NovelToon NovelToon

Pernikahan Kedua

Perselingkuhan

Namanya Putri Adelia Zahra. Wanita cantik, tegas dan berpendidikan. Meskipun dibesarkan di panti asuhan dan hingga kini tidak tahu siapa orangtuanya. Tapi, Adel tidak pernah gagal dalam membuat orang-orang kagum pada kehebatannya dalam melakukan sesuatu.

Meskipun begitu, kehidupan rumah tangganya tidak semulus jalur karirnya. Setelah lima tahun menikah, dan tidak kunjung memiliki anak. Suaminya, pria miskin yang dia angkat derajatnya setelah mereka menikah malah mencari wanita lain untuk memuaskan hawa nafsunya.

Wanita itu, wanita yang berhasil menghancurkan rumah tangga Adel merupakan wanita yang dia bantu perekonomiannya. Tidak menduga kalau Adel akan di tusuk dari belakang. Namun, perselingkuhan itu masih belum ia ketahui karena suaminya terlalu rapi menyembunyikannya.

Seperti saat ini. Raihan sedang menikmati hari-hari santainya. Tidak perlu ke perusahaan sebab sudah ada istrinya sudah melakukannya dengan baik. Jadi, Raihan memutuskan pergi ke apartemen milik wanita selingkuhannya untuk bersenang-senang.

Raihan tersenyum senang saat melihat kekasihnya datang dengan pakaian yang sangat menggoda. Sungguh, pria itu tidak pernah merasa bersalah telah menduakan istrinya demi wanita cantik nan seksi yang ada dihadapannya. wanita yang juga membuatnya merasa sebagai seorang laki-laki yang dibutuhkan, bukan seperti saat ia bersama istrinya.

"Kau selalu cantik dan menggoda setiap kali aku datang." Raihan menarik tubuh Sifa agar bisa duduk di pangkuannya.

Mendengar pujian sang kekasih. Sifa tersenyum malu, menambah kesan imut di mata Reyhan.

"Mau sampai kapan kita menyembunyikan hubungan kita, Mas?" wanita itu mulai menuntut. Padahal sejak awal, dialah yang menawarkan diri untuk dijadikan wanita simpanan.

Yah, sebenarnya tidak heran. Mana mungkin seorang wanita baik-baik rela menjadi perusak rumah tangga wanita lain. mereka akan mulai merusak pondasi rumah tersebut perlahan-lahan sebelum kehancuran yang sebenarnya terjadi.

"Maaf, untuk saat ini mas tidak bisa meninggalkan Adel. Perusahaan masih membutuhkannya." Meskipun Sifa bisa membuatnya seperti pria yang dibutuhkan, tapi Raihan tetap membutuhkan Adel untuk menenun kebutuhannya dan keluarganya.

Rai tidak perduli jika orang-orang menyebutnya tidak tahu malu atau pria brengsek. Dia merasa apa yang ka lakukan bukan hal yang salah. Dia pria dewasa dan kaya raya, jadi wajar kalau dia memiliki satu wanita tambahan seperti kebanyakan pria kaya lainnya.

Ingin rasanya Sifa marah. Tapi, dia harus bisa menahan diri karena jika sampai dia memperlihatkan ketidaksabarannya, maka Raihan akan meninggalkannya. Tidak, Sifa sudah bersusah payah masuk, dia bahkan belum mendapatkan kehidupan yang mewah. Jadi, tidak mungkin wanita itu menghancurkan usahanya untuk bisa hidup nyaman sebagai istri pria kaya raya.

"Baiklah, tapi Mas harus segera menikahi ku. Aku malu jika perut ku semakin terlihat besar tapi tidak menikah." Karena dia masih belum bisa menyingkirkan Adel, maka Sifa memutuskan menggunakan kehamilannya. Tentu saja Sifa sangat bahagia saat tahu bahwa dirinya berhasil hamil anak Raihan. Dia akhirnya memiliki senjata ampuh untuk memantapkan posisinya.

Rai terkejut. Dia tidak menduga kalau hubungan terlarang yang selama ini ia lakukan bersama Sifa dibelakang istrinya malah membuahkan hasil.

