NovelToon NovelToon

Menikah Muda Dengan CEO

Prolog

Suara gemercik hujan, tak menghalangi anak dan ibu berbincang berdua di kamarnya. Membicarakan kisah masa lalu dengan ayahnya.

"Bu apakah ayah sekarang sudah tenang di sana?" Salsa memeluk ibunya erat, ia tahu jika ibunya juga pasti sangat merindukan ayahnya.

"Syang!! ayah pasti sudah tenang di surga, Salsa jangan mikirin ayah lagi ya"

BRAKKKK...

Suara pintu terbuka sangat keras, membuat Salsa dan ibu Morgan sontak terkejut, Dan menoleh bersamaan.

"IBU!!" Teriak Gio adik kecil Salsa berlari menghampiri ibunya dengan membawa secarik kertas di tangannya.

Salsa dan ibunya mengerutkan keningnya kompak.

"Apa itu Gio?" Tanya Ibu Megan.

"Bu, Kak, lihatlah! Ada orang kaya cari istri. Coba lihat dia sangat tampan!" Pungkas Gio begitu polosnya ucapan anak kecil ini, ia menyodorkan secarik kertas pada ibunya.

Salsa memincingkan matanya, seketika ia menarik kertas itu dari tangan Gio. "Kamu dapat ini dari mana?" Tanya Salsa dengan nada tinggi membuat Gio menunduk takut. Gio hanya diam, dengan telunjuk tangan menunjuk ke luar pintu.

"Kakak sudah bilang jangan keluar saat hujan!!" Salsa beranjak dari duduknya memukul pantat Gio berkali kali.

"Ampun kak! Ampun, Gio tadi hanya ambil ini. Gio gak hujan-hujan kak" ucap Gio menundukkan kepalanya takut. Dengan suara tangisan tersedu-sedu darinya. "Hik.. Hikss.. Gio tidak akan ulangi lagi kak!"

Ibu Megan menggelengkan kepalanya, dengan ulah anak gadisnya yang sangat over pada adiknya. ia segera bangkit dari duduknya, menepuk pundak Salsa.

"Sudahlah Sa, jangan sering memukul adik kamu, dengarkan penjelasannya dulu" Ucap ibunya lembut mencoba menengahi masalah antara Salsa dan Gio.

"Tapi Bu--"

"Sa! Dia adik kamu, kasihan dia! Kamu sering memukulnya. Biarkan dia berbicara dulu, jika memang tidak salah jangan marahi dia" Ibu Megan memetong ucapan Salsa cepat, tanpa memberi celah dia untuk mengelak.

Salsa menarik napasnya. mencoba untuk menenangkan hatinya, agar tidak terbawa emosi.

"Baiklah!" gumam Salsa nampak lesu. Ia tak mau kehilangan adiknya sama dengan ayahnya. Karena itu ia jadi over protektif dengan adiknya. Selalu melarang dia keluar rumah saat hujan.

Gio yang masih menunduk mencoba untuk mengeluarkan suaranya lagi.

"Hiks, Maafkan Gio kak!" ucap Gio, yang masih menundukkan kepalanya takut.

"Ya sudah cepat pergi ke kamar" pungkas ibunya mengusap kepala Gio.

Anak kecil berumur tujuh tahun itu, hanya terdiam berdiri di depannya. "Gio, maafin kakak! Kakak sudah memukul Gio" katam maaf itu terlontar di bibir Salsa. Ia duduk jongkok, memeluk adiknya.

"Udah sekarang Gio pergi ke kamar dulu ya, Nanti Ibu antarkan Gio pergi ke sekolah" Ibu Megan, menyela pelukan mereka.

"Iya Bu" Gio segera berlari menuju ke kamarnya.

~

Salsa Amerta Putri, Gadis cantik berusia 17 tahun. dengan kepribadian yang sangat unik. Dia sekolah di SMA Antartika kelas XI-IPA 3. Dia terkenal anak yang pandai namun satu yang bikin raportnyya jelek yaitu ia sering bolos sekolah saat hujan tiba. Gadis cantik itu, sangat ramah, sopan dan jahil pada semua orang. Tapi terkadang dia juga suka nyebelin.

Ibunya juga tak pernah melarang dia pergi ke sekolah atau tidak. Ia memberi kebebasan pada anaknya. Tetali bukan bebas untuk bolos sekolah kapan saja. Ia hanya mengijinkan anaknya tidak masuk sekolah saat hujan tiba, di iringaindengan suara gemuruh guntur.

