NovelToon NovelToon

REBIRTH FOR LOVE

Bab 1 Terlahir Kembali

BLAAAR... !

Suara ledakan menggema keras dari arah rumah mewah yang terbakar.

Seseorang berlari keluar sembari membawa tubuh seorang wanita yang telah hangus terbakar oleh api.

"Soraya..., aku mencintaimu...", bisik seorang pria berwajah tampan yang wajahnya dipenuhi oleh luka bakar dengan kemeja putih kusut masai dan telah robek kepada Soraya.

Soraya mencoba membuka kedua matanya saat mendengar seseorang memanggil namanya.

Pandangannya yang nanar serta kabur menyulitkan penglihatan Soraya untuk melihat dengan jelas siapa yang berbicara dengannya.

Namun, satu hal yang dia ingat bahwa laki-laki yang berbicara dengannya adalah Samuel, suaminya.

"Sa-muel...", bisik Soraya dengan kedua mata berkaca-kaca.

Sedetik kemudian seluruh pandangan mata Soraya menjadi gelap gulita. Dan dia mulai kehilangan kesadarannya, tidak mengingat apa-apa lagi tentang kejadian hari ini.

Blaaar... Blaaar... Blaaar... !

Masih terdengar lamat-lamat suara ledakan hebat yang penuh guncangan dari arah kejauhan ditelinga Soraya ketika dia mulai tak sadarkan diri.

Setelah itu, Soraya terlelap jatuh pingsan dan terdiam kaku.

Tap... Tap... Tap... !

Suara langkah berisik ditelinga Soraya, menyadarkannya untuk segera bangun.

Soraya melihat dari dalam kaca ruangan ICU tempatnya dirawat saat ini, tampak sejumlah orang berbaju putih-putih berlarian panik sembari mendorong kereta tidur.

Kletek... ! Kletek... ! Kletek... !

Diatas kereta tidur yang didorong itu, Soraya melihat wajah suaminya Samuel dari balik kain yang tersingkap tak sengaja, sedangkan seluruh tubuh Samuel telah diselimuti kain putih yang menutupi tubuhnya rapat-rapat.

"Samuel...", gumam lirih Soraya yang berusaha bangkit dari atas tempat tidur.

Terdengar suara seseorang dari arah luar ruangan ICU.

"Pria bernama Samuel ini telah meninggal sekitar satu jam yang lalu ! Coba hubungi pihak keluarga terdekatnya karena istrinya saat ini mengalami koma !" ucap suara tersebut.

Ucapan itu membuat seluruh pikiran Soraya menjadi panik, mendengar kata-kata buruk yang mengatakan bahwa Samuel telah meninggal dunia membuat detak jantung Soraya semakin berdetak cepat tak menentu.

"Samuel... !!! Tidaaak... !!!" teriak Soraya lalu terbangun sesaat kemudian terbaring kembali ke atas tempat tidur dikamar ICU.

Tit... Tit... Tit... !

Suara mesin penopang hidup yang menunjang hidup Soraya berbunyi keras, menandakan keadaan Soraya tidak sedang baik-baik saja.

Tubuh Soraya menggeliat kasar serta melonjak cepat sedangkan kedua matanya terbelalak lebar.

Tit... ! Tit... ! Tit... !

Suara mesin penopang hidup terus berbunyi keras, suaranya yang keras terdengar hingga dari luar ruangan ICU.

Seorang perawat segera masuk ke dalam ruangan ICU untuk membantu Soraya bertahan hidup.

"Tolong pasien ini ! Dia kritis !!!" teriak perawat dari dalam ruangan ICU.

Sejumlah orang berseragam putih segera masuk kedalam ruangan ICU untuk membantu menyelamatkan Soraya agar dia bertahan hidup.

''Bantu dengan alat pemacu jantung ! Jaga detak jantungnya agar normal !" teriak seorang dokter.

Beberapa orang mengelilingi tempat tidur didalam ruangan kamar ICU, dimana Soraya berbaring saat ini.

Tampak perawat serta dokter rumah sakit ini berupaya keras untuk menyelamatkan nyawa Soraya agar terus bertahan kuat.

Sejumlah alat pemacu jantung serta alat bantu terus diusahakan agar Soraya dapat diselamatkan.

Soraya dinyatakan meninggal dunia pada hari Senin pukul Dua malam.

