NovelToon NovelToon

My Ex-Husband Is A Spy "Love & Conspiration"

Bertemu Kembali

Tok... Tok...

"Permisi Pak. Apakah bapak mencari saya?" Tanya Seorang wanita bertubuh mungil saat membuka sebuah ruangan.

Pria paruh baya yang sedang duduk di meja kerja itu kemudian tersenyum.

"Masuklah Sarah. Ada tugas yang ingin ku berikan padamu." Ucap pria yang ternyata merupakan pemilik hotel luxury,Pak Alex.

Sarah melangkah memasuki ruangan dan segera mengambil posisi duduk dihadapan pria paruh baya tersebut.

"Maaf Pak. Kalau boleh tau, tugas apa yang harus saya kerjakan? Sehingga bapak langsung yang menyampaikan pada saya."

"Saya ingin kamu mempersiapkan pesta pernikahan paling mewah dan berkesan untuk Rachel putri saya. Pastikan ini menjadi pesta pernikahan yang termegah di hotel ini. Saya rasa dengan pengalamanmu selama 5 tahun bekerja disini, maka sudah selayaknya saya mempercayakan acara penting ini padamu."

Sarah merasa senang dengan kesempatan yang diberikan padanya. Namun, Ia juga merasa gugup dan cemas apabila nantinya acara itu tidak bisa terselenggara sesuai kemauan dari pemilik hotel tersebut.

"Baik pak. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menyukseskan acara pernikahan putri bapak. Sebelumnya saya mengucapkan selamat atas rencana pernikahan putri bapak."

"Terima kasih Sarah. Acaranya akan di gelar 2 minggu lagi. Jadi mulai hari ini, kamu sudah bisa mempersiapkan segala hal terkait pernikahan mulai hari ini. Dan juga sebentar lagi putri dan calon menantu saya akan datang ke sini. Kalian bisa berbincang mengenai konsep yang mereka inginkan.

Baru selesai Pak Alex berbicara. Tiba-tiba handle pintu ruangan itu terbuka.

"Daddy..." Ucap seorang wanita berambut bob pendek berwarna burgundy yang berlari memeluk Pak Alex.

"Halo Princess... Mana calon suamimu?"

"Dia akan menyusul ke sini 1 jam lagi. Jadi aku lebih dulu datang ke sini Daddy." Ucap Rachel sumringah.

Pandangan Sarah tidak lepas dari Rachel. Wajah imut dan cantik serta tubuh ramping ideal, menjadikan Rachel bak boneka hidup.

Pak Alex mengalihkan pandangannya pada Sarah yang masih kagum menatap Rachel.

"Oh iya. Perkenalkan ini Sarah. Dia manager event terbaik di hotel ini. Dia yang akan membantumu mengurus pernikahan kalian."

Rachel langsung melepas pelukannya pada Pak Alex. Ia mengulurkan tangannya pada Sarah.

"Halo aku Rachel. Mohon bantuannya untuk membuat pernikahan kami menjadi yang paling indah dan megah di tahun ini."

Sarah tersenyum mendengar ucapan Rachel. Ia meraih tangan Rachel untuk membalas salamnya.

"Daddy, kalau begitu aku ajak Sarah mengobrol di cafe hotel saja biar lebih nyaman."

"Silahkan Princess..."

"Ayo Sarah..."

"Baik Nona. Pak Alex saya permisi dulu."

Pak Alex hanya menganggukan kepalanya pelan.

Di Cafe Hotel

"Nona Rachel. Apa sudah terpikirkan konsep apa yang ingin anda gunakan dalam pernikahan anda?"

"hmm... Belum ada. Aku ikut saja dengan konsepmu Sarah. Lagian calon suamiku juga pasti setuju."

"Wah beruntung sekali Nona, bisa mendapat calon suami yang begitu pengertian."

Sarah kembali tersenyum.

"Ya dia memang pria yang baik. Makanya aku langsung setuju saat Daddy menjodohkanku dengan dia. Nanti kau akan lihat sendiri betapa tampan wajah calon suamiku itu."

Disaat bersamaan, seorang pria bertubuh atletis dan berwajah tampan menghampiri Rachel dan Sarah yang sedang berbincang.

"Hai Honey. Ayo duduk sini. Perkenalkan ini sarah yang akan mengurus pernikahan kita."

Sarah dan Thomas kaget saat saling bertatapan sambil mengulurkan tangan mereka.