Ibu Salsa seorang single parent. Ia hanya jualan kue keliling, menggunakan sepeda untuk biaya makan sehari hari dan biaya sekolah Salsa. Saat ayahnya meninggal ibunya selalu berjuang sendiri untuk menghidupi ke dua anaknya yang masih sekolah.

~

Setelah memandang Gio pergi, Salsa duduk kembali di ranjang. elirik secarik browsur itu.

"Coba lihat siapa yang cari suami itu" mata Ibu Megan, ikut melirik ke secarik browsur kertas itu.

"Apa ibu mau cari suami?" tanya Salsa dengan nada menggoda pada ibunya.

Ibu Megan, mengerutkan keningnya.

"Ibu sudah tua, rapuh begini siapa yang mau sama ibu" Ucap Ibu Salsa.

Salsa terkekeh kecil. "Ya, kan ada kekek-kakek yang mau sama Ibu" jawab Salsa menggoda ibunya.

"Salsa masak kamu mau punya ayah baru tapi kakek-kakek. Udah sekarang coba lihat dulu di brosurnya" pungkas ibu salsa

Salsa mulai membaca sebuah brosur di tangannya.

"Di cari wanita single yang mau menikah dengan seorang tuan muda anak tertua dari keluarga Morgan. Dengan syarat satu harus masih Virgin dan belum di sentuh sama sekali oleh lelaki. Dan harus berumur 17 sampai 21 tahun"

"Kenapa pengusaha kaya tapi tapi cari istri harus sebar brosur kayak gini. Seperti audisi saja." Decak Salsa yang merasa sangat aneh.

"Ya juga padahal dia sangat tampan bahkan seperti seorang artis. Pasti banyak wanita yang antri padanya-kan." Saut Ibunya.

Lama berbincang dengan ibunya soal pernikahan lelaki kaya itu. Kini pandangan ibunya tertuju pada anak gadis di depannya. " Sa Ibu mau bicara sama kamu!" Salsa menoleh ke arah ibunya, "Apa kamu mau menikah?" lanjut ibunya penuh keraguan mengungkapkan perasaan yang selama ini ia ingin utarakan pada anaknya itu.

Salsa terkejut, melebarkan matanya seketika, mendengar ucapan ibunya.

"Apa bu nikah??" perkataan itu bagai petir menyambar di hati Salsa, apa yang di pikirkan ibunya, hingga kata itu menyambar dari mulutnya.

"Salsa, ibu tahu kamu pasti gak mau. Tapi pikirkan nasib adik kamu dan ibu kamu yang surah tua ini." ucap Ibu Megan, memegang ke dua tangan Salsa berharap dia mau menerima tawarannya.

Salsa menarik napasnya. mencoba melegakan hatinya.

"Ibu Salsa masih sekolah, mana mungkin Salsa  menikah! Lagian dia tidak mungkin mau menerima gadis kecil sepertiku. Dan aku juga masih polos dan lugi gini, belum ada pengalaman sama sekali soal rumah tangga" Pungkas Salsa, yang kini matanya terlihat sudah mulai berkaca-kaca.

Ibunya terdiam seketika melihat anak kesanyangannya itu akan menitikkan air matanya. Ia memeluk erat tubuh anaknya, untuk menenangkan hatinya sejenak.

" Jika kamu tidak mau menikah gak apa-apa. ibu bisa bekerja jualan lagi" Pungkas ibunya.

Salsa terdiam, ia tahu jika ibunya ingin kehidupan yang lebih baik nantinya untuknya dan keluarganya. Melihat perjuangan ibunya selama ini Salsa mulai sadar. Tidak mudah jadi seorang Single Parent harus menghidupi ke dua anaknya yang masih sekolah.

~

Tok..tok...tok...

Suara ketukan pintu terdengar jelas hingga ke kamar Salsa. Membuat Salsa melepaskan pelukan ibunya

"Siapa yang datang hujan hujan gini?" gumam ibu Salsa, melepaskan pelukannya.

"Biar aku saja yang buka bu" ucap Salsa.

Belum ada jawaban dari ibunya, ia berlari keluar menuju ke pintu rumahnya.

