Bumi indah dan damai itu adanya di dua ribu tahun yang lalu, namun setelah siluman muncul dan membantai umat manusia hingga umat manusia memasuki era kepunahan. pada saat geting inilah suatu keajaiban terjadi, beberapa Ahli Kitab berhasil menciptakan "Kubah Pelindung" wilayah kerajaan.
Kubah Pelindung ialah perisai sihir aray yang sangat besar dan luas serta dapat menjangkau lebih dari jutaan hektar wilayah kerajaan umat manusia, Kubah Pelindung ini tidak dapat di tembus oleh siluman apapun tingkat kekuatan sihirnya.
Selama ratusan tahun Kubah Pelindung telah berhasil melindungi umat manusia dengan baik dari serangan siluman ganas yang terus meningkat di alam liar.
Lambat laun akibat ulah keserakahan manusia Perisai Kubah Pelindung mulai melemah hingga dapat ditembus oleh siluman sampai akhirnya hancur berantakan.
Setelah kehancuran Kubah Pelindung manusia diburu dan dibantai oleh bangsa siluman hingga memasuki era kepunahan suku dan ras. pada saat itu hanya sebagian kecil jumlah manusia yang bertahan hidup di alam bebas dan selalu terancam serangan bangsa siluman.
**
Lima ratus tahun setelah kehancuran Perisai Kubah Pelindung terakhir, muncullah seorang manusia jenius yang di juluki Ahli Pengetahuan 500 tahun usianya kala itu, Ahli Pengetahuan ini berhasil mengumpulkan umat manusia untuk memimpin perang melawan bangsa siluman pada tahun-tahun berikutnya.
Akan tetapi kekuatan manusia tertinggal jauh dibandingkan tingkat budidaya bangsa siluman pada saat itu, untuk memerangi siluman umat manusia terus bergerilya sampai membutuhkan waktu ratusan tahun lamanya dan tidak kunjung berhasil.
Beberapa para Ahli Siluman telah mencapai ranah budidaya Dewa Tertinggi sehingga manusia kembali menerima petaka akibat pembantaian yang tidak henti-hentinya.
Seratus tahun kemudian terobosan budidaya Ahli Pengetahuan berhasil mencapai Ranah Dewa, dia berganti julukan menjadi Dewa Pengetahuan disisi jumlah populasi manusia semakin merosot tajam bahkan diambang kepunahannya.
Setelah tiga ratus tahun baru Dewa Pengetahuan berhasil mencapai ranah yang setingkat dengan ranah Siluman Tertinggi, yaitu Ranah Dewa Kaisar.
Akhirnya pertempuran antara Lima Dewa Kaisar Siluman melawan seorang Dewa Kaisar Pengetahuan atau di kenal dengan "Kaisar Langit dan Bumi".
Pertempuran tidak henti-hentinya antara lima Dewa Kaisar Siluman melawan Kaisar Langit dan Bumi memakan waktu 100 tahun lebih, hingga menghancurkan seluruh tatanan Dunia, memusnahkan seluruh kehidupan akhirnya bumi menjadi reruntuhan.
Di reruntuhan Bumi, bangsa manusia dan siluman telah punah akibat kehancuran, sekarang hanya menyisakan seorang kakek tua renta melayang di langit memakai baju zirah perang elemen langit dan bumi, serta lima Dewa Kaisar Siluman yang telah terluka parah.
“Kaisar Langit dan Bumi, dengan kekuatanmu, kau benar-benar telah menghancurkan bumi secara keseluruhan, dan itu bukan hanya bangsa siluman yang kena imbas akan tetapi seluruh bangsa juga punah sepenuhnya.” teriak marah Dewa Kaisar Siluman Langit memegang dadanya karena kesakitan, ia merupakan salah satu dari lima Kaisar Dewa Siluman terkuat.
“Aku tidak peduli terhadap apa yang kalian katakan, sekarang! Majulah kalian dan rasakan Pedang Elemen Langit dan Bumi!” Juli sang Kaisar Langit dan Bumi kembali menyerang lagi dengan membabi-buta kelima Dewa Kaisar Siluman.
“Semuanya siapkan pertahanan menghadapi serangan Dewa Kaisar Langit dan Bumi!” Seru Kaisar Siluman Bumi.
“SERANGAN PEDANG ELEMEN DAN LANGIT BUMI! TUSUKAN PENGHANCUR GALAKSI!”
Teriak Juli mengeluarkan tebasan udara yang dapat memotong apapun di hadapannya.
“Semuanya terbang ke langit, jangan mengarah ke Bumi, jika tidak, maka Bumi akan hancur berkeping-keping!” Teriakan Peringatan Dewi Peri.
Spontan Keempat Dewa Kaisar Siluman terbang ke arah langit, namun arah tebasan petir tetap mengejar meraka.
BBROOOMMM DROOOOMMM
"PERTAHANAN PERISAI ABADI! - SIHIR IBLISI"
Kelima Dewa Siluman terpental jauh dan mengeluarkan darah dari mulut mereka, Perisai Abadi mereka hancur berkeping-keping akan tetapi mereka masih dapat menyelamatkan diri berkatnya.
