Hari ini hari yang paling Kavilla dalam hidupnya, ia sangat-sangat menantikan dimana dirinya akan dipersunting oleh laki-laki tampan pujaan hatinya Sadeva Luis, bahkan kini riasan sudah memenuhi wajahnya, bahkan hampir selesai semuanya tinggal memasang riasan di kepalanya saja.
Ibunya datang sambil memohon, padahal wanita inilah yang paling setuju pernikahan nya bersama Sadeva, kenapa sekarang ibunya meminta untuk di batalkan. Ini gak lucu sama sekali loh dan satu lagi, dimana kakak yang selalu mencintainya dan mendukungnya, ia tak nampak batang hidungnya.
"Kavilla, ibu mohon ya. Batalkan pernikahan kamu dengan Sadeva, dia tidak boleh menikah denganmu hari ini. Ibu mohon ya Kav?" wanita paruh baya itu memohon pada-nya.
Apa maksud dari semua ini bahkan sebentar lagi ijab qobul akan diucapkan.
"Cerita pelan-pelan Bu, a--ku benar-benar tidak tau apa maksud dari ucapan ibu. Apalagi ibu menyuruh ku untuk membatalkan pernikahan ku saat ini?" ya enggak maulah acara nikahnya batal, apalagi ia sangat mencintai Sadeva calon suaminya yang akan menghalalkan dirinya sebentar lagi.
"Ibu mohon , pikirkan lagi Kavilla. Kakakmu sedang menderita jika kamu tak membatalkan pernikahan ini Kav!"
"Berikan alasan yang jelas Bu? Kenapa aku harus membatalkan pernikahan impian ini. Enggak Bu, enggak mau. Pokoknya aku akan berangkat sekarang, apalagi sopir kak Sadeva sudah ada." Ungkapnya memang benar sopir itu telah menunggunya di dekat mobil.
Meski ibunya memohon ia tak akan mengiyakan, di tambah lagi dengan alasan kakaknya menderita sekarang. Jelas-jelas tadi malam sangat bahagia sekali menyambut hari esok adiknya akan menikah dengan Sadeva teman kerjanya.
Dalam perjalanan ia sangat resah dan gelisah, tidak ada bapak dan ibu yang menemainya. Hanya sopir Sadeva saja yang ada, itupun tanpa adanya percakapan sampai di salah satu jalan ternyata harus mengantri di area pom bensin.
"Pak, masih lama kah?" tanya Kavilla sambil menatap ponselnya yang menunjukkan pukul 08.37 yang artinya ia sudah terlambat sekarang, padahal ijab qobul seharusnya terjadi tepat pukul 08.30 tujuh menit yang lalu sedangkan sekarang dirinya tengah antri dengan sopir di pom bensin, sebab bahan bakar mobil tersebut habis, jika di paksakan datang pasti akan tetap sama tidak bisa datang tepat waktu.
"Iya non, sebentar ya." Terlihat sopir itu berbicara pada salah satu petugas pom bensin, entah percakapan apa yang sedang mereka obrolkan.
Padahal jelas-jelas di belakang tidak ada antrian mobil yang di sebelahnya barulah ada antrian khusus sepeda motor memang panjang sekali sampai ujung jalan bahkan depan ruko-ruko.
'Ya Allah, bagaimana ini? Kenapa pernikahan ku tidak lancar sesuai dengan angan-angan ku." Sedih bukan main, mau berlari dan pesan taxi online tapi mobil dan sopir ini di persiapkan oleh calon suaminya, ia harus menghargainya meski harus menunggu antrian lama ini.
Pantas saja tadi ibunya menyuruhnya untuk membatalkan pernikahan, apa ini maksudnya? Padahal ijab qobul akan diadakan di salah satu gedung impiannya bersama Sadeva yang telah merajut kasih sejak 2 tahun silam itu.
