NovelToon NovelToon

Menikahi Tuan Impoten

Episode 1

Terlahir dari keluarga kaya, tak membuat gadis bernama Arabella begitu sombong. Dia selalu bersikap layaknya gadis sederhana, karena itu yang Steve dan Kate ajarkan padanya.

Selama dua tahun ini Ella lebih memilih tinggal di negara sakura, menempati rumah peninggalan mendiang kakeknya. Tak banyak yang tahu jika Ella anak dari orang yang berpengaruh di beberapa negaranya. Ella pun juga tidak ingin orang lain mengetahui dirinya berasal dari keluarga mana.

Hari ini, Ella akan menghadiri pesta pernikahan temannya, Ayumna. Dia memakai sebuah gaun berwarna putih sesuai dengan tema yang di tetapkan oleh Yumna.

Melihat jam yang sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi, Ella langsung bergegas berangkat menuju gedung pernikahan, karena sebentar lagi acara pernikahan akan segera dimulai.

Ketika mobil Ella sampai di parkiran gedung, dia segera bergegas karena tidak ingin terlambat.

Namun, di depan gedung seseorang menghadangnya. Ella berpikir mungkin saja itu adalah petugas yang mengurus undangan masuk. Ella segera mencari undangan miliknya dalam tas kecilnya.

"Apakah Anda Nona Ella?" tanya petugas itu yang membuat Ella mengerutkan keningnya.

"Ah, iya. Bagaimana Anda bisa tahu namaku? Apa Yumna yang menyuruh Anda, Tuan?"

"Ya, Nona Yumna yang menyuruh Saya. Silahkan Anda ikuti Saya!" Pria itu pun berjalan menuju ke pintu ruangan yang ada di samping gedung acara.

"Silahkan masuk, Nona. Anda harus bersiap untuk menghadiri acara," ucap petugas pria itu.

"Tapi Saya sudah memakai gaun yang Yumna berikan padaku." Ella merasa heran.

Petugas itu hanya tersenyum dan tetap mempersilahkan Ella.

Ella masuk kedalam sebuah ruangan dimana disana ada Yumna. Namun anehnya, Yumna tak memakai gaun pengantin.

Ella langsung menghampiri Yumna dan langsung memeluknya. "Yumna, selamat atas pernikahan mu. Aku senang kau akan menikahi pria tampan pujaanmu itu. Yah, walaupun sebenarnya aku kurang suka dengannya, calon suamimu terlihat sangat dingin dan menyeramkan," ucap Ella.

Yumna hanya diam saja, membuat Ella begitu heran. "Kau kenapa diam saja Yumna? Eh, kemana gaun pengantinmu? Kenapa kau tidak mengenakannya?" Shanum menatap ke sekeliling dan tak mendapati sebuah gaun pengantin.

"Kau tenang saja, Ella. Dan... Maafkan Aku...."

Ella terkejut ketika tiba-tiba Yumna menyuntikkan sesuatu ke tubuhnya. "Yumna, apa yang kau lakukan?"

Tubuh Ella sedikit terhuyung. Kesadarannya tiba-tiba menjadi berkurang. Ella terus menggelengkan kepalanya agar tetap tersadar, namun tatapannya mulai mengabur antara sadar dan tidak.

Yumna memakaikan kerudung pengantin pada Ella dan menyuruh pria yang mengantarkan Ella tadi ke dalam upacara pernikahannya.

"Jangan sampai ketahuan, Billy." Lakukan tanpa kecurigaan," titah Yumna.

"Aku mengerti, kau tenang saja. Sekarang pergilah ke mobil dan tunggu aku!"

Yumna mengangguk dan memakai penutup kepala dan juga kacamata hitam, kemudian keluar dari sana. Sementara pria itu membawa Ella menuju ke acara pernikahan.

Ella menuruti perintah pria itu secara tidak sadar. Dia seolah terkena bius sehingga membuatnya antara tersadar dan tidak.

Hingga telinganya mendengar suara seorang pria yang mengucapkan janji suci pernikahan. Pria itu juga membuka kerudung pengantin dan menempelkan bibirnya padanya.