Tit...!

Tit... !

Tit... !

***

Soraya tiba-tiba terbangun dari tempat tidurnya di kamarnya yang mewah.

"Astaga ! Aku bermimpi buruk !" ucapnya seketika terperanjat kaget lalu duduk termenung diatas tempat tidurnya.

Soraya mengalihkan pandangannya ke arah sekitar ruangan kamarnya dengan wajah kebingungan.

"Jam berapa sekarang ?" tanyanya gelisah.

Soraya memperhatikan ke arah jam dinding yang ada dikamarnya.

Jarum jam menunjukkan angka dua tepat pada malam dini hari.

Soraya termenung sesaat ketika dia mengingat sesuatu dalam mimpinya bahwa dia telah meninggal dunia tepat jam dua malam dini hari.

"Tunggu ?! Bukankah aku tadi telah mati ? Dan kenapa aku bangun lagi sekarang ?" ucap Soraya.

Soraya masih tidak mempercayai dengan yang baru saja dia alami kalau dirinya telah mati karena kejadian dirumah oleh ledakan dari tabung gas yang berasal dari ruangan masak yang tak sengaja tersulut oleh api dan membakar habis rumah mereka.

"Samuel ???" gumamnya kemudian.

Soraya segera melompat turun dari atas tempat tidurnya lalu berlari keluar kamar sambil meneriakkan nama Samuel kencang-kencang.

"Samuel !!!" teriaknya panik.

Soraya berlari cepat menuju ke lantai bawah rumahnya yang mewah.

Mencari-cari keberadaan Samuel, suaminya.

"Samuel !!!" teriak Soraya lagi.

Soraya berlari tergesa-gesa dan hampir terjungkal jatuh, dengan cepatnya dia segera menahan dirinya agar terus berdiri tegak serta melanjutkan langkah kakinya untuk turun ke lantai bawah rumah melewati anak-anak tangga.

Ekspresi wajah Soraya sangat panik ketika dia tidak melihat keberadaan Samuel dirumah.

Soraya terus memanggil nama Samuel berulangkali dengan terus berlarian mencari suaminya tanpa henti-hentinya.

"Samuel !!!" panggil Soraya dengan wajah pias.

Braaak... !

Setiap pintu dibuka satu persatu oleh Soraya saat dia mencari Samuel didalam ruangan tertutup yang ada didalam rumah mewah mereka.

Tak satupun ruangan dirumahnya yang luput darinya saat dia mencari Samuel.

Brak... ! Brak...! Brak... !

Soraya terus berusaha keras untuk menemukan keberadaan Samuel meski dia tidak tahu kemana suaminya pergi.

"Apa dia benar-benar telah mati ?" ucap Soraya bergumam sendiri.

Langkah kakinya terhenti sejenak ketika Soraya telah berada di dekat ruangan yang terbuka di depannya.

Soraya melangkah perlahan-lahan ketika dia masuk ke dalam ruangan luas yang hanya dipenuhi oleh rak-rak lemari kaca.

Ruangan ini biasanya menjadi salah satu tempat terfavorit bagi Samuel sehari-harinya jika suaminya itu tidak sedang sibuk ke kantor.

Biasanya Samuel akan duduk santai selama berjam-jam di ruangan ini seraya menikmati minuman atau sekedar mendengarkan suara lagu.

Soraya terus melangkahkan kakinya ke dalam ruangan ini dengan mengalihkan pandangannya ke arah setiap sudut ruangan yang ada disini.

"Samuel...", ucapnya tersendat saat dia mengingat kembali pada Samuel.

Kedua mata Soraya tampak berkaca-kaca menahan tangisannya saat dia mulai menyadari bahwa mimpi yang dia alami bukanlah sebuah mimpi melainkan suatu kenyataan yang sesungguhnya.

"Oh, Tuhan ! Tidak ! Ini tidak mungkin terjadi !" ucapnya tertahan seraya meletakkan kedua telapak tangannya ke arah bibirnya yang memucat sedangkan tubuhnya mulai berguncang pelan ketika menahan tangisannya.

Soraya menggeleng lemah seraya mengerjapkan kedua matanya yang berair.

"Tidak mungkin Samuel telah mati ! Itu tidak benar !" ucap Soraya terisak-isak sedih.

