti perbuatan elu nih, tadi pagi ban sepeda kumbang gue nggak kenapa-kenapa nah ini tiba-tiba_"
"Udah Cup mending bawa sepeda elu ke bengkel jangan berdebat terus sama cewek" ucapan Adam.
"Jiah... elu kok malah belain belatung bunting dari pada sahabat elu sih Dam" Bara kesal dengan sahabat nya.
"Hehe gue nggak bela dia_"
"Adam bela gue karena Adam sayang sama gue wekk" gadis itu meledek Bara dan langsung pergi dari sana.
Dia pun langsung naik ke mobil jemputan nya dan mobil itu pun langsung berlalu dari area sekolah, tapi tak lama ada seseorang yang berjalan tertatih dari arah gerbang sekolah.
"Lah itu bukannya supirnya si Nika ya? " ucap Adam saat melihat seorang pria paruh baya memasuki gerbang sekolah dengan keadaan babak belur.
Adam dan teman-temannya yang lain menghampiri supir Nika dan bertanya padanya apa yang terjadi bukankah tadi mobil Nika baru saja meninggalkan area sekolah ucap mereka ramai.
"Tolong mobil itu bukan saya yang bawa, seperti nya orang itu mau menculik nona" ucap sang supir dengan susah payah.
"Hah... waduh gawat" ucap Teman-teman Nika.
Adam melihat kearah Bara tapi pemuda itu cuek saja.
"Hukum karma itu akibat selalu jahat sama gue" celetuk Bara yang melewati kerumunan siswa yang mengerumuni supir Nika dengan menggandeng sepeda ontelnya sambil berjalan santai.
Semua yang mendengar dan melihat itu hanya menggelengkan kepala mereka pelan saja. tapi tidak dengan Adam.
"Cup... jangan begitu Nika lagi dalam bahaya" ucap Adam mengingatkan.
"Ya udah lapor polisi ajah susah amat ngapain di pusingin jangan bilang elu demen sama dia sampe sekhawatir itu" Bara sewot.
"Ya nggak gitu juga Cup... kita kan kawannya dia"
"Siapa yang kawannya dia kaga ogah gue nggak mau berkawan sama tongkol goreng" Bara nyerocos.
Adam hanya menepuk dahinya saja saat mendengar julukan baru lagi dari Bara untuk Nika.
"Tadi belatung bunting sekarang tongkol goreng, ada ajah nanti apa lagi ckckck emang agak beda temen gue ini"gumam Adam.
"Dah sekarang elu ke kantor polisi sana sama pak supir ini gue mau ke bengkel benerin sepeda gue" Bara masih mendorong-dorong sepeda nya menuju bengkel yang ada dekat sekolahnya.
Di siang hari saat mentari sedang terik-teriknya, Bara mendorong sepedanya menuju ke bengkel sepeda deket dengan sekolah, saat sedang menunggu ban sepeda yang sedang di tambal oleh tukang bengkel, Bara membuka tasnya dan mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dia lalu mengutak-atik sebuah benda pipih berbentuk kotak, dan tak lama dirinya menjentikan jarinya.
"Dapat" gumamnya.
"Keluar Lu" bentak Bara saat dirinya menyadari ada seseorang yang mengikutinya sejak tadi.
Dan ada seseorang yang keluar dari balik semak yang ada di dekat bengkel tersebut.
"Mana kunci motor lu sini" pinta Bara.
Dan orang itu pun memberikan kunci motor pada Bara.
"Gue pinjem dulu elu jagain sepeda gue dan bayarin ongkos perbaikannya" dengan enteng nya Bara menyuruh orang yang lebih dewasa darinya yang selalu mengikutinya.
Bara langsung mengendari motor sport yang dia pinjam tersebut dengan kecepatan kilat bak pembalap di arena sirkuit saja.
"Itu anak siapanya abang? " tanya tukang bengkel pada orang yang baru saja di perintah Bara menunggui sepeda ontelnya yang sedang di perbaiki.
"Itu majikan saya" jawab pria itu.