'sial! Kenapa sulit sekali mengontrol kesadaran ku? Siapa pria ini? Kenapa dia terus mendekat? Ah, tidak! Dia mengambil ciuman pertamaku!'

***

Ella merasakan sinar matahari yang begitu menyilaukan matanya. Gadis itu mulai terbangun. Dia bermimpi buruk malam ini. Teman yang begitu ia percaya telah melakukan sesuatu padanya.

"Syukurlah, itu hanya mimpi," ucap Ella yang kini sudah terduduk.

"Kau sudah bangun rupanya. Apa yang membuatmu berpikir kau bermimpi, hum?" Sesosok pria sedang duduk tak jauh darinya dan menatapnya dengan senyuman sinis.

Ella membola melihat ada seorang pria di dalam kamarnya. Gadis itu langsung menjerit sekeras-kerasnya.

"Aaaaaaa!!!"

Sang pria berjalan cepat sembari menutup telinganya dan langsung membekap mulut Ella. "Jangan berteriak! Kau hampir memecah gendang telingaku!"

"Emmmt... Emmt... Emmmt...." Karena mulut Ella di bekap, gadis itu terus mencoba untuk berbicara, walaupun suaranya terdengar tidak jelas.

"Kau ini bicara apa? Bicara yang benar!" Pria ini melotot pada Ella.

'bagaimana aku bisa berbicara kalau dia terus membekap mulutku?' Ella hanya bisa menggumam dalam hati.

Tangan Ella langsung memberikan isyarat dengan menunjuk ke arah tangan pria yang membekap mulutnya.

Seketika pria itu langsung melepaskan bekapan tangannya. "Sekarang kau bicaralah!"

Ella ngos-ngosan sembari menghirup udara dalam-dalam. Dia menatap pria itu dengan bingung. "Siapa kamu? Kenapa kau bisa ada di kamarku? Apa kau seorang yang sering menguntit ku?" Ella memborong pertanyaannya.

Pria itu langsung membola mendengar berbagai pertanyaan Ella. "Kau lihat baik-baik dimana kau sekarang!"

Ella langsung menatap ke sekeliling yang ia bilang sebagai kamarnya. Dan Ella terkejut karena ternyata dia tak berada di kamarnya.

"Ahhh! Aku dimana? Apa kau seorang penculik?!" Ella terlihat ketakutan.

Pria itu geram dengan pertanyaan-pertanyaan Ella. "Ternyata aku menikahi gadis yang benar-benar bodoh," gumaman pria itu yang masih bisa Ella dengar.

"Apa! Menikah? Apa maksudmu?" Ella syok mendengarnya.

"Kau ini benar-benar tidak tahu atau hanya berpura-pura huh?" Pria itu semakin kesal.

"Kau pikir wajahku ini penuh dengan kepura-puraan apa. Lihatlah ini, lihat!" Ella melotot mengarahkan wajahnya pada pria itu.

"Kau berani denganku? Kau tidak tahu siapa aku huh?! Aku adalah pemilik perusahaan nomor satu di negara ini. Aku bisa melakukan apapun padamu, termasuk melempar mu ke dalam kandang buaya!"

Seketika Ella ketakutan. Dia menelan ludahnya dengan susah. 'jadi dia pemilik perusahaan JK groups? Matilah aku! Bagaimana jika dia tahu kalau aku saat ini magang di perusahaannya?' Ella menepuk keningnya sendiri.

"J-jadi kenapa kamu bisa mengatakan jika kita sudah menikah?" tanya Ella. Karena dari yang ia ingat, Ella hanya menjadi tamu undangan dalam pernikahan sahabatnya.

Pria itu malas meladeni pertanyaan Ella. Dia lalu mengambil sesuatu dari saku jasnya dan melemparkannya ke hadapan Ella.

Dua buah buku nikah antara dirinya dan pria itu, dan itu membuat Ella benar-benar syok. Dia pun kembali memutar ingatnya. Ella terdiam ketika mengingat bahwa Yumna telah melakukan sesuatu padanya, dan rupanya itu bukanlah sebuah mimpi, itu adalah nyata. Ella hanya bisa mengepalkan tangannya, kecewa dengan sahabat yang sudah di percayanya selama dua tahun ini.

