...----------------...
'KRIEEET....'
Pintu berterali besi yang berat itu terbuka perlahan.
Suara deritnya menimbulkan bunyi yang sangat memekakkan telinga yang mendengarnya.
Akan tetapi, pasien lelaki separuh baya itu tidak bergerak sama sekali. Dia seolah-olah tidak mendengar suara apa-apa.
Untuk sesaat, Dokter Dryas Dafandra menatap pasiennya dari ambang pintu. Pasien itu tetap tidak menoleh kepadanya. Dia masih tetap menatap ke luar melalui sebuah jendela berterali besi, yang terletak di atas dinding kamarnya.
'Tap....Tap...Tap....'
Dokter Dryas melangkah masuk ke dalam ruangan itu. Seorang penjaga berseragam putih yang berbobot hampir delapan puluh kilogram itu, langsung menutup pintu tersebut dan menguncinya sekali. Lalu dia berdiri tegak mengawasi di luar pintu tersebut.
"Avram Everglass...."
Dokter Dryas memanggil nama pasien tersebut sambil berjalan menghampirinya. Akan tetapi, sang pasien masih tetap bergeming di tempatnya.
"Avram Everglass!" seru Dokter Dryas.
Dokter itu setengah membentak memanggil nama pasiennya. Dan usahanya berhasil kali ini, pasiennya itu menoleh kepadanya. Tatapan matanya kosong.... Sekosong raut wajahnya.
"Apa yang sedang kamu lamunkan, Avram?" tanya Dokter Dryas.
Hening....
Tidak ada jawaban apa-apa atas pertanyaan yang dia lontarkan tadi.
Avram hanya memandang Dokter itu, seolah-olah dia sedang menatap sebuah lukisan. Datar.... dan.... kosong.
'Sreeeek.... Bruk...'
Dokter Dryas menarik sebuah kursi dan mendudukinya. Dia duduk di dekat pembaringan Avram. Dia menatap pasiennya dengan cermat.
"Apakah kamu masih memikirkan kakakmu?" tanya Dokter Dryas.
Avram tetap terdiam... Dia memandang wajah Dokter tersebut dengan pandangan yang kosong.
"Atau.... Kamu memikirkan... Mantan istrimu?" pancing Dokter Dryas.
Ketika mendengar kata "Mantan Istri", tiba-tiba mata Avram berubah menyeramkan. Ada sebuah kesakitan yang memancar dari pandangan matanya.
Mata yang membuat orang merasa takut ketika bertatapan dengannya. Tapi bagi Dokter Dryas, tatapan Avram justru membangkitkan sebuah sensasi yang aneh di hatinya.
"Alceena...." bisik Avram penuh gairah.
"Alceena-ku.... Sangat cantik!" gumam Avram pelan.
Dokter Dryas pun bersemangat ketika mendengar Avram bersuara.
"Ceritakan lagi, Avram.... Ceritakan lagi tentang Alceena-mu itu!" pinta Dokter Dryas dengan suara yang terdengar aneh.
"........"
...****************...
Assalammualaikum, Reader's-ku❤
Berjumpa kembali kita di Novel aku yang berjudul "SKIZOPRENIA PARANOID". Novel ini isinya 'nano-nano'... Ada kesalnya, ada tegangnya, dan ada kasiannya dengan tokoh Avram ini.
Author mau coba buat novel pendek yang mengisahkan tentang perjuangan seorang wanita yang sudah bercerai dengan suaminya dan menikah kembali dengan seseorang yang mencintai dan menghargainya.
Dia mempunyai seorang anak perempuan yang bekerja sebagai 'publik figur' yang nakal dan suka membangkang kepada dirinya, hanya karena merasa selalu dibela oleh ayahnya yang sangat menyayanginya.
Entah nanti novel ini akan menarik minat para readers atau tidak. Semuanya tergantung dari kesukaan dan minat para readers terhadap sebuah cerita novel.
Author hanya ingin meminta kerendahan hati para readers, agar bisa mensupport Author dengan cara LIKE, SUBSCRIBE, GIFT, VOTE, dan FOLLOW Author di sini.
