Suara kicauan burung bernyanyi mengiringi bunyi alarm, saat aku membuka mata di pagi hari ini, pagi yang cerah nan indah. Pagi ini aku terbangun, aku bergegas bersiap mengambil handukku menuju kamar mandi di kamar. Setelah selesai aku keringkan rambutku, bersiap ‘tuk pergi ke kosan, lalu ke Rumah Sakit. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 8 lewat, ahh sial aku terlambat!!
Ternyata aku salah pasang jam di alarmku. Terburu-buru, mengambil handphone di meja rias dan segera memesan taksi. Menuruni anak tangga demi anak tangga.
“Nak, kau sudah siap? Ayo sarapan.” Tanya seorang wanita dari lantai bawah.
“Maaf Bu, aku terlambat pergi.” Aku langsung pergi melewatkan sarapan, mencium tangan ibu dan ayahku, terburu-buru pergi keluar rumah, melewati gerbang rumah terlihat sebuah mobil taksi sudah menunggu.
Aku menaiki mobil dan menunjukkan alamat tujuanku. Aku berangkat dari rumah orang tuaku bukan dari kostku. Aku tidak menyangka akan terlambat seperti ini, salah pasang jam alarm itu salah satu kecerobohanku. Aku tidak sempat sarapan dan pergi ke kostku, aku langsung berangkat ke Rumah Sakit saja.
Sampai di tujuanku, terlihat petugas yang sudah sibuk menangani orang-orang sakit dan terluka. Suara decitan ranjang pasien terus berdatangan di IGD ini tanpa hentinya. Sibuk sekali.
Aku yakin hari ini, akan menjadi hari panjang yang harus ku lewati. Aku memakai setelan jas putihku, segera membantu dokter dan perawat menangani pasien. Banyak pasien berdatangan hari ini, dengan bermacam-macam keluhan mereka. Aku berusaha memberikan bantuan yang bisa kulakukan untuk petugas kesehatan di Rumah Sakit ini menangani pasien disini. Lelah, ya memang, tapi aku ingin cepat menyelesaikan pendidikan dokterku ini.
Oh ya.. perkenalkan namaku Shinta, aku mahasiswi kedokteran yang sedang menempuh program profesiku, masa sebagai koas di Rumah Sakit Satya Medika dekat kampusku, Universitas Kencana, salah satu Universitas Swasta terkenal di daerah ini. Aku mempunyai seorang kekasih, bernama Aldo, dia juga sama denganku sedang menjalankan masa program profesinya di Rumah Sakit ini.
Hubungan kami ini rahasia, Aku meminta hubungan kami ini menjadi hubungan yang di rahasiakan karena pasti banyak orang yang tidak akan percaya akan hal ini, secara Aldo ini merupakan salah satu orang yang sangat terkenal di kampusku dan orang yang sangat berpengaruh untuk kampusku.
Tadinya dia tidak setuju dengan apa yang ku minta itu tetapi aku memaksanya untuk menyembunyikan hubungan ini karena aku takut hal ini akan mempengaruhi pandangan orang-orang dimana dia hanya mencintai seorang gadis yang biasa sepertiku. Kami merencanakan perjalanan kisah cinta yang romantis, tapi kenyataannya untuk merealisasikan kisah cinta itu tidak mudah, banyak cobaannya ya ternyata.
Jujur waktu pertama kali aku melihat dia aku sudah jatuh hati padanya, tapi aku sadar aku tidak mungkin bisa memilikinya bahkan mendekatinya saja sudah tidak mungkin. Aldo itu, memiliki tubuh yang di idamkan seluruh wanita menurutku, ya dia tampan dan memiliki tubuh yang cukup tinggi, terlihat seperti orang baik tapi suka sekali bercanda, sayang aku sering melihatnya bergonta-ganti pasangan, katanya dia juga egois, keras kepala. Wanita yang dekat dengannya cantik-cantik terlihat bukan sekedar wanita biasa saja seperti aku, mereka anak-anak orang berpengaruh di tempat kami kuliah ini.