Anak, Rai tidak pernah membayangkan kalau dia akan menjadi ayah. Sejujurnya, Rai sudah merindukan momen itu. Dia berharap Adel bisa memberikannya anak, tapi sampai tahun ke lima pernikahan mereka, Adel tidak kunjung hamil.

Keluarganya sudah sering bertanya. Para koleganya juga sering mengolok-oloknya karena tidak kunjung memiliki anak. Tapi, sekarang anak itu hadir walau dari rahim wanita lain dan tanpa ada ikatan pernikahan.

Kalau saja orang-orang tahu, mungkin Rai akan menjadi bahan gunjingan karena berselingkuh dari wanita yang sudah mengangkat derajat kelurganya. Terlihat sangat tidak tahu berterima kasih sekali. Namun, Rai juga tidak bisa meminta Sifa menggugurkan kandungannya karena dia juga mencintai wanita itu.

"Mas keberatan aku hamil?" Sifa sedikit takut. Awalnya, dia sangat yakin kalau Rai pasti akan senang mendengar kabar kehamilannya. Tapi, melihat Rai tetap diam setelah mendengar kabar bahagia itu. Sifa jadi takut akan di tinggal. Jika tahu kehamilannya akan membuatnya di tinggalkan, Sifa lebih suka mengugurkan kandungannya.

"Tidak, Sayang. Mas sangat senang mendengar bahwa kau sedang hamil anak mas." Rai memeluk tubuh Sifa. Dia berjanji akan menjaga Sifa dan anak mereka di masa depan.

"Jadi, Mas senang akan menjadi ayah sebentar lagi?" Sifa jauh lebih bahagia. Akhirnya, alat yang dia yakini akan membuatnya segera menjadi nyonya Raihan berhasil juga. Tidak akan lama lagi Adel di buang oleh Raihan.

"Ya, Sayang. Mas bakal kasih tahu mama sama papa tentang kabar ini. Mereka pasti senang."

Mungkin pribahasa buah tidak pernah jatuh jauh dari pohonnya cocok untuk Raihan dan keluarganya. Sejatinya, kelurga Raihan bahkan mendukung pengkhianatan Raihan, padahal sudah jelas Adel sudah sangat berjasa dalam hidup mereka.

Sifa lagi-lagi tersenyum bahagia. Dia sudah membayangkan kalau dirinya akan menjadi wanita paling beruntung karena bisa menikahi pria kaya seperti Raiham.

"Jadi, kita akan menikah?"

"Tentu, Sayang. Kau ingin menikah dimana?" Awalnya, Raihan tidak pernah berniat menikahi Sifa. Meskipun mencintai wanita itu, tapi Raihan tetap tidak akan melepaskan Adel. Wanita itu sangat berguna untuk perusahannya. Tapi, setelah tahu bahwa Sifa hamil, dia berubah pikiran dan yakin kalau Adel pasti akan menerima Sifa sebagai adik madunya.

"Apa aku boleh memilih?"

"Tentu saja, Sayang. Tentukan pilihan mu dan kita akan menikah."

"Lalu, bagaimana dengan mbak Adel?" Sifa ingin Raihan menceraikan Adel. Ya, Sifa tidak ingin anaknya berbagi dengan Adel.

"Dia tidak akan tahu. Seperti yang ku katakan, aku tidak akan bisa melepaskannya karena tanpa otak bisnisnya anak kita mungkin tidak akan bisa menjadi pewaris kekayaan perusahaan."

Ah, Sifa kecewa. Dia benar-benar ingin menyingkirkan Adel, dan berjanji akan membuat wanita itu meninggal Raihan tanpa apapun. Ya, Sifa akan menyingkirkan hal-hal yang membuat anak-anaknya tidak bisa menguasai kekayaan calon suaminya.

"Baiklah, Mas. Aku ingin menikah di Bali seperti para artis ibukota." Tidak, masalah. Sifa bisa memikirkan rencana apa yang akan dia buat untuk Adel. Saat ini, dia harus fokus pada pernikahan mewah yang sudah lama ia impikan.