Ibu Salsa hanya diam membiarkan dia bertemu dengan calon suaminya. Sebenarnya ia sadar jika itu pasti, Tuan Muda yang akan menjemput anaknya. "Maaf syang, hanya ini yang terbaik buat kamu, masa depan kamu dan adik kamu, semoga kamu bisa hidup bahagia dengan suami kamu nantinya" Kata itu yang bisa terlontar dari mulutnya, ia tidak bisa berkata jujur pada anaknya.

Salsa menarik napasnya, ia memegang gagang pintu dengan desain kuno, yang terlihat sudah lusuh dan hampir saja rusak. Di bukanya perlahan pintu rumahnya, ia hanya menunduk tak berani nenatap ke depan. Di lihatnya beberapa sepatu hitam yang nampak mengkilat itu berjejer di depannya.

"Pagi.." suara seorang yang sangat asing di telinga Salsa.

"Pagi" ucap Salsa datar. Mendongakkan kepalanya, mencoba melihat siapa yang datang. Seketika Salsa terkrjut melangkahkan kakinya ke belakang. "Ka- kalian siapa?" Wajah Salsa mulai panik, melihat tiga orang beroakaian sangat rapi dengan jas hitam yang membalut tubuh mereka.

"Jangan banyak bertanya! Ikut aku!" ucap Salah satu pengawal Tuan Muda yang berdiri di depan mereka.

Salsa mengulurkan ke dua tangannya ke depan, mencegah mereka untuk menyentuhnya.

"Eh.. tunggu, tunggu! Kalian siapa? Dan kesini mau apa? Mungkin kalian salah alamat." Salsa berjalan mundur, mencoba menghindar.

"Cepat bawa dia, Aku gak mau dia banyak bertanya lagi" Pinta seorang lelaki tampan itu, terlihat sangat dingin. ia membalikkan badannya melangkahkan kakinya masuk dalam mobilnya.

"Tunggu! Ini masih hujan, kalian mau membawaku kemana?" Tanoa banyak bicara lagi, dua pengawal itu, menarik tangan Salsa paksa. "Eh, apa yang kalian lakukan, jangan sentuh aku!"

"Jangan banyak bicara" bentak salah satu pengawal, menerobos rintikan hujan.

"KAKAK!" teriak Gio yang menyadari kakaknya di bawa seseorang pergi.

"Lepaskan aku!" Salsa mencoba meronta, namun tubuhnya yang mungil, tak sekuat dua pengawal berbada besar di sampingnya. Mereka melemparnya masuk ke dalam mobil mewah berwarna hitam, yang terparkir di halaman rumahnya.

NOTE :Maaf jika masih banyak typo. Aku coba revisi selalu gak bisa. San, tiba-tiba keluar sendiri dari apk. Sudah aku coba berkali-kali tidak bisa.

Masuk ke Dalam Sebuah Istana

Devid Morgan sorang Ceo di Morgan Group. Dia lelaki tanpan dengan tatapan mata yang sangat tajam. Sifatnya sangat dingin dan angkuh dan dia di kenal dengan sifat yang berkuasa, tidak di rumah maupun kantornya. Bahkan dia tidak pernah tersenyum sama sekali. Setiap hentakan kakinya menjadi momok yang sangat menakutkan membuat semua orang di sampingnya menunduk takut.

Di usianya yang tergolong masih muda, dia bisa membuat perusahaanya berkembang pesat. Menjelajahi pasar dunia, dengan kurun waktu lima tahun masa jabatannya.

Alasan kenapa dia ingin menikah lebih cepat. Karena rencana adik sepupunya yang ingin menguasai sisa harta untuk cucu Oma Maurent yang menikah lebih dulu.

Namun di balik sifatnya yang dingin, dan angkuh dia sangat friendly pada orang yang dekat dengannya. Dia suka bercanda, dan jahil hanya pada teman-temannya. Namun, saat di kantor wajah ceria, jahil dan ramah itu berubah jadi monster yang menakutkan bagi para pegawainya.

-----

"Kalian mau membawaku kemana??" Salsa mencoba untuk melepaskan diri dari cengkraman erat dua pengawal yang duduk di sampingnya.

"Jangan memegangku aku bisa duduk sendiri" bentak Salsa dengan nada tinggi. Namun tak di gubris oleh dua pengawal di sampingnya.

Salsa mengerutkan bibirnya menatap tajam ke arah Devid yang duduk di depan.

"Ech kamu tuan muda yang terhormat. Jangan seenaknya culik orang aku bisa laporin kamu ke polisi" ancam Salsa dengan nada penuh emosi meledak-ledak.