"Hah~~~" si tukang bengkel bingung.
Majikan memakai sepeda ontel dan pelayanannya memakai motor sport yang harganya ratusan juta sulit di percaya.
"Abang nggak percaya tapi begitu lah kenyataan nya, abang bakalan lebih kaget lagi kalo tau tuan muda itu siapa sebenarnya, tapi nggak usah tahu lah ya udah kerjain ajah tuh sepeda tuan muda" ucap pria tersebut santai sambil memainkan pisau lipat yang selalu dia bawa di kantung celananya.
Tukang bengkel yang sedang memperbaiki sepeda Bara melihat itu langsung menurut saja tak banyak bertanya saat merasakan aura negatif dari orang yang sedang menunggu sepeda ini.
Sementara itu Bara terus mengikuti titik yang berjalan di layar ponselnya dan titik tersebut berhenti di sebuah gedung tua.
Tanpa rasa takut Bara memasuki gedung tua tersebut di tambah lagi mobil yang dia lihat di depan gedung tersebut membuat dirinya yakin sesuatu yang dia cari ada di dalam sana.
Dan benar saja dia mendengar jeritan seorang gadis dia pun langsung mencari asal suara jeritan tersebut namun langkahnya tak semulus itu dirinya harus berhadapan dengan beberapa orang penjaga tapi dengan mudahnya dirinya melumpuhkan lawan-lawannya dan akhirnya dirinya sampai juga di sebuah ruangan yang tidak tahunya disana Nika sudah tidak sadarkan diri terlihat luka di tangan Nika yang seperti nya terkena sayatan pisau.
"Heuh ada cecunguk rupanya habisi dia, gue mau main-main sama nih cewe dulu" ucap seorang pria yang seperti nya ketua dari kelompok ini.
Bara yang di anggap remeh hanya tersenyum miring saja dan tanpa menunggu waktu lama semua anggota itu langsung di kalahkan oleh Bara dengan mudahnya delapan lawan satu Bara yang menang itu semua karena Bara biasa berlatih bukan dengan belasan dan puluhan orang sudah biasa menjadi lawan sparingnya.
Sang ketua geng yang melihat aksi Bara yang bagai iblis itu langsung ketakutan dan langsung berlari tunggang langgang meninggalkan gedung tersebut.
Nika yang nampaknya juga terkena obat bius pun masih tak sadarkan diri hingga Bara mengangkat tubuh nya membawanya ke mobil, tapi saat dirinya melihat luka di tangan Nika cukup parah dia pun mengeluarkan sapu tangan slayernya dari kantung celananya dia robek menjadi dua slayer itu dan membalut luka Nika dengan slayer tersebut untuk menghentikan darah yang mengalir di tangan Nika.
Bara membawa Nika kerumah sakit dengan mobil Nika, dan langsung memberi tahu Adam keberadaan Nika melalui pesan pada ponselnya.
Adam langsung kebingungan bagaimana Bara bisa menemukan Nika secepat ini padahal dirinya saja baru melaporkan ke kantor polisi dengan supirnya.
Adam mengantarkan sang supir ke rumah sakit tempat Nika di rawat, tapi saat Adam berada disana tak lama Nika sadar dan dia fikir Adam lah yang menolong nya, Adam melihat kain yang membalut luka Nika dia mengenali kain tersebut.
Bara siapa kau sebenarnya.
Batin Adam yang menaruh curiga pada sahabatnya itu.
Bersambung.
Malam hari Adam mengunjungi Bara di kedai nasi goreng nya, ya... bila malam hari Bara mempunyai pekerjaan sebagai tukang nasi goreng, dirinya membantu sang bapak untuk berjualan malam hari.
Saat Bara melihat kedatangan sahabatnya, dirinya yang telah selesai melayani masyarakat pembeli pun duduk di kursi plastik di samping Adam.
"Ada apaan mau beli nasgor? "tanya Bara santai.
" Nggak cuma... gue pengen tanya sesuatu ajah boleh? "tanya Adam.
" Ya boleh ajah siapa yang ngelarang "jawab Bara santai.