"Sesuai keinginan mu, Sayang." Raihan sangat bahagia. Dia merasa hidupnya sudah sangat sempurna. Punya dua istri yang saling melengkapi. Istri pertama sebagai mesin uang dan istri kedua mesin anak.

Andai Sifa tahu pemikiran Raiha. Mungkin dia akan menyesal, tapi Rai tidak akan memperlihatkan sifat aslinya selama kedua wanitanya tidak membuatnya marah.

Setelah itu, keduanya mulai melepaskan rindu dengan cara yang sangat menjijikkan. Tapi, bagi keduanya, hal tersebut wajar karena mereka akan menikah sehingga tidak masalah kalau bersenang-senang sebelum resmi.

Rai terlihat sangat puas setelah melakukan hal-hal panas dengan Sifa. Meskipun wajah wanita itu tidak terlalu cantik, tapi tubuhnya mampu membuat Rai merasa candu.

Kecurigaan

Langit berubah menjadi malam yang gelap. Reyhan memutuskan kembali ke rumahnya bersama Adel. Dia tidak ingin sang istri mencurigainya untuk saat ini. Raihan takut Adel akan membuat kekacauan dan pernikahannya dengan Sifa batal. Namun, sebelum pulang Raihan tidak lupa mampir ke rumah orang tuannya yang tidak malah mewahnya dengan kediamannya bersama Adel.

"Kenapa kau datang malam-malam begini, Nak?" Linda menyambut kedatangan putra kesayangannya. Dia benar-benar menganggap Raihan sebagai bintang keberuntungan karena pria itu berhasil memberikan hidup yang baik untuknya. Lupa kalau semua kekayaan yang mereka nikmati hasil dari kerja keras Adel yang sayangnya tidak pernah mereka hargai.

"Apa istri mu membuat masalah lagi?" Kakak perempuan Raihan bergabung dalam obrolan mereka.

"Benar, apa wanita itu membuat mu kesal, Sayang? Beritahu ibu. Ibu akan memberikannya hukuman."

"Benar, si mandul itu harus diberi pelajaran, Bu."

Hanya karena Adel tidak kunjung hamil. Seluruh keluarga Raihan menuduh Adel mandul. Padahal, seharusnya mereka sadar karena merekalah Adel tidak juga bisa hamil. Mereka memaksa Adel kerja siang dan malam. Tidak pernah membiarkan wanita itu menikmati hari libur dan membeli barang-barang mewah hasil kerja kerasnya sendiri.

Semuanya di nikmati oleh Raihan dan keluarganya. Mereka menjadikan Adel sapi perah. Tidak rela kalau Adel menikmati kekayaan yang mereka anggap sebagai milik mereka.

"Tidak, Bu. Ini bukan tentang Adel. Aku datang karena ingin memberitahu kalau aku akan menikahi Sifa bulan depan di Bali."

Ibu dan kakak Raihan terkejut. Mereka memang tahu tentang hubungan terlarang Raihan dan Sifa. Mereka bahkan merestuinya sebab Sifa tahu bagaimana cara menjilat mereka. Berbanding terbalik dengan Adel yang tidak pernah menyapa karena memang sibuk.

"Kenapa tiba-tiba? Apa kau tidak takut Adel tahu dan perusahaan menjadi terancam?"

"Ibu benar, Raihan. Meskipun aku suka dengan Sifa, tapi tetap aku aku tidak mau wanita mandul itu menggugat cerai mu dan perusahaan menjadi terancam. Aku tidak mau hidup miskin lagi."

Semua keluarga Raihan tahu kalau hanya Adel yang bisa mengembangkan perusahaan hingga ke tingkat yang lebih tinggi. Jadi, meskipun mereka tidak suka dengan Adel, mereka tetap tidak ingin kehilangan mesin uang mereka.

"Tenang saja, aku sudah mengaturnya dan ku pastikan dia tidak akan tahu. Aku menikahi Sifa karena dia hamil anak ku, Bu. Itu artinya Ibu dan Ayah akan menjadi kakek dan nenek."