Mereka berbeda denganku, selesai kuliah mereka suka jalan-jalan nongkrong dengan temannya, aku tidak, biasanya setelah selesai kuliah aku langsung pulang ke rumah atau kostku jika tidak ada urusan lagi di kampus, aku orang yang lumayan aktif berorganisasi, temanku cukup lumayan banyak tapi hanya beberapa yang biasanya dekat sekali denganku, kalau tidak ada hal penting untuk keluar aku akan menjadi anak rumahan yang lebih senang menghabiskan waktuku di taman rumahku atau bermain dengan adikku. Cukup cerita tentangku, kita lanjut lagi.
Ya.. tapi mungkin ini yang dinamakan takdir kali ya, aku tidak menyangka waktu itu, sekitar 1 bulan yang lalu, waktu dimana kampus kami sedang mengadakan acara makan-makan angkatan, dia dengan berani mengungkapkan perasaannya ketika aku sedang sendirian di taman. Di situ aku menganggap ini hanyalah candaannya saja, karena dia terkenal suka memainkan perasaan wanita. Walau aku tahu dia seperti itu, yang namanya perasaan tidak bisa menolak kan? Aku memang termasuk orang yang mudah terhasut.
“Shinta, kamu sendirian? Mana temanmu?
“ Tanya seorang laki-laki mendekatiku yang duduk di sebuah taman.
“Aku sendiri, menunggu temanku yang ada di dalam. Kamu sendiri ada apa ke sini?” jawabku dengan acuh.
“Aku ingin menemani kamu, sedih melihatmu sendiri saja. Ada yang ingin aku bicarakan juga. Apa boleh?”
“Setelah bicara, lekaslah pergi. Jangan membuat orang lain salah paham.” Pintaku.
“Maukah kamu menemaniku sampai kita sudah berada di alam yang berbeda? Aku mencintaimu.” Mendengar kalimat pertanyaan itu aku menoleh ke arahnya.
“Mengapa kau menyukaiku? Sampai-sampai kau menginginkanku? Kau sedang menggodaku?” Tanyaku tidak percaya.
“Karena kamu berbeda dengan perempuan lain yang pernah aku kenal.” Jawabnya. “Kamu itu mengingatkanku kepada salah seorang wanita yang paling aku sayang, dimana dia sudah tidak disisiku lagi” Sambungnya.
“Siapa? Apa salah satu mantan kekasihmu?”
“Kau akan tahu setelah bersamaku”
“Aku tidak mau menjadi kekasihmu, kamu bukan orang sembarangan di sini. Aku sama kamu itu seperti air dan api yang tidak bisa bersatu, aku air yang kapan saja bisa memadamkan apa yang kau miliki saat ini. Pasti orang tuamu akan melakukan hal yang entah kita tidak tahu akan seperti apa nantinya”
“Oke, padamkan saja apa yang aku miliki saat ini, asalkan kamu bisa terus berada di sampingku sampai maut memisahkan kita, dengan kata lain kamu akan menjadi milikku selamanya sebagai pengganti hilangnya semua yang aku miliki”
“Seharusnya kamu mencari wanita yang lebih cocok untukmu, bukan seperti aku, yang hanyalah wanita biasa.” Dengan berani aku menolaknya. Dan beranjak pergi meninggalkannya dengan perasaan menyesal tentunya.
Aku kembali masuk ke gedung acara, meninggalkan dia sendirian di taman. Aku mau menerimanya, aku senang bila bersamanya, tapi aku berpikir panjang, kami berbeda, itu tidak mungkin. Aku pergi ke meja minuman, mengambil sebuah minuman, aku asal ambil saja karena terlihat enak. Hah.. Untung minumannya tidak mengandung alkohol. Melihat orang-orang yang tertawa sambil mengobrol bersama lawan bicaranya masing-masing, melihat itu aku hanya ikut tersenyum. Aku suka acara ini, tapi temanku tidak di sampingku, karena sibuk dengan urusannya sendiri.
