"Kenapa kau menyiksaku begini Farhan? Apa salahku?" tanya Rania ketika ia merasakan sakit pada paha nya yang banyak bekas cambukan tali pinggang.
Rania tak habis pikir, malam pertama yang seharusnya menjadi kebahagiaan bagi pengantin baru, justru berubah menjadi siksaan baginya. Dengan tangan terikat dan baju telah terbuka, Rania mendapatkan pukulan dan cambukan. Ia sendiri pun tak mengerti akan kesalahannya.
"Kamu mau tahu apa kesalahanmu hah?" teriak Farhan dengan menjambak rambut Rania.
"Aw, sakit Farhan," ucap Rania dengan tetesan air matanya.
"Rania Anastasya, kau tahu apa kesalahanmu?" Farhan mengulangi perkataannya dengan nada sinis.
"Kesalahanmu adalah kau menerima lamaran orang tuaku!" jawab Farhan lalu melepas cengkraman nya pada rambut Rania.
"Kau dengar ya Rania, aku akan membuat hari-hari mu seperti neraka dengan menikahi ku. Dan malam ini hanya permulaan, kau akan merasakan kesakitan dan kesengsaraan yang lebih parah dari saat ini setelah esok hari. Kau paham?" ucap Farhan dengan nada amarah lalu mulai menggagahi Rania dengan kasar.
Ketidakberdayaan Rania membuat kepuasan tersendiri bagi Farhan. Ia tak memperdulikan airmata dan kesakitan Rania. Ia terus menggagahi wanita itu dengan kasar bahkan sesekali memukulnya dengan tali pinggang yang berada di genggamannya.
Rania yang sudah tak berdaya hanya pasrah. Rasa sakit di sekujur tubuh nya bahkan tak mampu menandingi rasa sakit pada area sensitifnya. Ketika kesuciannya direnggut secara paksa, diperlakukan dengan begitu keji dan kasar.
Bahkan darah yang keluar pun tak mampu membuat Farhan mengistirahatkan tubuh mungilnya dari kesengsaraan. Rania hanya mampu menangis tanpa suara. Karena jika terdengar tangisan sedikit saja dari bibirnya, Farhan tidak segan-segan akan memukul wajahnya atau menggigit bibirnya hingga berdarah hanya untuk membuat nya diam.
"Berisik! Diam kau!" bentak Farhan seraya memukul wajah Rania apabila wanita itu menangis.
"Tuhan, mengapa aku mendapatkan perlakuan seperti ini dari suamiku? Bahkan aku tak pernah menderita seperti ini saat menjadi yatim piatu. Mengapa aku harus merasakan kesakitan ini Tuhan? Tak cukup kah kau menjadikan aku seorang yatim piatu?" batin Rania pilu.
"Aku kira menikah adalah hal terindah yang diimpikan setiap wanita. Tapi ternyata menikah bisa menjadi malapetaka bagi wanita, terutama wanita sepertiku yang tak memiliki siapapun kecuali suamiku dan keluarganya."
"Apakah memang pernikahan itu seperti ini Tuhan? Mengapa yang aku rasakan adalah sakit di sekujur tubuh dan hatiku? Bahkan tidak ada rasa tenang di dalamnya," batin Rania dengan meneteskan airmata nya menahan segala kesakitan yang tak bisa ia hentikan.
"Kenapa kau menangis wanita sialan?" tanya Farhan dengan seringainya yang sedang berada di atas tubuh Rania.
Rania hanya menatapnya sesaat lalu membuang wajahnya ke samping. Ia bahkan tak mampu menatap suami yang tega menyiksa dirinya tanpa tahu apa kesalahannya.
"Cih, kau pikir aku akan menyayangimu seperti sebelumnya? Ingat Rania, kau bukanlah siapa-siapa yang pantas aku sayangi. Dulu aku menganggap mu adikku, tapi rupanya kau menginginkan aku melebihi itu."
"Aku tak menginginkan mu menjadi suamiku," jawab Rania di sisa kekuatannya.
"Oh ya? Lalu kenapa kau menerima lamaran ibu dan ayahku? Kenapa Rania?" sentak Farhan sambil menancapkan miliknya lebih dalam lagi pada Rania.
"Sakit Farhan, apa kau tidak memiliki hati lagi?" jerit Rania yang sudah tak mampu menahannya.