Soraya menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Rasa sesal pelan-pelan hadir dalam diri Soraya ketika dia mengingat bahwa kecelakaan yang merenggut nyawa mereka berdua adalah kejadian nyata dan terjadi.

Sekarang...

Soraya kembali hidup untuk sesuatu yang penting.

"Samuel..., maafkan aku...", bisiknya dalam tangisannya ketika dia harus menyesali dirinya sendiri karena harus kehilangan suaminya yang begitu baik kepadanya selama ini.

Soraya jatuh terduduk di atas lantai ruangan sembari terus menangis tersedu-sedu tanpa henti-hentinya sedangkan semua kejadian telah terjadi dan tidak mungkin pernah lagi dapat diulang kembali.

Wajah Soraya memerah pucat serta kedua matanya menjadi sembab oleh air mata yang terus berlinangan, membasahi wajah cantiknya yang putih bersih. Sedangkan dia sendiri harus pasrah dapat menerima kepergiaan Samuel untuk selama-lamanya dari hidupnya. Dan itu tidaklah mudah bagi Soraya untuk kehilangan suaminya.

Bab 2 Dejavu

Soraya mulai teringat akan kejadian pada hari ini, dimana dia hendak pergi keluar, untuk menemui Kevin di salah satu cafe.

"Aku lupa jika hari ini, aku membuat janji dengan Kevin", ucap Soraya seraya menoleh keluar ruangan lalu berdiri.

Soraya terdiam sesaat sembari berpikir dengan janjinya.

Ingatan Soraya terus berulang-ulang berseliweran dibenaknya kala mengingat semua kejadian, sebelum dia mengalami kematian dan terlahir kembali.

"Saat itu aku pergi menemui Kevin yang merupakan mantan pacarku sewaktu dikuliah", ucap Soraya.

Soraya mengingat bagaimana dulu dia meninggalkan Samuel untuk menemui Kevin padahal Soraya sudah menikah dengan Samuel.

Kenekatan Soraya untuk tetap mempertahankan cintanya dengan Kevin telah membutakan mata hatinya dan terang-terangan terpesona pada ketampanan Kevin yang merupakan idola.

Pernikahannya bersama Samuel hanyalah sebuah pernikahan bisnis, untuk mempertahankan kekuatan bisnis keluarga masing-masing, tanpa cinta, begitulah pernikahan yang dijalani oleh Soraya dan Samuel selama ini.

"Tuhan... ?! Apa yang telah kulakukan ini... ?!" ucap Soraya tertegun.

Selama menikah dengan Samuel, suaminya selalu membanjirinya dengan kasih sayang bahkan tidak segan-segan menghadiahinya barang-barang mahal meski mereka tidak pernah berhubungan layaknya suami-istri.

Kesabaran Samuel sangat terasa hingga kepergiannya yang membekas di hati Soraya.

Samuel tidak pernah berhenti menyatakan perasaan cintanya kepada Soraya meski dia selalu mendapatkan penolakan dari Soraya sepanjang pernikahan mereka berdua.

"Samuel...", gumam lirih Soraya dengan wajah penuh sesal. "Tak seharusnya aku berbuat sekasar itu padamu, Samuel...", sambungnya.

Soraya semakin menundukkan kepalanya dalam-dalam, menyesali yang telah terjadi dalam pernikahannya.

Bukan karena tidak saling cinta diantara mereka yang menghalangi mereka bersama dengan bahagia melainkan Soraya-lah penyebab hancurnya pernikahannya bersama Samuel.

"Samuel..., seandainya waktu dapat terulang kembali, kuharap aku dapat menebus semua kesalahan ini...", ucap Soraya seraya terpejam sedih.

Penyesalan semakin dia rasakan teramat dalam hingga tak sadar, Soraya menangis terisak-isak sendirian.

"Samuel...", ucapnya sedih dengan menggeleng lemah.

Terdengar suara pintu diketuk dari arah luar ruangan.

Tok... ! Tok... ! Tok... !

Soraya terdiam sejenak lalu segera menolehkan pandangannya.

"Samuel ?" ucapnya.

"Nyonya, ada telepon untuk anda", sahut seorang perempuan bertubuh kurus kering yang berdiri diluar ruangan.

"Oh, kau Linda", sahut Soraya.

Cepat-cepat disekanya air matanya ketika Linda datang.

"Telepon dari siapa ?" tanya Soraya yang masih terdiam di dalam ruangan.