Bagaimana tidak emosi, dia belum sempat bilang pada Ibunya saat ia pergi tadi. Takutnya nanti ibunya kebingungan mencari dia kemana-mana, dan di kira ia pergi tanpa pamit. Yang ada dalam pikiran Salsa kini hanya adik dan ibunya nanti bagaimana nasib mereka saat ia tinggal.

Devid tidak melirik sedikitpun ke arah Salsa. Bahkan ia tak menggubris segala ucapan yang terlontar dari mulut Salsa yang tak ada hentinya.

"Eh tuan Muda apa kamu gak bisa ngomong!!!" Cerocos Salsa tak ada hentinya. Lama-lama buwat telinga David merasa gerah. Ia menggerakan kepalanya ke belakang, menatap tajam ke arah Salsa, percikan api kemarahan mengobar di mata pria itu. Membuat mulut Salsa terdiam seketika.

"BISA DIAM GAK!" bentak Devid menatap tajam ke arah Salsa membuatnya bergidik ketakutan. Ia terdiam seketika dengan sekujur tubuh terasa kaku melihat tatapan mengerikan, sangat tajam yang muncul dari bola mata lelaki di depannya itu. Salsa menutup rapat mulutnya. Ia tak berani berkata apa-apa lagi, ia hanya menundukan kepalanya. Dia sangat mengerikan! aku belum pernah tahu laki-laki saat marah sangat mengerikan!.

Hingga hampir 30 menit perjalanan, suasana nampak hening tanpa ada celoteh dari Salsa mereka sampai di sebuah istana megah milik keluarga morgan lengkap dengan deretan mobil mewah terparkir di halaman rumahnya. Di sinilah tempat berkumpulnya semua keluarga morgan berada. Mobil mewah itu masuk ke dalam halaman rumah itu, seketika para pelayan berhamburan keluar berbaris menyambut kedatangan Tuannya.

Salsa menatap kagum rumah mewah di depannya. Ini rumah atau istana, sangat mengagumkan. Rumah sebesar ini? Pasti di dalamnya banyak sekali keluarganya, Pikir Salsa.

Karpert merah, menjalar panjang tepat di samping mobilnya. seorang lelaki paruh baya dengan tangan memegang payunh, ia membuka pintu mobil lelaki dingin itu. "Pagi tuan!"

" Pagi! Bawa dia masuk" pinta lelaki dingin itu.

"Baik tuan!"

"Selamat datang tuan" Sambutan dari para pelayan yang langsung menundukkan badannya saat Devid melintas didepannya.

Devid hanya datar melihat sambutan itu. Ia berjalan masuk dengan langkah tegap, lebih dulu ke dalam rumah megah di depannya.

Dua pengawal menarik tangan Salsa membuat ia meringis kesakitan. Cemkramannya sangat erat, Salsa berpikir pasti akan meninggalkan bekas kebiruan pada tangannya nanti.

"Silahkan turun nona" sambit lelaki paruh baya itu.

Dua oengawal memberi kode dengan lirikan mata pada lelaki paruh banya itu. Membuat Salsa menatapnya aneh. Ia ingin sekali kakinya melangkah pergi. Namun tak bisa, cengkraman tangan dua pengawal ini membuatnya tersiksa. Tangannya terasa sangat sakit.

Ia terus meronta, tetapi percuma tubuhnya tak berdaya lagi. Dua lelaki berbada kekar itu masih mencengkram tangannya.

" Jangan pegang tanganku! Aku bisa jalan sendiri" ucap Salsa menarik tangannya yang terasa sudah sangat panas terus di cengkram dari tadi oleh dua pengawal sialan itu.

"Kalian pergilah!" pinta lelaki paruh baya pada dua pengawal berbadan kekar.

"Huhh.. pergi sana!!" ucap Salsa meledek, dengan bibir menguntup kesal.

Mr Bayu, Yang bisa di panggil Mr Bay. Tersenyum tipis, melihat tingkah Salsa. Tuan muda sangat pandai memilih calon istri, dia sangat cantik, meski terlihat kumel sekarang! Pikirnya.

"Silahkan masuk nona"

"Iya"

Apa ku harus masuk, Aku takut! Ada apa di dalam? Dan kenapa aku di bawa ke sini? Apa yang akan dia lakukan? Aku ingin pergi! Aku ingin pergi. Pikiran itu selalu terlintas di dalam otaknya.