Baiklah, berikut ini adalah visual pemeran utama dalam novel Author. Gambar-gambar ini hanyalah sebagai pemanis dan pandangan untuk para readers dalam membaca novel author ini.
*Seluruh gambar ini courtesy dari Google dan Pinterest*
...****************...
1. Alceena Eugene
2. Carvey Damian
3. Amaltha Estrial
4. Avram Everglass
5. Claus Gildas
6. Dokter Dryas Dafandra
...****************...
❤Semoga berkenan dan Happy Reading ❤
...----------------...
"Alceena...! Lihat, siapa yang datang!" teriak Carvey Damian dari ambang pintu depan.
'Sroot.... Sroot.... Sroot....'
Alceena bergegas menyemprotkan parfum kesukaan suaminya ke tubuhnya, sebelum dia melangkah keluar dari kamarnya.
'Tak.... Tak.... Tak...'
"Hai, cantik kesayanganku!" sapa Carvey dengan suara lembut.
"Hai, suamiku..." jawab lembut Alceena sambil tersenyum.
Sebenarnya Alceena Eugene sangat malas untuk tersenyum. Tapi, ya sudahlah... Demi suami tersayangnya.
'Bruuuk...'
Carvey Damian melemparkan begitu saja tas kantornya ke atas kursi. Lalu dengan cepat, dia merengkuh istrinya ke dalam pelukannya.
"Cup.... Apakah kamu tidak menanyakan siapa yang datang, sayang?" bisik lembut Carvey sambil mengecup pipi Alceena dengan lembut.
"Hm, siapa lagi kalau bukan suamiku? Cup..." jawab Alceena sambil membalas kecupan suaminya.
"Kamu tidak bertanya... Mungkin saja aku... Membawa seorang fans baru untukmu?" ujar Carvey dengan nada bercanda.
"Isssh, sayang! Fans baru apa? Kamu kan tahu, aku umur berapa sekarang?!" ujar Alceena sambil tersenyum pahit.
"Hahahahaha, cup! Masih di awal empat puluhan sayang.... Kamu masih terlihat cantik, kok!" jawab Carvey tertawa sambil mengecup lagi pipi Alceena.
"Tentu saja! Aku hanya terlihat cantik untuk dirimu saja, karena kamu sudah tidak.mempunyai pilihan lain!" ujar Alceena dengan nada sedikit kesal.
Alceena mencoba untuk melepaskan diri dari pelukan Carvey yang sangat betah memeluk dirinya.
"Eeeh, siapa bilang?!" ujar Carvey sambil merengkuh kembali istrinya dari belakang.
"Kamu masih tetap seorang wanita yang paling memikat yang pernah Tuhan ciptakan! Penggemarmu pasti masih akan mengantri, jika kamu mau menjual tiket pertunjukan kamu kembali..." ujar Carvey kembali sambil mengecup leher Alceena dengan mesra.
Alceena menggeliat, mencoba untuk melepaskan dirinya dari pelukan Carvey yang semakin erat. Cinda, si pelayan yang masuk membawa sepiring buah-buahan dingin pun langsung mengundurkan diri dengan wajah yang sudah memerah karena tingkah mesra sang majikan.
Bukan sekali dua kali ini Cinda memergoki majikannya yang sedang berduaan. Tapi entah mengapa, setiap kali dia melihat adegan seperti itu, dia merasa malu dengan wajah yang memerah.
Majikannya ini memang sudah tidak muda lagi, umurnya sudah masuk kepala empat. Dan mereka sudah menikah selama lima belas tahun lebih. Tapi Tuan Carvey sangat memuja istrinya.
Tuan Carvey tidak pernah merasa malu untuk menyatakan kekagumannya kepada istrinya dimana pun berada. Sampai orang-orang yang melihat kemesraan mereka, merasa jengah.
"Apakah perlu aku buktikan, hm?" tanya Carvey kepada istrinya.
Dia mendekap erat istrinya dan membawanya ke kamar mereka.