Kavilla Arzalilla nama yang cantik kan seperti wajahnya, meski berbeda sekali dengan kakaknya yang terlihat tak secantik dirinya, sekarang usianya sudah pas yaitu 25 tahun.
Sekitar satu jam lebih barulah dapat antrian setelah itu mereka menuju ke gedung yang sudah di persiapkan jauh-jauh hari, nampak sepi dan tidak ada tamu yang datang, tentu saja siapa yang akan datang saat pengantin wanitanya tidak datang.
Namun ....
Suara mc terdengar nyaring di dalam gedung, pasti sudah di gunakan oleh pasangan pengantin lainnya, ia merasa tak sanggup acara pernikahan impiannya hancur sia-sia lantaran ia terlambat dan tidak mendengarkan kata ibunya untuk membatalkan pernikahannya tadi, namun sayup-sayup ia mendengar mc memanggil nama pengantin.
Deg.
Jantungnya berdegup kencang, ia tak salah dengarkan?
Setelah memastikan pendengarannya tidak salah, ia mulai masuk ke dalam gedung mewah impiannya dengan pengantin wanita bukan dirinya, sepasang pengantin itu berdansa dengan penuh cinta, terlihat dari sorot matanya.
"STOP." Teriak Kavilla dengan lantang, semua tamu yang hadir langsung menoleh ke sumber suara nyaring tersebut.
"Kav, sayang? Kamu datang?" tanyanya kebingungan dan ketakutan, padahal dalam pelukannya ada seorang wanita yang tak lain adalah kakaknya Kavilla, dengan gaun yang hampir sama seperti yang ia kenakan.
"Menjijikkan, sejak kapan hubungan kalian?" menahan agar air matanya tidak turun, namun air matanya mendadak turun tanpa permintaannya.
"Maaf sayang, aku yang seharusnya marah disini. Kenapa kamu datang terlambat Kav, bukannya pernikahan kita akan di lakukan jam setengah sembilan, lihatlah ini pukul berapa?"
Jam terlihat jelas di mata Kavilla, sudah jam 10 lebih, yang seharusnya sudah acara resepsi.
"Kamu membuatku menunggu dan malu, apa kamu tidak mencintaiku lagi. Sampai-sampai kamu tak datang tepat waktu Kav, ayo kita lanjutkan pernikahan kita sayang," hendak mendekati Kavilla namun tangannya di peluk erat oleh Inara sambil menggelengkan kepalanya.
"Seharusnya aku yang tanya disini? Dan aku gak sudi nikah dengan kamu, penghianat. Kenapa bisa-bisanya kakakku yang menjadi pengantin wanita nya, dan satu lagi. Kenapa ponselmu sulit di hubungi?" sambil memperlihatkan ponselnya yang banyak kali menghubungi dan mengirimkan pesan untuk Sadeva namun tidak ada balasan.
"Aku tidak membawa ponsel sayang, maafkan aku sayang. Maaf,"
Kavilla tersenyum kecewa, disaat begini tidak ada yang membelanya atau mendekati dirinya, sumpah demi apa. Kemana kedua orang tuannya, ia mencari sosok mereka yang ternyata sedari tadi menonton dan bersikap biasa-biasa saja.
Kemudian ia mendekati kedua orang tuanya untuk mencari pembelaan namun ... .
"ibu, ini tidak benarkan? Kenapa kak Inara yang menjadi pengantin wanitanya dan kenapa kakak yang bisa menikah dengan kak Sadeva, jelas-jelas aku pengantinnya hari ini Bu. Kenapa Bu?"
Plak.
"Bikin malu, sudah ibu bilang untuk membatalkan pernikahan demi kakakmu. Apa sampai sini kamu tidak tau malu, bisa-bisanya aku membesarkan putri yang tak tau malu, kakakmu dan Sadeva saling cinta. Apa kamu tidak paham dengan maksud ibumu yang memohon dari tadi pagi, hah?" kesalnya berapi-api.
Ayahnya tidak membela justru menatap Kavilla dengan tatapan kecewa, apalagi ayahnya sampai geleng-geleng kepala.
