NovelToon NovelToon

Kurebut Suami Temanku

Bab 1. Penyiksaan

7 tahun yang lalu.

Namaku Lee Sihyun. Pergantian musim telah terjadi di bulan oktober ini, sekarang sedang memasuki musim panas di negara korea.

Seperti biasa aku pergi dengan berjalan kaki menuju sekolah. Jarak rumahku ke sekola memang cukup jauh, 2 kilo meter bagiku sudah terbiasa untuk berjalan kaki, para temanku ada yang membawa motor, di antarkan oleh mobil dan ada juga yang naik bus.

Kadang ibuku bertanya, kenapa aku hanya sendirian jalan kaki padahal ibuku sudah memberiku uang? Aku hanya menjawab tidak papa.

Aku hidup bersama kedua orang tuaku, ayahku hanya seorang pengangguran yang selalu mabuk-mabukan tiap hari, ibuku selalu bekerja keras menjadi tukang bersih-bersih di hotel.

Sudah jelas kenapa aku memilih jalan kaki di banding naik bus atau taksi? Aku memilih menghemat dan ku tabung uang yang ibuku berikan padaku.

Aku menyimpannya untuk di gunakan saat aku membutuhkan sesuatu.

"Huft.. cuaca sekarang sangat panas, biasanya aku sudah sampai sekolah, tapi saat ini aku masih berjalan kaki menuju sekolah." Ucapnya sedikit kelelahan.

3 bulan lagi aku lulus SMA. Namun, hari-hariku di sekolah seperti di neraka. Ada beberapa orang di kelasku selalu menggangguku, mulai dari mencoret meja, membakar baju olahraga, dan menyiramku dengan air bekas mengepel.

Aku selalu diam karena tak ingin orang tuaku tahu. Mau melawan tapi aku tak berdaya.

Dan saat itu....

Ckitttt.

Sebuah motor tiba-tiba berhenti tepat di depan Sihyun. Sihyun terkejut dan mencoba melihat siapa orang yang mengendarai motor tersebut.

"Hei!! Mau berangkat bareng?" Ucap seseorang sambil membuka kaca helmnya.

Saat itu juga Sihyun terkejut melihat sosok pria tampan yang populer di sekolah mengajaknya berangkat bersama. Awalnya dia tak percaya. Tapi dia mencoba berjalan mendekatinya.

Ya, dia adalah Kim Taejun. Seorang pria tampan dan populer di sekolah yang selalu membuat para kaum hawa kagum. Namun kalian hanya perlu sebatas kagum saja, tidak boleh lebih. Karena Taejun sudah mempunyai kekasih.

"Ah, tidak usah. Aku akan jalan kaki saja." Tiba-tiba aku mengucapkan kata-kata ini pada orang yang menawariku tumpangan.

"Aku mengajakmu, karena jika kau masih berjalan kaki, pintu gerbang akan di tutup. Lihatlah, sekarang sudah menunjukan pukul 06:55."

Sihyun pun sedikit ragu, antara harus ikut atau tetap menolak. Pasalnya pria yang ada di hadapannya ini adalah kekasih Jiyun, dan Jiyun ini adalah ketua geng wanita yang selalu membulinya setiap hari.

"Ck. Lama!" Berdecak kesal. Taejun mencoba menyalakan kembali motornya dan berniat pergi.

"Eh, tunggu dulu Taejun, aku ikut!!" Pekikku tiba-tiba.

Taejun memutar bola mata malasnya, hampir saja Si hyun dia tinggalkan karena lama berpikir. "Aku hanya punya satu helm, kau pakai saja punyaku."

Sihyun terkejut saat Tae jun melepas helmnya dan malah memberikan padanya. "Tapi kamu--

"Gak papa, buruin. Nanti terlambat!" Timpalnya.

Akhirnya Sihyun pun naik dan duduk di belakang Tae jun. Dan entah kenapa Si hyun menjadi tegang, karena tubuhnya yang gemuk ini takut membuat Taejun kesusahan. 'Bagaimana jika dia berat membawaku? Kau malu-maluin Sihyun.'