"Sekarang sudah mengerti, bukan?" Pria itu merasa puas membuat Ella terdiam. "Tapi jangan senang dulu karena telah menjadi pemilik perusahaan nomor satu di negara ini. Kau itu tidak lebih dari sekedar budak saja," ucap pria itu dengan sinis.

"Budak?" Ella menatapnya bingung.

"Kau pikir aku mau menikahi gadis sepertimu? Kalau bukan karena papamu menipu uang perusahaan, aku tidak mau menikahi mu. Selama kau menjadi budak ku, Kau harus menuruti setiap ucapan dariku!"

'apa! Pernikahan macam apa ini? Ini jauh dari kategori pernikahan yang ku inginkan. Aku tidak pernah melihat pemilik perusahaan JK groups, dan ternyata dia begitu kejam.' batin Ella.

"Apa kau mengerti? Panggil aku Tuan Jason!"

"A-aku mengerti, Tuan Jason."

Episode 2

Ella memegang erat ponselnya dan berniat untuk menghubungi keluarganya. Dia ingin menceritakan tentang yang terjadi padanya. Namun, Ella kembali mengurungkan niatnya.

"Tidak, aku harus membuktikan kepada Daddy kalau aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri," gumam Ella.

Ella lalu mencoba untuk menghubungi Yumna, meminta penjelasan atas semua yang terjadi, namun nomor Yumna sudah tak aktif lagi.

Tepat di saat itu, Ella mendengar suara aneh dari kamar sebelah, kebetulan pintu kamarnya sedikit terbuka.

"Suara apa itu?" Ella menjadi penasaran. Dia melangkah pelan dan melihat dari celah pintu kamar sebelah untuk mengetahui suara tersebut.

Matanya membola melihat sesuatu di dalam sana, Ella menelan ludahnya berkali-kali, otaknya kini telah terkontaminasi oleh apa yang ia lihat di dalam kamar itu.

"Menjijikkan sekali," gumam Ella pelan.

Ella pun memutuskan untuk pergi kembali ke kamarnya. Namun, ketika dia berbalik, tanpa sengaja Ella menyenggol vas bunga yang terletak di samping pintu kamar tersebut.

Pyaar!! Vas bunga tersebut akhirnya pecah. Ella yang takut ketahuan pun langsung berlari secepat kilat memasuki kamarnya. Dia memegangi dadanya yang berdebar tak karuan.

"Aku tidak menyangka jika pria yang ku nikahi ternyata pria brengs*k," ucap Ella. Masih terlihat jelas dalam ingatannya, Jason mencumbui 3 wanita sekaligus, dan itu membuatnya begitu jijik.

Sementara itu, Jason keluar dari kamar sebelah untuk melihat siapa yang ada di luar kamar tersebut. Pria itu hanya menyunggingkan senyumnya seolah tahu siapa yang menyebabkan vas bunga itu pecah.

Keesokan harinya.

Ella terbangun dari tidurnya. Dia menatap ke sekeliling dan masih sama, kejadian kemarin benar-benar bukan mimpi.

"Haish! Aku berharap ini adalah mimpi." Dengan malas Ella menyibakkan selimutnya dan bersiap untuk mandi dan turun ke bawah.

Ella masih ingat akan ucapan Jason kemarin. Dia harus tunduk pada Jason. Jika Ella berani kabur, Jason akan membuat Ella tersetrum dari gelang yang Jason pakaikan di pergelangan tangannya. Jason hanya perlu mengaktifkannya saja.

"Aku sudah seperti anjing peliharaannya saja," gumam Ella. Dia merasa kesal karena hal itu. Berkali-kali Ella berusaha melepaskan gelang itu, dan tak berhasil.

Ella memasuki bathroom dan langsung membersihkan tubuhnya dan juga dari pikiran kotor yang mulai berseliweran setelah melihat kejadian semalam.

Setelah selesai, Ella keluar dari bathroom hanya dengan menggunakan handuk yang melilit di tubuhnya. Ini adalah kebiasaan Ella sejak dulu. Dia lupa jika saat ini statusnya telah berubah menjadi istri dari pria brengs*k menurut Ella.