Jantung keduanya serasa berhenti. Suasana berubah menjadi sangat canggung.

"Apa kalian berdua saling mengenal?" Tanya Rachel penasaran.

Sarah langsung berpura-pura tidak mengenal Thomas.

"Tidak Nona, saya tidak mengenalnya. Saya baru pertama melihatnya." Bantah Sarah.

"Halo Tuan, saya Sarah yang akan membantu mengurus semua keperluan untuk persiapan pernikahan kalian." Ucap Sarah sambil kembali mengulurkan tangan pada Thomas.

"Saya Thomas." Jawab Thomas sambil menyambut tangan Sarah.

Keduanya masih terdiam terpaku. Pandangan keduanya mengisyaratkan rindu yang sudah terpendam lama. Namun tidak bisa mereka lepaskan saat ini karena situasinya sudah berbeda.

Thomas memang sangat merindukan Sarah. Bahkan setiap akan tertidur, Ia selalu menangis dan memandangi potret Sarah yang menjadi wallpaper ponsel miliknya. Ia ingin bertemu Sarah, namun belum memiliki kesempatan.

Takdir dan waktu menuntun mereka bertemu kembali saat ini dengan kondisi berbeda. Penampilan Sarah kini berbeda jauh dengan saat terakhir bersama Thomas. Jika dulu rambut panjangnya dibiarkan lurus dan berwarna hitam alami. Kini Ia mengubah warna rambutnya menjadi coklat. Bahkan potongan rambutnya juga lebih fresh dan tampilan pakaian kerja yang membuatnya makin modis dan elegan. Membuat Thomas cukup lama mengagumi kecantikan Sarah.

Ia tak habis pikir jika Tuhan mengabulkan doanya agar bertemu Sarah, tapi dengan plot-twist yang rumit seperti ini. Pasti Sarah akan makin membencinya.

Sarah memandangi setiap inchi wajah Thomas. Belum ada yang berubah dengan wajah dan tubuh Thomas. Ia malah nampak lebih gagah dengan setelan jas yang sangat sesuai di tubuhnya.

Sentuhan tangan mereka saat bersalaman membuat jantung Sarah berdetak cepat.

"Benarkah ini kamu sayang? Suami yang aku rindukan dan aku cari hingga rasanya aku mau mati. Tapi kenapa kamu mau menikah dengan wanita lain? Inikah alasanmu meninggalkanku dulu?" Gumam Sarah dalam hati.

Rachel memisahkan tangan mereka dengan segera.

"Hei cukup. Kalian berdua bersalaman terlalu lama."

Sarah segera tersadar dan kembali duduk.

"Maafkan saya Nona. Saya tidak bermaksud apapun. Saya hanya rindu dengan mendiang suami saya yang meninggal 7 tahun lalu, karena wajahnya sangat mirip. Bahkan namanya juga sama."

Thomas hanya bisa menelan salivanya saat Sarah menganggap bahwa Ia telah meninggal.

"Apa dia betul-betul tidak tau kalau aku ini suaminya? Atau dia hanya berpura-pura di depan Rachel."Gumam Thomas dalam hati.

Sarah mendengkus kesal.

"Baiklah aku paham. Aku turut berduka untuk suamimu. Tapi jangan pernah bermimpi bisa merebut calon suamiku. Karena aku yang akan segera menikahinya. Paham?" Tegas Sarah.

"Cih... Apa maksud nona muda ini bilang aku tidak boleh merebutnya. Bahkan dia masih suamiku. Walaupun kami tidak mendaftarkan pernikahan kami. Namun di hadapan Tuhan, aku masih istrinya. Dan aku berhak atas dia. Tapi karena dia sudah meninggalkanku. Anggaplah jika kami sudah berpisah dan dia adalah mantan suamiku." Sarah hanya dapat meluapkan kekesalannya dalam hati.

Ia mengatur nafasnya perlahan agar dirinya kembali tenang.

"Saya paham Nona. Saya tidak mungkin berani mengambil milik Nona."

"Maafkan saya Nona Rachel dan Tuan Thomas." Ucap Sarah sambil menundukan wajahnya dihadapan Rachel dan Thomas.

Thomas menatap Sarah dengan tatapan yang penuh arti. Rasanya ingin sekali mendekap wanita itu dalam pelukannya. Ia ingin menumpahkan segala rindu yang sudah tertahan selama 7 Tahun ini.

