NovelToon NovelToon

Selalu Aku Yang Mengalah

Pengkhianat

Seorang gadis tengah berpikir didalam mobil mewahnya. Tidak henti - hentinya senyuman itu mengembang di wajahnya. Tangannya memegang handphone keluaran terbaru.

"Akhirnya pulang juga...." pekerjaan nya sudah selesai.

" Aku akan beri kejutan untuk mas Yovan ah. Tapi, lebih baik aku tidak mengabarinya lebih dulu,"ucapnya. Ia meletakkan hp di depan setir.

Mobil melaju perlahan, menelusuri jalanan yang ramai.

Cittt..

" Astaga! bikin kaget saja. Untung saja tidak tertabrak,"Ucap syukur mengusap dadanya seraya melihat pria yang berlari ditengah jalan itu.

Pria itu tidak menoleh dan meminta maaf kepada Divya .

"Dasar tidak sopan! "Teriaknya membuka kaca mobil. Pria itu menoleh ke sumber teriakan, "Aneh,"gumamnya lalu kembali berlari. Wajahnya terlihat tampan hidung mancung seperti orang luar negri.

" Tapi, wajahnya ganteng juga ya, kalau dari samping," ucapnya terkekeh.

Senyumnya mengembang . " Tapi, lebih tampan Yovan si, hihihi.." lanjutnya ter kekeh.

Dia membayangkan wajah kekasihnya yang tampan, hidung mancung, alis sejajar,dagu lancip.

" Baiklah, aku harus segera sampai ke apartemennya. Uhh, tidak sabar melihat reaksinya! Mas Yovan,I am coming!" serunya setengah berteriak. Laju mobil pun dia percepat. Divya sangat senang ia akan kembali menemui kekasihnya.

Beberapa menit kemudian, akhirnya ia sampai ke tujuan.

Hijabnya ia betulkan. Wajah nya yang manis dengan hidung peseknya itu, ia taburi oleh bedak .

Terakhir, ia tambahkan lipstik dan maskara.

"Perfect !" ucapnya setelah melihat jerawat di wajahnya hilang tertutupi oleh bedak. Walaupun, begitu wajahnya tetap cantik.

Ia keluar dari dalam mobil. Lalu membuka bagasi. Terlihat ia mengambil banyak paper bag.

Tangannya penuh dengan oleh - oleh. Ia baru saja pulang dari dinasnya keluar kota.

" Pasti Yovan gembira nih, aku bawakan makanan kesukaannya." Ia melihat apa yang dibawanya ditangannya. Ia membawa Mochi, dan lainnya.

. " Eh, ini paper bag untuk Vina ya. Aduh, saking gembiranya sampai dibawa semua. Tapi, tidak apa - apalah . Lagian apartemen Vina dekat dengan apartemen Yovan."

Kaki nya melangkah menelusuri lolong apartemen megah itu. Nomor kamar 59

" Ini dia, gift.. akhirnya sampai juga." Ia buru buru membuka pintunya. Ia mengetahui nomor pin kamar kekasihnya jadi, ia tidak kesusahan.

"Loh, kok gelap ya?! Apa Yovan sedang keluar ya?" Pikirannya bertanya - tanya dimanakah kekasihnya berada.

" Tapi, ngak mungkin kerja. Inikah haru Minggu, kantor libur. Pasti dia lagi tidur , seperti biasanya tuh,"ucapnya.

Ia meletakkan semua bawaan nya di meja ruang tamu. Ia meraba - raba dinding Akhirnya ketemu saklar nya,"ucapnya lega..Lampu pun menyala. Kemudian, ia berjalan menuju kamar yang biasa kekasihnya tempati.

Click..

Terdengar suara Yovan dan seorang perempuan dari dalam.

" Mas, sudah dong! Aku mau mau tidur nih, capek.. Sug*i!

" Se-ben-tar sa-yanggg... aku belum selesai nih.tanggung baru 50 kali.."Akhirnya Yovan menyelesaikan pekerjaan dengan Vina. Yovan pun memeluk Vina erat - erat. Kemudian, Yovan memacu kembali pekerjaannya.