"Kau sudah selesai?" Sebuah suara mengagetkan Ella.

"Ah! Kau... Bagaimana kamu bisa masuk ke kamarku?!" Ella membeliak. Dia merasa sudah mengunci pintunya tadi. Ella langsung menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya.

Jason mengalihkan pandangannya dari ponselnya dan menatap Ella. Pria itu terkejut melihat Ella yang hanya mengenakan handuk saja.

Tiba-tiba sesuatu di bawah sana bereaksi. "Ini sungguh keajaiban," gumam Jason pelan.

Jason berdiri dan berjalan menghampiri Ella, membuat Ella menjadi ketakutan. "Jangan mendekat!"

Jason tak mendengarkan kata-kata Ella dan terus mendekatinya. Dengan gerakan cepat, Jason menghimpit tubuh Ella. Dia ingin memastikan sesuatu.

"Akhhh! Apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan aku!" pekik Ella.

"Diamlah!!" bentak Jason. Pria itu menghirup aroma shampo Ella yang membuat tubuhnya semakin bereaksi.

"Tolong lepaskan aku!" ucap Ella lirih. Saat ini dia benar-benar ketakutan.

Jason yang melihatnya menjadi kesal dan mendorongnya. "Kali ini kau ku lepaskan. Ingat ini baik-baik! Kau hanyalah seorang budak yang harus menuruti semua perintahku!" Jason langsung pergi meninggalkan Ella.

Ella langsung terduduk di lantai. Dia menangis merasa ini tak adil untuknya. "Yumna, kenapa kau membuatku dalam posisi ini?" Ella benar-benar kecewa kepada Yumna.

Di luar kamar, kepala pelayan yang mendengar perkataan Jason pada Ella. Dia menyeringai senang. Rupanya gadis yang di bawa tuannya kemarin adalah mainannya yang akan di jadikan budak saja. Jadi Ine tak perlu bersikap baik pada Ella.

Di lantai bawah, Jason sudah pergi ke kantornya. Sebelumnya, dia menyuruh seorang sopir untuk mengantarkan dan mengawasi Ella jika gadis itu hendak kabur.

***

Ella hanya duduk terdiam di dalam kamarnya. Dia sedang merencanakan untuk dirinya bisa kabur dari suami brengs*knya.

Pintu kamarnya terbuka membuat Ella sedikit awas, takut jika itu adalah Jason. Namun dia lega karena itu adalah seorang pelayan.

"Enak sekali kau di rumah ini," ucap pelayan itu dengan sinis kepada Ella.

Ella mengerutkan keningnya. "Apa kau berbicara denganku?" Ella menoleh ke kanan dan kiri. Tak ada orang lain, hanya ada dirinya dan pelayan yang baru datang itu.

"Tentu saja kau, memangnya siapa lagi! Sekarang cepat bangun dan lakukan tugasmu di rumah ini!" Ine menarik Ella keluar dari kamar itu dan membawanya ke sebuah ruangan kotor dan sangat berdebu.

"Bersihkan ruangan ini hingga bersih dan tanpa debu, setelah itu kau akan melakukan tugas lainnya!" Ine melemparkan sapu dan juga kain pel pada Ella, kemudian langsung pergi dan mengunci ruangan itu.

"Pria itu benar-benar sangat kejam, dia pasti yang menyuruh pelayan itu. Setidaknya dia harus memberiku makan terlebih dahulu sebelum menyuruhku melakukan pekerjaan ini," ucap Ella sembari memegangi perutnya yang sangat lapar. Meski begitu, Ella tetap melakukan perintah pelayan itu.

Satu jam kemudian, Ine kembali datang. Ruangan itu benar-benar sudah Ella bersihkan hingga bersih.

"Ternyata Kau melakukan tugas dengan sangat baik. Sekarang ikut aku! Masih banyak tugas lainnya yang masih belum selesai." Ine kembali menarik Ella. Kali ini Ine membawa Ella ke ruangan lainnya.

"Bersihkan tempat ini! Tapi ingat, kau tidak boleh menyentuh barang-barang di sini. Ini adalah barang-barang kesayangan Tuan Jason!" Ine memperingati Ella.