"Maafkan aku Sarah. Andai kamu tau alasan aku meninggalkanmu dulu dan kenapa aku harus menikahi Rachel sekarang. Hanya kamu satu-satunya wanita yang aku cintai sejak dulu hingga saat ini. Semoga suatu saat kamu bisa mengerti kalau aku melakukan ink semua demi kebaikanmu sayang." Lirih Thomas dalam hati.

...----------------...

Bersambung ke Bab Selanjutnya

Rahasia 7 Tahun Lalu

Flashback On

"Apa kalian yakin akan menikah? Mengapa tidak ada satupun keluarga yang hadir hari ini?" Tanya seorang pendeta yang akan menikahkan mereka.

"Kami berdua sudah yatim piatu sejak kecil. Maka dari itu, kami menikah agar kami bisa memiliki keluarga baru dan saling menjaga satu sama lain." Jawab Thomas.

Pendeta itu akhirnya bersedia menikahkan mereka. Tidak ada gaun pernikahan dan tuxedo. Pengantin wanita hanya mengenakan dress putih selutut dan sepatu kets. Sementara mempelai pria hanya menggunakan kemeja putih yang digulung lengannya dipadukan dengan celana jeans berwarna navy serta sepatu kets.

"Thomas Dixie Ivander, apakah kamu bersedia menerima Sarah Ziporra Shalomina sebagai istrimu dalam keadaan apapun dan mencintainya seumur hidup?"

"Ya saya bersedia."

"Sarah Ziporra Shalomina, apakah kamu bersedia menerima Thomas Dixie Ivander sebagai suamimu dalam keadaan apapun dan mencintainya seumur hidup?"

"Ya saya bersedia."

"Dengan ini kalian sah menjadi suami-istri. Silahkan bertukar cincin dan mencium pengantin wanitamu."

Thomas mengeluarkan kotak cincin dan dari saku celana jeansnya dan mereka saling memasangkannya di jari manis masing-masing.

Kehidupan pernikahan mereka berlangsung dengan bahagia. Thomas bekerja sebagai security di sebuah pusat perbelanjaan di kota Macau, sementara Sarah bekerja sebagai part time di sebuah cafe yang juga ada di pusat perbelanjaan itu. Sehingga mereka sering berangkat kerja dan pulang kerja bersamaan.

2 Tahun kemudian.

Ponsel Thomas berbunyi saat jam masih menunjukkan pukul 2 pagi. Ia berusaha terbangun dari ranjang dan meraih ponselnya.

Charlie : "Regu Red Snipper sedang berusaha melacakmu dan identitas istrimu. Jauhkan dia darimu sebelum membahayakan nyawanya. Aku sudah mengirim Valery dan jet pribadiku ke sana. Kau segera berkoordinasi dengan Valery saja."

Thomas mengacak rambutnya. Ia sangat frustasi. Kehidupan nyamannya selama 2 tahun ini harus terusik. Ia tidak tega meninggalkan wanita kesayangannya itu. Tapi demi keselamatan wanita itu, Ia rela pergi meninggalkannya.

Pukul 9 pagi Sarah terbangun. Ia melihat 2 buah koper sudah ada di dekat ranjang. Ia mencari keberadaan Thomas.

"Sayang... Kamu dimana?" Sarah sibuk mengelilingi rumah mencari suaminya.

Ia tidak mendapati juga keberadaan Thomas di rumah itu. Pandangannya teralihkan dengan sarapan yang sudah tertata rapi di atas meja makan. Sarapan ala american breakfast lengkap, mulai dari nasi goreng, sosis dan ham, omelet serta susu.

Karena perutnya sudah sangat lapar, Ia memilih menyantap sarapan terlebih dahulu. Tak berapa lama wajahnya langsung tersenyum kala melihat Thomas baru kembali dari jogging.

Tampilan Thomas yang mengenakan kaos tanpa lengan sehingga menampakan otot tangan yang terlihat begitu kekar. Ditambah keringat yang membasahi tubuh Thomas makin menambah kesan Manly. Di tangannya ada seikat bunga mawar putih.

"Ini buat kamu sayang. " Ucap Thomas yang baru memasuki halaman rumah dan menghampiri Sarah di meja makan.

Sarah menerima bunga itu dan mencium aromanya dengan wajah gembira.

"Kamu suka?"

Sarah mengangguk.

"Ini kamu yang siapin sarapannya sayang?"

Thomas mengangguk sambil tersenyum.