Brummm.

Taejun melajukan motornya dengan kecepatan standar. Tidak lupa Sihyun juga memegang pada bahu Taejun agar tak terjatuh.

Tak lama kemudian..

Ckitttt.

Motor sudah sampai di depan gerbang sekolah. Banyak mata orang-orang yang tertuju pada Taejun dan Sihyun.

"Terima kasih." Ucap Sihyun sambil turun dari motor.

"Hm." Jawabnya.

Sihyun langsung menundukan kepalanya sambil berjalan duluan untuk masuk ke kelas,saat ini pun dia menjadi pusat perhatian teman sekolahnya. Bagaimana tidak, para kaum hawa merasa iri pada Sihyun yang datang bersama Taejun ke sekolah.

"Huft.. Semoga tak terjadi apapun." Gumamnya sambil berjalan menunduk.

Dan setelah itu, saat Sihyun berada di kelas para teman-temannya berbisik satu sama lain. Sihyun sudah terbiasa dengan ini semua, dia lebih fokus membaca buku di banding mendengarkan ucapan mereka.

Namun tanpa di sadari, kejadian tadi sudah sampai di telinga Jiyun. Dan benar saja, Jiyun datang ke kelas Sihyun sambil membawa kedua temannya.

Tap.. Tap.. Tap..

Terdengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah Sihyun, dan Sihyun tak mendengar itu karena dia memilih fokus pada bukunya.

"Waaah, Sihyun." Ucap seseorang yang berdiri tepat di depan Sihyun.

Saat itu juga Sihyun mendongak dan melihat sosok wanita yang sering mengganggunya sedang berdiri di depannya. "Ya, ada apa?"

Jiyun terkekeh mendengar ucapan Sihyun yang seperti tak ada apa-apa. Wanita ini semakin geram saat melihat sikap santai Sihyun.

"Kalian berdua, bawa si gendut ini ke gudang belakang sekolah, sepertinya dia ingin di kasih paham!!" Pekik Jiyun dengan ekspresi marahnya.

Deg.

Mendengar hal itu membuat Sihyun terkejut, meskipun dia sudah terbiasa dengan kelakuan mereka, tapi Sihyun tetap saja merasa takut.

Grep.

"Lepaskan aku!!" Pekik Sihyun memberontak saat tangannya di cekal oleh dua teman Jiyun.

Teman sekelasnya hanya bisa menonton saja tanpa membantu Sihyun. Mereka tak ada yang berani menolong Sihyun karena takut dengan Jiyun.

Orang tua Jiyun adalah salahsatu pemilik saham terbesar di sekolah ini, mereka tak ada yang berani menentang keputusan yang Jiyun buat, bahkan para guru pun tak berani menegur Jiyun.

Mereka telah sampai di gudang belakang sekolah. Jiyun menunggu kedatangan Sihyun sambil merokok, bahkan di sampingnya juga terlihat ada api yang sedang menyala.

"Ikat dia di kursi sana!" Titahnya pada dua bawahannya.

"Lepas!! Kenapa kamu selalu jahat padaku, Jiyun?! Aku tidak pernah sekalipun mengganggumu." Teriak Sihyun sambil memberontak.

Jiyun langsung menatap datar dan meniup asap rokonya ke wajah Sihyun. "Salahnya karena kau MISKIN!! Kau membuatku gemas sampai-sampai aku ingin mencekikmu setiap hari." Menunjuk Sihyun.

Posisi Sihyun kini terikat di kursi. Dia mendongak dan menatap marah pada Jiyun.

"Kau benar-benar psikopat!!" Teriaknya.

"Hahaha.. Kau benar, aku memang psikopat, dan hari ini sepertinya aku benar-benar sudah muak melihat wajahmu!!" Timpalnya sambil meremat wajah Sihyun.

Cssssss.

"Aaaaargh!!"

Tiba-tiba Jiyun menancapkan rokoknya yang masih menyala ke pipi Sihyun. "Haha sakit, yaa?"