"Ayo nona silahkan masuk" lelaki oaruh baya itu kembungkuk, memoersilahkan dia masuk ke dalam, pintu yang menjulang besar itu sudah terbuka lebar.

Salsa menarik napasnya dalam-dalam, mengatur keraguan hatinya yang terus melilit menghantui pikirannya.

Langkah kaki Salsa terlihat sangat ragu, ia menunduk berjalan menuju ke sebuah ruangan di mana Mr Bay mengantarnya.

"Tuan saya pergi dulu" ucap Mr Bay, dengan badan membungkuk, meminta ijin untuk pergi. Dan hanya di balas dengan mengibaskan tangannya. Seakan meng-kode dia, menyuruhnya segera pergi.

"Apa itu calon istri kamu?" tanya sorang wanita hang terlihat muda, namun tidak Salsa kenal. Tatapan mereka merasa tidak suka dengan gadis kecil, yang masih berpakaian abu-abu putih, dengan baju yang sudah lusuh itu.

Salsa yang dari tadi diam. Ia terkejut, mendengar ucapan itu. Ia mendongakkan kepalanya menatap ke depan. Semula ia yang ingin mengeluarkan suaranya. Seketika, mulutnya tiba-tiba terkunci. Ia mengurungkan niatnya untuk membantah. Dan memilih untuk diam, dan tetap berdiri di tempatnya.

Gimana bisa aku akan menikah, aku masih sekolah. Dan kenapa mereka tidak bilang padaku. pikiran Salsa benar-benar kacau, ia di bawa ke tempat yang tak dia kenal, dan di paksa untuk menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak ia cintai. kehidupan macam apa ini!!.

"Iya, Di calon istri aku, Dan dua hari lagi kita akan menikah"

Bagai di sambar petir, tubuhnya seketika kaku, saat mendengar ucapan lelaki yang membawanya tadi. Ia yang polos tidak tahu menahu tentang pernikahan di statusnya yang masih sebagai pelajar, kini harus menikah dengan orang yang tak di kenalnya.

"Suka gak suka, Aku harap kalian suka. Dan jika tidak ada yang suka dengan calon aku ini. Maka pergi dari rumah ini" ancam Devid, yang membuatnya keluarganya hanya diam, tak berani membuka mulutnya lagi. Dia yang paling berkuasa di rumah itu, tidak ada yang berani membantah apa kata dia. Namun lelaki itu hanya tunduk pada omanya, Oma Maurent.

Dengan perasaan terpaksa ayahnya hanya menganggukan kepala pada Devid, jika ia setuju saja dengan pilihannya. Bagaimanapun itu sudah keputusan Devid dia sangat keras kepala tidak mungkin bisa melarangnya dengan mudah. Dan hanya akan menimbulkan perselisihan di antara ayah dan anaknya sendiri.

"Jika kalian diam, aku anggap kalian setuju semuanya" Semua hanya diam, menatap setiap detai dari ujung kaki hingga kepala gadis yang berdiri di depannya. Mama Alexa, Mama Devid. menarik bibirnya tipis, dengan pandangan tidak suka dengannya.

"Pelayan sini" panggil Devid.

"Iya Tuan" Dua orang pelayan segera berlari menghadap Devid.

"Kalian cepat siapkan kamar khusus untuknya! bawa Baju-baju baru, semua kebutuhannya termasuk alat make up, dan tas branded agar dia tidak malu-maluin kalau pergi dengan aku."

"Baik tuan" Jawab para pelayan yang mulai mengerjakan tugasnya masing-masing.

" Kamu sini?" Devid memanggil Salsa yang dari tadi menunduk berdiri di depannya.

Mendengar panggilan itu pikiran Salsa bekecamuk. Apalagi yang akan dia katakan padaku. Apa yang akan dia lakukan, aku ingin segera pergi dari rumah ini.

"Angkatlah kepala kamu" Devid mencoba berbicara lembut dengan wanita di depannya, untuk membuat semua keluarganya percaya.

Salsa mendongakkan kepalanya lagi, melirik tajam ke arah Devid.

"Kenalkan diri kamu" pinta Devid, disambut dengan senyum kecut terpaut di wajah Salsa. Salsa menelan ludahnya. Menarik napasnya, dan mulai membuka mulutnya untuk berbicara.