"Ja...jangan sekarang. Nanti malam saja... Sekarang kamu lekas mandi sana! Jangan sampai bau-mu merusak aroma parfumku!" jawab Alceena gugup.
"Hahahahahahaha...."
Carvey terbahak melihat tingkah istrinya yang masih malu-malu meong itu. Dia.melepaskan bajunya dan mengambil baju bersih yang sudah disediakan oleh istrinya.
"Sekarang ceritakan kepadaku, apa yang membuat istri cantikku ini kesal?" ujar Carvey dengan sabar.
Alceena tersenyum pahit.
"Ternyata aku masih belum bisa membohongimu..." ujarnya dengan wajah cemberut.
"Hohoho... Tentu saja tidak bisa, jika kita masih satu frekuensi sayang!" ujar Carvey dengan bangga.
"Apa yang kamu rasakan, pasti aku akan merasakannya juga. Apa lagi? Pasti gara-gara Amalthea Estrial-ku yang cantik tiada tara itu belum pulang, kan? Atau, sudah muncul Pangeran Berkuda Putih yang lainnya?" ujar Carvey menambahkan dengan nada bercanda.
'Haaah!!'
Alceena menghela nafasnya dengan berat. Wajahnya muram, seperti banyak pikiran.
"Aku sudah bosan untuk menasehati dia! Kamu juga harus ikut menasehatinya, dong! Makin hari, pergaulan anak itu semakin tidak karuan! Aku takut dia keluar batas..." ujar Alceena dengan nada kesal.
Carvey Damian tersenyum sabar, ketika mendengar unek-unek kekesalan sang istri.
"Tidak karuan bagaimana, sayang?" tanya Carvey santai.
"Wajar saja, Thea kan lagi puber... Jadi biasa saja, jika dia pulang telat, pacaran berjam-jam lewat telepon, dan chatting ngalor-ngidul via internet sama orang yang kenal saja, tidak...."
"Bukan hanya itu!!" seru Alceena kesal memotong perkataan Carvey.
"Kamu tahu tidak? Tadi dia telepon dan meminta izin untuk ikut syuting sinetron bersama temannya!" ujar Alceena memberitahu Carvey.
Setelah selesai memberitahu hal itu, Alceena langsung keluar kamar dengan kesal.
'BRAAAK...'
...****************...
Amalthea Estrial memang sudah berparas cantik semenjak dilahirkan. Sejak kecil, dia sudah memperlihatkan kecantikan alami yang sangat memikat.
Sebagai Ayahnya, Carvey Damian sangat merasa bangga terhadap anaknya.
"Ya! Sekarang aku mempunyai dua orang Ratu yang cantik dirumah!" ujar Carvey dengan nada bangga.
"Hm! Dan tugasmu semakin berat!" jawab Alceena sambil tersenyum sangat tipis.
"Oh, tugas apa?" tanya Carvey penasaran.
"Tugas untuk mengawal mereka tentunya!" jawab Alceena sambil mendelikkan matanya.
"Hahahaha, baiklah! Jika diperlukan, aku akan mulai belajar ilmu bela diri!" ujar Carvey sambil terbahak.
Carvey Damian sadar, semakin Amalthea dewasa, maka semakin banyak pelajaran yang harus Carvey pelajari.
"Kamu harus bisa mulai mendidiknya, Carvey! Jangan terlalu memanjakannya! Kamu bisa merusak kepribadian Amalthea!" ujar Alceena memperingatkan Carvey.
Bagaimana seorang Carvey Damian tidak memanjakan Amalthea Estrial, anaknya? Dia seorang anak perempuan satu-satunya, dan dia sangat cantik, terlalu menarik untuk diabaikan!
Tidak heran jika Amalthea sangat dekat dengan Ayahnya. Dia selalu lari untuk meminta perlindungan dari Ayahnya, jika sang Bunda memarahinya. Dan hal itu pula yang membuat Alceena semakin sulit untuk mendidik seorang Amalthea.