"Somi, bawa kayu itu. Aku sudah mulai gatal ingin membuatnya menangis kesakitan."

"Siap, bos."

Sihyun menggeleng cepat. "Jangan, kumohon jangan. Tolong maafkan aku Jiyun, lepaskan aku, Hiks."

"Oh, ya? Maaf? Enak ya kau di bonceng sama Taejun? Kau lupa Taejun itu siapa? Dia kekasihku, sialan!!" Teriaknya dengan kesal.

"Hiks.. Maaf, aku mohon maafkan ak--

Csssss.

"Aaaaaaa, sakit." Jiyun menancapkan kembali rokoknya di dahi Sihyun, dia melakukan itu sambil tertawa tanpa merasa menyesal.

"Nah, Jiyun. Kayu ini sepertinya sangat bagus jika di tempelkan pada kaki dan tangannya."

"Waaaah, kalian memang pintar. Coba buka baju dia dan kau Video dia, Sora." Ucapnya memerintah.

"Oke."

"Ampuuun, tolong berhenti.. Jangan lakuin itu, Jiyun." Sihyun masih terus memohon meski tak di gubris Jiyun.

Sraaakk..

Salah satu teman Jiyun membuka paksa pakaian Sihyun. Kini Jiyun telah bersiap-siap untuk melakukan aksinya.

"Rasakan ini, jalaang!!"

Csssss.

"ARRRRRRGGGGHHHHH"

Dan terjadilah penyiksaan yang di lakukan oleh Jiyun dan teman-temannya. Mereka menancapkan kayu panas ke tangan dan kaki Sihyun, bahkan mereka juga tak segan melakukannya ke perut Sihyun.

****

To be continue.

Bab 2. Mimpi

Blam.

"Hosh.. Hosh.. sial, mimpi itu terus saja muncul akhir-akhir ini." Gumamnya sambil mengatur nafasnya.

"Astaga, jam berapa sekarang?!" Pekiknya terkejut melihat cahaya matahari yang masuk ke jendela kamarnya.

Setelah itu, Sihyun pun bergegas pergi mandi dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.

Setelah ibunya meninggal, Sihyun pergi meninggalkan ayahnya sendirian. Bukan tanpa alasan, Sihyun merasa cape dengan sikap ayahnya yang selalu meminta alkohol setiap hari.

Pernah pada suatu hari tepat seminggu meninggal ibunya, Sihyun sedang mengemas barang miliknya satu-persatu dan memasukannya ke dalam koper, dia berniat untuk mencari tempat baru yang akan di tinggali olehnya sendiri. Namun tiba-tiba ayahnya mengamuk dan meminta uang untuk membeli alkohol.

Sihyun tak memberikan uang, dia merasa sudah muak dan cape melihat sikap ayahnya yang hanya bisa meminta saja tanpa bekerja.

Karena merasa kesal tidak di beri uang, ayahnya langsung memukul kepala Sihyun dengan botol bekas minuman yang dia pegang. Sampai sekarang, tanda itu masih ada di belakang kepalanya karena robek dan harus di jahit.

"Katanya hari ini presdir di perusahaanku akan datang, sudah satu tahun aku bekerja di sana tidak pernah sekali pun tahu siapa pemiliknya." Gumamnya sambil memakai lipstik merahnya.

Tiba-tiba Sihyun berhenti dan menyentuh dahinya. Dia teringat dimana saat itu ada banyak bekas luka di dahinya. "Meskipun aku sudah melakukan operasi plastik, tetap saja aku masih merasa kalau tanda itu masih menempel disini."

Tidak hanya merubah wajahnya, Sihyun juga merubah nama indetitasnya agar bisa melupakan masalalunya yang kelam. Namun, trauma tetaplah trauma, kejadian 7 tahun lalu itu selalu saja menghantuinya setiap malam.

"Haish.. Ayo semangat kembali Sihyun, kau harus bekerja hari ini, lupakanlah hal itu sejenak." Mencoba menyemangati dirinya sendiri.