"Aku akan membersihkannya, tapi bisakah aku makan terlebih dahulu? Aku sangat lapar sekali," ucap Ella.

"Enak saja! Baru melakukan satu pekerjaan saja sudah meminta makan. Tidak ada makanan sebelum kau menyelesaikan semuanya!" sentak Ine dan langsung meninggalkan Ella.

Ella hanya menghela nafas panjang. Dia benar-benar kelaparan saat ini. Bahkan tangannya bergetar karena begitu laparnya.

"Orang-orang di rumah ini benar-benar sangat kejam. Apa aku akan mati di rumah ini? Apa aku minta tolong saja pada Daddy?"

Ella pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Dia melihat beberapa gambar lukisan dan juga benda yang di tutupi dengan kain putih. Ella merasa penasaran dengan semua benda di ruangan ini.

Hingga tanpa sengaja, kain yang menutupi sebagian gambar lukisan itu terjatuh dan menampilkan lukisan gadis cantik. Ella terpana sesaat.

"Siapa gadis itu? Dia sangat cantik," gumamnya. Dia menyentuh lukisan itu.

"Apa yang kau lakukan di ruangan ini?!"

Ella tersentak dan menoleh. Dia terkejut Jason tiba-tiba berada di depan pintu.

"Siapa yang menyuruhmu menyentuh barang-barang di ruangan ini huh! Lancang sekali kau memasuki tempat ini!" Jason terlihat begitu marah. Tatapannya saat ini benar-benar sangat menakutkan.

Episode 3

"Aku tidak...."

"Pergi! Jangan pernah mendekati ataupun masuk kedalam ruangan ini lagi!" Jason mendorong tubuh Ella hingga gadis itu terjatuh.

Ella ketakutan melihat kemarahan Jason. Tiba-tiba Ine datang dan langsung memarahi Ella.

"Kau...! Sudah ku katakan untuk jangan mendekati ruangan ini. Kenapa kau nekat masuk kedalamnya?!"

Ella menatap bingung Ine. "Bukankah tadi kau yang–"

"Sudah, jangan membantah! Sekarang ikut aku, budak!" seru Ine.

Ine langsung menarik paksa Ella pergi dari sana. Ini memang sudah di rencanakan nya. Dia begitu iri melihat Ella yang mendapatkan perlakuan berbeda dari Jason. Apalagi kamar yang Ella tempati adalah kamar yang begitu besar dan mewah, padahal Ella hanya seorang budak saja.

Jason yang melihat Ine menarik Ella dengan kasar hanya diam saja. Dia terlalu sensitif ketika barang-barang miliknya ada yang menyentuh tanpa seizinnya.

***

Di ruangan lainnya, Ine mendorong tubuh Ella hingga Ella terjatuh. Ella ingin melawan, perlakuan Ine yang buruk padanya. Namun, saat ini tubuhnya terasa begitu lemah. Ella belum makan sejak pagi.

"Kau itu hanya seorang budak, jangan pernah berpikir kau bisa menjadi seorang ratu. Kau itu bahkan lebih rendah dariku!" Ine tersenyum sinis.

'dia pelayan di rumah ini, tapi sikapnya benar-benar melebihi seorang atasan. Bahkan pelayan di rumahku saja tak seangkuh dia,' gumam Ella dalam hati.

Tiba-tiba matanya berkunang-kunang, tangannya gemetar menahan rasa lapar yang sejak tadi melandanya.

Dengan teganya, Ine langsung pergi dan mengunci Ella di dalam ruangan yang mirip dengan gudang itu. Ine tertawa puas melihat penderitaan Ella.

Jason memasuki bathroom dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin untuk mendinginkan otaknya. Dia memejamkan matanya sejenak, merasakan tetesan air yang menerpa kepalanya. Tiba-tiba bayangan ketika dirinya mendorong Ella kembali terlintas.

Jason segera menyelesaikan acara mandinya. Pria itu mengganti pakaiannya dengan pakaian santai. Dia duduk sebentar di tempat tidurnya dan meraih laci di sebelah tempat tidurnya untuk membukanya.

Jason mengambil sesuatu dari sana. Sebuah pigura foto yang selalu di simpan nya. Pigura itu selalu ia pandangi sebelum dirinya tidur.