"Ayah." Ingin mencari pembelaan namun ayahnya menyuruh untuk diam.
"Diamlah, kamu membuat ayah malu Kavilla. Lihatlah ini," menunjukkan rekaman dari ponselnya.
Terlihat wajah Kavilla sedang berada di sebuah hotel dengan pria hidung belang, Kavilla menggelengkan kepalanya dan semua itu tidak benar sama sekali, ia tak pernah pergi kesana bahkan model bangunan dalam hotel saja ia tak tau, apalagi sampai masuk.
"Ayah, itu tidak benar. Aa--ku tidak pernah pergi kesana yah, ayah. Aku mohon percayalah padaku yah." bersujud di bawah kaki sang ayah.
Bug.
Ayahnya kecewa dengan putri yang teramat ia cintai, keluarganya menuduhnya yang tidak-tidak, bahkan dari sekian banyak pengunjung tidak ada yang membelanya, mereka justru mencecar kata-kata yang begitu menyakitkan untuk Kavilla.
"Putrimu berkata jujur." Suara bariton terdengar menggema.
...BERSAMBUNG....
...Hallo selamat datang di karya baru emak, setelah sekian lama cuma PHP karya, kali ini emak benar-benar comeback to rumah pertama dan rumah dimana emak nyaman dan betah, setelah beberapa bulan hilang 😁...
Deg.
suara bariton itu membuat Kavilla merasa tak asing dengan suara tersebut pernah mengenali suara tersebut namun itu sudah sangat lama.
Ia menoleh ke sumber suara.
"Putrimu benar, ia tidak pernah pergi ke hotel. Saya mengawasinya saat bekerja dan bahkan memastikan ia pulang dengan selamat. Anda tau bukan bahwa Kavilla tidak pernah keluar setelah pulang bekerja, berbeda sekali dengan putri pertama anda yang keluar hingga tengah malam." sambungnya.
Deg.
Kedua orang tuanya Kavilla pucat saat ketahuan bahwa ia sangat memanjakan putri pertamanya dan menyudutkan putri keduanya.
"Ka--mi tidak melarang anak-anak muda untuk keluar dan mengekang mereka secara berlebih. Bebaskan pak, tanpa melarang mereka," menyenggol lengan suaminya.
Namun suaminya mendadak mengangguk dan bersemangat membual.
"Iya benar tuan, kami memang membebaskan mereka tapi kami juga punya alasan tersendiri untuk menjaga putri-putri saya agar pergaulannya di kalangan orang-orang baik, bukan seperti Kavilla ini yang lancang keluar masuk hotel seperti ini." Tetap menyudutkan Kavilla.
Dimana hati nurani sebagai orang tua mereka ini, kenapa justru tak membela putrinya ini justru terus menerus menyudutkan dirinya.
"Ck, kalian ini. Saya sangat menyesal datang di sini, di acara gak penting dan membosankan," ungkapnya kesal.
"Tuan, saya mohon jangan ya. Walau bagaimanapun pengantin di atas panggung karyawan bapak yang paling bagus kinerjanya setelah saya pensiun dari perusahaan anda tuan." memohon layaknya orang lemah.
Sungguh keluarga penuh drama.
"Nak, kamu ini kenapa sih." Mamanya langsung berdiri juga untuk menenangkan sang putra yang terlihat kesal sekali, tidak membela siapa-siapa.
Malvin Ra Yuan, nama yang unik seperti parasnya yang yang tampan namun ada perpaduan cantik dari mamanya.
"Terserah kalian beralasan apa, ucap saya benar dan tidak ada yang salah. Jika tidak suka, silahkan besok buat pengunduran diri saja untuk kedua putrimu dari perusahaan saya, bikin malu perusahaan saja," duduk dengan kesal.