"Iya. Enak gak sayang?"

"Enak banget. Besok masakin aku lagi ya."

Thomas terdiam sesaat sambil tersenyum dan mengusap kepala Sarah.

"Oh ya, kok ada koper di kamar? Kamu mau pergi ke mana?"

Thomas masih mengulas senyum di wajahnya.

"Kita yang pergi. Katamu kamu ingin mengunjungi sepupumu di Singapura. Ada temanku yang juga kebetulan kesana. Jadi kita menebeng jet pribadinya."

Sarah pun memeluk Thomas. "Terimakasih sayang. Aku bahagia sekali."

Thomas tak hentinya mengecup puncak kepala Sarah. Ia rasanya tidak rela berpisah dengan istrinya. Namun, semakin lama Ia menahan Sarah disampingnya, maka semakin berbahaya pula nyawa Sarah nantinya. Dengan berat hati, Ia harus melepaskannya.

*

Setelah bersiap, keduanya menuju bandara dan di sambut oleh rekan Thomas, Valery.

"Halo Sarah. Kenalkan aku Valery, teman Thomas." Sapa Valery sambil mengulurkan tangannya.

"Halo Valery, aku Sarah. Terima kasih banyak sudah mengizinkan kami menumpang bersamamu." Jawab Sarah.

Valery tampak bingung dengan ucapan Sarah. Entah apa yang sudah di katakan oleh Thomas tentang dirinya pada Sarah. Pasalnya pesawat jet pribadi itu bukan miliknya. Melainkan milik Charlie, pimpinan mereka.

Thomas memberikan kode dengan matanya dan akhirnya Valery memahaminya dengan menganggukan kepalanya.

"Naiklah sayang. Aku akan segera menyusul." Ucap Thomas.

"Kenapa kamu tidak naik bersamaku Thomas? Aku takut."

"Tenanglah Sarah, kita berangkat bersama. Hanya beda pesawat. Nanti kita tiba di sana juga bersamaan."

Dengan berat hati Sarah masuk ke jet pribadi dihadapannya.

Thomas terus menatap ke arah pesawat jet itu hingga menghilang dari pandangannya.

"Jaga dirimu baik-baik sayang. Maafkan aku jika harus meninggalkanmu. Aku tidak bisa menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Kau boleh membenciku dan tidak memaafkanku, asalkan kau tetap hidup dan bahagia. Biarlah nanti saat aku merindukanmu, aku akan melihatmu dari jauh tanpa kau sadari. Aku sangat mencintaimu Sarah. Maka dari itu aku melepaskanmu. Carilah kebahagiaanmu, cepat lupakan aku agar tidak membuatmu sedih. Sampai jumpa Sarah."

Setelah memastikan Sarah sudah aman, Thomas segera menaiki pesawat jet di hadapannya untuk menuju ke markas yang ada di Hongkong.

...----------------...

Bersambung ke Bab Selanjutnya

Pergi Meninggalkan

Sarah nampak gelisah selama dalam perjalanan menuju ke singapura.

Valery merasa iba melihat Sarah. Ia tidak tega membohongi Sarah. Tapi seperti yang sudah dijelaskan oleh Thomas sebelumnya, mau tidak mau Ia ikut dalam skenario ini.

Sarah mengalihkan pandangannya pada Valery yang duduk di kursi seberang.

"Valery..." Panggilnya lembut.

Valery langsung tersentak dari lamunannya dan mengalihkan pandangannya pada Sarah.

"Iya...Ada apa Sarah?" Jawab Valery.

Dengan ragu-ragu Sarah menanyakan pertanyaan yang masih mengganjal di hatinya.

"Hmmm... Aku cuma mau bertanya, kenapa Thomas tidak ikut ke pesawat ini dan naik di pesawat berbeda?"

Akhirnya pertanyaan yang sudah diduga Valery pun keluar dari mulut Sarah. Beruntung Sarah sudah menyiapkan jawaban sejak Ia dimintai tolong oleh Thomas sebelumnya.

Walaupun jawabannya ini terdengar sangat konyol.

Valery tersenyum.

"Apa kau lihat di pesawat ini ada laki-laki?"

Sarah mengamati sekitar, memang benar semua pengawal yang turut ikut disana adalah perempuan.

"Aku tidak bisa berada dekat dengan laki-laki. Aku alergi dan sedikit phobia. Bahkan pilot dan co pilot yang menerbangkan jet ini juga wanita."