"Hati kau bilang? Hatiku bukan untuk kuberikan padamu Rania. Dengar, Aku tidak menyukaimu! Dan tidak akan pernah! Kau bahkan tahu pada siapa hatiku akan aku berikan. Tapi mengapa kau malah menghancurkan impianku?" bentak Farhan.
"Kau tahu aku memiliki kekasih. Kau tahu bahkan aku sering membawanya datang ke rumah ku. Rumah yang juga kau tinggali. Dimana pikiranmu hah? Kenapa kau malah menerima lamaran ayah dan ibuku? Kenapa kau menghancurkan hubunganku dan Dewi Rania?"
Rania hanya menangis. Sakit sekali rasanya mendengar suaminya berkata seperti itu. Tidak hanya sakit pada tubuhnya, namun juga Farhan mampu menyakiti hatinya.
"Aku hanya tak tega menolak mama Laura dan papa Rangga. Mereka begitu baik padaku. Aku tak bermaksud menghancurkan hubunganmu dengan Dewi," jawab Rania dengan suara yang pelan dan sesenggukan.
"Cih, bilang saja kau ingin memiliki aku dan harta keluarga ku," sela Farhan.
"Tidak! Aku tidak tertarik dengan harta keluargamu!" sanggah Rania.
"Lalu apa? Kau tertarik padaku?" tanya Rangga.
Rania hanya terdiam. Ia menangisi hatinya yang sempat memiliki ketertarikan pada pria yang begitu kejam ini.
Farhan tersenyum mengejek. "Kalau memang itu yang kau inginkan, baiklah. Aku akan menjadi suami yang kejam untukmu Rania."
"Tidak! Aku tidak juga tertarik padamu Farhan. Jika kau memang tidak menginginkan pernikahan ini, kau bisa menceraikan aku," jawab Rania pada akhirnya.
"Menceraikan mu? Tidak semudah itu Rania. Kau harus merasakan dulu bagaimana kehidupanmu menjadi neraka!" ucap Farhan dengan intonasi yang tinggi lalu kembali menggagahi Rania dengan kasar.
Farhan Ananta Putra, adalah putra satu-satunya dari keluarga konglomerat di kota X. Ia juga dinobatkan sebagai pengusaha yang berhasil meraih kesuksesan di usia muda nya.
Sementara Rania Anastasya, adalah seorang gadis yatim piatu yang dibesarkan oleh orang tua Farhan sejak usia remaja. Rania disekolahkan dan diberi kehidupan yang layak seperti keluarga sendiri.
Farhan dulunya adalah lelaki yang hangat. Ia juga tidak pernah kasar kepada Rania, meskipun gadis itu bukanlah keluarga kandungnya. Rania pun merasa aman setiap kali Farhan ada di dekatnya.
Namun rasa aman itu lama-lama menjadi rasa nyaman. Kemudian berubah menjadi kagum. Rania kagum dengan ketampanan Farhan yang seperti artis Turki idolanya.
Ia kagum dengan kharisma serta ketekunan yang dimiliki oleh lelaki itu.
Hingga pada hari itu, Rania tidak pernah menyangka jika mama Laura dan papa Rangga tengah mempersiapkan jodoh untuk putranya yang tidak lain adalah dirinya.
Mama Laura dan Papa Rangga adalah orang tua angkat yang sangat baik dan menyayangi Rania. Karena terlalu sayangnya, mereka bahkan ingin mengikatkan hubungan resmi dengan Rania yaitu menikahkan putranya dengan gadis itu.
Rania tidak sampai hati menolak. Dan lagi pula Farhan adalah kakak angkatnya yang sangat dikaguminya. Namun siapa sangka, dengan menyetujui pernikahan itu malah membuat Rania menjadi sasaran siksaan Farhan, yang tak pernah sekalipun terpikirkan oleh Rania.
*****
Setelah puas dan lelah menggagahi dan menyiksa Rania, Farhan pun menghentikan kegiatannya dan berbaring di samping istrinya. Ia melepaskan ikatan tangan Rania, karena wanita itu terlihat sudah terdiam tak berdaya.
Wajahnya penuh dengan luka lebam, tangan dan kakinya pun tak luput dari bekas lebam akibat pukulan Farhan. Bibirnya robek dan terus mengeluarkan darah segar. Meski begitu, tak sedikitpun rasa iba pada diri Farhan setelah melihat kondisi Rania.