"Saya mohon jangan tuan, saya mohon. Putri saya yang berama Inara sedang dalam karir puncaknya, jangan ya tuan. Tuan, jika ingin memecat, pecat Kavilla saja. Ia tak memiliki kemampuan seperti kakaknya, lebih baik Kavilla mengalah saja. Dari pada membuat rugi perusahaan tuan muda Malvin." saran yang bagus bukan.
Lagi pula selama ini Kavilla di terima kerja sebab ayahnya pernah berkerja di perusahaan tersebut sampai pensiun, jadi memasukkan kedua putrinya di sana sangatlah mudah bukan, asal tidak membuat kekacauan. Karena hari ini ada masalah dan Kavilla membuat kekacauan dan buat malu,jadi ia di kambing hitamkan saja sekalian, biar semua orang tau putri keduanya tak sesempurna putri pertamanya yang pintar dan cantik.
"Benar juga, akan saya pertimbangkan." Hendak pergi tapi sang mama menghentikannya.
Kavilla menggelengkan kepalanya, tak percaya dengan apa yang barusan ia dengarkan. Bisakah ia memberontak dan meminta keadilan, dimana keadilan untuk orang-orang tertindas macam dirinya. Kenapa di negri ini penuh dengan orang-orang penjilat yang tak tau malu yang bisanya hanya mengambinghitamkan orang lain.
Wajah sembabnya tak menutupi kecantikannya, bahkan sangking cantiknya banyak wanita di luaran sana iri dengan wajahnya Kavilla, sebenarnya ia perempuan cerdas dan bijaksana, namun ia tak memberontak dan lainnya karena ada sebab juga.
"Nak, kenapa kamu bersikap begini. Bukannya dulu kamu dan Kavilla pernah berpacaran saat SMA dulu?" bisiknya pada sang putra.
Ia menatap dengan mata ekor elangnya.
"Lantas, kenapa?" sumpah mode cuek dan galak Malvin masih sama seperti saat dulu SMA.
Kavilla ingat betul seperti apa tempramental Malvin saat menjadi kekasihnya, ia sering semena-mena dan seenaknya sendiri, meski Malvin ketua OSIS tak seharusnya bersikap begitu bukan.
"Nikahi dia nak!"
"Apa? Tidak ma, dan itu tidak mungkin juga." tegasnya.
Namun mamanya tak habis akal, ia kemudian berjalan ke arah pembawa acara dan merebut mik tersebut, Malvin ingin menghentikan aksi g1la mamanya namun terlambat.
"Perhatian,karena pengantin baru ini telah selesai acaranya dan kebetulan sekali akan bersambung dengan pengantin baru lainnya, maka untuk para hadirin dimohon tidak meninggalkan gedung ini." memberikan mik tersebut ke pembawa acara.
Para tamu terkejut dong, siapa pengantin selanjutnya sementara di sini hanya ada pengantin baru yang berbahagia dan juga calon pengantin wanita yang sendirian tanpa di pedulikan orang-orang di sekitarnya, mereka berbisik-bisik membicarakan Kavilla yang tidak-tidak, telinga Kavilla merasa panas mendengar gunjingan mereka.
"Siapa yang menikah?" bisik-bisik para tamu lain.
Malvin tidak habis pikir, mamanya ini kenapa. Dan satu hal, siapa pengantin baru yang disebut mamanya dan penghulu juga sudah datang, ia memiliki firasat yang tidak sedap.
"Malvin, kemarilah." mamanya mengulurkan tangannya dan Malvin tentu saja masih di landa kebingungan dengan sikap mamanya namun sedetik kemudian ia sadar bahwa mamanya juga menarik tangan Kavilla.
Mereka sama-sama di atas panggung.
"Saya, akan menikahkan kalian berdua sekarang, dan untuk pak Jaya, silahkan keatas dan nikahkan putri bapak dengan putra saya." Sembari tersenyum.