Ternyata acara penting kami yang sudah berlangsung dari sore itu sudah selesai, tapi masih banyak orang yang asyik mengobrol, tadinya aku akan pulang sebelum jam 11 malam tetapi aku tidak enak karena teman satu kostku, Kinan, masih mengobrol. Aku datang bersamanya, masa aku pulang duluan dan meninggalkannya.
Aku baru sadar sekarang sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, aku menghampiri Kinan yang masih asyik sedang mengobrol dengan kekasihnya, Dimas. Kinan, sahabat baikku, sahabat terbaik, menerima aku walaupun dia termasuk ke dalam orang-orang berada, tapi dia pendengar yang baik, orang terpintar yang pernah aku kenal, hanya saja dia dengan Dimas sangat-sangatlah bucin, tidak bisa dipisahkan dengan mudah kalau sudah bertemu, pasti karena mereka sudah menjalin hubungannya dari SMA sampai sekarang kuliah di jurusan dan universitas yang sama.
Mereka tidak pernah bosan memperlihatkan kedekatan mereka dengan orang di sekitarnya, aku iri, cemburu, tapi ya sudahlah itu hubungan mereka. Oh ya, Dimas, Dimas sepertinya orang yang baik, dia ramah, pintar, salah satu laki-laki idaman para wanita juga di kampus sama seperti Aldo, sampai wanita kampus dari universitas lain pun mengenal dia, dia teman dekat Aldo, sangat dekat setahuku.
“Kinan, kita harus segera pulang, kalo tidak, aku tidak tahu apa yang akan ibu kost katakan. Aku takut dia marah dan berpikir yang tidak-tidak tentang kita yang pulang sangat larut malam.” Ajakku pada Kinan.
“Tunggu dulu, Shinta, 1 jam lagi aja yaa... Kita kan sudah izin akan pulang telat karena acara ini, dia baik kok, dan ada yang masih harus aku bicarakan dengan Dimas. Please...” Jawab Kinan memohon.
Tiba-tiba ada yang menarik tanganku, aku tidak tahu kalau laki-laki yang sedang duduk bersama mereka itu Aldo mungkin karena aku sudah lelah dan tidak memperhatikan lingkungan sekitarku, dia ada di sana sedang mengobrol dengan mereka. Dia menarik tanganku, sampai aku terduduk tepat di sampingnya.
“Apa yang kamu lakukan, Aldo, ini dilihat orang lain. Lepas!” Aku langsung berdiri.
“Aldo, lu beneran ya.. sejak kapan lo deketin si Shinta itu. Tipe lo yang kayak gitu sekarang, aneh. Ck.. Tahu gitu tinggal bilang ke pacar gue Kinan, biar lebih mudah” Ujar Dimas yang mengolokku sambil tertawa.
“Dimas.. sekali lagi lu berani ngatain Shinta kayak gitu, lo bakal tahu akibatnya” ancam Aldo pada Dimas
“Ampun.. Ampun.. Hehee..” Dimas cengengesan
“Maaf Dimas kamu salah paham, mungkin Aldo mengira aku wanitanya yang mendekati tempat kalian mengobrol” tepisku
“Hahaa.. Ya.. emang bener kamu wanitaku dari pukul 12 tadi, tega kamu tidak menganggapku, shinta” Jawab Aldo dengan gerakan tiba-tibanya hampir memelukku.
Kinan yang melihat itu merasa tidak enak, melihatku di olok-olok seperti itu dan akhirnya dia menerima ajakanku untuk pulang.
“Sudahlah cukup, ayo Shinta kita pulang aja.” Ajak Kinan, mengambil tasnya, menarik tanganku. Aku lega akhirnya bisa pulang. Langkah kami terhenti tiba-tiba.
“Aku akan mengantar kalian pulang, kamu juga Dimas, ayo.” Ucap Aldo.
“Tidak usah Aldo, kami bisa pulang berdua saja, aku bawa mobil kok.” Jawab Kinan
“Tapi ini sudah malam, lebih baik aku dan Dimas mengikutimu sampai depan kost kalian.” Jawab Aldo.
“Baiklah” Kinan menerima saran Aldo.