Setelah itu, Sihyun pun bergegas pergi keluar rumah untuk berangkat ke kantor. Dia pergi dengan menaiki kereta bawah tanah untuk sampai ke kantornya.

Sesampainya di kantor.

Tap.. Tap.. Tap..

"Aku harus menyiapkan berkas untuk meeting pagi ini. Astaga!! Mana semalam aku hanya tidur beberapa jam saja." Gumamnya sambil memijit pelipisnya.

"Pagi, bu manajer..!" Ucap seorang pegawai.

"Ya, pagi juga." Jawab Sihyun dengan senyum tipisnya.

Sihyun di angkat menjadi manajer berkat kepandaiannya dan kegigihannya, padahal dia baru satu tahun bekerja sudah bisa mengalahkan beberapa seniornya yang sudah lama bekerja disini.

"Bu, katanya presdir kita akan datang ya hari ini, apa ibu tahu?" Tanyanya.

"Ya, aku sudah mendengarnya dari direktur pelaksana semalam." Jawab Sihyun sambil fokus berjalan.

"Katanya sih, presdir kita ini sangat tampan dan gagah. Tapi, sayangnya dia sudah beristri." Ucapnya lesu di akhir kata.

Langkah kaki Sihyun tiba-tiba berhenti. Dia pun menoleh ke pegawai tersebut. "Aku lupa, siapa namanya?"

"Hmm, kalau gak salah namanya Kim Taejun, bu."

Deg.

Entah kenapa nama tersebut membuat Sihyun gelisah, dia merasa sesuatu akan terjadi hari ini. 'Ini pasti hanya nama yang sama, tolong kendalikan dirimu, Sihyun.' Batinnya.

"Bu manajer, apa anda baik-baik saja?"

"Ah, ya.. Saya baik-baik saja. Ayo kita masuk, sekarang ada rapat." Jawabnya dengan terburu-buru.

Setelah itu, para pegawai penting sedang berada di ruang meeting. Mereka sedang menunggu klien yang mengajak perusahaan ini untuk bekerja sama.

"Asisten manajer, tolong telepon klien kita, bukankah ini sudah menghabiskan banyak waktu?" Tanya Sihyun pada asistennya.

"Baik, bu. Saya akan coba meneleponnya kembali." Jawabnya.

Sihyun merasa kesal karena klien yang meminta meeting dari jam pagi masih belum datang juga sampai sekarang, para pegawai sudah menunggu lebih dari 30 menit di ruang meeting.

Ceklek.

Pintu ruangan meeting tiba-tiba terbuka. Semua yang ada di dalam langsung menoleh termasuk Sihyun.

"Selamat pagi."

"Suara ini....." Lirih Sihyun menoleh menatap ke arah pintu yang terbuka.

Deg.

*****

Author akan memperkenalkan para tokoh. Visual hanya pemanis. Jadi, bayangkan saja sesuai pembaca masing-masing.

Lee Sihyun/Kim Sihyun.

Kim Taejun.

To be continue.

Bab 3. Kim Taejun

Ckitt.

Sebuah mobil berhenti tepat di parkiran perusahaan Tae Group. Lalu keluarlah seseorang dari kursi belakang mobil.

Ceklek.

Seseorang tersebut melainkan adalah seorang pria yang memakai jas hitam serta kacamata beningnya. Kemudian pria tersebut menyugarkan rambutnya ke belakang sambil merapihkan dasinya.

"Sekretaris Kang, sepertinya kau merawat dengan baik perusahaanku ini..?" Mendongak menatap gedung tinggi di depannya.

"Tentu saja, presdir Kim." Merasa tersanjung mendengar pujian.

"Sepertinya aku akan tinggal sedikit lama di korea, setelah itu aku akan kembali ke australia lagi."

Ya, pria tersebut adalah Kim Taejun. Dia pulang kembali ke negara asalnya untuk mengurus perusahaan yang dulu dia bangun dengan hasil kerja kerasnya sendiri.