“Semuanya minum Pil Surga pemulihan diri!” Seru Dewa Kaisar Siluman Langit.
“Seberapa banyak Pil Surga yang kalian miliki setelah semuanya ku hancurkan, hah?” Juli menyeringai melihat lima Dewa Kaisar Siluman sekarat di depannya.
Kelima kaisar menyadari Pil Surga mereka tidak lagi tersisa, akan tetapi mereka berpura-pura masih memiliki persediaan banyak untuk mengelabuhi Juli Sang Kaisar Langit dan Bumi.
Pada dasarnya besi dan baja tidak pernah mencelakai mereka, namun lain halnya jika bertarung antar Ahli Tingkat Kaisar Dewa.
“Percayalah Kami masih memiliki Pil Surga penyembuh untuk lima puluh tahun lagi!” Seru Dewa Kaisar Siluman Bumi.
“Hahahaha, Juli Sang Kaisar Langit dan Bumi, memang julukan itu sangat pantas untuk mu, kami berlima tidak sanggup mengalahkan mu walaupun telah mengerahkan seluruh pasukan selama 100 tahun lebih lamanya” teriak Dewa Siluman Garuda Larva dengan suara melengking-lengking.
“Kesalahanku terlalu meremehkan kalian, Aku tidak mengetahui kalian telah merencanakan ini selama ratusan tahun, kalian telah berhasil memperalat umat manusia untuk berada disisi kalian dan menyerang para pendekar di kalangan manusia”.
“Hahahaha kau salah, justru para manusia itu sendiri yang mengajak kami untuk menyerang sesamanya demi keuntungan, sehingga kami terseret ke peperangan tiada akhir dengan mu" Jawab Dewi Peri dengan penuh penyesalan.
“Sekarang aku akan membunuh kalian semua, Aku akan mengeluarkan seluruh kekuatanku untuk bertarung dengan kalian hingga akhir” Teriak Juli Sang Kaisar Langit dan Bumi dingin dan cukup untuk mengancam seluruh Kaisar Dewa Siluman.
Setelah bertarung selama 100 tahun tidak henti-hentinya, Kaisar Langit dan Bumi seolah tidak ada lelahnya. Aura pembunuh yang dikeluarkan membuat dunia gelap, dan Kelima Dewa Kaisar Siluman mulai pucat dan keluar keringat dingin.
Kelima Dewa Kaisar Siluman mulai saling pandang satu sama lain, mereka sadar Pil Surga Penyembuh Tingkat Dewa telah habis, jika diteruskan bisa dikatakan ini hari terakhir hidup mereka.
“Kaisar Langit Bumi, Kamu bisa saja membunuh kami, atau kita mati bersama disini, namun di dunia ini sudah tidak ada apa-apa yang perlu dipertahankan” Teriak Dewi Siluman Iblis dengan sedikit mulai putus asa.
Mendengar perkataan Dewi Siluman Iblis, Juli sedikit tertekun dan memikirkan kata-katanya, Juli terlihat merenung dan perlahan Juli menarik aura membunuhnya. ia turun ke bumi dan duduk di atas sebuah bongkahan batu. ia memejamkan matanya mengenang masa lalu.
Kelima Dewa Kaisar Siluman tidak ada satupun yang berani mendekatinya di saat Juli terlihat lengah Juli memikirkan kembali perjalanan hidupnya, merenungkan sampai jauh ke masa kecilnya dulu.
Dulu ia memiliki seorang guru yang hampir dilupakannya, guru yang selalu memberikannya petuah, guru selalu memberikannya petunjuk hidup, segala kata-katanya hampir semuanya ia lupakan.
Dulu misinya berada di puncak dunia persilatan dan itu telah tercapai, kini manusia telah punah dan itu hampir sepenuhnya perbuatannya, sekarang Juli dirudung dengan penyesalan besar dihatinya.
“Guru pernah berkata kepadaku, hidup terbaik adalah berguna bagi orang lain, jika tidak sanggup menyelamatkan, maka jangan lah menghancurkannya” Juli mengingat petuah gurunya yang hampir dilupakan karena petuah itu sudah seribu tahun yang lalu.
Juli menyipitkan matanya memandang ke langit biru yang telah dipenuhi debu sampai ke angkasa, akibat dari pertarungannya dengan Para Dewa Kaisar Siluman.
“Guru! Sekarang apa yang musti kulakukan?” Gumamnya, air matanya keluar, dia sudah lupa kapan terakhir ia mengeluarkan air mata kesedihan. Air matanya terasa telah mengering saat melihat semua kerabat dan kenalannya terbunuh sadis dalam berkecamuk kekacauan selama ratusan tahun.
“Ya.. Tuhan ku! Adakah jalan keluar bagi si tua bangka ini? Jika masih ada ku mohon tunjukanlah, ataukah aku harus meratap kesedihan ini selamanya” Juli memejamkan matanya menahan kesedihan terdalamnya.
"Semuanya berakhir, memang semuanya telah berakhir, bagi ku sekarang sama saja hidup maupun mati" Juli memperhatikan ke lima Dewa Kaisar siluman yang kelihatan juga telah hilang semangat bertarungnya, membuat senyuman kecil di mulut Juli.