“Atau.. jika kamu masih ingin berduaan dengan Dimas, berarti Shinta satu mobil denganku.. Gimana?” bisik Aldo pada Kinan yang entah datang darimana tiba-tiba sudah berada di samping Kinan
“Tidak!! Itu bukan saran yang bagus, aku tidak akan semudah itu menyerahkan Shinta padamu, dasar buaya!!” Jawab tegas Kinan
Aku bersama Kinan segera naik ke mobil Kinan. Aku membuka jendela mobil, merasakan angin malam. Melihat indahnya dunia beratapkan langit gelap ini dihiasi kerlap-kerlip bintang. Ternyata seperti ini angin malam, jarang aku merasakannya. Jalan yang sepi, hanya beberapa kendaraan saja yang berlalu lalang malam itu. Di belakang terlihat mobil Kinan, Aldo dan Dimas mengikuti kami, bagai pengawal pribadi.
1 jam kemudian kami sampai di depan kost, aku turun untuk membuka gerbang, kemudian Kinan masuk memarkirkan mobilnya. Sebelum aku masuk, aku menyampaikan rasa terima kasihku kepada Aldo dan Dimas yang sudah mau mengantar kami sampai depan kost.
“Aldo, Dimas, terima kasih sudah mengantar kami. Hati-hati nanti di jalan pulang.” Ucapku, lalu aku pergi melangkahkan kakiku meninggalkan mereka.
“Shinta, tunggu.” Aldo turun dari mobil, menghentikan langkahku. “Ini ada sesuatu untukmu. Jangan di buka sekarang. Tolong terima ya..” memberikan sebuah kotak berukuran kecil, terpasang pita merah di atasnya. Sepertinya di isi dengan barang mahal.
“Maaf aku tidak bisa menerimanya, aku tidak enak menerima barang darimu, ambil saja lagi.” Aku melanjutkan langkahku menuju kamar, meninggalkannya.
Berpapasan dengan Kinan yang sudah memarkirkan mobil menghampiri Dimas. “Kinan, aku masuk duluan, nanti kunci gerbang ya, jangan lupa” melangkah masuk ke pintu lobby kost.
“Aldo, lo jangan pernah mainin perasaannya Shinta ya.. Awas aja kalo lo berani ngedeketin dia, terus lo mainin dia. Gue bakalan bongkar seluruh rahasia lo” ancam Kinan.
“Lo tahu dari mana rahasia gue?” melirik Dimas.
“Oh gue tau, pasti lo ya Dimas, awas aja lo ya!”
“Dia kepo banget Do, sorry. Terpaksa, masalahnya di ancam putus, sekali lagi gue minta maaf”
“Kinan, gue boleh nitip ini ga, kasihin ke Shinta, simpen aja depan pintu atau apa gitu, tapi jangan lo buka, please?” pinta Aldo
“Apaan sih isinya? Penasaran gue.” Melihat tampilan dari kotak tersebut.
“Jangan di buka, jangan kepo lu ya!”
“Nanti gue coba bantu kasih ke dia. Udah malem, gue masuk dulu ya. Hati-hati ya di jalan” Jawab Kinan, lalu mengunci gerbang dan masuk ke dalam. Begitupun dengan Aldo dan Dimas langsung pulang, setelah memastikan Shinta dan Kinan sampai di kost dengan selamat.
Sebelum Kinan ke kamarnya, dia ke kamarku dulu, untuk memberikan kotak dari Aldo. Kinan mengetuk pintu, memanggil namaku ingin memberikan sesuatu. Tetapi aku tidak bisa membukakan pintunya karena aku sedang di kamar mandi, aku menyuruhnya untuk menyimpan di depan pintu kamar. Lalu Kinan bergegas pergi ke kamarnya untuk beristirahat.
Setelah selesai dari kamar mandi, aku mengambil barang tadi. Dasar tukang maksa orang, aku tak mau menerimanya. Tapi tidak ada salahnya juga jika aku buka dulu, nanti kalo barangnya bukan yang sewajarnya aku terima, aku akan mengembalikannya.