Berita itu kembali mengejutkan anggota keluarga Raihan. Namun, setelah itu ada senyum yang benar-benar bahagia dan Adel tidak pernah mendapatkan senyum itu.

"Terima kasih, Tuhan. Akhirnya ibu akan menjadi nenek. Jadi, dimana kau akan menempatkan Sifa setelah menikah?"

"Di rumah ini, Bu. Tapi tidak akan lama. Setelah dia melahirkan aku akan membawa anaknya ke rumah ku bersama Adel. Jika Sifa bisa menyenangkan Adel, maka aku akan tetap mempertahankannya. Tapi, jika dia membuat Adel tidak bahagia maka aku akan menceraikannya."

"Itu bagus. Meskipun Sifa cukup menyenangkan tapi ibu malu jika orang-orang tahu kalau menantu ibu dua-duanya berasal dari keluarga miskin. Cukup Adel saja yang begitu."

Sifa salah jika ia ingin menjadi pemilik semua kekayaan yang Raihan miliki. Dia tidak tahu kalau keluarga yang sedang ingin dia masuki adalah serigala berbulu domba.

"Tentu, Bu. Lagi pula, aku lebih menyukai Adel yang cantik dan hebat dalam mengelolanya perusahaan. Wanita seperti Sifa hanya bisa dijadikan alat pemuas nafsu di ranjang dan teman bersenang-senang."

...

"Kamu yakin pergi sendiri, Mas?" Adel merasa heran dengan keputusan suaminya yang tiba-tiba izin pergi ke Bali dengan alasan pekerjaan. Jelas-jelas mereka belum membuka cabang di kota manapun termasuk Bali. Memang, ada rencana akan membukanya di sana, namun Adel belum memikirkan lokasinya. Jadi, alasan Raihan terdengar sedikit tidak masuk akal.

"Iya, Sayang. Mas bisa menyelesaikannya kok. Lagian mas juga harus hadir di acara pernikahan Lidia, sepupuku."

"Kenapa aku tidak tahu kalau Lidia akan menikah di Bali?" Tentu saja Adel terkejut saat mendengar kalau adik sepupu Raihan akan menikah namun dia tidak diberitahukan tentang hal tersebut.

Entah Raihan menganggap sepele Adel atau dia sangat yakin cinta istrinya yang terlalu besar padanya hingga dia menggunakan alasan adik perempuannya menikah. Padahal, Adel bukan wanita bodoh yang akan dibutakan cinta meskipun terkadang dia memang mudah di bohongi oleh pria tersebut.

"Maaf, Sayang. Aku yang melarang." Raihan memasang ekspresi menyesal. "Aku tidak ingin kau kelelahan. Perusahaan sedang membutuhkan mu. Tidak perlu khawatir, di Bali hanya pernikahan sederhana. Setelah dari sana, Lidia akan melangsungkan resepsi di kediaman suaminya. Jadi, kita akan pergi sama-sama."

"Baiklah." Tidak, Adel tidak bisa mempercayai alasan tidak masuk akal suaminya. Belum lagi sang suami mulai memperlihatkan perubahan yang signifikan satu tahun terakhir ini. Adel takut apa yang sering dikatakan oleh orang-orang di sekitarnya tentang suaminya yang memiliki wanita simpanan benar adanya.

"Terima kasih, Sayang. Aku juga tidak akan lama di sana. Setelah semuanya selesai aku akan segera pulang. Mana mungkin aku bisa berjauhan dengan istriku yang cantik ini."

Jujur saja. Jika harus memilih, Raihsn akan lebih memilih mempertahankan Adelia dari pada Sifa. Adel terlihat sangat sempurna di matanya, tapi namanya laki-laki. Terkadang mereka bosan makan ayah sehingga mencari ikan asin di luar.

"Hati-hati kalau begitu. Aku tidak bisa mengantar Mas ke bandara. Ada rapat lagi ini." Adel berjanji akan segera mencari tahu apa yang sebenarnya sedang suaminya rahasiakan. Tidak, Adel tidak akan pernah memaafkan pengkhianatan apapun yang alasannya.