Tiba-tiba, terlintas dipikaran Juli suatu kejadian, ia mengingat suatu hal yang sudah ia lupakan, tujuh ratus tahun yang lalu ia dapat melakukan Tehnik Ruang dan Waktu.
Dahulu dengan tenaga dalam waktu itu ia hanya mampu kembali ke satu jam sebelumnya.
Namun kekuatan dan budidayanya saat ini sangat besar, mungkin ia bisa kembali ke beberapa puluh tahun yang lalu, setidaknya umat manusia masih belum punah.
Seberkas senyuman menghiasi bibirnya, setidaknya ia memiliki harapan walaupun kemungkinan kecil berhasil dan jika berhasil itu sangat sepadang dengan seluruh budidayanya saat ini.
Juli menoleh kearah Lima Dewa Kaisar Iblis yang masih berdiri melayang di udara, Juli menghunus pedang kearah mereka.
“Kita mungkin akan bertemu kembali, jika hal itu terjadi, aku tidak akan mengampuni kalian” seru Juli lantang dan Juli menempelkan kedua telapak tangannya di tanah dan mengaktifkan Portal Ruang dan Waktu.
“Tehnik Ruang dan Waktu! Portal Diaktifkan!”
WHAM WHAM
Tiba-tiba sebuah portal cahaya muncul didepan Juli sang Dewa Kaisar Langit dan Bumi. Kelima Dewa Kaisar Iblis terkejut,
"Apa yang terjadi?"
“Mungkinkah ia ingin melarikan diri?”
“Tidak mungkin, bahkan kemungkinan besar kita takkan lagi dapat bertahan ditangannya, jika ia mulai serius”.
“Lantas apa yang akan dia lakukan dengan portal didepannya itu”.
“Itu portal ruang, mungkin saja ia mendapatkan dunia lain dan menjalani hidupnya di sana”.
“Itu ide yang bodoh, kecuali dia menyimpan anak dan cucunya di sana”.
Berbagai pendapat terdengar akan tetapi Juli tidak perduli dengan pembicaraan mereka ia perlahan bergerak masuk kedalam portal.
“Berapa jauh aku akan dibawa kembali ke masa lalu?” batin Juli mulai merasakan kehangatan porta seperti yang dirasakan ratusan tahun silam.
Whuzz
Sesampai didalam portal itu, tenaga dalamnya mulai terkuras perlahan, Tenaga dalam yang diperoleh selama seribu tahun terkuras perlahan hingga tak tersisa.
Tubuh terasa sangat kesakitan, Juli terus bertahan dan bertahan, lambatlaun ia melemah hingga akhirnya ia taksadarkan diri. Tak sadarkan diri ini merupakan hal yang tidak pernah terjadi setelah sembilan ratus tahun lamanya.
Beberapa saat kemudian portalnya pun menghilang, Aura Juli Sang Dewa Kaisar Langit dan Bumi tidak lagi terdeteksi sedikit pun oleh semua Dewa Kaisar Siluman.
**
Kawan-kawan pembaca cerita yang Budiman, kalau bisa membantu author, untuk tolong like, Vote, setelah itu kalau ada penulisan yang salah / typo tolong di chat di chapter tersebut, kalau bisa di paragraf keberapa, karena Author sangat sadar atas banyaknya typo.
Sebelumnya terimakasih atas dukungannya pada kawan-kawan yang telah berusaha Mempromosikan Novel ini dengan bersusah payah.
Juli sang Kaisar Langit dan Bumi terasa panas sekujur tubuh seperti dibawah terik matahari, perlahan ia membuka mata dan mendapati tubuhnya di tergeletak di atas tanah dalam kegelapan malam yang hanya diterangi kobaran api besar disekelilingnya.
Juli memparhatikan sekelilingnya dengan seksama, kemudian ia menyadari bahwa dia telah berada di masa lalu. Juli terkejut dan bangkit duduk memperhatikan tangan, kaki, tubuhnya yang kecil dan kurus serta tidak bertenaga
"Ini waktu umurku tujuh tahun" gumam penuh keterkejutan.
“Wah aku berhasil! Tuhan Yang Maha Esa masih menyayangiku, tapi dimanakah ini? ini sudah sangat jauh aku di antar oleh ruang waktu!” Juli senang sambil memeriksa tubuhnya
Juli berdiri melihat di sekelilingnya mayat bergelimpangan di berbagai tempat, sementara itu di luar ruang utama terdengar orang-orang sedang bertarung dengan sengit. Suara pedang beradu di segala penjuru dan suara teriakan para pendekar yang meminta tolong melengking-lengking.
Juli duduk terpaku mencoba mengingatnya pelan-pelan dan akhirnya Juli dapat mengingat semuanya dengan baik peristiwa yang dialaminya saat ini.
“Benar! ini adalah serangan Partai Hantu Tengkorak.. Terima kasih Tuhan telah mengembalikan semuanya sebelum terlambat” Juli sangat bahagia.
“Di kehidupan ku sebelumnya Partai Hantu Tengkorak berhasil membunuh hampir seluruh desa ini dan guruku menderita luka dalam yang amat serius pada kejadian malam ini, maka sekarang aku akan mencoba memperbaikinya” Juli bersemangat wajah kurusnya terlihat ceria.