Jaya shock begitu juga dengan Mulan, bagaimana tidak. Padahal sudah membuat rencana matang demi Inara, kenapa sekarang gadis sialan itu malah mau menikah dengan Malvin, tidak bisa. Ia tak setuju jika Kavilla menikah dengan Malvin , bukannya sama saja langsung dapat harta karun bernilai miliaran dollar.
"Ma." Malvin ingin menolak tapi tidak bisa, bagaimana caranya.
"Diamlah," tegasnya.
Apa-apaan ini, barusan terbebas dari Sadeva dan dengan dramanya kini justru ia terperangkap dengan mantan tengilnya.
Mulan mendekati Bianca dan berkata.
"Maaf nyonya, sepertinya putri saya Inara baru saja menikah. Bukannya tidak baik jika kakak beradik di nikahkan di hari yang sama, bukannya sama dengan mendoakan salah satunya gagal dalam pernikahan?" berharap berhasil ucapannya, apalagi Bianca ini terkenal baik pasti ucapannya di dengar.
Akhirnya ibu yang sudah membesarkan dirinya membela begini, tak apa-apa tidak bisa menikah dengan Sadeva dan setidaknya ia terbebas dari Malvin.
"Benar juga, tapi sayangnya saya tidak mau mendengar ucapan anda, yang terpenting putra saya dan Kavilla menikah." tidak bisa diganggu gugat.
Mulan mulai kesal saat usahanya sia-sia.
'Sialan, kalau Kavilla menikah dengan tuan muda Malvin, artinya derajatnya akan naik dan Inara putri kesayangan ku kalah darinya. Tidak bisa, aku harus menghalangi bapak untuk menikahkan mereka, aku tidak terima Kavilla hidup enak,' Tatapannya begitu tak menyukai Kavilla.
Ia duduk di samping suaminya dan membisikkannya sesuatu.
"Pak, tanyakan maharnya dulu. Kalau bisa ratusan atau bahkan miliaran pak, enak sekali mereka mau merebut acara putri tercinta kita Inara." Baiknya.
Jaya menganggukkan kepalanya.
"Maaf sebelumnya, nyonya Bianca. Masalah mahar, saya minta 1 m untuk menikahkan putri kedua saya, dan juga sebagai kompensasinya sebab acara putri saya Inara jadi terganggu," tidak tau malu justru membela putrinya yang jelas-jelas telah merebut semuanya dari putri keduanya.
Kavilla melebarkan matanya, tak percaya dengan apa yang ia dengar, bapaknya minta mahar sebanyak itu? Buat apa coba.
...BERSAMBUNG...
"Pak, jangan ya. Jangan ya pak ya, jangan ... ." Kavilla memohon lirih.
Namun Jaya tak mengiyakan permintaan sang putri baginya ucapannya barusan adalah mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
"Tidak bisa, mereka mau melanggar biarkan saja. Bapak tidak akan menikahkan kami dengan tuan muda Malvin meski tuan muda memintanya tanpa uang mahar, bagi bapak penting uang mahar saat menikahi putri bapak, tidak ada uang mahar tidak ada pernikahan." tegasnya kembali.
Mulan bahagia sekali mendengar ucapan tegas dari suaminya sudah seperti ini pasti pernikahan antara Kavilla dan Malvin akan gagal.
"Saya berikan, ini." memberikan sebuah kartu, namun Jaya tak akan percaya dengan isi di dalamnya, bisa saja itu palsu bukan.
"Berapa, jika tidak seperti yang nominal yang saya ajukan. Maaf jika lancang tuan muda Malvin, tapi putri pertama saya tertekan karena hal ini. Lihatlah, ia sampai menutupi wajahnya karena malu, acara yang seharusnya memang sedari awal miliknya hampir gagal karena kesalahan putri kedua saya," tetap membela Inara.
Kavilla ingin sekali tertawa, dirinya yang jadi korban tapi kenapa lagi-lagi dirinya jadi tersangka kembali, kakaknya yang selalu mendukung dan menyemangatinya adalah duri dalam hubungannya bersama Sadeva, entah apa yang sudah mereka lakukan di belakang dirinya ia tidak tahu sama sekali.