"Kamu jangan terus menghalangi aku, jika aku sedang memarahinya!" gerutu Alceena kesal.
"Kamu itu bukan saja memarahinya, Sayang! Tapi kamu juga memukulnya!" jawab Carvey membantah gerutuan Alceena.
"Pukulan itu diperlukan, jika dia sudah tidak mau mendengarkan kata-kataku!" seru Alceena tambah kesal.
"Kalau begitu, jangan didepanku! Aku tidak.tega melihatnya..." ujar Carvey masih dengan nada sabar.
"Baiklah! Sekarang menyingkirlah! Biarkan aku mendidiknya dengan benar!" seru Alceena kepada Carvey.
Akhirnya Carvey menyingkir dari hadapan Alceena, tapi dia juga membawa Amalthea bersamanya.
"Kamu kenapa nakal sekali sich? Kamu selalu membuat Mama-mu kesal!" gerutu lembut Carvey kepada Amalthea.
Saat masih kecil, Amalthea hanya bisa menelusupkan kepalanya di dada bidang Ayahnya sambil menangis.
Tapi saat sudah beranjak dewasa, dia sudah berani membantah, berani menggugat, dan sudah bisa bertanya.
"Kenapa sich Mama sepertinya benci banget sama Thea, Pa?" tanya Amalthea.
Carvey hanya bisa terkekeh mendengar pertanyaan anaknya.
"Hehehehe... Siapa yang bilang, hm? Mama sangat menyayangimu.... Sama seperti Papa!" jawab Carvey sambil membelai lembut kepala Amalthea.
"Mama sepertinya cemburu sama Thea, ya Pa? Karena Thea kesayangan Papa? Atau.... karena Thea cantik, jadi Mama merasa tersaingi?" tanya Amalthea kembali.
"Hahahahaha! Kamu ngomong apa sich, Sayang?!" jawab Carvey sambil terbahak mendengar celoteh Amalthea.
Carvey Damian memeluk anaknya dengan perasaan sayang. Kadang-kadang, jika sedang memanjakan anaknya, Carvey lupa jika anaknya sudah tumbuh menjadi seorang gadis remaja.
Carvey sering memperlakukan Amalthea seperti ketika dia masih berumur tujuh tahun. Kedekatan hubungan mereka malah menyebabkan hubungan antara Amalthea dengan Alceena semakin memburuk! Hampir setiap hari mereka bertengkar.
Alceena Eugene tentu saja sangat menyayangi Amalthea. Dia mengagumi kecantikan dan kecerdasan Thea. Dalam usia dua tahun, Thea sudah mampu menyebutkan nama dua puluh ekor binatang dalam bahasa Inggris.
Pada umur empat tahun, Amalthea sudah pandai membaca sebuah buku. Dan pada hari ulang tahunnya yang ke tujuh, dia sudah pandai menggunakan alat make up Ibunya untuk merias wajahnya sendiri.
Carvey Damian tertawa geli bercampur kagum, saat dia melihat betapa sempurnanya make up itu untuk anak berumur tujuh tahun.
"Hahahahaha.... Sempurna!"
Sedangkan Alceena mulai merasa ketakutan. Bukan karena iri, atau takut tersaingi.
Ibu mana yang tidak bangga dengan kepandaian dan kecantikan anaknya? Tapi dibalik rasa bangganya, terselip rasa khawatir yang sangat besar. Dan kecemasan itu semakin bertambah setiap harinya.
Amalthea Estrial bukan hanya dekat dengan Ayahnya, tapi dia selalu bersembunyi dibalik perlindungan Ayahnya ketika sedang dimarahi.oleh Ibunya.
"Kamu akan merusak Thea jika terlalu memanjakannya, Carv!" keluh Alceena dengan perasaan kesal.
Dan akhirnya kekhawatiran Alceena terbukti! Amalthea bukan hanya tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik dan cerdas, tapi dia juga tumbuh sebagai seorang gadis yang Pembangkang.
Jika Ibunya melarang dia melakukan sesuatu, dia malah bersikeras ingin melakukannya. Selain cantik, dia juga ternyata keras kepala.