"Lexa, sebenarnya kau pergi kemana? Kau tahu dengan baik jika aku sangat sulit hidup tanpamu," ucap Jason. Dia lalu kembali menaruh foto itu kedalam laci kembali.

Alexa adalah kekasih Jason yang menghilang tepat di hari pertunangannya dulu. Jason sudah mencari kemanapun, namun dia tak menemukan jejak kekasihnya itu. Sampai saat ini, Jason masih berharap jika suatu saat Alexa akan kembali.

Jason kembali teringat dengan Ella. Dia pergi ke kamar Ella. Jason akan memperingati Ella kembali agar gadis itu tak menyentuh apapun miliknya.

Jason langsung menerobos masuk dan memanggil nama Ella dengan suara memenuhi kamar Ella. Namun sang pemilik kamar tak di temukannya.

"Kemana gadis itu pergi? Jangan-jangan dia mencoba kabur dariku?" Jason langsung turun kebawah dan memanggil seluruh pelayan.

"Kalian cepat cari dimana Ella berada!" titah Jason ketika para pelayan sudah berkumpul. Jason juga menyuruh penjaga yang ada di gerbang rumah agar lebih jeli lagi.

"Baik, Tuan." Para pelayan itu langsung mencari dimana Ella berada. Sementara Ine langsung menghampiri Jason. Dia ingin memberitahu Jason jika dia mengunci Ella di gudang. Ine yakin Jason akan sangat senang, karena yang Ine tahu, Jason begitu membenci Ella.

Jason heran melihat Ine yang malah tetap berada di sana dan tidak melakukan perintahnya.

"Kenapa masih disini, Ine? Cepat cari dimana Ella sekarang!"

"Anda tidak perlu khawatir, Tuan. Saya tahu dimana budak itu saat ini," ucap Ine.

Jason mengerutkan keningnya. "Budak?"

"Ya, Tuan. Bukankah Ella hanyalah seorang budak? Saya tahu dimana dia sekarang," ucap Ine lagi.

Jason tak pernah mengatakan kepada para pelayan jika Ella adalah budak. Dan itu membuat Jason heran pada Ine yang mengatakan Ella adalah budak.

"Tunjukkan dimana dia sekarang!"

Ine tersenyum dan segera menunjukkan dimana Ella berada.

Jason mengerutkan keningnya ketika Ine mengajaknya ke gudang rumahnya. "Kenapa Kau malah mengajakku kemari, Ine? Aku menyuruhmu untuk menunjukkan dimana Ella saat ini, apa kau mau main-main denganku?!"

"Saya tidak berani, Tuan. Budak itu memang berada di sini Tuan. Saya sudah menguncinya di gudang karena dia sudah membuat Tuan Jason marah tadi." Ine menjelaskan.

Jason langsung menatap tajam Ine. "Berani sekali kau melakukannya tanpa persetujuan dariku!" bentak Jason. "Cepat buka pintunya!"

"Ba-baik, Tuan." Ine tidak tahu apa yang salah. Bukankah Ella hanyalah seorang budak?, begitulah yang ada di pikiran Ine.

Dengan tangan gemetar, Ine segera membuka pintu gudang itu.

Ketika pintu terbuka, Ella sudah tergeletak dengan begitu lemah di atas lantai. Jason terkejut melihatnya, begitu juga dengan Ine. Ine teringat jika Ella belum makan seharian.

Jason langsung menghampiri Ella dan mengangkat tubuh Ella segera, membawanya kedalam kamarnya.

"Sial! Kenapa kau begitu merepotkan ku?" Jason menggerutu. Dia melihat bibir Ella yang begitu pucat.

Jason langsung menghubungi dokter untuk segera datang.

Jason juga memberikan hukuman pada Ine karena sudah berbuat seenaknya tanpa persetujuan darinya. Jason ingin memecat Ine, namun mengingat Ine adalah anak dari almarhum pengasuhnya dulu, Jason mengurungkannya.

***

Dokter datang dengan cepat dan memeriksa kondisi Ella. Setelah pemeriksaan, dokter memberikan diagnosis bahwa Ella mengalami kelelahan dan dehidrasi akibat tidak makan dan minum sejak pagi.