Yang jelas saat ini ia sangat kecewa dengan keluarganya yang tak ada satu pun dari mereka yang berpihak padanya, ia pikir tadi ayahnya akan membelanya, nyatanya tidak sama sekali.
Mulan sampai melongo melihat kartu itu, kartu tidak sembarang kartu itu, ia hendak mengambilnya namun lebih dulu Malvin tarik kembali.
Kemudian ia mengeluarkan ponselnya dan menyuruh seseorang untuk membawa uang yang diminta.
📞"Ambil uang yang saya perlukan sekarang, tanpa ada masalah sedikitpun." mematikan sambungan telepon dan kini ia menatap Jaya yang tak punya urat malu sama sekali, bahkan bisa di bilang putrinya di gadaikan dan putri tercintanya di simpan layaknya logam mulia.
"Kalau sudah seperti ini, mari kita lanjutkan pernikahan kedua putri saya. Saya sudah sangat lega jika tuan muda bertanggung jawab begini." raut wajah Jaya berubah 180 derajat.
Ingin rasanya menampar orang-orang berwajah dua begini, pernikahan antara Inara dan Sadeva saja belum ada kejelasannya justru sekarang bertambah rumit dengan keadaan lain yang mendesak seperti sekarang, Kavilla tidak bisa menolak apalagi di pinang oleh Malvin mantannya dulu.
Acara ijab qobul itu berjalan lancar,meski belum ada surat nikah untuk sekarang namun ia sudah resmi di agama.
"Ibu, ayah. Kenapa kalian tega menghancurkan pernikahan impianku pak, bu. Padahal jelas-jelas aku tidak pernah pergi ke hotel." Saat acara telah selesai.
Malvin dan Bianca mamanya telah kembali lebih dulu, sebab mereka masih ada hal mendesak dan tidak bisa membawa Kavilla untuk pulang bersama mereka.
"Kamu ini yang tega Kav, kenapa justru kamu menyalahkan kedua orang tuamu yang selalu mendukungmu?" suara Sadeva menggelegar dan membuat Kavilla terkejut, sedangkan kedua orang tuanya santai sekali sambil menghitung uang mahar dari Malvin, sedangkan uang milik Inara dan Sadeva tidak ia pedulikan tapi ia pegang juga masih di kamar amplop-amplop tersebut.
"Aa--ku tidak menyalahkan mereka, aku bertanya." Dulu ia tak berani menatap dengan tatapan benci, yang ada menundukkan kepalanya dan tersenyum.
"Tapi pertanyaan kamu barusan menyakiti mereka, kamu tau tidak tadi bapak dan ibu hampir malu bahkan sangat malu gara-gara ulahmu tau. Andai kakakmu tidak datang, betapa malunya keluarga kamu, punya putri suka pergi ke hotel dan bahkan seluruh tamu tak undangan melihat sebab terpampang jelas di layar monitor besar, yang seharusnya gambar-gambar kita saat prewedding, sumpah. Aku kecewa pernah punya kekasih yang tidak tau malu dan masih menyalahkan kedua orangtuanya dan kakaknya," menghina secara terang-terangan.
"Aa--ku, aku tidak menyalahkan siapa-siapa. Aku bertanya." masih dengan nada arogan dan sombong bahkan ia tak merasa bersalah sama sekali.
"Halah, kamu ini ya Kav. udah ibu bilang dari pagi sebelum kamu di dandani, ngeyel sih. Padahal jelas-jelas kakakmu Inara sangat terluka karena kejadian ini, lihatlah," sambil menujuk kamar Inara yang tertutup rapat, bahkan sedari tadi tidak ada tanda-tanda kakaknya keluar dari kamar itu. "Kakakmu merasa sangat bersalah Kav, andai saja kamu tidak ngeyel hari ini menikah, pasti kakakmu tidak menanggung malu dan orang-orang tidak akan menggunjingnya di cap sebagai pelakor calon adiknya, puas kamu." kesalnya Mulan pada Kavilla.