"Semakin dilarang, dia akan semakin membangkang!" ujar Carvey membujuk Alceena.
Alceena memang melarang Amalthea untuk ikut main sinetron, karena dia paham bagaimana kehidupan seorang publik figur di luar sana. Sebuah kehidupan bebas yang tidak ada aturannya.
"Itu memang sudah kebiasaan para remaja yang sedang dalam masa pubertas, mereka akan membangkang untuk mencari jati dirinya sendiri..." ujar Carvey sambil duduk di dekat Alceena.
"Hufft!... Jadi kita harus bagaimana? Diam dan mengikuti semua kemauan mereka, gitu?" tanya Alceena sambil membuang nafas lelahnya.
"Thea itu perlu di dekati.... Bukan dimarahi terus setiap hari!" jawab Carvey.
"Dia bersikeras mau ikut main sinetron! Aku melarangnya, karena aku takut mengganggu pelajaran sekolahnya! Thea kan baru kelas tiga SMP! Usianya baru lima belas tahun, Carv!" seru Alceena kencang.
Alceena merasa jengah mendengar Carvey terus-terusan membela anaknya.
"Nanti aku akan bicara kepadanya..." ujar Carvey lembut.
Ya, dia harus mengalah! Jika diteruskan, maka perdebatan itu tidak akan selesai dengan damai.
"Benarkah?" tanya Alceena menurunkan nada suaranya.
"Iya.... Nanti aku akan bicara sama Thea tentang keinginan dia untuk main sinetron..." jawab Carvey.
"Janji?"
"Iya.... Janji!" jawab Carvey sambil memeluk mesra Alceena.
...----------------...
...----------------...
"Tapi sekarang kan lagi libur, Pa! Apa salahnya sich ikut syuting? Dapat kenalan baru, bisa terlihat di TV, dapat uang pula!" ujar Amalthea membantah, ketika Carvey melarangnya.
"Mama kamu takut jika pelajaran sekolah kamu terganggu!" ujar Carvey tegas.
"Alaaah!... Mama tahunya cuma sekolah, sekolah, dan sekolah aja!" ujar Amalthea kesal.
"Loh! Itu memang tugas Thea satu-satunya, bukan?! Papa tidak meminta Thea untuk bekerja, karena itu sudah kewajiban Papa!" ujar Carvey sambil menatap ke arah anaknya.
"Tapi Thea ingin main sinetron, Pa!... Boleh ya, Pa? Papa percaya sama Thea, kan? Mumpung lagi libur dan Thea janji masalah pelajaran, Thea gak akan mengecewakan Papa dan Mama!" ujar Amalthea sambil merangkul Ayahnya dengan manja.
Carvey mulai luluh dengan sikap manja anaknya itu, lalu dia menghela nafas palan dan berkata...
"Papa bukan cuma mengharapkan pelajaran sekolah kamu tidak jebol! Tapi, Papa menuntut Thea untuk menjadi ranking satu lagi! Apakah kamu sanggup?" ujar Carvey kepada Amalthea.
"Jika Thea berjanji, apakah Papa akan mengizinkan Thea untuk main sinetron?" tanya Amalthea sambil menatap Ayahnya.
Sebuah tatapan yang selalu membuat seorang Carvey Damian luluh dan tidak mampu menolak apapun permintaan anak semata wayangnya. Tatapan yang akan membuat dirinya akan kena marah Alceena kembali di tempat tidur nanti malam.
"Tatapan matanya mengingatkanku pada tatapan matamu, jika sedang menginginkan sesuatu. Bagaimana bisa aku menolaknya?" keluh Carvey saat menjelaskan kepada Alceena.
Itulah kesalahan seorang Carvey Damian yang kedua!
Dari sinetron, Amalthea berpindah ke sinetron berikutnya. Walaupun masih menjadi seorang figuran.... Dan Amalthea tidak melupakan tugas dan janjinya kepada sang Ayah, yaitu lebih mengutamakan pelajaran sekolahnya.