Deg

Jantungnya serasa ditimpa batu yang sangat besar.

Krieettt...pintu pun dibuka olehnya.

Tidak menyangka, baru saja ia pulang. Sudah ada pemandangan yang membuat ia sport jantung.

Kekasihnya dan sahabatnya berpelukan. Mereka menaiki sepeda olahraga.

Lengan Yovan melingkar di perut Vina. Tubuh mereka saling bersentuhan.

Ia buru - buru mengambil hp menyalakan kamera. Pipinya sudah basah oleh air mata.

Tidak disangka, kekasihnya dengan berani membawa wanita lain kedalam kamar.

Padahal, dia sendiri saja yang merupakan kekasihnya tidak pernah berani masuk berdua kedalam kamar. Kecuali, kalau Yovan sedang sakit butuh orang yang dapat membantu nya makan dan membantunya ke kamar mandi. Selebihnya, Ia tidak pernah.

Setelah cukup, ia menyimpan hp nya kedalam sakunya. Ia menghapus air mata di pipinya kasar.

" Mas Yovan! Sedang apa kamu!" teriak Divya.

Kedua sejoli itu menoleh kearah suara itu. Keduanya dalam posisi seperti menaiki kuda besi asli. Hanya saja mengayun seperti sepedanya panjang cukup untuk kaki dua orang.

( Ini khayalanku ya, kalau pun ada pasti sepeda olahraga ditempat. Ada tidak ya? Yang tahu komen dong!)

"Di-Divya! Sayang, kamu sudah pulang,"Kaget Yovan. Tanpa sadar ia melepaskan nya dengan kasar.

" Ahhh Yovan sakitttt..! Nggak bisa pelan apa, Kudaku rusak tahu!" pekik Vina. Sepeda olahraga desain baru. Buatan Madam D.A Store.

Yovan tidak mengindahkan ucapan Vina. Ia lebih memilih meyakinkan Divya. Ia tidak melakukan apapun dengan Vina..

" Sayang aku bisa jelaskan. Ini tidak seperti yang kamu lihat! A-aku dan Vina sedang membereskan kamar, ayang! Su err ini salah paham saja!"Yovan tergagap, membual cerita yang padahal bisa dilihat langsung kejadiannya oleh Divya. Padahal, aslinya ia dan Vina sedang mencoba sepeda olahraga. Dasar pembohong?"

" Kalian kenapa tega sama aku ,hiks hiks hiks.." Divya tidak mendengarkan perkataan Yovan. Ia memilih menangis sejadi-jadinya. Hatinya sangat sakit. Bagaimana tidak sakit. Kekasih dan sahabatnya yang ia percaya mengkhianati nya.

"Pengkhianat!! " "Ternyata kamu masih berhubungan Vina mas. Kalau dekat untuk bekerja aku masih maklumi. Tapi, ini.. kamu sampai bawa Vina kedalam kamar pribadi kamu. bahkan aku saja tidak pernah berani satu kamar dengan kamu pacar ku mas. Kecuali, ketika kamu sakit. Bahkan selama ini, kamu lebih menghawatirkan Vina sewaktu kecelakaan mobil dulu. Tapi, aku aku menyakinkan diriku bahwa kamu mengkhawatirkan rekan kerja kamu sendiri, daripada aku pacar mu. Beruntung aku di tolong oleh pak Dhaki, kalau tidak pasti sudah hangus terbakar." Mereka pernah mengalami kecelakaan mobil.

Waktu itu, merupakan hari dinas untuk mereka berempat, Vina yang menyetir. Namun naas, di jalanan yang curam hujan badai menerpa. Sehingga, kecelakaan itu tidak dapat dihindarkan. Mobil tidak terkendali karena jalanan yang licin.

Vina tergencet, dan dirinya yang berada di samping Vina lebih terluka parah. Beruntung Yovan dan Dhaki tidak terluka parah.

" Tapi waktu itu Vina tergencet mobil sayang,"

Saat itu Yovan lebih memilih menolong Vina terlebih dahulu dengan alasan Vina terluka lebih parah bahkan tergencet mobil.