"Perkenalkan aku Salsa. Dan aku masih berumur 17 tahun masih sekolah SMA di Antartika" Ucap Salsa terburu-buru, dengan nada Lirih dan kepala terus menunduk ke bawah.

Devid bangkit dari duduknya, melangkahkan kakinya mendekati Salsa. ia menepuk pundak Salsa berkali-kali, dengam berbisik

"Tatap ke depan jangan menunduk"

Salsa mengakat kepalanya, melirik tajam ke arah Devid. ingin sekali ia memukulnya saat ini, namun ia tidak bia berbuat apa-apa di depan banyak keluarganya. "Patuhi perintahku! Atau keluarga kamu dalam bahaya" ancam Devid.

Salsa terdiam, jika berhubungan dengan keluarga ia tidak bisa terima. Ia memejamkan matanya, menetralkan pikirann dan amarah yang mengobar membakar hatinya.

"Apa maumu?" balas Salsa lirih.

"Menikahlah denganku! Maka akau akan menyelamatkan keluarga kami"

"Baiklah! Tapi jangan pernah kamu sentuh keluarga ku"

Devid hanya diam, menunjukan senyum samarnya. "Pelayan, Cepat bawa dia ke kamar. Dan ganti bajunya." pinta Devid.

Kenyataan

Hampir 30 menit menunggu. Semua nampak canggung saling memandang satu sama lain. Sebenarnya keluarganya sangat enggan untuk menunggu. Tetapi tatapan dingin Devid membuat semua bergidik ketakutan. Bagaimana tidak, ia tatapannya sangat tajam bahkan seperti hewan buas, yang haus akan darah. Terlihat sangat mengerikan hingga semua keluarganya tunduk padanya.

Mungkin akan terlihat aneh, keluarga takut dengan anaknya. Karena sifat keras kepalanya, dan dia uang menguasai harta Oma Maurent, yang sekarang masih terbaring sakir.

Hanya satu yang berani melawannya yaitu adik bungsunya bernama Alan. Yang saat ini hanya terdiam, bersandar di sofa dengan ponsel di tangannya. Seolah ia tidak menggubris, semua keluarga yang berkumpul di sana. Alan laki-aki yang berbeda dari semua saudaranya. dia tidak mau di atur dan selalu acuh tak acuh pada semua orang. Dia masih kuliah semester lima.

Devid hanya diam melihat adiknya meski terkadang ia sangat kesal dengan ulahnya yang tidak pernah menghargai kakaknya.

"Kenapa dia lama sekali!!" Ucap Devid dengan nada kesalnya sudah menunggu terlalu lama.

"Pelayan!! Cepat panggil wanita itu untuk keluar!" Bentak Devid pada pelayan yang berdiri di belakangnya.

"Baik tuan!" jawab pelayan itu yang sudah mulai ketakutan.

Belum sempat pelayan itu naik ke tangga. Mereka melihat Salsa, di lantai atas dengan hentakan kaki ringan menuruni anak tangga, penampilannya kini membuat semua mata melebar tak percaya menatapnya. Benar-benar sangat mengagumkan. Dia terlihat sangat cantik dengan balutan gaun putih yang pas di tubuh mungilnya. Wajahnya terlihat lebih cantik dengan balutan make up mahal yang terpoles di wajahnya. Rambut yang lebih tertata rapi.

Semua mata menatapnya kagum. Bahkan yang semula menatapnya sebagai Salsa yang kumel kini berubah jadi seorang putri yang berada di depannya.

Devian adik ke dua dari Devid tak henti menatap kekagumannya gadis cantik di depannya. Matanya berbinar seketika melihat ia begitu cantik dan wajahnya sangat polos.

"Kak Devid benar-benar beruntung mendapatkan gadis cantik seperti dia" Batin Devian.

Alan yang semula sibuk dengan ponselnya. Ia melirik acuh pada gadis di depannya. ia menepuk pundak Devian yang duduk di sampingnya. " Dia siapa?"

Devian mendekatkan wajahnya, dan berbisik

"Dia calon istri kak Devid.." Jawab Devian lirih pada Alan.

"Dari mana kak Devid dapat gadis secantik dia. Bahkan dia terlihat sangat polos. Apa dia yakin menikah dengan gadis kecil itu" Bisik Alan pada Devian.

Devid hanya senyum semringai menatap semua tercengang dengan penampilan cantik dari Salsa. Ia menunjukan pada semua orang jika pilihannya sangat tepat. Ia lebih memilih gadis di bawah umur karena dengan mudah ia dapat di bohongi. Hanya dengan rayuan gombal dan iming-iming uang semua akan berjalan mulus.