" Tadi Nika ngira gue yang nyelametin dia, gue nggak bisa ngomong apa-apa soalnya dia histeris dan langsung meluk gue gitu, sorry ya gur belum sempat ngomong yang sebenarnya ke Nika"Adam bercerita kejadian di rumah sakit.
"Ooo itu nggak masalah bagi gue malah bagus hehehe" Bara malah tertawa senang.
"Ck kok elu seneng sih, gue nggak seneng yang ada itu cewe bisa nempel mulu sama gue" Adam kesal.
"Hahaha iya ya... tapi bagus kan dia nempel mulu sama elu dari pada sama gue hahaha" Bara benar-benar terlihat senang.
"Ish... sialan lu gue nggak demen sama cewe modelan dia, buat elu ajah sono" Adam sewot.
"Ogah" tolak Bara telak.
"Kalo ogah ngapain juga tadi elu nolongin dia pas dia di culik... hadeuh... elu suka kan sama Nika? ngaku deh lu buktinya ajah slayer kesayangan elu sampe rela elu robek untuk ngebalut luka dia? " Adam sewot.
Bara lalu mengeluarkan slayer yang sudah sobek itu dari saku celananya.
Dia menatap seolah menerawang ke masa lalu saat menatap slayer berwarna biru tua dengan gambar batik berwarna putih.
"Ini mamah yang bikin buat gue, waktu dia ikut les batik, dia berikan karya pertama nya buat gue hingga barang ini sangat berarti buat gue tapi gara-gara tongkol warteg dia jadi rusak" gumam Bara.
Adam hanya menggelengkan kepalanya saja disaat sahabat nya ini mengenang mamahnya yang telah tiada rasa sedih pun mengiringi tapi itu semua luntur saat ada saja julukan yang dia berikan untuk Nika.
"Punya temen kapan seriusnya heran" gumam Adam sedikit kesal.
"Oia Cup... dari tadi ada orang tuh ngeliatin kesini mulu" ucap Adam yang memberitahu Bara ada seseorang yang sejak tadi mengintai kedainya.
Bara langsung melihat tajam kearah yang di lihat Adam meski orang itu bersembunyi di balik semak-semak tapi Bara tetap mengetahui keberadaan orang tersebut.
"Bentar Dam gue mau usir curut dulu" Bara langsung mengambil spatula miliknya dan membawanya ke semak-semak tersebut.
Saat di dekat semak tersebut Bara langsung berbicara.
"Keluar nggak lu?! " ucap Bara dengan nada dingin.
Tak lama orang tadi siang meminjamkan motor sport nya itu keluar dari semak tersebut.dengan wajah ketakutan.
"Eh tuan muda" ucapnya gugup.
"Diem lu jangan panggil gue kaya begitu kalo bukan di rumah, ngapain lu?! " sentak Bara.
"Saya hanya di perintah tuan besar untuk mengawasi keamanan anda" jelasnya.
"Heuh ngawasin keamanan gue? tanpa di awasi juga gue aman kali, pergi lu dari sini sebelum temen gue tahu siapa gue sebenarnya" usir Bara.
"Tapi tuan" tolak orang tersebut.
Set.
Bara langsung mengacungkan spatula miliknya kearah leher orang tersebut.
"Di tangan gue spatula ini bisa bikin urat nadi lu putus elu pilih pergi apa pilih mati" ucap Bara sadis.
"Bbbbb bababaik tuan muda maafkan saya" orang itu pun gelagapan bukan tanpa alasan dirinya ketakutan seperti itu dirinya sangat tahu sepak terjang Bara meski masih muda tapi bila jiwa pembunuhnya muncul tak ada yang bisa selamat darinya.
Saat orang tersebut pergi Bara pun berbalik badan dan betapa terkejut nya dirinya saat melihat keberadaan sahabatnya yang terdiam dan seolah shock melihat kearah Bara.
"Siapa elu sebenarnya? " tanya Adam bingung.
Bara menghela nafasnya dalam sebelum berbicara.
"Ayo ikut gue nanti gue jelasin" ajak Bara ke kedainya kembali.