Rania hanya terdiam, bahkan menangis pun sudah tak mampu karena airmata yang jatuh akan membuat luka nya semakin perih. Wanita itu hanya mengusap tubuhnya dengan kedua tangannya yang kini sudah bisa ia gunakan setelah tadi terikat cukup lama.
Rania melihat ke arah Farhan, ditatapnya laki-laki yang kini telah menjadi suaminya itu. Rania ingin memastikan, apakah Farhan telah lelap dalam tidurnya. Setelah dirasa laki-laki itu tengah terlelap, Rania mengambil ponsel yang terdapat di sebelah bantalnya, lalu mulai menghubungi seseorang melalui chat nya.
"Ma, bisakah kau menjemput ku? Aku tak tahu apakah besok masih hidup dengan baik jika kau tidak menjemput ku ma. Maafkan aku tidak bisa lagi menjadi menantumu."
Begitulah ketikan chat Rania yang ia tujukan ke mama Laura, orang tua angkatnya yang juga kini telah menjadi mertuanya.
Setelah memastikan pesan itu terkirim, ia segera menghapusnya. Ia takut jika besok Farhan akan mendapati dirinya mengadu pada ibunya dan laki-laki itu akan lebih menyiksanya.
Rania merasa pasrah, saat ini sudah jam 2 dini hari. Mama pasti sudah tidur dan mungkin ia tidak bisa diselamatkan.
Rania mencoba beranjak perlahan dari tempat tidurnya, lalu bergerak dengan pelan untuk mengambil pakaiannya dan mengenakannya. Setelah Rania merapikan dirinya, ia pun pergi dengan perlahan dari kamar itu tanpa membawa apapun bersamanya.
Dengan perasaan takut namun tekat yang kuat, Rania berhasil keluar dari rumah suami kejamnya dengan tergopoh-gopoh akibat sakit di sekujur tubuhnya. Baru saja berjalan 100 meter dari rumah itu, terlihat cahaya mobil yang menyoroti dirinya.
Dalam tangisan dan pengharapan, ia berharap itu bukanlah Farhan. Rania tak bisa menghindar karena mobil itu semakin dekat mengarah kepadanya dan berhenti di sisi kiri nya.
Seseorang yang sangat dikenalnya pun turun dari mobil itu dan membuat Rania menangis seketika.
"Ya ampun Rania, kamu kenapa nak?" tanya mama Laura menjerit histeris melihat anak angkat sekaligus menantunya babak belur seperti itu.
Mama Laura pun memeluk Rania dengan hati pilu. Tak menyangka Rania akan mendapati nasib seperti ini. Papa Rangga pun hanya menatapnya dengan rasa bersalah, karena telah membuat anak perempuan yang disayanginya mendapat siksaan yang justru dari anak kandungnya sendiri.
"Mama...Rania minta maaf ma, Rania nggak bisa menjadi menantu mama lagi. Rania ingin hidup ma," jawab Rania sambil terisak dalam pelukan mama Laura.
Pagi itu Rania bangun kesiangan. Ia baru membuka mata tepat pada pukul 9 pagi karena terdengar suara seperti orang beradu pendapat.
Rania terduduk sesaat untuk memulihkan pikirannya dari rasa kantuknya. Kemudian ia berjalan ke arah pintu dan menempelkan telinga nya di pintu itu. terdengar suara yang sangat ia kenali.
"Farhan," batinnya. Ia mendengar Farhan sedang berdebat dengan mama Laura.
"Tidak! Aku ingin menjemput istriku ma," ucap Farhan tegas.
"Tidak bisa! Mama tidak mengizinkan kamu membawa Rania pergi!" jawab mama Laura yang juga tak kalah tegas.
"Tapi Rania itu masih istriku. Dia istriku ma, aku lebih berhak atas dirinya dibanding siapapun!"
"Farhan! Dia memang istrimu. Tapi mama menikahkan kamu dengannya bukan untuk kau buat dia mati di tanganmu!" jawab mama Laura marah.
"Aku tidak akan membunuhnya, dia istriku," ucap Farhan yang tak mau kalah.
"Tapi kemarin dia hampir mati di tanganmu Farhan!" sentak mama marah.