"Maaf tuan lama!!" Ucap pelayan menundukan badannya di depan Devid.

Salsa hanya menundukkan, kepalanya tak berani menatap semua keluarga Morgan yang terlihat sangat tak suka padanya.

"kenapa kamu menunduk. Angkat kepalamu dan tunjukan pada mereka jika kamu pantas berada di keluarga Morgan!!" Ucap tegas Devid tegas. Ia bersandar dengan santainya di sofa dengan ke dua kaki menyilang.

Salsa mengehela napas beratnya. Ia mulai mengumpulkan semua keberaniannya mendongakkan kepalanya, menatap ke depan. Ia mencoba untuk tersenyum meski sebuah senyuman yang terpaksa tak bisa senyum lepas seperti biasanya.

Alan mengerutkan keningnya. "Hah terlalu kecil!!" Gumam Alan membuat semua mata tertuju padanya.

Alana menaeik sudut bibirnya tipis, beranjak berdiri pergi dari dengan perkumpulan keluarga itu. Bahkan tanpa mengucap salam atau hanya menyapa mereka.

Salsa melihat Alan yang sepertinya tidak suka dengan kehadirannya. Dan pergi begitu saja dengan tatapan sinis padanya.

"Dia sangat tampan, tapi terlihat dingin." Batin Salsa mencengkram erat ujung gaunnya untuk menghilangkna rasa groginya berada di depan keluarga besar Mogan. Wanita yang bukan siapa-siapa harus berada di rumah keluarga kaya.

Ia memainkan bibir bawahnya mengigitnya masuk ke dalam. Ia tidak berhenti memohon, Semoga aku cepat bebas dari tempat ini. Aku tak mau di tempat mengerikan ini bahkan semua tak mau menatapku.

Devid yang melihat tangan Salsa bergetar. Ia beranjak berdiri, memegang gangan slasa erat. Dan segera pwrgi dari ruangan itu.

"Semua selesai kalian boleh bubar" ucap Devid dengan nada datarnya tanpa menatap ke belakang. Ia berjalan menjauh membawa Salsa menaiki tangga dengan langkah semakin cepat. Membuat salsa tak bisa mengimbangi langkah Devid di sampingnya.

"Apa.. kamu gak bisa jalan lebih cepat lagi?" Ucap Devid dengan nada dinginnya.

"Kamu saja yang jalan terlalu cepat" pungkas Salsa yang berani menjawab perkataan Devid yang terkenal dingin itu.

"Sudah sekarang langkahkan kakimu lebih cepat lagi" Ucap Devid melepaskan tangan Salsa. Ia merasa sudah tak terlihat oleh keluarganya. maka tak perlu lagi baginya terus berpura pura untuk bermesraan lagi dengan gadis kecil yang membuat ia memutar mata malas.

Kalau bukan terpaksa ia tidak mau menikah dengannya. Banyak gadis di luar sana yang jauh lebih cantik dan seksi. Tapi tak bisa sepolos dan selugu dia. Apalagi dia gadis yang masih Virgin benar-benar belum di sentuh oleh orang lain. Itu kata ibunya saat mendaftarkan dia.

Devid membawanya masuk ke dalam ruangan khusus untuk menyelesaikan semua pekerjaannya. Bahkan bisa di bilang kantornya di rumah. Ia melepaskan tangan Salsa dan bergegas duduk di kursi kerja. Menyandarkan punggungnya melipat ke dua kaki dengan pandangan terarah pada gadis kecil di depannya.

"Aku ke sini hanya untuk memberi tahu syarat apa saja jika masuk dalam keluarga Morgan" Pungkas Devid memulai pembicaraan lebih dulu. Ia mengeluarkan sebuah dokumen dan melemparnya di atas meja.

Prakkk...

Devid melemparkan sebuah berkas pada Salsa. Itu tidak terlihat seperti berkas. Entahlah...

"BACA!"

"Maksudnya apa? Aku sudah bilang aku tidak mau menikah" Ucap Salsa mencoba menolak.