Amalthea berhasil menepati janjinya kepada sang ayah. Dia lulus ujian dengan menyandang peringkat pertama di sekolahnya.
Akan tetapi...., dia tidak berhasil lolos dari jerat cinta seorang Claus Gildas. Lawan mainnya dalam sinetron terbarunya.
...----------------...
Claus Gildas, seorang pemuda tampan yang baru berumur 20 tahun. Tapi, namanya sudah berkibar di dalam dunia pertelevisian sejak dua tahun yang lalu.
Claus Gildas memulai kariernya dari bintang iklan dan mulai merangkak naik kariernya semenjak membintangi sebuah sinetron setahun yang lalu. Kini dia sudah menjadi salah aktor dengan bayaran termahal.
Claus Gildas merupakan seorang aktor idola semua kalangan. Bukan karena aktingnya, tapi karena ketampanannya. Para remaja putri akan memekik setengah histeris saat dia muncul dengan gayanya yang meyakinkan.
Bagaimanapun penampilannya dan peran yang disandangnya, mereka seakan tidak.perduli. Tapi semua yang dipakainya akan menjadi sebuah Trend-setter para remaja. Para penggemar style potongan rambutnya merebak, dari sekolah sampai mall.
Ketika pemuda itu berhasil memikat hati Amalthea, Carvey merasa bahwa tempat dia di hati anaknya akan segera tersingkir. Sudah datang seorang Pangeran Tampan untuk anaknya, dan dia harus segera menyisih memberikan tempat pemuda itu di hati anaknya.
Bahkan ketika Carvey membawa liburan keluarganya seperti yang selalu mereka lakukan saat Amalthea masih bayi, semuanya sudah tidak sama seperti dulu lagi.
Carvey merasa, Amalthea ikut berlibur bersama hanya untuk mengecewakan dirinya. Hati Amalthea sudah lama tidak berada bersama mereka lagi.
...****************...
...*Ruang Kerja Dokter RSJ*...
...-----------------------------------------...
"Lima belas tahun telah berlalu.... Tapi dia masih belum dapat melupakan mantan istrinya itu..." keluh Dokter Cabas Adonis.
Dokter Cabas Adonis melihat status pasien Avram Everglass yang disodorkan oleh Dokter Dryas Dafandra, sang asisten.
"Wanita itu pasti sangat cantik!" ujar Dokter Dryas bersemangat.
"Ya... Sangat.... Sangat, Cantik! Saya pernah melihatnya saat Avram pertama kali datang untuk dirawat di sini. Alceena Eugene memang sangat cantik. Bukan hanya kecantikannya yang menjadi Obsesi seorang Avram... Dia masih merasa memiliki wanita itu, padahal Alceena sudah menjadi istri orang lain..." ujar Dokter Cabas sambil menerawang.
"Mengapa Alceena Eugene tidak pernah mengunjunginya lagi?" tanya Dokter Dryas.
"Saya yang melarangnya... Saya berharap agar Avram Everglass bisa melupakan masa lalunya. Sepuluh tahun lamanya, setelah Avram membunuh kakaknya sendiri.... Seseorang yang sangat dekat dengannya sejak kecil. Tapi saya tidak mampu menghadirkan kembali kepribadiannya yang semula..." jawab Dokter Cabas sambil menghela nafas lelah.
"Maksud Dokter...., Antares-lah yang selalu dia tampilkan? Pribadi kedua dia, yang diserahi tanggung jawab oleh Avram untuk semua kejahatannya?" tanya Dokter Dryas.
Dokter Cabas menghela nafasnya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya diatas meja.
'Tuk.... Tuk.... Tuk....'
"Hah!... Baru lima tahun terakhir ini, saya berhasil memunculkan Avram kembali. Tetapi, bersamaan dengan munculnya kepribadiannya yang pertama, maka muncul pulalah keyakinan yang sakit!" jawab Dokter Cabas menjelaskan.
"Dia masih meyakini bahwa Alceena adalah miliknya?" tanya Dokter Dryas.