Kavilla tidak tau, keterlambatan dirinya datang justru jadi petaka, namun semua sudah terjadi, mau bagaimana lagi. Lagi pula kakaknya dan Sadeva sepertinya bahagia, tidak ada kata-kata maaf bahkan, mereka sama sekali tidak meminta maaf dan tidak berusaha menghibur perasaannya yang terluka justru dirinya tetap jadi bulan-bulanan mereka.
Jaya dan Mulan pergi keluar dan mereka mengendarai mobil dan bersiap-siap untuk berbelanja dengan uang sebanyak itu, sekarang tinggallah Kavilla dan Sadeva.
"Sini." menarik tangan Kavilla.
sesampainya di kamar Kavilla yang sudah di rias cantik, Sadeva jadi terkagum-kagum, segini kah usahanya untuk menggoda dirinya, yang jelas-jelas sekarang menjadi kakak iparnya.
"Dev, mau apa sih." memberontak tapi percuma saat Sadeva justru mendorongnya sampai ia terjatuh di atas tempat tidurnya.
bug.
"Malam ini, bukankah seharusnya malam pengantin kita? bagaimana jika kita cicil dulu sayang." membelai pipi Kavilla.
Kavilla ketakutan bukan main, ia memberontak dan berteriak.
"Tolong, tolong." mulutnya di bekap oleh tangan besar Sadeva.
"Diam, kamu bisa diam gak?" geramnya.
Namun Kavilla berusaha memberontak agar aksi gila Sadeva tidak terjadi, bahkan air matanya saja telah luruh, ia ketakutan bukan main. Sadeva mendengar seseorang mendekat ia langsung mengubah posisinya berada di bawah.
Brugh.
"Kalian." Inara tidak habis pikir, lihat apa yang sedang ia pandang dan tangkap basah.
Kavilla ada di atas tubuh suaminya yang baru tadi pagi menikahinya karena Kavilla tidak datang, bahkan bajunya saja tersingkap ke atas, ini nyata kah? Terus kenapa tadi pagi Kavilla tidak datang saat akan menikah dengan Sadeva, kenapa setelah resmi menjadi miliknya barulah ia berulah begini? Kenapa coba.
Sreet
Brugh.
Tubuh Kavilla di hempaskan sampai terjatuh oleh Sadeva dan sedetik kemudian tamparan keras mendarat di pipinya.
Plak.
"Dasar, adik tidak tau diri. Padahal selama ini aku banyak membantu kamu Kav, tapi ini balasan kamu. Kamu tidak datang di hari pernikahan tepat waktu, dan apa yang aku lihat sekarang. Kamu bahkan dengan terang-terangan berada di atas tubuh suamiku, yang jelas-jelas aku istrinya saja tak berani." Marah.
Ia sangat kecewa.
"Kak, sumpah. Ini tidak seperti yang kakak lihat, aku tidak, aa--ku ti--dak melakukan itu kak. Aku mohon percayalah padaku kak," memohon di bawah kakinya.
Inara mendorong kuat tubuh adiknya, ia kesal dan marah pada Kavilla.
"Pergi." Sambil menunjuk pintu keluar kamarnya.
Kavilla menggeleng, ia tak mau pergi dari rumah ini, rumah yang menjadikan dirinya punya keluarga meski tak di anggap ada oleh ibunya.
"Tidak kak, ini juga rumahku kak. Rumah kita," ia tak mau.
"PERGI."Berteriak lebih keras lagi.
Kavilla menggelengkan kepalanya, ia masih tak mau pergi. Inara menarik paksa adiknya untuk keluar, baginya sangat merepotkan harus berpura-pura setiap hari baik dan perhatian padanya, kali ini sudah berada di puncaknya, apalagi setelah ia memergokinya bersama sang suami.
...BERSAMBUNG...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!