Aku melihat isi kotak itu, ternyata di dalamnya terdapat sebuah kalung dengan liontin bertuliskan Shinyal, seketika senyuman tipis terukir di wajahku setelah membaca kata yang tertulis di dalam liontin ini, mungkin maksud dia ini gabungan nama kami, dasar orang aneh.
“Shinyal.. Shinta y? Aldo.. maksudnya apa yaa.. Entahlah.. Tapi makasih Aldo, Aku suka” akupun tersenyum kembali karena salah tingkah melihatnya
Selain kalung terdapat juga sebuah surat. Masih zaman ya emang surat-suratan? Penasaran, ku baca saja suratnya.
“Shinta, aku mau jujur sama kamu. Gatau kenapa akhir-akhir ini aku terus memikirkan kamu, selalu di setiap waktu dan tempatku berada, mungkin ini terdengar lebay atau apa bagimu. Tapi aku sayang padamu, perasaan ini berubah menjadi cinta banget sama kamu, aku gak tau dari kapan perasaan ini muncul, entah saat pertama kali aku melihatmu, atau saat kamu yang selalu mengantar Kinan ketika bertemu si Dimas. Ya yang orang lain tahu, aku ini orangnya suka mainin cewek, sering jalan gonta-ganti ceweklah, aku ini playboy lah.. terserah orang mau bilang apa, aku kenal mereka cuman bantuin mereka aja ga lebih, aku orangnya tidak enakan, mungkin karena aku selalu bersama Dimas yang terkenal dengan suka gonta-ganti cewek sebelum bersama Kinan sekarang.”
“Loh kok jadi nyalahin Dimas.. haha.. ada-ada saja anak orang yang satu ini” aku menggelengkan kepala dengan kelakukaanya, lanjut ke isi suratnya
“Tapi ya mungkin itu cewek-ceweknya aja yang GR kalau lagi sama aku, dan menyebarkan berita yang tidak-tidak. Saat aku pertama kali lihat kamu di sebuah ruangan diskusi, saat kita masih menjadi mahasiswa baru, kamu kalau udah debat kasus ga bisa terkalahkan, aku salut. Awalnya aku cuman penasaran aja sama tipe cewek kayak kamu gitu, tapi setelah sekian lama memperhatikanmu, bertanya-tanya ke orang gimana kamu orangnya, aku jadi makin suka sama kamu. Kami ini menarik sih menurutku”
Dia berniat memuji atau mengejekku sih.. kurang ajar, dasar. Apa hubungannya perasaan dia sama saat aku debat coba. Oke lanjut.
“Maaf aku baru bisa mengungkapkan perasaanku sekarang. Mau banget mengenal kamu lebih jauh lagi, tapi aku takut kamu ga akan menerima aku yang dikenal orang-orang seperti itu. Alasan aku mau mengenal kamu lebih jauh lagi, karena kamu itu mengingatkan aku dengan seorang wanita yang udah lama meninggalkan aku. Aku melihat ketulusanmu menyayangi, menolong orang, dan juga menghormati mereka itu tidak pernah memandang bagaimana tingkatan mereka. Kamu seperti seseorang yang aku kenal itu. Mungkin di luar sana ada banyak yang lebih baik dari kamu ada yang lebih cantik atau apa, tapi yang aku mau cuman kamu, kamu beda dengan wanita lain yang pernah aku kenal.”
“Halah.. dasar playboy, kata-katanya manis banget” ucapku sedikit kesal
“Aku gaakan paksa kamu untuk menerima aku. Gini aja udah lega udah bisa ungkapin perasaan, walaupun masih deg-degan kalo ketemu kamu, tapi kalo ga deg-degan ya aku mati ya.. hihi.. Makasih udah mau terima kotak dan baca surat ini. Kamu mau terima aku ataupun engga aku akan tunggu jawaban kamu. Oh iya maaf kalo kamu tidak suka dengan kalungnya, kamu bisa menyimpannya saja, jangan dikembalikan, jangan dibuang juga, kasihan nanti di ambil orang, nanti kalungnya nangis, itu punyamu. Maaf aku memilih kata itu karena aku bingung harus pake kata apa lagi yang cocok untuk kita berdua”
Dari Aldo untuk Shinta.