Adam dan Bara pun duduk di kursi plastik yang tersedia disana, dan mumpung sepi pembeli Bara pun menjelaskan siapa dirinya sebenarnya.
"Gue sebenarnya anak sulung dari Tama Baldovino"Bara memulai cerita.
Adam nampak berfikir siapa itu Tama Baldovino dia tidak kenal.
Bara tertawa kecil saat melihat ekspresi sahabat nya seperti itu.
" Elu pasti bertanya-tanya siapa Tama Baldovino ya kan? "tanya Bara dan Adam pun hanya mengangguk saja.
" Dia adalah mafia keturunan Itali, tapi sejak gue tahu gue keturunan mafia gue nggak mau tinggal sama dia dan memilih tinggal sama Bapak gue yang sekarang yang sebenarnya adalah pelayan di rumah bapak kandung gue"jelas Bara.
"Kenapa elu nggak mau tinggal sama keluarga bener lu dan memilih susah? " tanya Adam bingung disaat orang lain menginginkan kehidupan seperti Bara yang bisa memiliki segalanya tapi sahabatnya malah memilih kebalikannya.
"Kehidupan mafia itu nggak tenang Dam.... musuh ada dimana-mana persaingan bisnis hitam yang rela menghabisi musuh tanpa belas kasih, dan terakhir kali adalah kejadian tiga tahun lalu saat gue menyaksikan sendiri mamah gue mati ketembak di depan mata gue itu gara-gara pria tua bangka yang nggak tahu diri itu dia ngundang musuhnya ke rumah hingga mamah gue jadi korban nya Dam... mangkanya gue nggak mau tinggal sama dia lagi, gue nggak mau lihat orang terdekat gue jadi korban berikut nya cuma gara-gara perebutan daerah kekuasaan atau masalah bisnis "jelas Bara panjang lebar.
Adam baru menyadari selama ini sahabatnya ini selalu menyembunyikan sikap yang sebenarnya di balik sikap konyol nya.
"Tapi laki-laki tua itu nggak ngebiarin gue bebas begitu ajah di luar dia masih ajah nyuruh mata-mata buat ngawasin gue, dan itu salah satu dari mereka yang selalu ngawasin keseharian gue" lanjut Bara bercerita.
"Apa elu sebenci itu sama bapak elu? " tanya Adam.
"Nggak sih cuma dia itu mengharapkan gue jadi penerusnya gue nggak mau, gue lebih baik hidup seperti ini jadi tukang nasi goreng, tapi gue tenang" cerita Bara lagi.
"Tapi gue mohon elu jangan cerita kesiapa pun tentang identitas asli gue, karena itu bisa membahayakan nyawa lu sendiri" Bara memperingati.
"Oia elu jadian dong sama tongkol warteg? " tiba-tiba Bara tidak serius lagi.
Dan Adam hanya menggelengkan kepala nya saja.
"Nggak kan tadi udah gue bilang gue nggak suka sama cewe modelan begitu, buat elu ajah sana" Adam sedikit kesal.
"Idih... kaga la yaw... males amat gue sama tongkol warteg kalo dimakan bisa alergi gue kumat" Bara asal bicara.
Adam hanya tertawa kecil saja dia benar-benar tidak habis fikir dengan Bara yang seorang keturunan mafia, dan sikap nya bisa berubah 360° bila saat dirinya sedang marah dan terusik.
Bersambung.
Seminggu kemudian.
Hari ini di sekolah sedang sibuk karena sedang persiapan festival ulang tahun sekolah ada yang sibuk menyiapkan bazar, beberapa kelas mempersiapkan stand untuk berdagang di bazar, beberapa kelas ada yang memperjualkan hasil karya mereka.
Karena sekolah ini khusus sekolah kejuruan tata boga dan juga tata busana dan juga desain interior dan juga desain perhiasan,hingga beberapa kelas dari berbagai jurusan tersebut menampilkan hasil karyanya di bazar, seperti kelas desain busana dan juga desain perhiasan,mereka pun memamerkan hasil karya mereka di bazar sekolah mereka ini.