" Alasan! apakah kamu tidak melihat aku juga dalam keadaan lebih parah dari Vina. Dikening ku tertancap kaca mobil?" ucapnya mengingat kembali ke kejadian lalu.

" Tapi, tidak sampai menembus tengkorak kepala kamu saya..!"ucapan Yovan terpotong oleh nya.

" Sudahlah! Kamu memang tidak khawatir kepadaku. Harusnya aku sadar dari kejadian itu,huft," ia membuang napas panjang. Ia memang bodoh, karena cinta iya kan percaya begitu saja kepada orang yang di cintai nya, walaupun salah dan merugikan kepada dirinya.

" Dan kamu Vina,"tunjuk nya kepada Vina sahabatnya. "Aku pikir kita sahabat seutuhnya. Namun, kamu lebih menginginkan pacarku ya ternyata...heh. Selamat kamu mendapatkan pacarku Vina! " Ia tersenyum getir, ternyata firasatnya yang ia tolak sejak awal Vina selalu mendekatinya dan berpikir bahwa Vina tulus berteman dengannya. Ternyata, firasat itu benar adanya.

"Mulai sekarang, aku tidak ingin kenal kalian lagi! hiks...hiks..hiks..!" Divya berlari keluar apartemen Yovan setelah berteriak mengungkapkan ke sakit an nya selama ini.

" Kamu salah paham sayang! Kita lagi berolahraga pakai sepeda - sepedaan ciptaan ku, bukan melakukan hal lain!" Yovan mencekal tangan Divya. Membuatnya berhenti berlari.

" Pembohong! Tadi kamu bilang sedang membereskan kamar. Sekarang , kamu bilang berolahraga menaiki sepeda ciptaan mu? Walaupun benar olahraga, kenapa sampai berdua - dua an di dalam kamar? Kan bisa di luar atau mengajak teman lainnya," Divya tidak mau dibohongi lagi.

"Dengar ya, ambil aja sana bekas ku! Aku akan mengalah demi kewarasan ku! Ambil!"Setelah mengatakan itu, Divya melangkah pergi menuju ruang tamu.

Tidak lupa Divya membawa semua oleh - oleh yang ia bawa untuk Yovan dan sahabatnya.

Dengan sekencang-kencangnya Divya berlari menuju mobilnya.

Brakkk..

Semua yang ia bawa berceceran dilantai.

"Dasar pengkhianat!! aku benci kalian,"teriaknya.

Divya menangis ter gugu.

Ia mendengan suara orang asing .

Suara langkah kaki terdengar mendekati Divya. " Ehem.."

Dengan wajah sembab ia mendongakkan kepalanya. Divya melihat wajah pria yang sudah menabraknya .

" Kamu! " Divya menunjuk kearah pria itu. Divya mengusap air mata nya.

" Ternyata bukan hanya gemar berlarian ditengah jalan, anda juga gemar berlarian di manapun ya..hahahahahh.." Tawa nya pecah mengingat tadi pria itu juga berlarian ditengah jalan.

" Apa kamu bilang?" Mata pria itu menatap Divya ngalangin. Seakan - akan bertemu musuhnya.

" Cengeng!" ejeknya membalas. Divya berdiri ,ia hendak mengucapkan sesuatu , terdengar suara ponsel pria di depannya.

Ponsel pria itu berdering Lekas pria itu mengangkatnya. Wajah yang tadinya garang menjadi sendu.

" Maaf saya buru -buru permisi!" Pria itu berjalan menjauhi Divya.

"Ternyata Pria itu bisa pamit juga ya," batin Divya

Pria itu melangkah pergi ,baru 3 langkah pria itu berhenti. Ia berbalik dan bicara.

" Kalau mau minta ganti rugi, datang ke kamar nomor 57!" setelah mengucapkan itu , pria itu pergi.

Divya mengerutkan alisnya bingung. "Ck pria aneh, masa baru kenal saja disuruh ke kamarnya, huh." Ia menghela napas. Kemudian, berteriak "Dasar pria mesum!"

Tidak terdengar oleh pria itu.