"Dari tuan Kevin, nyonya'', sahut Linda.

"Kevin ?!" ucap Soraya tertegun sejenak.

"Ya, tuan Kevin meminta saya untuk menanyakan apakah nyonya jadi datang menemuinya di cafe", kata Linda.

"Mmm, baiklah, aku akan menjawab teleponnya, dan sekarang kau bisa kembali ke kerjaanmu", ucap Soraya.

"Ya, nyonya", sahut Linda.

Linda pergi dari arah ruangan dimana Soraya berada kini, tinggal Soraya sendirian sedang menatap dingin.

Soraya mengalihkan pandangannya ke sisi lain kemudian mengeluarkan ponsel miliknya dari dalam saku rok panjangnya.

"Kenapa Kevin tidak menelponku melalui ponsel ?" ucap Soraya yang memperhatikan layar ponselnya.

Tidak ada satupun pesan yang terkirim pada layar ponsel miliknya bahkan satupun panggilan telepon juga tidak ada.

"Hufh... Haruskah aku menjawab telepon Kevin dan mengulang kesalahan yang sama lagi seperti dulu... ?!" ucap Soraya sambil menghela nafas pelan.

Soraya memasukkan kembali ponsel miliknya ke dalam saku roknya seraya berjalan keluar.

Tap... ! Tap... ! Tap... !

Langkah kaki Soraya terdengar tegas ketika dia melangkahkan kakinya menuju ke meja telepon.

Sret... ! Diraihnya telepon dari atas meja lalu menjawab panggilan telepon.

"Hallo...", ucapnya dengan ekspresi wajah dingin.

"Apa kau jadi ke cafe ? Aku sudah menunggu sedari tadi, apa kau ingkar janji, Soraya ?" sahut suara laki-laki dari balik telepon.

Soraya mendengus kasar ketika dia mendengar suara Kevin.

Entah kenapa sekarang dia merasa muak terhadap mantan pacarnya itu bahkan merasa jijik.

"Yeah..., aku akan datang kesana...", jawab Soraya yang terkesan malas-malasan.

"Cepatlah ! Aku sudah lama disini ! Cepat datang ! Aku tunggu !" sahut suara Kevin.

Klek !

Tut... ! Tut... ! Tut... ! Suara panggilan telepon berakhir cepat.

Tampak Soraya semakin kesal ketika Kevin langsung memutus telepon tanpa mengucap salam.

"Cih ! Bagaimana aku bisa terpukau dengan laki-laki segila dia ???" gerutu Soraya tak percaya.

Soraya bergegas pergi dan tak lupa mengambil kontak kunci mobil.

Dap... ! Dap... ! Dap... !

Soraya berlari cepat ke arah luar rumahnya yang mewah, dia terus lari menuruni anak-anak tangga diberanda depan, menuju ke tempat parkiran rumahnya.

Sejumlah mobil-mobil mewah berjejer rapi ditempat parkiran.

Soraya berlari menuju ke salah satu koleksi mobilnya, dan dia memilih sebuah mobil berwarna kuning yang merupakan mobil favoritnya setiap dia pergi.

Klek... ! Soraya segera masuk ke dalam mobilnya seusai dia mengarahkan kontak kunci mobilnya ke arah mobil ketika pintu terbuka secara otomatis.

Brrrmmm... !

Mobil berwarna kuning itu mulai bergerak pergi.

Melaju cepat, mobil meninggalkan halaman rumah yang luas serta dipenuhi tanaman hijau yang menambah asri halaman.

"Untuk apa aku menemui Kevin dan membuat janji dengannya ? Apa aku akan mengulangi kesalahan yang sama seperti dulu ?" ucap Soraya.

Soraya terus mengemudikan mobil berwarna kuning menuju ke jalan utama.

Mobil terus melaju kencang ketika melewati jalan yang ada di kota.

Soraya terlihat berkonsentrasi sewaktu dia menyetir mobilnya menuju ke tempat tujuan.

"Kupikir ini bukan lagi sekedar suatu kencan rahasia melainkan perselingkuhan yang semestinya tidak pernah aku lakukan", ucap Soraya.

Namun, Soraya tetap saja melajukan mobilnya ke arah cafe, tempat dimana Kevin menunggunya disana sedangkan kata hatinya berkata lain dengan apa yang dia lakukan sekarang ini.