Di kehidupan dulu Juli adalah anak yatim piatu, yang tinggal di Kota Pantai Merak, yang tidak memilik warisan keluarga apa pun, Ibunya meninggal ketika melahirkannya, ayahnya meninggal tiga tahun kemudian, selanjutnya dia di asuh oleh neneknya yang telah berusia renta, waktu Juli berumur enam tahun nenek meninggal karna sakit-sakitan, setalah itu jadi gelandangan disitulah ia bertemu dengan gurunya setahun yang lalu.
Juli akhirnya di asuh seorang pendekar buta yang bernama Amin berumur 20 tahun, pendekar buta itulah gurunya. sehari yang lalu Guru Amin membawa Juli ke Lembah Teratai, setelah sehari di Lembah Teratai, lalu diserang oleh Partai Hantu Tengkorak.
Partai Hantu Tengkorak organisasi pembunuh bayaran dan perampok, setiap Anggota Partai Hantu Tengkorak wajah mereka diwajibkan memakai topeng tengkorak sehingga membuat kesan menyeramkan.
Bila tidak ada misi yang didapatkan mereka sering membunuh dan menculik rakyat biasa, sebagian diperjual belikan sebagai budak. Partai ini adalah sekumpulan pembunuh yang keji, juga mereka tidak berasal dari kerajaan manapun, mereka adalah manusia dari kawasan bebas dibawah asuhan Partai Iblis.
Juli berdiri tertekun tiba-tiba melihat sesosok orang buta dengan sebilah tongkat berjalan ke arahnya, ia berjalan dengan meraba - raba serta tergesa-gesa diantara tumpukan puing-puing bangunan yang roboh akibat pertempuran.
Jalannya dipercepat sembari memanggil-manggil namanya, terlihat kekhawatiran yang luar biasa di wajah pemuda buta itu.
Di kehidupan sebelumnya Juli tidak memperhatikannya karena ia terlalu takut, sekarang setelah ribuan pertarungan hidup mati telah ia jalani tentu saja hal sepele ini tidak membuatnya gugup sedikitpun.
“Juli.. Juli.. dimana Kamu nak..” Panggil Seorang Buta yang meraba – raba dengan tongkatnya.
Suara yang amat akrab terdengar ditelinganya, suara gurunya yang amat dirindukan, dia adalah pendekar buta, di dunia persilatan memang gurunya tidak pernah dianggab dan tidak terkenal namun di hati Juli dia adalah Pendekar Sejati.
“Guru Saya tidak apa-apa” Juli tiba-tiba agak terisak tangis, rasa haru dihatinya membuatnya terus menagis layaknya anak-anak.
Betapa tidak, ketika teringat lagi kenangan sebelumnya bersama guru semenjak ia mengikutinya di rimba persilatan. Pendekar Buta sering lapar karena makanan yang didapat hanya cukup untuk satu orang biasanya.
Guru sering mengikat perut agar dapat menahan rasa lapar, guru memperlakukan muribnya dengan sangat baik seperti seorang ayah memperlakukan anak kandungnya sendiri.
Guru Amin pendekar yang jujur, ia tidak pernah mau mencuri atau mengambil yang bukan haknya, guru yang selalu memberi nasehat-nasehatnya sepanjang waktu.
Yang paling menyedihkan dalam ingatan Juli ketika waktu kematian gurunya, badan yang kurus itu harus mertarung mati-matian dengan para siluman rubah untuk melindungi nya, guru dikeroyok ratusan siluman rubah sehingga bajunya tercabik-cabik, ia mengusir siluman rubah dengan jurus satu-satunya yang dimiliki. Setelah berhasil mengusir semua siluman barulah gurunya meninggal beberapa menit setelahnya.
Juli baru tahu rupanya sudah berminggu-minggu gurunya hanya minum air saja, gurunya yang buta itu perutnya di ikat kencang untuk menahan rasa lapar. ketika guru yang buta itu menghembus nafas terakhir ia masih saja sempat menasehati Juli agar selalu berjalan dijalan yang telah diajarkan, "Jalan Pendekar Sejati".
Amin tidaklah kuat atau hebat seperti pendekar lainnya, dia hanya tingkat pejuang bintang 5 tidak dapat menerobos ke tingkat kayu selama tertahun tahun karena tidak ada Sumber Daya, namun gurunya tidak pernah merasa putus asa, ia terus berjuang membela keadilan dan akan selalu digaris terdenpan dalam menegakkan keadilan.
Suara Guru Amin yang selalu tergiang di telinga Juli dalam bertarung adalah.
“Tenaga dalam bidadari, Pukulan Ganda”.
Jurus bodoh yang dapat di hafal langkahnya, namun dengan keteguhan hatinya dia dapat melawan ribuan serigala Api sendirian hingga serigala harus mundur.
Walaupun budidaya Guru Amin tertahan di tingkat pejuang bintang lima namun semangat juangnya mengalahkan seorang dewa sekalipun.