Valery mencoba menahan tawanya. Wajahnya sampai memerah karenanya.

Sarah masih mencerna kata-kata Valery.

"Aku baru tau jika ada alergi dan phobia terhadap laki-laki. Apakah kamu sudah lama mengalaminya?" Tanya Sarah dengan wajah polos.

Valery hanya mengangguk. Ia tidak sanggup meladeni pertanyaan konyol Sarah.

Alergi dan phobia laki-laki. Tentu saja tidak, malah Valery mengalami sebaliknya. Hasratnya terhadap laki-laki sangat tinggi. Ia bahkan sampai menyewa beberapa laki-laki untuk menemaninya saat Ia butuh.

"Ini semua gara-gara Thomas. Aku sampai tidak kepikiran hal lain dan terpaksa mengatakan hal konyol ini. Semoga saja suatu saat nanti, Sarah tidak memergoki aku saat sedang bersama banyak laki-laki." Gumam Valery dalam hati.

Setelah mengudara selama hampir 2 jam, mereka mendarat di bandara di singapura.

Sarah terlihat sangat senang dan bersemangat karena akan segera bertemu dengan Thomas. Sepanjang perjalanan, Ia tidak bisa berhenti memikirkan Thomas. Ia segera menuruni tangga pesawat jet itu.

Pandangannya mengedar ke sekeliling mencari keberadaan pesawat jet lain yang membawa Thomas. Namun Ia tidak mendapati apapun. Ia kembali berjalan menghampiri Valery.

"Valery... Dimana pesawat jet yang tadi berangkat bersama kita? Apa belum sampai?" Tanya Sarah dengan wajah yang panik.

Valery segera merogoh ponsel di kantongnya.

"Sebentar biar aku hubungi orangku yang ada di bandara sana."

Sarah menunggu dengan sabar hingga Valery menyelesaikan pembicaraannya melalui ponsel.

"Bagaimana Valery?"

"Pesawat mereka tadi sempat rusak dan baru sekitar 15 menit berangkat menuju kesini dengan pesawat lain. Kita hanya bisa menunggu mereka tiba di singapura."

Wajah Sarah masih tampak muram. Ia belum bisa merasa tenang bila Thomas belum tiba disana.

Melihat hal itu, Valery turut merasa bersalah karena Ia sebenarnya mengetahui hal yang terjadi pada Thomas saat ini.

"Sarah. Tadi aku dititipi pesan dari Thomas untuk mengantarmu ke rumah sepupumu. Ia akan langsung menemuimu disana setelah tiba nanti."

"Tapi aku mau menunggunya disini saja Valery."

Valery menghela nafasnya.

"Kamu mau nunggu sampai besok pun dia tidak akan sini Sarah." Gumam Valery dalam hati.

"Jangan begini Sarah. Disini tidak ada yang mengawasimu. Dan Thomas akan marah padaku jika meninggalkanmu disini. Ayolah. Biar aku mengantarmu ke tempat sepupumu, agar aku juga bisa tenang meninggalkanmu disana."

Sarah memikirkan ucapan Valery. Ia terpaksa menyetujui usulan Valery.

Mobil mewah milik Valery akhirnya berjalan meninggalkan bandara. Sepanjang perjalanan, Sarah hanya mengarahkan pandangannya ke arah jendela dan diam.

Valery memotret Sarah secara diam-diam dan mengirimkannya pada Thomas.

"Lihatlah, belum sehari kamu meninggalkannya, tapi dia sudah hancur begini. Sejak tadi tidak berhenti menanyakanmu. Aku tidak tega lagi membohonginya."

Sementara itu.

Di Hongkong

Thomas masih berada di markas tempatnya bekerja. Ia membuka pesan dari Valery. Matanya tidak mampu menahan air mata saat melihat potret Sarah yang dikirim Valery.

Pimpinan yang berjalan di depan ruangan, tidak sengaja melihat Thomas menangis pun segera menghampirinya.

"Are you okay?" Tanya Charlie pada Thomas.

Namun Thomas hanya menggelengkan kepalanya.

"Charlie, bisakah aku mengundurkan diri? Aku hanya ingin hidup normal seperti yang lain dan hidup bahagia dengan istriku."

Charlie mengambil posisi duduk di sebelah Thomas.

"Aku juga pernah ada di posisimu. Apa kau tidak ingat, jika dulu aku pernah mengundurkan diri dari sini? Lalu aku kehilangan istriku dan aku tetap terpaksa kembali ke sini." Ucap Charlie sambil tertunduk.