Tidak mungkin dia berkhianat bukan.

Brrrmmm... !

Mobil mulai memasuki area parkiran cafe.

Soraya memarkir mobilnya ke salah satu sudut parkiran yang kosong lalu mematikan mesin mobil.

"Haruskah aku pergi sekarang ?" tanyanya seorang diri sambil menatap kosong.

Lama terdiam, Soraya masih duduk didalam mobilnya sembari menggenggam erat setir kemudinya sedangkan hatinya mulai diliputi keragu-raguan.

Ceklek... ! Soraya mendorong cepat pintu mobilnya lalu turun keluar dari dalam mobil.

Soraya berlari tergesa-gesa menuju cafe untuk segera menemui Kevin.

Kriet... ! Soraya mendorong kuat-kuat pintu kaca cafe yang memang berat. Dia melangkah masuk sembari mengawasi cafe yang sangat ramai oleh pengunjung.

Beberapa muda-mudi sedang duduk di kursi cafe yang tersedia, sembari tertawa ceria.

Ada juga pengunjung cafe yang bercakap-cakap dengan serius bersama teman-temannya.

Suasana cafe benar-benar sangat meriah, dan dipenuhi oleh khas aroma minuman kopi yang merebak luas didalam ruangan cafe ketika Soraya berada disana.

Soraya mencari Kevin didalam cafe, namun, dia tidak melihat laki-laki itu dimana-mana.

"Apa Kevin telah pergi dari cafe ini ?" tanya Soraya sembari terus berjalan ke dalam ruangan cafe terdalam.

Soraya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan cafe, mencoba menemukan Kevin.

Sayangnya, dia tidak melihat batang hidung Kevin di cafe ini bahkan bau khasnya juga tidak tercium oleh Soraya.

"Cih ! Dasar Kevin ! Sudah membuat janji tapi mengingkarinya !" ucap Soraya sambil mendesah cepat.

Soraya melirik ke arah jam yang melingkar pada pergelangan tangannya dengan seksama.

"Satu jam lebih lambat dari waktu janjian, aku datang terlambat ternyata", kata Soraya.

Soraya kembali memperhatikan ruangan cafe, berharap mungkin saja dia akan melihat Kevin. Tapi sayangnya, orang yang dicari oleh Soraya tetap tidak ada dicafe ini.

"Sebaiknya aku pergi ke toilet, sejak tadi aku menahan buang air kecil", ucap Soraya lalu berjalan pergi.

Bab 3 Tersadar

Soraya melangkah menuju toilet cafe. Dia berjalan cepat-cepat karena tidak dapat menahan lagi.

BLAM... !

"Ha..., akhirnya tuntas juga... !" ucapnya lega.

Seeerrrr... ! Krecek... ! Krecek... ! Dibukanya kran air ditoilet seusai dia buang air kecil lalu segera keluar dari bilik toilet.

Soraya berjalan ke arah wastafel toilet lalu bercermin seraya membasuh kedua tangannya dengan air kran yang mengucur deras.

"Sebaiknya aku segera menemukan Kevin dan pulang ke rumah", ucapnya sambil mengeringkan kedua telapak tangannya dengan tissue.

Sret... ! Sret... ! Sret... ! Dilemparkannya sisa tissue ke dalam tong sampah kemudian berjalan keluar dari dalam toilet.

Terdengar suara tawa didekat toilet ketika Soraya selesai buang air kecil tadi.

"Mana mungkin aku suka pada Soraya, itu tidak mungkin !" ucap suara laki-laki yang diselingi derai tawa.

DEGH... ! Tiba-tiba detak jantung Soraya berdetak keras ketika namanya usai disebut oleh seseorang.

"Siapa ?!" gumamnya pelan seraya menengok cepat ke sumber suara tersebut.

Alangkah terkejutnya Soraya ketika melihat Kevin sedang berbicara dengan seorang perempuan didekat toilet.

"Kevin ?!" ucapnya gugup.

Soraya segera bersembunyi dibalik dinding sembari terus mendengarkan percakapan antara Kevin dan perempuan yang bersamanya dengan seksama.

"Bukankah kamu mengejar Soraya agar dia bersamamu lagi", sambung perempuan itu sambil bergelayut manja pada Kevin.

"Aku hanya mengejar uangnya tapi tidak orangnya", sahut Kevin.