Selain itu juga ada aksi panggung untuk menghibur para siswa dan siswi juga para guru.
Dan siang ini saat sedang melakukan tes sound Bara dan anggota band nya sedang beraksi di panggung sebagai penghibur.
Sementara itu Nika dan teman-temannya, yang sedang berjalan-jalan di bazar sekolah melihat Bara yang sedang bernyanyi di panggung.
"Suara Bara bagus juga" puji teman Nika yang bernama Dhea.
"Ck bagus apanya biasa ajah" ucap Nika ketus.
"Aaa ayang Adam... " Nika histeris sendiri saat melihat Adam yang sedang berkeliling di bazar.
Nika langsung mendekat pada Adam dan menggelendot di lengan pemuda tersebut, Adam nampak risih dan dari atas panggung Bara melihat hal itu entah lagunya yang memang sangat pas sekali, Bara sedang menyanyikan lagu cinta monyet dari grup band terkenal, dan saat lirik lagu...
Oh padahal hatiku sering deg-degan
Saat ku dengan sih dia
Idih, masa cinta ini
cinta monyet!
Saat lirik lagu cinta monyet Bara menunjuk kearah Nika,
Adam hanya menepuk dahinya saja saat Bara melakukan hal konyol itu.
Sementara gadis itu langsung melotot kesal dan lebih kesal lagi saat Bara tersenyum mengejek kearahnya, dan karena kesal Nika langsung melemparkan sepatunya kearah panggung tepatnya kearah Bara.
Hap.
Tapi Bara berhasil menangkap sepatu mahal itu, dan dengan senyum mengejek.
"Woi... siapa yang mau sepatu butut nih" Bara langsung melemparkan sepatu itu ke sembarang arah hingga sepatu Nika mengudara dan mendarat di...
Plung.
Mendarat di kolam ikan.
"Waduuh ikan koi nya bisa pada mabok tuh gara-gara sepatu butut masuk situ" ledek Bara bahkan dia berbicara menggunakan mic di atas panggung.yang spontan bisa di dengar semua orang yang ada di sekolah tersebut, beberapa murid ada yang tertawa karena mendengar lelucon dari Bara termasuk Adam yang bahkan menggelengkan kepalanya karena kelakuan temannya itu.
Nika kesal dan menghentak-hentakan kakinya, dan berjalan kesal kearah panggung, Bara yang tahu dirinya akan menjadi amukan Nika pun langsung turun dari panggung dan melarikan diri.
"Mau lari kemana lu cowo miskin dan kurang ajar... " teriak Nika tapi Bara tak menghiraukan nya dan terus berlari.
Nika tidak tinggal diam dia pun terus mengejar Bara hingga akhirnya saat Nika ingin melempar sepatu yang satu lagi, Bara yang berlari di depan kolam ikan pun akhirnya terkena juga kepalanya oleh Nika.
Bletak.
"Hahaha rasakan itu cowo butek" geram Nika dia pun tak memperdulikan lagi sepatu nya yang sudah berenang di kolam ikan koi sekolah.
Bara melihat itu hanya terdiam saja.
"Dasar cewe nggak pernah bersyukur, ini kalo di jual lagi lumayan nih" Bara menatap sepatu Nika yang berada di tangannya dan dia pun mengambil pasangannya yang satu lagi di kolam ikan.
"Woi kecebong aer sepatu lu buat gue yak? mayan buat nambah uang jajan" teriak Bara pada Nika.
"Ambil ajah buat lu gue udah nggak butuh tu sepatu yang pasti nya udah terkontaminasi kuman dan kotoran dari tangan lu" ucap Nika angkuh.
Hingga keesokan harinya masih dalam rangka festival ulang tahun sekolah, saat Nika ingin menaruh buku nya di lokernya dirinya di kejutkan oleh sepasang sepatu yang kemarin seharusnya di bawa oleh Bara namun saat ini sepatu itu berada di dalam lokernya dan terlihat seperti baru.