Dalam dunia pendekar tingkat tenaga dalam itu terdiri dari besar kecilnya Wadah Induk Tenaga Dalam :
Orang Biasa,
Tingkat Pejuang,
Tingkat Kayu,
Tingkat Batu,
Tingkat Timah,
Tingkat Besi,
Tingkat Perunggu,
Tingkat Perak,
Tingkat Emas
Tingkat Platinum
Tingkat Berlian
Tingkat Raja
Tingkat Kaisar
Tingkat Lagenda
Tingkat Keajaiban
dan masih ada lagi di atasnya.
Tiap Tingkat Wadah Induk Tenaga Dalam terdiri dari 5 bintang kepadatan, tiap tingkat tenaga dalam memiliki ukuran Wadah Induk Tenaga Dalam yang berbeda, semakin besar tingkat budidaya semakin besar pula Wadah Induk Tenaga Dalam.
Namun ada faktor-faktor lain yang membuat seseorang lebih kuat seperti:
Kepadatan Tenaga Dalam yang special,
Memiliki Cabang Wadah Induk Tenaga Dalam,
Memiliki Tingkat kepadatan tubuh atau susunan khusus.
Mengisi Wadah Induk Tenaga Dalam yang di isi dengan Elemen
Mengisi Wadah Induk Tenaga Dalam di isi Jiwa Mahluk Ghaib
Menguasai Teknik-teknik budidaya tertentu
Ras,
Tiap-tiap Ras memiliki susunan Wadah Induk Tenaga Dalam yang berbeda, sehingga walaupun Wadah Induk tenaga sama namun kepadatan berbeda-beda.
Selain itu untuk kemenangan tentunya juga dipengaruhi faktor lainnya, jurus atau teknik beladiri serta pengalaman tentunya.
Amin, memiliki pendengaran yang tajam, sehingga dia bisa mendengar dengan baik isak tangis Juli, diantara reruntuhan kayu.
“Sini nak jangan takut, kamu berlindunglah dibelakang Guru. Guru akan Melindungi mu” Amin maju meraba-raba dengan tongkat.
Lima anggota Partai Hantu Tengkorak melihat pemuda buta dengan bocah tujuh tahun, membuat mereka tertawa, seorang Partai Hantu Tengkorak memakai topeng yang berwarna hitam sementara empat lainnya memakai topeng warna putih sebagai anak buahnya.
Topeng warna hitam itu berseru lantang. “Buta! Ingin kabur dari kami jangan bermimpi, kalian berempat bunuh mereka!”
"Siap!"
Mereka berempat pun maju menyerang serempak menyerang Amin, Amin dengan tongkatnya siap-siap untuk segala kemungkinan.
Juli tersenyum membatin ‘Jangan harap di kehidupan ini kalian dapat membunuh kami dengan mudah, dikehidupan Sebelumnya guru sibuk melindungi ku sehingga selalu terkena serangan dari musuh.
'Kini aku bisa melihat 4 orang anak buah bertopeng tingkat pejuang sementara yang memakai tengkorak hitam tingkat kayu, sekarang aku baru sadar rupanya guru telah dikeroyok oleh lawan yang lebih tinggi darinya, di kehidupanku Sebelumnya guru masih bisa menang tipis, namun mereka selamat' Batin Juli.
“Juli bendiri di belakangku” Kata Amin memerintah.
“Baik Guru!” Jawab Juli santai yang dapat dirasakan oleh Amin.
'Juli seperti tidak merasakan takut sedikitpun dari nada bicaranya'. batin Amin yang membuatnya Jadi tenang.
"Bagus sepertinya bocah itu sudah terbiasa denganku jadi dia sudah tidak terlalu takut, aku dapat secara leluasa menyerang partai komplotan ini" Kata Amin datar
Amin menerjang maju dengan tongkat ditangan, Amin berteriak sembari menghajar ke empat musuh-musuh yang menyerangnya.
“Tenaga Dalam Bidadari, Pukulan Ganda!”
BAMM BAMM TOK TOK,
Empat orang yang meremehkan Amin terkena pukulan tongkat yang membuat mereka harus mengosok-gosok kepala karena sakit,
Akk, akkk,
Keempat hantu tengkorak putih bagai tak berdaya melawan Amin hal itu membuat jengkel Hantu Tengkorak Hitam, seketika hantu tengkorak hitam mulai mendekat dan menarik pedang yang tidak lagi menonton, ke empat anak buah mundur kebelakangnya.
“Kalian berempat membunuh seorang buta saja tidak becus” Bentak Hantu Tengkorak Hitam sambil menerjang maju.
Juli bocah berumur tujuh tahun yang sangat kurus, tidak memiliki senjata apa-apa, namun bagi seorang yang diluki Dewa Pengetahuan, membuat senjata dari apa saja bukanlah hal yang mustahil.
Juli menggambar manuskrip atau Pola Tulisan Kuno ditelapak tangannya, seketika Pola Tulisan Kuno selesai digambar, Juli menggigit jarinya hingga berdarah lalu meneteskan darah di Pola Tulisan Kuno, seketika tangannya bercahaya terang lalu berubah menjadi Jarum Roh, jarum ini tidak berwujud, diciptakan dari tenaga dalam, namun karena tenaga dalam Juli hanya satu tingkat saja ia bisa menciptakan 20 Jarum Roh.