"Kau gila ya ?!" ucap perempuan itu agak terkejut kaget.

"Betina tak tahu diri seperti Soraya, pantas mendapatkan kehancuran karena kebahagiaan tidaklah cocok baginya", kata Kevin.

"Tapi kau mengajaknya ke cafe ini dan berencana kencan dengan Soraya", ucap perempuan berambut merah sambil bersandar pada dada Kevin.

Kevin mendesah pelan seraya mendongakkan kepalanya ke atas lalu tersenyum sinis.

"Aku ingin meminta uang darinya karena uang pemberian dari Soraya sudah habis, aku pakai untuk main judi", sahut Kevin.

"Kau keterlaluan, Kevin", kata perempuan itu seraya tertawa renyah.

"Sudah aku katakan dia pantas mendapatkannya karena aku sangat muak terhadapnya, Hira", sahut kevin sambil mengusap lembut bibir perempuan itu.

"Kau muak tapi kamu mengajaknya selingkuh dari suaminya", kata perempuan bernama Hira lalu melingkarkan kedua lengannya ke leher Kevin seraya menatapnya tajam.

"Bagaimana aku tidak muak kepadanya ?! Lihat saja tubuhnya yang gemuk tak terawat itu apalagi bau keringatnya, sungguh membuatku gila jika dekat dengannya !" sambung Kevin dengan mendengus kesal.

"Setidaknya dia cinta pertamamu", kata Hira.

"Cinta pertamaku tetaplah kau, Hira ! Aku hanya bermain-main dengan Soraya, selama dia dapat dimanfaatkan, kenapa tidak ?!" sahut Kevin.

"Dan kau semakin memanfaatkannya, saat kau tahu jika Soraya menikah dengan pria konglomerat yang super kaya raya", kata Hira lalu tertawa pelan.

"Dia sendiri yang datang kepadaku dan menawariku hubungan cinta setelah dia meninggalkanku dengan pria itu", ucap Kevin.

Kevin mengelus tengkuk leher Hira dengan gairah.

"Bukan aku yang berkhianat tapi dia", lanjutnya.

''Kau tidak terima ditinggal nikah oleh Soraya, ya ?!" kata Hira.

"Tidak, bukan karena itu, yang menyebabkan aku muak pada Soraya, aku hanya kehilangan harga diriku sebagai seorang laki-laki ketika pacarku meninggalkanku", ucap Kevin.

"Tapi kau bilang bahwa aku cinta pertamamu, kenapa lain lagi yang kau ucapkan sekarang ???" sahut Hira.

"Kau cinta terbaikku, Hira'', kata Kevin sembari mencium mesra Hira.

Tampak Kevin bermesra-mesraan bersama Hira tepat disaat Soraya melihatnya sendiri. Dan sekarang Soraya sadar jika Kevin telah mengkhianati dirinya selama ini.

Degh... ! Degh... ! Degh... !

Detak jantung Soraya bertambah cepat ketika dia menyaksikan pengkhianatan yang dilakukan oleh Kevin terhadap dirinya.

Ditutupnya mulutnya rapat-rapat ketika melihat Kevin mencium mesra Hira begitu lama dan intens.

Soraya berjalan mundur perlahan-lahan, meninggalkan Kevin dan Hira yang sedang bermesraan didekat toilet cafe yang letaknya memang agak tersembunyi dari pantauan umum.

Tap... ! Tap... ! Tap... ! Soraya berlari pergi dari dalam cafe sembari berlinangan air mata.

Hatinya remuk serta hancur lebur saat melihat kenyataan bahwa Kevin telah mendustai dirinya bahkan terang-terangan menginginkan kehancuran dirinya, mengharap ketidakbahagiaan baginya sehingga membuat Soraya tidak tahu lagi kemana dia harus pergi mengadu tentang rasa sakit ini.

Soraya terus berlari cepat menuju ke tempat parkiran mobil, tempat dia memarkir mobilnya.

Rrrng... ! Rrrng... ! Rrrng... !

Dihidupkannya mesin mobil berulangkali karena selalu mati ketika Soraya hendak mengemudikannya.

"Sial ! Sial ! Sial !" pekiknya putus asa sembari memukul keras-keras setir kemudinya.

Soraya menangis sejadi-jadinya didalam mobil.