Divya buru -buru mengambil oleh - oleh yang berserakan itu. " Duh, mubazir deh, " keluhnya melihat beberapa kue yang sudah berceceran dilantai. Ia membiarkan kue yang sudah berceceran dilantai. Ia mengemas kembali kue yang masih berada didalam kresek.

Ia melihat ke sekeliling. Untung ada Ob di sana.

" Pak!" panggilnya ke seorang ob yang sedang membersihkan lantai luar apartemen itu.

" Tolong bersihkan ya pak, ouh ini untuk bapak aja. Isinya aman kok masih didalam tempatnya. Memang si isinya tidak full lagi. Soalnya tadi ada pria aneh yang menabrak saya pak. Jadi jatuh deh kue- kuenya.," Divya kemudian menyerahkan semua oleh - olehnya kepada si bapak Ob itu.

Kue yang Divya bawa bukan kue kalengan yang dikemas rapat. Namun, ia membawa jajanan khas Jawa, ada bapia, sagun, dan juga mochi.

" Terimakasih neng," ucap nya.

Divya mengangguk an kepala dan berlalu dari sana.

Sepertinya ia melupakan kejadian tadi.

" Ck pria aneh oleh - oleh ku jadi mubazir deh sebagian. Awas aja ya kalau ketemu lagi aku minta ganti rugi. Udah jauh - jauh bawa nya juga. Biarkanlah! mendingan kembali ke rumah saja,"ucapnya seraya mengemudikan mobil nya.

" Tunggu, tadi dia ngomong apa ya pas teriak itu?" Divya teringat pria sombong itu meneruskan sesuatu kepadanya, tapi dia melupakannya ya.

" Sudahlah!"

Di sebuah rumah megah, mobil Divya berhenti. Hujan pun turun bersamaan dengan mobilnya mendarat.

" Sepertinya tidurku akan sangat nyenyak deh! Hoan," Divya menguap.

" Sore bi," sapa nya kepada pelayan mbok Ijah.

" Sore juga Non," jawab kompak pelayan- pelayannya berjumlah 3 orang itu.

Divya berlalu meninggalkan semua pelayan itu menuju kamarnya.

"Akhirnya bisa santai juga!" Divya membaringkan tubuhnya di kasih empuknya.

Matanya mulai terpejam. Namun ,tiba - tiba ada yang mengganggunya.

Brakkk..

" Sial*n! siapa yang mengganggu istirahat ku?!" Bentaknya.

Kehangatan keluarga

" Bagus ya! Baru pulang, tidak ngabarin kami dulu!" Teriak seorang pemuda dengan wajah sewotnya.

Terlihat dua orang laki - laki tampan diambang pintu. Yang satu tinggi besar yang satu pendek kecil bulat.

" Huft..ternyata kalian! Syukur lah. Aku kira siapa. Tidak sempat kak , Divya capek nih, mau tidur!" Divya kembali berbaring di atas kasur empuknya.

"Kelinci nakal! Berani sekali kamu mengabaikan kami, Hem!" ucapnya dengan logat marah. Namun, ia duduk di samping Divya seraya membelai rambut sang adik.

" Sudah lah kak! Aku capek banget nih. Lanjut nanti aja ya ngobrolnya!" pinta nya.

" Siapa suruh mau mulai dari nol? Aku sudah bilang, jangan! Sampai Mommy dan Papih juga sudah melarang. Tapi, kamu tetap ngeyel!"Kesal Felix, adiknya sangat keras kepala. Untuk apa susah - susah kerja dari nol, kalau semuanya sudah punya bahkan satu perusahaan sudah disiapkan oleh Alaric , ayahnya untuk adiknya itu.

" Ck kakak ini selalu banyak alasan , sampai lupa oleh - oleh untuk adiknya," celetuk pemuda sewot. Ia pun ikut duduk di atas ranjang.

" Ini lagi, tidak tahu apa kakaknya lagi cepek. Oleh - olehnya masih di bagasi mobil, kamu ambil sendiri aja sana!"Divya malas berdebat menyusun sang adik mengambil oleh - olehnya sendiri.