"Dengarkan aku Thomas. Bergabung disini adalah kontrak seumur hidupmu. Kamu tidak akan bisa hidup tenang bahkan saat kamu keluar dari sini. Hanya kematian yang bisa membuatmu tidur dengan nyaman. Aku tau jika kamu sangat mencintai istrimu. Dan tindakan meninggalkannya sudah tepat. Biarkan dia hidup dengan tenang dan bahagia. Kamu masih bisa bersyukur nanti saat masih bisa melihatnya dari jauh. Tidak seperti aku yang sudah tidak dapat berjumpa dengan istriku. Kalau saja dulu aku tidak egois dan melepaskannya, mungkin sekarang aku masih bisa melihatnya dari jauh. Walaupun dia mungkin akan bahagia dengan laki-laki lain." Sambung Charlie.

Thomas menyeka air matanya. Ucapan Charlie memang benar sepenuhnya. Ia tidak dapat egois, Ia juga harus memikirkan keselamatan Sarah. Biarlah nanti Ia sesekali akan menegok Sarah dari jauh untuk melepas rindunya. Tapi bagian terberatnya adalah Ia tidak mungkin bisa rela jika Sarah dimiliki laki-laki lain.

*

Setelah 40 menit perjalanan, mobil sedan mewah milik Valery tiba di depan sebuah rumah sederhana bernuansa klasik.

"Apa benar ini rumahnya, Sarah?" Tanya Valery memastikan.

"Benar Valery, terima kasih sudah mengantarku kemari."

"Tidak masalah Sarah, kau istri dari temanku. Jadi kau juga menjadi temanku."

Sarah tersenyum dan keluar dari mobil itu.

Valery ikut turun. Ia memeluk erat Sarah.

Sarah yang mendapat pelukan tiba-tiba menjadi bingung. Namun Ia membalas pelukan Valery.

"Jadilah kuat Sarah. Semoga nanti kita bertemu lagi."

Belum sempat Sarah menjawab, Valery buru-buru berlari menuju mobilnya sambil melambaikan tangan pada Sarah.

Di dalam mobil Ia langsung meneteskan air mata.

"Thomas bodoh. Sudah kubilang sebelumnya, jangan jatuh cinta. Pekerjaan kita akan membahayakan nyawa orang yang kita sayang." Maki Valery.

Sarah membunyikan bel yang ada di samping pintu.

Seorang wanita seumuran dengannya membuka pintu. Ia kaget melihat Sarah.

"Sarah? Kau kah itu? Kemana saja kau? Aku sangat frustasi mencarimu!" Ucap wanita bertubuh berisi dan berwajah blasteran itu.

Sarah langsung memeluknya.

"Ya ini aku Kelly. Aku juga rindu padamu, makanya aku datang ke sini."

Keduanya cukup lama berpelukan melepas rindu.

"Masuklah dan mari kita bercerita sambil makan siang. Kebetulan aku baru selesai memasak." Ajak Kelly.

Sepanjang menyantap hidangan yang di sajikan Kelly, keduanya asik bercerita.

"Apa? Kau sudah menikah? Kenapa tidak mengabariku? Aku akan datang dimanapun itu." Ucap Kelly kaget.

"Maafkan aku Kelly, Semua terjadi begitu saja. Aku bahkan tidak sempat untuk mengabari. Tapi sebentar lagi suamiku akan ke sini. Dia sedang dalam perjalanan di pesawat."

Sarah tetap menunggu Thomas. Berkali-kali pesan alamat rumah sepupunya agar Thomas bisa segera menghampirinya.

Hingga hampir tengah malam juga belum ada kabar dari Thomas dan akhirnya Sarah terlelap.

Keesokan paginya, Sarah kembali gelisah. Ia menghubungi Thomas berkali-kali dan tetap tidak ada jawaban. Ia ingin mencari Thomas, tapi Ia tidak tau harus kemana. Ia juga tidak memiliki satupun kontak teman Thomas. Bahkan Ia lupa minta kontak Valery kemarin.

Ia hanya bisa menangis sejadi-jadinya.

"Kamu dimana sayang? Apa kamu baik-baik saja? Tidak mungkin kamu meninggalkanku kan?" Lirih Sarah dalam hati.

...----------------...

Bersambung ke Bab Selanjutnya

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!