"Bukannya ibu kamu yang sudah daftarkan kamu padaku. Dan ingat aku sudah melunasi semua hutang ibu kamu. Dan lihat adik kamu masih kecil dan dia juga butuh biaya untuk sekolah hingga ke jenjang yang lebih tinggi nantinya. Dan sekarang nasib mereka ada di tangan kamu, terserah sekarang keputusan kamu bagaimana" Ucap Devid dengan tangan memegang bolpoin yang perlahan memainkannya menunggu jawaban dari Salsa.

"Ternyata ibu ..." ia tak bisa melanjutkan ucapannya dan. Tes, air matanya menetes jatuh ke pipinya yang terbalur dengan make up tipis.

"Kenapa ibu gak bilang jika dia punya hutang" gumam Salsa di iringi air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Cepat baca, dan tanda tangan!!" ucap Devid.

Mengernyitkan matanya, melihat Salsa terus menangis.

Hikss.. Hikss..

Brakk..

"Jangan menangis di sini! Aku gak suka!!"

Salsa hanya diam, ia menjawab apa yang di katakan laki-laki di depannya. yang ia pikirkan hanyalan kenapa ia harus menikah dengannya.

Tapi aku tidak mau menikah dengannya. Di jika aku berbohong jika aku sudah tidak Virgin pasti dia menolakku. .

"Sebelumnya maaf tuan jika aku sebenarnya tidak Virgin" ucap Salsa menundukkan kepalanya, mencoba unyuk menutupi kebohongannya.

Devid bangkit dari duduknya, melangkahkan kakinya mendekati Salsa, ia menarik tangan Salsa masuk ke dalam dekapannya. " jika kamu tidak Virgin, bagaimana kalau, aku tes sekarang. Aku akan mencobanya langsung!!" Bisik Devid.

Salsa mendorong tubuh Devid, hingga menyisakan jarak di antara ke duanya " Gak mau!!" ucap Salsa tegas, menatap tajam ke arah Devid.

"DUDUK!!!" Ucap Devid dengan nada tingginya.

Entah dewa apa hang merasukinya, ia tiba-tiba menuruti apa kata Devid dan duduk di depannya.

Brakk..

Gebrakan meja, saat Devid hendak berdiri, ia mengondongkan tubuhnya semakin dekat, hingga ke dua mata mereka tertuju.

"Jika kamu berani berbohong padaku lagi maka tak segan segan aku akan membuat keluargamu hidup di jalanan" ancam Devid.

Salsa hanya diam, menguntupkan bibirnya. Dan hanya bisa menganggum meng-iyakan apa yang di katakan Devid.

"Bawa dokumen itu ke kamarmu baca dan tanda tangan. Dan jika sudah bawa kemari" lanjut Devid.

Salsa yang tak mau terus berada di ruangan bersama lelaki dingin itu. Ia meraih dokumen persyaratan yang di berikan Devid dan mulai melangkahkan kakinya pergi dari ruangan itu tanpa berpamitan pada devid di belakangnya.

Ia terus bergumam tak jelas dengan langkah pelan menuju ke kamar barunya yang tak jauh dari ruangan kerja Devid.

"Benar-benar menyebalkan aku harus menikah dengan orang dingin itu" gumam Salsa dengan punggung tangan menyeka air matanya.

"brukkk.."

"Maaf" Ucap Salsa spontan.

"Punya mata itu buwat lihat jalan ke depan, bukan menunduk ke bawah!!" saut kesal lelaki di depannya dengan nada semakin tinggi.

perlahan Salsa mendongakkan kepalanya menatap seorang laki-laki tak jauh beda dari Devid dia sama sama angkuh dan juga sangat dingin.

"Hello.... bukannya situ juga salah, kenapa malah nyalahin aku!!" Ucap Salsa menarik bibirnya senis. Dengan tatapan seolah menantang ke arah Alan lelaki angkuh di depannya itu.

"Heh.. aku yang punya rumah di sini kenapa kamu yang nyolot" ucap Alan dengan nada semakin tinggi. Tatapannya sangat tajam menatap mata Salsa di depannya.

"Males deh.. ladenin orang dungu kayak kamu" Ucap salsa dengan santainya berjalan menabrak pundak Alan.

"Apa kamu bilang?" Alan semakin marah di buatnya.

Salsa berhenti sejenak membalikkan badannya.

"Dungu!" Salsa menarik kelopak matanya ke atas dan senyum tipis seakan mengejek Alan. Ia terus berjalan pergi tanpa perdulikan Alan yang terus cerocos gak jelas di belakangnya.

"Sialan tu bocah" Ucap Alan terlihat sangat kesal di buatnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!