"Dia membutuhkan istirahat dan nutrisi yang cukup. Pastikan dia mendapatkan makanan yang baik dan cukup minum," ucap dokter.

Jason mendengarkan dengan serius. Meskipun dia masih merasa kesal pada Ella, namun melihat kondisi gadis itu membuatnya merasa khawatir.

Setelah dokter pergi, Jason menginstruksikan para pelayan untuk memberikan makanan dan minuman yang baik kepada Ella. Dia tetap memantau dari kejauhan.

Ella tersadar pelan. Dia merasa pusing dan melihat sekeliling yang begitu asing. Kemudian, dia menyadari bahwa dia berada di kamar yang sangat mewah. Pikirannya melayang pada kejadian sebelumnya.

"Apa yang terjadi?" gumam Ella. Dia meraba kepalanya yang masih terasa pusing. "Kenapa aku di sini?"

Jason masuk ke kamar dengan wajah serius. "Kau telah membuatku khawatir. Bagaimana bisa kau tidak makan seharian?"

Ella menatap Jason dengan tatapan kosong. "Apa yang terjadi padaku? Mengapa aku di sini?"

Jason menarik nafas dalam-dalam. "Kau telah kelelahan dan dehidrasi. Dokter sudah memeriksamu. Sekarang, makanlah."

Ella masih merasa bingung, tapi dia mengikuti perintah Jason. Dia makan dengan lambat, merasakan setiap gigitan makanan yang masuk ke mulutnya. Tubuhnya terasa lelah, tapi perasaan lapar yang memenuhi perutnya membuatnya terus makan.

Setelah selesai makan, Jason kembali menatap serius pada Ella. "Kau harus mematuhi peraturan di rumah ini. Jangan membuatku khawatir lagi."

Ella menunduk, merasa tidak punya pilihan. "Aku tidak tahu apa yang terjadi. Semuanya begitu cepat."

Jason mengangguk. "Kau masih perlu beradaptasi dengan keadaan ini. Tapi ingat, kau adalah istriku sekarang. Jangan mencoba melawan atau melarikan diri."

Ella merasa tertekan dengan pernyataan Jason. Dia merenung sejenak, mencoba mencari cara untuk mengatasi situasi yang sulit ini.

Beberapa hari berlalu, Ella terus menjalani kehidupannya di rumah Jason. Dia melakukan tugas-tugas rumah tangga dan menuruti setiap perintah Jason. Meskipun begitu, dia terus mencari cara untuk keluar dari situasi ini.

Suatu malam, ketika Jason sedang bekerja di kantornya, Ella mencoba membuka pintu kamarnya yang selalu terkunci. Dia meraba-raba laci tempat Jason menyimpan kunci, dan dengan hati-hati, dia berhasil membukanya.

Ella keluar dari kamarnya dan berjalan pelan menuju pintu depan. Dia berharap bisa keluar dari rumah ini tanpa diketahui Jason atau pelayan lainnya.

Namun, ketika Ella mencapai pintu depan, tiba-tiba Ine muncul dari kegelapan. "Kau mau ke mana, budak?"

Ella terkejut dan panik. "Aku hanya ingin berjalan-jalan sebentar di luar."

"Ini adalah rumah Tuan Jason, bukan tempatmu untuk berjalan-jalan seenaknya. Kembalilah ke kamarmu!" Ine mengancam.

Ella merasa frustasi. Upaya untuk kabur kali ini gagal. Dia kembali ke kamarnya dengan langkah lesu.

Jason yang tiba-tiba muncul di koridor melihat kejadian tersebut. "Apa yang kau lakukan, Ella?"

Ella menatap Jason dengan ketakutan. "Aku hanya ingin berjalan-jalan sebentar di luar, Tuan."

Jason menghela nafas. "Kau tidak bisa keluar begitu saja. Ingat, aturannya harus diikuti. Jangan membuatku mengambil tindakan lebih keras."

Ella menunduk, merasa semakin terjebak dalam situasi yang sulit ini. Dia merindukan kebebasannya, tapi tampaknya tidak ada jalan keluar yang mudah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!