Sekretaris Kang hanya mengangguk paham saat mendengar ucapan atasannya tersebut. "Lalu bagaimana dengan nona Jiyun, pak?"

"Isteriku sudah dewasa, dia bisa pulang kesini jika merindukanku." Celetuknya sambil berjalan pergi duluan meninggalkan sekretarisnya.

"Eh, tunggu saya, pak!!"

Taejun berjalan dengan gagah saat masuk ke dalam perusahaanya. Para pegawai yang ada di dalam terlihat antusias saat melihat pemilik gedung yang sudah beberapa tahun tidak pulang akhirnya kembali.

"Presdir, selamat pagi." Ucapnya menyapa membungkuk bersama memberi hormat.

"Hm."

Taejun terkenal dengan cuek dan dinginnya, dia hanya menyapa seperlunya saja. Setelah itu, dia pun melangkahkan kakinya menuju lift untuk sampai di ruangan miliknya.

Entah kenapa tiba-tiba perasaannya sedikit gelisah, Taejun berusaha mencoba tetap tenang di depan sekretarisnya agar tak terlihat sikapnya saat ini.

"Sial!" Mengumpat.

"Heu? Apa anda mengatakan sesuatu, pak?" Tanya sekretaris Kang yang terlihat kebingungan.

Bisa di bilang sekretarisnya tersebut selalu peka saat melihat kondisi Taejun. Taejun tidak bisa menyembunyikan apapun di depan sekretarisnya. "Ck, aku.. Entah kenapa aku tiba-tiba merasa gelisah."

"Ah, mungkin anda akan bertemu dengan mantan." Celetuknya tanpa dosa.

Taejun langsung mendelikkan matanya saat mendengar ucapan spontan dari sekretarisnya. "Apa kau ingin mati, Kang Yejun?"

Glek.

"T-tidak, presdir."

"Kalai begitu cepat jalan!!" Bentaknya dengan wajah kesal.

Kang Yejun langsung berlari saat mendengar perintah dari sang presdir.

Dan setelah itu.. Taejun pun sudah sampai di lantai atas di ruangan miliknya, dia menghirup udara segar saat kembali ke negara asalnya.

"Presdir, mau saya siapkan kopi?" Tanyanya menawari Taejun minum.

"Tidak. Aku hanya---

Drrrrtt.. Drrrttt.

Ponsel Kang Yejun tiba-tiba berdering, satu panggilan masuk ke ponselnya. Dia pun langsung bergegas merogoh ponselnya.

"Tuan Yedam?"

Taejun langsung melirik pada Yejun. "Angkat! Mungkin dia telah sampai." Ucapnya dengan nada pelan.

Yejun menganggukan kepalanya, dia pun mengangkat telepon dari seseorang bernama Yedam.

"Hallo...?"

[.....]

"Apa? Terlambat?" Pekik Yejun.

[....]

"Ah, baiklah.. Biar saya yang sampaikan nanti pada manajer perusahaan kami." Ucapnya dan langsung mematikan telepon.

Taejun menaikan satu alisnya, dia menatap datar Yejun seakan-akan memberi kode padanya untuk mengatakan sesuatu di telepon barusan.

"B-begini, pak.. Tuan Yedam terlambat karena di depan mobilnya terjadi kecelakaan, dia terjebak macet dan sepertinya menyebabkan meeting kali ini di undur menjadi nanti siang." Ucapnya panjang lebar menjelaskan.

"Ck, ayo kita ke ruang meeting sekarang. Biar aku saja mengatasi meeting kali ini." Memutar badannya kembali menuju ruang meeting yang berada di bawah.

Saat itu Yejun tidak bisa menghentikan Taejun, padahal Yejun bisa mengatasinya sendiri dan menjelaskannya ke ruang meeting.

Sesampainya di bawah, tepatnya di depan pintu ruang meeting. Taejun mencoba menghela nafasnya sejenak sebelum masuk.

Ceklek.

"Selamat pagi."

To be continue.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!