" Wah, beneran kak? Asyik, kirain kakak lupa. Yasudah aku ambil ya!" seru pemuda itu girang seraya berlari keluar kamar kakaknya.

" Gimana perjalanannya seru tidak?" Tanya pemuda satunya.

" Biasa aja kak, seperti biasanya capek heheh!" ucapnya. Lalu, ia memejamkan matanya.

" Sepertinya kamu ada masalah ya dek. Tidak mau cerita sama kakak?"Tanya pemuda itu.

" Ih apaan si kak Felix ini! Mana ada masalah lain. Udah ya, aku mau tidur. Lebih baik kakak keluar aja deh!" usir Divya mendorong tubuh kekar kakaknya keluar dari kamar.

" Eh, kamu tidak sopan ya sama kakak sendiri, main usir saja!"kesalnya.

Brak

" Awas ya dek, kakak tidak akan beliin kamu coklat lagi!" ancamnya.

" Terserah!" Teriak Divya dari dalam kamar.

" Anak ini, pasti pacarnya berulah lagi. Awas saja dia aku bejek - bejek!" geram nya kesal mengingat kelakuan pacar adiknya itu.

Felix pergi menuju ruang tamu. Diruang tamu terlihat Jerome yang sedang membuka satu persatu oleh - oleh yang dibawa Divya.

" Kak ayo sini! Kak Divya membeli banyak sekali makanan," Jerome melambai - lambai kan tangannya. Felix duduk di samping Jerome. Ia menyibak - nyibak kan salah satu plastik yang ternyata berisi mochi.

" Kak, cobain deh mochi ini! Ini Michi yang terenak loh!" Oceh nya seraya menyodorkan mochi rasa durian kearah mulut kakaknya.

" Emmm.." bukan kearah mulut kakaknya namun, Jerome memaksa kakaknya memakan mochi yang ada ditangannya.

" Enak bukan? Yammy," ucapnya seraya melanjutkan makannya.

Felix yang dicekoki mochi oleh adiknya terpaksa mengunyah. Ia mengelap bibirnya dengan tisu.

" Adik durhaka! Main maksa aja!" geramnya.

" Hehehe..maaf kak, ini terlalu enak si!"Jerome cengengesan dan melanjutkan makannya.

Alis Felix terangkat, ia melihat semua bungkusan di atas meja.

" Hanya ini oleh -olehnya?" Tanya Felix kemudian. Ia heran melihat makanan yang di bawa adiknya itu sebagai oleh - oleh .Ternyata semuanya hanya makanan mochi saja dengan varian yang banyak. Ada coklat, stroberi,susu,Oreo,maccha,durian,mangga,anggur,apel,kacang hijau, kacang tanah,keju, marshmellow.

" Hem ya...hanya ini yang ada di dalam bagasi kakak,kak." Jawab Jerome yang masih mengunyah mochi durian itu.

" Ya ampun, kenapa tidak sekalian kokinya aja si yang dibawanya. Supaya bisa makan sepuasnya. Lagian yang beginian kan di Jakarta juga ada yang jualnya," celetuk Felix. Ada - ada kelakuan adik - adiknya.

" Ya bedalah kak! Yang dikatakan mochi Jakarta, kalau ini mochi liar Jakarta."

Ple tak

"Aduh! Sakit kak. Kasar sekali!" protes Jerome kala Felix me toyor kepalanya.

" Habiskan tuh! Awas jangan ada sisanya,mubazir!" Felix bangkit dari duduknya ia berjalan menuju kamar sang adik kembali.

" Ck kakak ini, padahal ini saaaaaaangaaat enak! Emm yammy!" gerutunya serasa kembali menggigit mochi ditangannya.

Lagi asyik-asyiknya Jerome menikmati mochi mochi di atas meja tiba - tiba.

" Jerome!!" Seru seorang wanita paruh baya seraya menjewer salah satu telinga putranya.

" Aduh mi aduhhhh! Sakit miiiiih !"pekik Jerome kaget sekaligus merasakan sakit diarea telinga yang dijewer mommy nya.

" Bagus ya, jajan sampai sebanyak ini!" Imel mommy Inara.