Kejadian itu tentu tidak diketahui Gurunya, namun ke lima orang partai hantu tengkorak itu melihat ada kejanggalan ditangan Juli.
Melihat keanehan ditangan Juli, membuat Hantu Tengkorak Hitam memberi isyarat kepada anak buahnya untuk membunuh Juli yang kelihatan berbahaya.
Ke empat anggota Partai Hantu Tengkorak juga menerjang ke belakang Amin untuk menyerang Juli membuat guru Amin terpecah kosentrasi dalam pertarungannya,
Amin membalik arah menyerang empat penyerang muribnya, tanpa memperdulikan Hantu Tengkorak Hitam yang berada di depannya sedang menusuk pedang kearahnya.
Amin berguman "Nyawa muridku lebih barharga daripada nyawaku".
“Tenaga Dalam Bidadari, Pukulan Ganda”.
Tongkat terus melaju menahan keempat perampok Hantu Tengkorak Topeng putih, sementara pedang Hantu Tengkorak Hitam terus melaju dari belakang kepunggungnya.
Sementara diberbagai tempat di kampung pertarungan antara Partai Hantu Tengkorak dan Pendekar terus berlansung, korban jiwa terus berjatuhan.
**
Bumi Timur yang terdiri dari empat Kerajaan, keempat Kerajaan hanya menguasai sepuluh persen dari daratan sembilan puluh persen lainnya dataran bebas yang didiami oleh siluman.
Keempat kerajaan Bumi Timur Yaitu : Kerajaan Gurun, Kerajaan Permata, Kerajaan Pantai dan Kerajaan Awan. Keempat kerajaan ini memiliki perisal kubah pelindung raksasa yang menjulang tinggi ke angkasa sehingga tidak
dapat ditembus oleh siluman.
Lembah teratai salah Kampung kecil di kerajaan Awan, letaknya yang jauh dengan ibu kota raja sehingga kota ini sering diserang oleh para perampok dan pemberontak. Seperti partai hantu tengkorak, organisasi gelap berasal dari luar kerajaan awan.
Sebanyak seratus anggota Partai Hantu Tengkorak yang dipimpin oleh tiga bertopeng tengkorak hitam, mereka berncana menculik gadis-gadis di desa dan mengambil pemuda-pemuda untuk dijadikan budak dan membunuh di sepanjang misinya.
Namun setelah mereka masuk kelembah teratai misi mereka disambut dengan perlawanan keras sehingga mereka harus mengerahkan kekuatan untuk bertarung dengan beberapa pendekar.
Pertarungan dengan pendekar membuat jatuh korban kedua belah pihak namun mereka masih unggul dalam jumlah, pendekar di Lembah Teratai tidak sebanding dengan jumlah anggota Partai Hantu Tengkorak, namun demikian perlawanan tetap merugikan mereka.
Untuk membuat kepanikan, Anggota Partai Hantu Tengkorak membakar rumah warga, agar para pendekar terpecah kosentrasi, untuk menyelamatkan keluarganya.
Disisi lain ada pendekar pendatang yang mereka tidak sadari, dengan kekuatan yang tidak disangka-sangka, seperti halnya, Guru Amin si Pendekar Sejati.
Amin telah bertarung dengan salah seorang pemimpin partai hantu tengkorak, serta dibantu oleh empat orang anak buahnya, pertarungan sengit yang menyebabkan kekalahan Angota Partai Hantu Tengkorak membuat mereka berpikir kembali untuk meremehkan orang buta seperti Amin,
Namun sekarang kosentrasinya terpecahkan dengan kelicikan mereka memanfaatkan kelemahan orang buta itu dengan menyerang muridnya Juli yang masih berumur tujuh tahun.
“Hari ini kau pendekar buta adalah hari kematianmu!” Kata Hantu Tengkorak Bertopeng Hitam, dengan pedang menusuk ke arah punggung Amin.
Seketika sebuah jarum putih dengan cepat melesat ke arah kepala topeng hitam, lalu ia menangkis jarum cahaya dengan pedang, namun tangkisan pedangnya tidak dapat mengenai jarum itu, jarum roh tidak dapat ditangkis dengan benda padat, karna ia akan menembus segalanya.
Jarum itu terus melesat mengenai kepalanya, sehingga ia amat terkejut dan meloncat kebelakang, Hantu Tengkorak Hitam seketika merasakan kesakitan yang amat dahsyat di otaknya.
Lalu ia jatuh berlutut dan tidak bergerak, sementara ke empat Anggota Partai Hantu Tengkorak yang menyerang Juli, di hamtam dengan tongkat Amin,
Buk Buk Buk Buk
Mereka terpental jauh, lalu dengan segera keempat anggota menarik diri dan berlari kearah pimpinan mereka.
“Ketua Ketiga!” Panggil mereka yang melihat ketuanya bahkan tidak bergerak.
Anggota dengan bingung melihat ke arah orang buta itu yang kelihatan bukan dia pelakunya,
Amin meloncat melindungi Juli, tidak menyerang ke empat Anggota Partai Hantu Tengkorak namun hanya memilih berjaga-jaga.