"Ya... Oleh sebab itu saya masih belum bisa melepasnya. Saya masih menganggap dia berbahaya, jika dia masih berkeyakinan bahwa Alceena adalah miliknya!" jawab Dokter Cabas.
"Tapi bukankah kata Dokter, kita harus sudah mulai mengajarinya untuk bersosialisasi?... Jika dia terus dikurung seorang diri dalam sel selama bertahun-tahun, itu dapat mengubah dirinya yang manusia menjadi monster!" ujar Dokter Dryas mengingatkan.
"Beberapa kali seminggu masuk.ke dalam group terapi, sudah cukup untuk memberinya sebuah awalan. Tapi pengawasan yang ketat masih sangat dibutuhkan, karena saya merasa bahwa Avram Everglass masih sangat berbahaya!" ujar Dokter Cabas mengakhiri perbincangannya.
...****************...
...*Ruangan Sosialisasi RSJ*...
...-----------------------------------------...
Avram Everglass terlihat sedang duduk menyendiri di sebuah sudut ruangan sosialisasi.
Netranya menatap kosong ke arah Televisi yang tergantung tinggi di atas sana. Pikirannya seperti sebuah kotak hampa. Tidak berisi apa-apa, walaupun netranya mencerna sebuah gambar.
Ditengah ruangan, seorang pemuda berumur kira-kira dua puluh lima tahun sedang mengoceh sendirian.
Dia sedang mencoba meyakinkan mitra bisnisnya, bahwa proyek yang sedang digarapnya akan sangat menguntungkan.
Akan tetapi, lelaki yang duduk dihadapannya bukanlah seorang businessman yang bonafid, yang mempunyai dana hingga milyaran rupiah. Yang diminta oleh pemuda tersebut untuk ditanamkan ke dalam proyek masa depan yang sedang dia tawarkan.
Dia hanyalah seorang lelaki tua yang sudah tujuh kali dirawat dalam lima belas tahun terakhir ini karena mengamuk di jalanan. Dia melempari rumah tetangganya dengan batu, atau naik ke atap rumah dan berpidato di tengah malam buta!
"Mister pasti tidak akan kecewa, jika Mister berani menanamkan modal pada proyek ini. Keuntungan berlipat ganda sudah di depan mata!" ujar pemuda yang benama Cullzen itu sambil tersenyum.
Cullzen melihat orang yang diajak bicaranya hanya diam dan menatapnya tanpa berkedip, dia menepuk lengannya dengan tepukan yang sopan dan bersahabat.
"Mister mau lihat proposalnya? Mau gak? Mau, ya?" ujar Cullzen mendesak lelaki tua tersebut.
"Kamu jangan terlaku mendesak Mister Forbes, Uzen..." peringat suster Cleine yang bertugas mengawasi pasien di ruangan itu.
"Tapi dia harus melihat proposal saya, Suster! Mana ada proyek yang menjanjikan seperti ini? Dia bakalan kecewa berat jika tidak ikut!!" ujar Cullzen bersikeras dengan wajah serius.
"Lain kali saja, Uzen... Mister Forbes sudah lelah! Biarkan dia istirahat dulu..." ujar Suster Cleine dengan sabar.
"Lain kali kapan, Suster??!!!!" ujar Cullzen drngan suara yang melengking marah.
"Proyek ini keburu di serobot orang! Suster tahu gak berapa keuntungannya?! Berapa keuntungannya? Tiga ratus M!... Tiga ratus satu M!... Tiga ratus sepuluh M!... Suster bisa hitung gak, bagian saya berapa?! Berapa bagian saya, Sus?.... Berapa...?" oceh Cullzen panjang penuh emosi.
"Dasar sinting!.... Orang gila!... Kamvret!... Lama-lama gue bisa ikutan gila, kalau kelamaan di ruangan ini!" monolog Suster Cleine sambil berlalu pergi.
Baru saja Suter Cleine ingin meninggalkan ruangan itu, tiba-tiba....
"Haaaay...."
"......"
...----------------...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!