"Dia tidak akan mati," sahut Farhan tenang.
"Kau! Kalau begitu, ceraikan Rania. Mama akan sangat berterima kasih jika kamu mau menceraikannya," pinta mama Laura dengan suara tertahan. Ada kesedihan dalam nada bicaranya yang berusaha ditutupi.
Mendengar itu Farhan hanya terdiam. Rasa tak terima dalam hatinya bergejolak. Kemarin ia dinikahkan, hari ini dipaksa berpisah. Apa-apaan ini?
"Farhan, jika kamu tidak mencintainya, kamu bisa mengembalikan dia pada mama. Jangan kamu siksa anak perempuan orang dengan sangat tidak manusiawi seperti itu. Mama kecewa padamu Farhan. Mama dan papa tidak pernah mengajarkan kamu kekerasan, mengapa sekarang kau melakukan itu? Pada dia yang mama anggap sebagai anak perempuan mama?" airmata mama Laura mulai menetes.
"Mama hanya ingin kamu mendapatkan istri yang baik, yang bisa membawamu dalam kebaikan sampai tua nanti. Dan mama melihat itu ada pada diri Rania, tapi kenapa kau menyiksanya? Menyiksa dia yang juga anak mama?" tanya Mama Laura dengan suara bergetar.
Ia tak pernah menyangka bahwa putra kandungnya bisa melakukan hal seburuk ini.
Sesaat Farhan hanya terdiam, namun kemudian ia membuka suaranya.
"Aku tidak menginginkannya ma, aku tidak suka menikah dengan wanita yang bukan pilihanku," ucap Farhan.
Mama Laura menatap Farhan sendu. "Kenapa kau tidak menolaknya? Kenapa kau menerima dan lalu menyiksanya?"
"Aku telah berbicara padanya untuk tidak menerimaku, tapi tak ku sangka dia malah menerima lamaran mama. Dan aku membencinya," jawab Farhan dengan tatapan kebencian.
"Tapi jangan kau siksa hingga seperti itu Farhan, itu tidak adil untuknya!" sanggah mama Laura.
"Lalu yang adil untuknya apa ma? Dia merenggut masa depanku bersama Dewi. Dia ingin menguasai harta keluarga ini dengan cara seperti itu..," belum selesai Farhan meneruskan kata-katanya, mama Laura telah lebih dulu memotongnya.
"Rania bukan gadis seperti itu Farhan. Justru karena mama melihat kebaikan dan ketulusan dalam dirinya makanya mama ingin dia yang menjadi istrimu. Tapi rupanya mata hatimu sudah tertutup dengan cinta buta yang menjijikan itu!" jawab Mama Laura dengan suara lantang.
"Kau akan menyesal karena telah mengatakan itu pada gadis baik-baik seperti Rania," ucap sang mama merasa kesal.
"Terserah apa kata mama saja, aku tidak akan peduli terhadapnya. Sekarang katakan dimana Rania karena aku akan membawanya pulang," tegas Farhan sambil berjalan mencari keberadaan Rania.
Rania merasa suara langkah kaki Farhan semakin dekat, ia langsung memeriksa gagang pintu yang ternyata sudah terkunci.
Hati Rania berdegup kencang dengan perasaan takut yang membuncah. Hingga terdengar gagang pintu yang dipegangnya bergerak pertanda ada orang yang menggerakkan nya dari luar.
"Rania! Kau di dalam kan? Buka pintunya!" teriak Farhan sambil menggedor pintu dengan kasar.
Rania menjerit dan terduduk di balik pintu. Ia menangis sambil menutup telinganya. Bahkan ia tak bisa membuka suara dan berkata apapun untuk menjawab suara mengerikan itu.
Farhan dan mama Laura terkejut mendengar jeritan Rania dan terdengar pula suara benturan pada pintu.
"Kau dengar Farhan? Rania tidak mau ikut denganmu! Dia bahkan takut hanya mendengar suaramu. Sekarang kau pergi dari rumah mama, dan urus perceraian mu!" Tegas mama Laura.
Farhan menatap mama Laura sesaat, lalu tatapannya dialihkan pada pintu yang ada di hadapannya.
"Baiklah, aku akan mengurusnya!" ucap Farhan dengan terus menatap pintu yang di dalamnya terdapat sosok istrinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!