“Juli apakah kamu baik baik saja ?”
“Ya Guru, Saya baik baik saja, tidak ada kurang satu apapun” Jawab Juli tersenyum.
Memdengar jawaban Juli hati Amin menjadi lega “Syukurlah kalau begitu, Nak kamu tetap dibelakang ku jangan jauh jauh!” Pintanya.
Namun disisi lain, keempat Anggota Partai Hantu Tengkorak bingung dengan sikap peminpin mereka yang berlutut kepala menunduk tidak bergerak, lalu salah satu mereka memeriksa nadinya.
“Apa!”.
“Apa yang kamu teriakkan?”
“Peminpin ketiga telah mati!”
“Apa! bangaimana sibuta itu melakukannya?”
Keempat Anggota Partai Hantu Tengkorak menatap Amin namun sesuatu yang mengejutkan ketika ia menatap bocah di samping Amin, keempat mereka terkejut. Tatapan senyuman dingin di wajah bocah itu telah mengisyarat kan ada yang tidak beres.
“Siapa bocah itu sebenarnya?” Tanya seorang kepada temannya.
Pertanyaan itu terdengar oleh Guru Amin, ia langsung menjawab, “Hm.. dia Muribku, mau menculiknya jangan berharap! langkahi dulu manyatku!” Guru Amin berfikir mereka berencana menculik Juli, maka ia tidak pikir panjang langsung menyerang ke empat anggota dengan serangan mematikan.
“Tenaga Dalam Bidadari! Pukulan Ganda!”
Buk Buk, Buk Buk, Buk Buk, Buk Buk.
Setelah pukulan gandan Amin, selalu disertai dengan Jarum Roh yang melesat cepat mengenai mereka semua, dan satu persatu mereka terpental jatuh tak bergerak lagi, setelah itu Amin meloncat kebelakang kesamping Juli.
Lalu Amin menunjuk kearah depan “Kalian berlima lakaslah angkat kaki dari sini jangan mengganggu warga lagi, jika tidak aku akan melumpuhkan kalian, bertaubatlah!” Kata amin dengan mengeluarkan aura bertarung yang kuat.
Juli hanya senyum meng kikik melihat gurunya yang sedang mengancam manyat,
“Dikehidupan ku Sebelumnya, kalianlah yang lebih dulu membantai umat manusia dari pada siluman, kali ini aku akan membuat perhitungan dengan kalian” Batin Juli.
Tiba-tiba belasan Anggota Partai Hantu Tengkorak lainnya muncul, mereka rata-rata Tingkat Pejuang, aura pembunuh mereka langsung di sadari oleh Amin.
“Juli cepat kamu sembunyi ada musuh datang, apapun yang terjadi jangan keluar” kata Amin kelihatan cemas.
Juli hanya tersenyum dan tidak membantah, ia bergegas bersembunyi di sebuah batang kayu dekat dengan keberadaan Amin, sebelum belasan Angota Partai Hantu Tengkorak muncul.
Sehingga Guru Amin, dengan percaya diri menunggu mereka. Hal itulah yang membuat Juli selalu salut dan bangga terhadap Gurunya tidak pernah lari dari pertempuran walaupun Amin hanya pendekar Tingkat Pejuang.
Dikehidupan sebelumnya Gurunya, terluka parah setelah pertarungan dengan 5 orang partai hantu tengkorak, kemudian guru dan dirinya beristirahat di sebuah rumah, tidak bertemu dengan belasan Anggota Partai Hantu Tengkorak, lain halnya di kehidupan ini, Guru masih sehat dan bugar.
Beberapa saat mereka muncul, sebagian menyeret para gadis yang diculik, para gadis yang telah di ikat, sehingga mereka terpaksa menurut kalau tidak mereka akan dibunuh, setibanya di depan Amin mereka amat terkejut melihat 5 manyat yang tergeletak salah satunya Pemimpin Rombongan.
Dalam rombongan itu terlihat dua topeng hitam dan tiga belas topeng putih, topeng hitam segera memeriksa nadi salah satu rekannya yang masih berlutut. Tiba-tiba topeng tengkorak hitam itu menjadi sangat murka.
“Kurang ajar! Siapa yang telah melakukan ini pada rekanku..” Teriak Sitopeng Hitam.
“Aku yang melakukannya, lepaskan gadis gadis itu! Atau kalian akan berakhir seperti kawanmu?” Bentak Amin menunjuk kearah depan.
Di wajah gadis gadis itu melihat secercah harapan walaupun itu orang buta, namun setidaknya mereka masih memiliki harapan.
Mendengar ancaman Amin, membuat mereka amat marah,
“Bawa kepala sibuta itu pada ku!” Kata Si Topeng Tengkorak Hitam kelihatan ia pemimpin mereka.
Lima tengkorak putih dengan cepat menerjang kedepan dan menghantam Kepala Amin, Amin segera melancarkan serangannya dengan cepat,
“Tenaga Dalam Bidadari! Pukulan Ganda!” Amin terus memukul, tanpa di sadari Amin, setiap pukulan selalu di iringi dengan sebatang Jarum Roh, yang dilemparkan Juli dibalik semak-semak.