" Lepaskan dulu telinga Jerome mi! Sakit tahu!" ucapnya merasakan sensasi panas di telinga nya.

" Bilang sama mommy, siapa yang bawa kamu jajan sampai sebanyak ini hah! Sudah mommy bilang, jangan jajan banyak banyak! Apalagi yang manis - manis. Mau kamu diabetes kaya papah mu itu? " Omel Bu Inara seraya bertanya kepada anaknya.

" Ampun mi, ini bukan kemauan Jerome yang jajan mi! Ini dibelikan oleh kak Divya kok dari Jawa,"jelasnya panjang lebar.

Mendengar itu mommy Inara melepaskan jewer an nya. " Apa?! Kakakmu Divya sudah pulang? " Jerome mengangguk kan kepala nya.

" Kenapa tidak memberitahu mommy si. Dasar anak itu?!"kesalnya.

Jerome hanya mengangkat kedua bahunya.

Saat hendak memakan Mochi rasa strawberry ke mulut ya tiba - tiba tangannya dicegah oleh mommynya.

" Eits!" ucap Bu Inara seraya men comot mochi yang hendak di makan putranya.

" Apa yang tadi mommy bilang?" Jerome senyum nyengir. " Tidak? Tidak boleh?..." tanya Bu Inara. Jerome hanya bisa mengulang pertanyaan ibunya.

" Tidak boleh? Apa mi?"

" Aduhhhh! ini anak siapa si?" Bu Inara menepuk keningnya.

" Anak Mommy lah! Semua juga tahu itu. Iya kan Pap"Tanya Jerome kepada ayahnya yang baru menuruni anak tangga.

" Wah ada apa nih pagi - pagi udah rame. Ini mochi dari mana nih banyak sekali. Papi minta satunya," Papi Alaric berjalan menuju sofa. Alaric duduk di samping Divya.

" Sayang, gimana perjalanannya, pasti capek ya? Papi kan sudah bilang,tidak usah mulai dari nol! Lagian kamu itu lulusan Harvard loh. papI sudah kosongkan posisi direktur di salah satu perusahaan cabang Papih," Alaric tidak habis pikir kenapa dengan Divya , Putrinya malah memilih yang sulit daripada yang mudah.

" Aku tahu papi, ini sangat sangat menguras tenaga dan pikiran. Tapi, aku menyukainya. Aku ingin merasakan bagaimana berjaya dengan usahaku sendiri,"jawab Divya sebenarnya tidak enak kepada ayahnya. Ayahnya sudah susah payah mengosongkan kedudukan direktur untuk dirinya. Namun, apalah daya. Dia juga punya keinginan sukses tanpa campur tangan orang tuanya. Sebenarnya dia juga mempunyai misi khusus selain ingin sukses dengan tangannya sendiri.

Alaric mendengarkan jawaban putrinya menghela nafas. " Yasudah, kalau kamu capek berhenti sejenak! Jangan dipaksakan ya sayang!" nasihat Alaric kepada putranya. Tangan kanannya mengambil mochi rasa mangga di atasi meja. Sebelum mochi itu mendarat di lidahnya. Terdengar larangan dari istrinya.

" Papiii!!!" pekik Bu Inara. Mendengan teriakan istrinya Alaric menggantungkan mochi itu melirik istrinya. " Heheh, boleh ya mi, satu saja ya?" tanya nya.

"Hemmm...no papi! " jawaban istrinya membuat Alaric lesu. Ia kembali meletakkan mochi itu ketempat nya.

" Mommy pelit!" tajuk Alaric.

" Bukan masalah pelitnya Pi! Tapi, diabetes papi yang jadi masalah. Udah ah, mommy mau lihat Divya dulu. Awas jangan makan mochi lagi ya Jerome! Papi juga tuh!" Bu Inara memperingatkan putra dan suaminya untuk tidak memakan Mochi itu. Setelah mengatakan itu, Bu Inara melangkah menaiki tangga berniat melihat putrinya yang sudah pulang dinas.