Tak lama Bara pun datang ke lokernya yang memang letaknya tak jauh dari loker Nika. Nika sempat terkejut saat melihat di saku belakang celana Bara dari sana terlihat sedikit kain yang sama persis dengan yang membalut lukanya tempo hari.
Dan tak lama Adam menyusul Bara ke lokernya.
"Cup... dicariin Dewi sama Bulan tuh mereka keteteran di stand banyak yang minta nasi goreng lagi" Adam memberitahu Bara.
"Oh woke chef Bara Pratama akan beraksi lagi" ucap Bara dengan percaya dirinya.
Dan tanpa dia sadari Bara langsung mengeluarkan slayer batik yang telah sobek sebagian dan langsung di ikatkan di kepalanya, dan itu semakin membuat Nika membelalakan matanya.
Bara berjalan dengan Adam tapi langkah kaki Adam terhenti ketika Nika memanggilnya.
Bara yang tahu sahabat nya ini mempunyai fans fanatik pun akhirnya pergi terlebih dahulu, karena teman-temannya lebih membutuhkan bantuannya dari pada harus meladeni kecebong aer, begitu lah fikiran Bara.
"Adam... boleh gue tanya sesuatu? " tanya Nika ragu.
"Ya silahkan tanya ajah" jawab Adam santai.
"Itu yang di pakai Bara di kepalanya? " pertanyaan Nika terputus.
"Iya itu milik dia" Adam memberitahu.
"Jadi yang menolong gue itu siapa sebenarnya? " tanya Nika dia berharap dugaannya salah.
"Ya pemilik slayer itu dan bukan gue" jelas Adam.
Nika seolah terhempas kelautan dirinya tak percaya kalau orang yang menolongnya itu adalah Bara dan bukan Adam.
Lutut Nika seolah lemas saat tahu kebenaran yang terjadi, dia lalu melihat kedalam lokernya lagi dan melihat sepatu miliknya yang sudah berada disana.
Dengan perasaan kecewa Nika langsung mengambil sepatu itu dan membuangnya di tempat sampah, dia sama sekali tidak terima kenyataan bahwa Bara lah yang menolongnya.
Sambil menangis dirinya menatap bekas luka di pergelangan tangannya, kekesalan seolah sangat menyakitkan hatinya.
"Kenapa kenapa dia kenapa bukan Adam hiks... hiks... "Nika menangis pilu tak menerima kenyataan yang memang sudah terjadi.
" Kalo gue yang nolongin elu mungkin elu udah bukan elu lagi Nika... Bara berusaha nyelametin kehormatan dan harga diri elu dari para geng itu, dia berusaha sendirian waktu itu, dan langsung ngebawa elu kerumah sakit dan disana lah gue baru lihat keadaan elu tapi Bara udah nggak ada dia hanya ninggalin robekan slayer kesayangan dia di pergelangan tangan lu"Adam menceritakan kisah sebenarnya.
"Bohong... semua ini bohong kan? si lusuh itu nggak mungkin sehebat itu, gue benci dia kenapa orang yang gue benci yang nolongin gue kenapa bukan orang yang gue suka hiks... hiks... " Nika masih tak Terima kenyataan.
"Tapi itulah kenyataan nya, dan satu saran gue sebaiknya elu jangan terlalu ngebenci seseorang karena Tuhan maha membolak-balikan hati, hari ini elu benci banget sama dia tapi nggak tahu besok atau lusa bisa-bisa elu bucin sama dia" Adam mencoba menasehati.
"Nggak nggak mungkin benci ya tetap benci mana bisa berubah menjadi cinta Adam" bentak Nika.
"Terserah gue ke stand dulu ya Nik, kalo bisa itu sepatu jangan di buang kasih ajah sama yang membutuhkan" ucapan Adam sebelum meninggalkan Nika sendirian.
Nika lalu mengambil sepatu yang sudah dia buang di tempat sampah dan malah menaruhnya di loker Bara.
Dengan pesan yang dia tulis di secarik kertas.
Gue nggak butuh sepatu butut ini lagi! 😡
Bersambung.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!