Buk Buk Buk Buk
Hal itu tentu saja tidak diketahui karna hanya bentuk cahaya kecil dan Amin tidak dapat melihat cahaya, karna Jarum Roh bukan benda fisik, Selain itu Jarum Roh tidak memiliki auranya.
Sehingga lima anggota yang menyerangnya, terkapar terjatuh ketanah terkulai tidak berdaya. Amin meloncat mundur, ada hal aneh sepertinya dirasakan.
“Mereka roboh dalam sekali serangan ku, apakah aku terlalu kuat atau mereka terlalu lemah, namun aura meraka dapat kurasakan setidaknya pejuang dan ada dua orang tingkat kayu dan kekuatan mereka diatas tingkatanku”. Guman Amin.
Melihat Sibuta membunuh mereka dengan sekali serang, membuat mereka meneluarkan keringat dingin, salah seorang anggota memeriksa nadi mereka dan mendapati bahwa kelima anggota yang menyerang telah tewas.
“Ketua! mereka tewas!”. kata Anggota pemeriksa nadi dengan wajah pucat.
Pemimpin partai hantu tengkorak yang tadinya murka sekarang berubah menjadi waspada dan punggungnya mulai mengeluarkan keringat dingin, lalu memberi isyarat kepada selurah anggota agar mereka mengepung Amin, Karena Amin tidak dapat diremehkan.
Juli hanya tersenyum di belakang pohon dalam semak-semak. “Mau membunuh guruku? Kalian terlalu awal untuk itu” Guman Juli.
Amin yang menyadari mereka mengepung tidak membiarkan mereka mengatur strategi Amin langsung menyerangnya, dengan sengit.
“Tenaga Dalam bidadari! Pukulan ganda!”.
Pak Pak.
Pukulan Amin ditangkis, mereka telah membaca pergerakan pukulan ganda itu, namun mereka tetap terhuyung jatuh dan tak bernyawa, serangan demi serangan membuat mereka ngeri. Percuma mereka menangkis atau mengelak pada dasarnya mereka akan mati juga, menyadari hal itu pemimpin mereka ingin memanfaatkan para gadis yang dia culik untuk dijadikan sandera.
Wuss Wuss Wuss
Kilatan cahaya dengan cepat menyerang, mereka pendekar tingkat kayu tentu menyadari hal itu. dengan cepat menagkisnya Jarum Roh dengan pedang, namun Ia hanya menagkis sesuatu yang tidak dapat ditangkis, jarum itu tetap menembus pedang hingga menembus otaknya.
Dengan seketika kesakitan yang luar biasa, tubuh tidak dapat bergerak, terakhir dia hanya pandangan rabun kemudian berubah menjadi gelap dan tidak bangun untuk selamanya.
Dua tengkorak hitam telah tewas, tinggal satu lagi yang kelihatan kebingungan.
“Kakak pertama! Kenapa denganmu?” Tengkorak Hitam bingung.
“Aku tidak menduga sementara Sibuta bertarung dengan yang lain, kenapa kakak pertama bisa mati sendiri ?”. Tengkorak hitam mulai menduga bahwa ada pendekar lain yang bersembunyi, matanya was-was memperhatikan kesemak-semak.
“Tenaga Dalam Bidadari! Pukulan Ganda!”
Plak plak
Pukulan Amin mengenai pipinya menbuatnya terpental jatuh, ia tidak sadar searangan datang karna terlalu waspada dengan serangan gelap namun alangkah bahagianya karna pukulan kali ini tidak merengut nyawanya.
“Kamu yang tersisa, sehingga sekarang apa yang akan kau katakan? untuk apa kamu kemari?” Tanya Amin.
Pendekar Tingkat Kayu ketakutan terhadap Tingkat Pejuang itu sungguh lucu namun pada kenyataannya itu terjadi sekarang.
“Maaf tuan Buta, maafkan aku, saya mendengar disini ada harta pusaka?”
“Pusaka Apa?”
“Berjanjilah untuk tidak membunuhku, aku akan memberikannya kepadamu!” Kata topeng hitam itu dengan keringat dingin.
“Aku tak perlu harta pusaka, namun jika kau berjanji bertaubat maka aku akan melepaskanmu” Kata Amin.
“Pasti pasti! Saya pasti bertaubat”. Kata tengkorak hitam itu.
“Kau sekarang boleh pergi, namun berikan pusaka itu dan harus dikembalikan ketempat semula” Kata Amin menjulurkan tangannya.
“Ini Tuan Buta! ini adalah sebuah cincin namun aku tidak tau kenapa dunia persilatan merebutnya”.
Perampok itu memberikan sebuah cincin, Amin meraba-raba.
“Aku tidak menyangka hanya sebuah cincin, yang tak bernilai, aku dapat merasakan ini bukan emas ini hanya baja biasa kenapa harus banyak orang disini harus merengan nyawa karna ini!”.
Dengan marah Amin membuangnya ke semak-semak.
Juli mencoba melihat cincin itu matanya seketika terbelalak seakan tidak percaya.
“Cincin Ruang Surgawi”
*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!