Divya bekerja sebagai seorang karyawan di bidang marketing di perusahaan lain. Sebenarnya ayahnya Alaric memiliki beberapa perusahaan yang sama. Namun, Divya kekeh ingin mulai dari nol tanpa bantuan siapapun. Akhirnya, Divya bekerja sebagai karyawan biasa. Tentunya dengan izin dari Ibu dan ayahnya.

Divya pun berpesan tidak mengungkapkan identitas nya kepada siapapun. Termasuk kepada kekasih dan sahabatnya itu, sampai ia menjadi sukses sendiri.

Kebetulan minggu kemarin, Divya menjadi salah satu karyawan yang berprestasi untuk bertugas di luar kotanya. Sebenarnya, Yovan dan Vina juga teman kerjanya. Bedanya Vina dan Yovan sudah menjadi supervisor.

Tok

tok

tok

Pintu kamar diketuk oleh Inara. " Sayang, Divya! Buka pintunya nam, ini mommy!" seru Inara.

"Hem lama amat si. Yasudah lah mendingan buka langsung aja deh,"gumamnya.

Clek

Pintu pun terbuka. Alangkah kagetnya, Inara melihat dua orang sedang tidur. Ada yang di lantai ranjang dan satunya dilantai.

Inara diam sesaat karena kaget. " Felix! Apa yang sedang kamu lakukan nak,Ya Allah Gusti! " Saking kagetnya Inara sampai menyebutkan nama Sang Pencipta.

Inara mendekati tubuh putranya yang berbaring dilantai kamar Divya.

" Felix! Felix! Bagun! Hey Felix!" karena tidak bangun bangun. Akhirnya , Inara berteriak memanggil nama putranya. " Felix bangun!"

Felix ter lonjak kaget mendengar teriakan ibunya. Demikian dengan Divya ia terduduk di atas ranjang.

" Eh, mom. Sedang apa disini ?" Tanya Felix setelah bisa membuka kedua matanya.

" Kamu sedang apa tidur dilantai seperti itu hah?" Bukannya menjawab, Inara malah bertanya balik kepada putranya itu.

" Eh, ini mom. Tadi , Felix ketiduran kayaknya pas mau bangunkan Divya deh,heheh." Felix menggaruk - garukan kepalanya yang tidak gatal, seraya cengengesan.

" Konyol! Bwahahahahahahaha," Tawa Inara menggema di dalam kamar Divya. Membuat Alaric dan Jerome berlari menghampiri nya.

" Mom, jangan gitu ihhh!"rengek Felix.

" Kamu tuh kayak anak kecil , Lix Lix ! Bangunin Divya ! Malah ikutan molor,kebiasaan!" Inara masih menertawakan putranya itu.

BRAKKKK

"Keluarga aneh, kalau saja tidak punya misi. Malas sekali aku melihat mereka tertawa - tawa begitu,"batin seseorang.

Ternyata Sudah Lama

Brakkk

Mendengar suara pintu dipukul, membuat Inara menghentikan tawanya.

Inara,Felix, dan Divya menoleh kearah sumber suara.

"Eh,hi,"Jerome yang merasa dilihatin ia tersenyum dengan memperlihatkan giginya.

" Wah ada apa ini kelihatannya senang sekali kalian?" Tanya Papi Yang baru datang.

Karena tidak ada yang menjawab ia pun bertanya. " Felix, ngapain kamu duduk di bawah begitu?"Ia berjalan menuju sofa kamar putrinya.

" Ini pi, Felix," ucap Inara terjeda. Ia menghampiri suaminya. " Tadi pas mamah masuk, dia tiduran di lantai loh. Padahal ada sofa di sini ya kan. Lucu sekali anak papih yang satu ini. Udah bujang ada - ada aja kelakuannya, hahahahaha." Tawa kembali menggema didalam kamar.

" Benar begitu Mi?" Tanya Alaric.

Inara menganggukkan kepalanya.

" Bwahahahahahahaha..."Tawa renyah keluar dari mulut Alaric.

" Sudahlah Pi, kenapa ikutan ketawa kayak mommy si,"Felix bangkit dari duduknya ,ia merejuk dan tanpa bicara lagi ia melengos keluar dari kamar Divya.

Jerome mengikuti kakaknya.