Isi surat yang Aldo tulis. Surat cinta pertama yang pernahku terima, ungkapan perasaannya yang terkesan lebay, tapi anehnya aku suka walaupun cukup panjang sekali, dan di bubuhi perkataan yang menurutku tidak terlalu penting, mungkin bagi dia setiap kata sangat penting karena ini mengenai perasaannya.
Jujur aku mau mengenal Aldo lebih jauh lagi, tapi aku takut, takut dimana dia tidak akan di terima oleh keluarga dan temannya karena dekat denganku, apalagi ini menjadi pacarnya. Kampus yang ku masuki ini bukan kampus sembarangan. Aku udah bisa masuk universitas ini aja sudah bersyukur apalagi ini fakultas bergengsi fakultas kedokteran swasta yang berisi anak-anak tajir melintir, sedangkan aku mati-matian untuk bisa masuk dan belajar disini karena pernah ditentang orang tuaku takut berhenti di tengah jalan dan sebagainya, masih tidak menyangka sih bisa melanjutkan kuliahku sampai sekarang. Dan sekarang ada orang yang benar-benar terkenal mau deket sama aku, yang entah bisa menerima aku apa adanya.
Aku mau, aku mau mengenal Aldo lebih jauh bagaimana dia orangnya, aku mau memiliki hubungan yang serius dengan dia. Namun, apakah aku egois? Ingin memiliki seseorang yang tak mungkin bisa aku miliki. Aku harus memikirkan risikonya, dia juga harus memikirkan risikonya dekat denganku.
Dari situ aku mulai berpikir, apa aku harus menerimanya, lebih baik mencoba daripada nanti menyesal. Setelah beberapa hari, aku menggantungkan jawaban untuk Aldo, akhirnya aku berani untuk mengirim pesan jawabanku untuknya, aku menerima Aldo, hanya saja aku mau hubungan ini di rahasiakan dulu mungkin sampai kami menyelesaikan program profesi kami. Aldo tidak menjawab pesanku, dia langsung meneleponku.
“Makasih Shinta, makasih banyak. Makasih kamu udah mau terima aku, aku janji gaakan buat kamu sedih, janji. Kalau janjiku ini aku langgar aku bersedia untuk putus denganku” Dia kegirangan, aku hanya bisa tersenyum.
“Baru saja jadian udah bahas tentang putus, apakah kamu serius dengan hubungan ini?”
“Oh iyaa maaf, aku hanya ingin meyakinmu, tentu saja aku serius, tidak usah kau tanyakan lagi”
“Maaf tapi kamu tidak apa-apa kan jika hubungan kita di rahasiakan dahulu?” tanyaku serius
“Sebenarnya aku tidak mau. Kalo menurutku lebih baik jangan di rahasiakan. Agar tidak ada yang berani mendekatimu, biar mereka tahu kamu milikku, hanya milikku” Tolak Aldo.
“Aku mohon Aldo, please, boleh ya? Karena aku takut nanti.. emm.. sudahlah maafkan aku.. kalo ga bisa ya sudah, aku tidak bisa menerimamu.” aku berniat mengakhiri percakapan itu
“Jangan gitu lah, oke, baik, aku tidak apa-apa rahasiakan saja, aku bahagia melihatmu bahagia, asal bahagianya kamu bersamaku. Apa kamu sudah melihat kalungnya?” tanya balik Aldo.
“Ya aku sudah melihat dan memakai kalungnya, aku suka terima kasih, walaupun agak... hahahaa...” aku tertawa. “ekhem.. maaf aku tidak bisa menahannya. Arti kata di liontinnya apa?” tanyaku penasaran
“Hehee.. lebay yaa? Seperti anak baru gede yang sedang jatuh cinta, cinta monyet ya.. Tapi tidak apa-apa kamu tertawa berarti kamu bahagia. Itu singkatan nama kita, tapi kalau kamu tidak suka nanti bisa aku ganti dengan apa yang kamu mau. Mungkin diganti saat kita lagi kencan pertama hehee..” jawab Aldo.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!