''Huaaah... ! Huaaaah... ! Huaaah... !" jerit tangis Soraya pedih.

Tidak pernah menyangka bakal sepahit ini hidupnya, dikhianati oleh laki-laki yang dianggapnya cinta pertamanya dan tulus mencintainya.

Soraya selalu mengira Kevin benar-benar mencintai dirinya karena sudah lama dia mengenal Kevin dan mereka pernah menjadi sepasang kekasih dengan lama hubungan pacaran empat tahun ketika Soraya masih kuliah.

"Tidaaak... !!!" jeritnya dengan penuh kekecewaan.

Soraya menundukkan kepalanya pada setir kemudi didepannya, menangis tersedu-sedu.

Sakit..., Ya, memang sangat sakit dirasakannya dalam hatinya meski dia tahu bahwa itu adalah kesalahannya sendiri karena berselingkuh dari Samuel.

Rasa sakit mencabik-cabik brutal didalam hatinya ketika dia menemukan pengkhianatan Kevin.

Baru mengerti kalau Kevin yang dia cintai selama ini telah membohongi dirinya.

Brrrm... ! Soraya memutar setir kemudi mobilnya saat memundurkan mobil ketika mesin mobil berhasil dihidupkan.

Rrrrng... ! Mobil melaju cepat dari arah tempat parkiran cafe menuju jalan raya.

Mobil berwarna kuning yang dikendarai oleh Soraya melesat kencang, mengebut kencang saat meninggalkan halaman cafe.

Brrrm... Brrrm... Brrrm...

Soraya melajukan mobilnya sembari terus menangis, wajahnya yang cantik sontak berubah memucat pasi.

Kelahiran kembali dirinya setelah kematiannya telah memberinya banyak petunjuk untuknya bahwa orang yang paling dia cintai dalam hidupnya ternyata hanya berpura-pura mencintai dirinya selama ini.

Rrrrng... ! Mobil milik Soraya bergerak kencang di jalanan utama kota, menembus celah disetiap jalan yang dipadati oleh kendaraan yang penuh sesak, menyalip dengan mudahnya seakan-akan ingin mencapai tujuan secepatnya.

BRAK... !

Soraya masuk ke dalam rumah sambil berlari dengan menangis.

Masih dirasakannya kesedihan dalam hatinya jika mengingat perbuatan Kevin bersama Hira yang sedang bermesra-mesraan dicafe sehingga membuat Soraya hilang semangat hidupnya.

Disekanya air matanya yang keluar dari kedua matanya berulangkali saat jatuh berlinangan, membasahi wajah cantiknya dengan asal.

"Soraya...", panggil seseorang yang langsung menyentakkan Soraya.

Soraya membalikkan badannya dengan sangat cepat ke asal suara itu.

Seorang pria berwajah tampan sedang berdiri menatap dirinya.

Wajahnya yang cerah bagaikan rembulan malam semakin menawan hati.

Sayangnya segala kesempurnaan itu tidak memikat hati Soraya.

"Samuel...", sahut Soraya tertegun.

"Darimana ?" sapa Samuel yang masih berdiri terdiam.

Sontak saja seluruh kesadaran Soraya menjadi goyah, seolah-olah dunianya berhenti berputar saat ini, tak pernah dia percayai akan kembali bertemu dengan Samuel, laki-laki yang menjadi suaminya setelah peristiwa ledakan yang terjadi dirumah dan merenggut nyawa mereka berdua.

Kepala Soraya berdenyut-denyut pusing saat dia melihat sosok Samuel hadir kembali dihadapannya.

Rasa dalam hatinya bercampur acak, sedih, senang, bingung bercampur satu, tidak tahu kata-kata yang harus dia ucapkan ketika bertemu kembali dengan Samuel.

"Samuel...", hanya kata itulah yang selalu hadir, dan dia ucapkan berulang-ulang dari bibir cantiknya setelah melihat kembali suaminya.

Soraya memegangi kepalanya yang terasa berputar-putar pening sedangkan kedua tungkai kakinya mendadak lemas.

Pandangannya nanar saat memandang ke arah Samuel.

"Samuel...", ucapnya lagi.

Tiba-tiba seluruh penglihatan Soraya berubah kabur dan perlahan-lahan menjadi gelap.

Sedetik kemudian...

Soraya jatuh pingsan di atas lantai rumahnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!