" Itu anak, main nyelonong saja. Tidak ada sopan - sopan ya sama orang tua," celetuk Inara.

" Mamah juga si! Udah ya, papi mau keruang kerja dulu." Inara mengangguk.

Setelah suaminya pergi,Inara menghampiri anak perempuan nya.

" Sayang, kamu tidak apa-apa kan? Mommy perhatikan , seperti nya kamu ada masalah besar nih,"Mommy Inara memang tahu apa yang dirasakan putrinya.

" Tidak ada mi, Divya hanya capek aja,"elaknya.

" Hem..yasudah, kalau kamu tidak mau cerita kepada mommy . Tapi inget, kesehatan kamu yang utama! Yaudah ya, mommy ke dapur dulu mau bikin makan siang."Inara mengelus - ngelus kepala putrinya. Kemudian, ia berjalan meninggalkan kamar putrinya.

Divya melihat mommy nya keluar dari kamarnya. Ia tersenyum, " Mommy memang selalu tahu kalau aku ada masalah," gumamnya.

Ia teringat dengan kejadian tadi sebelum pulang. " Brengsek kalian!! Kenapa kalian bisa se tega itu sama aku,hiks.. seharusnya kalau kalian saling menyukai, bilang kek aku. Pasti aku akan mundur dari awal. Kalian memang jahat! Hiks...hiks.." kedua tangannya menutupi wajahnya yang sedang menangis.

"Tunggu!" Divya baru mengingat sesuatu. Ia menghapus air matanya dari wajahnya.

"Lima bulan yang lalu. Vina menangis,aku pikir karena baru ditinggalkan pacarnya si Genta itu ke Jawa ya. Dan, dia nangis sambil chatan sama nomor, " Divya mengingat - ingat nomor yang pernah dilihatnya dalam hp Vina . "Nomorna...0.8..9..2..0..1..6..1..6...0..7..7 . Itu, bentar - bentar!"menyebut angka - angka yang dia ingat. ia melihat hp nya dan membuka WhatsApp nomor Yovan. Ia membandingkannya. Dan, ternyata memang sama.

" Ahhh...ternyata bener ini nomor si Yovan. Berarti, Yovan selama ini masih berkabar dibelakang aku. Dan parahnya, aku baru tahu hubungan mereka tadi. Ya Allah.."Ia ingin sekali menangis sejadi - jadinya. Bagaimana bisa ia melewatkan sesuatu sepenting ini.

" Ternyata , aku sebodoh itu Ya Allah Ya Robi," Ia mengusap wajahnya.

" Baiklah! Sepertinya aku harus mengalah untuk sahabatku itu," Divya tersenyum kecut.

Ia beranjak dari tempat tidur nya menuju kamar mandi. Sudah waktunya Duhur. Divya melaksanakannya dengan khusu.

" Ya Allah, maafkan hamba mu ini yang sudah mengabaikan pertanda- pertanda darimu Ya Allah. Ampunilah kesalahan - kesalahan hamba mu ini Ya Allah Ya Rab...Aamiin," begitulah isi doa nya.

Tok

Tok

tok

" Assalamualaikum non, dipanggil Nyonya kek ruang makan!" Terdengar suara mbok Ijah.

Click

Pintu dibuka Divya ,terlihat seorang wanita paruh baya didepan pintu.

" Wa'alaikumsalam mbok, iya mbok aku akan ke sana. Terima kasih ya mbok."

" Iya non sama - sama," si Mbok berlalu menuju lantai bawah.

Divya kembali ke kamar membereskan tempat solat nya. Lalu ia menyusul mbok ke lantai bawah ,tepat ke ruang makan rumahnya

Terlihat berbagai hidangan di sana. Ada Tempe ,Tahu, Ayam goreng, sate ayam, sayur bayam,dan penutup makan nan nya ada SOP buah, jus alpukat kesukaannya dan tentunya puding buah.

Semua anggota keluarga nya pun sudah berkumpul.

" Ayo sini nak ,cepat makan! " Inara memanggil Divya. Divya menghampiri semuanya, ia duduk di samping mommynya.

Pranggg...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!