"Tidak masalah, Sayang. Jaga diri mu dan hati mu. Ingat, kau hanya milik ku." Raihan memang sengaja mengambil penerbangan hari ini karena ia tahu kalau istrinya akan disibukkan dengan rapat sehingga dia bisa leluasa berduaan dengan Syifa ke Bali.

"Hm."

Sayangnya, Raihan tidak melihat perubahan yang terjadi pada Adel. Pria itu masih sangat percaya diri kalau istrinya akan mempercayainya dan rahasianya tidak akan pernah terbongkar. Lupa kalau Adel seorang CEO dan sering menghadapi banyak sifat manusia.

Setelah melihat Adel pergi ke perusahaan. Raihan bersenandung kecil. Pria itu benar-benar merasa puas dengan kehidupannya saat ini. Dia akan memiliki istri yang seksi dan menggoda.

"Kenapa lama sekali?" Sifa memasang ekspresi kesal saat melihat Rey baru saja tiba di apartemen.

"Maaf, mas harus meyakinkan Adel agar dia tidak curiga tentang kepergian kita."

Sifa tahu ini, namun dia kesal. Dia sangat ingin Adel mengetahui perselingkuhan Raihan sehingga wanita itu akan pergi meninggalkan Raihan berserta seluruh kekayaan pria itu.

"Apa Mas sudah menyimpan berkas-berkas penting? Ini hanya berjaga-jaga. Aku juga ingin anak ku mewarisi perusahaan kita."

Benar-benar sangat tidak tahu malu. Sifa bahkan mengakui kalau perusahaan yang di bangun oleh Adel merupakan miliknya.

"Tenang saja, Sayang. Aku juga sudah mengalihkan beberapa aset atas nama mu." Karena Sifa bisa membuatnya menjadi seorang ayah. Raihan memutuskan memberikan beberapa aset yang istrinya kumpulkan. Pria itu tidak perduli dengan kerja keras istrinya. Dia menganggap apa yang Adel capai merupakan miliknya.

"Benarkah?" Sifa menjadi sangat bersemangat. Tidak lupa wanita itu mengusap perutnya yang masih terlihat rata. Tentu saja sengaja agar Raihan semakin mencintainya dan anaknya.

"Ya, Sayang. Jadi, kau harus menjaga anak kita dengan baik. Aku berharap anak ini adalah anak laki-laki agar dia bisa menjadi pewaris."

"Pasti, dia akan menjadi anak laki-laki." Sifa tidak perduli kalau nantinya dia akan melahirkan anak perempuan. Dia bisa menggunakan anak orang lain untuk sementara. Yang terpenting, kekayaan sudah menjadi miliknya.

"Bagus. Papa dan mama sudah ada di Bali. Kita akan pergi sekarang. Besok hari pernikahan kita."

"Terima kasih, Mas. Aku semakin mencintai mu." Sifa merasa menjadi wanita paling beruntung di mula bumi karena berhasil mendapatkan pria kaya seperti Raihan.

Pernikahan Kedua Suamiku

Pesta pernikahan Reyhan dan Sifa akhirnya terlaksana. Terlihat wajah kedua pengantin sangat bahagia. Keluarga Raihan dan Sifa juga ikut bahagia. Mereka tertawa, seolah kebahagiaan tersebut hal yang wajar. Padahal, ada Adel yang telah mereka lukai hatinya.

"Jadi, setelah kita kembali kau harus tinggal di rumah mama papa. Selain karena aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada mu, aku juga punya alasan untuk keluar rumah tanpa di curigai oleh Adel."

Sifa sedikit kesal. Seharusnya Raihan tidak perlu membahas hal tersebut di hari bahagia mereka. Namun, demi membuat Raihan semakin nyaman padanya, ia terpaksa menahan diri.

"Baik, Mas. Aku akan ikuti semua keputusan mu."

Raihan tersenyum puas. Wanita seperti itulah yang dia inginkan. Penurut dan tidak membuatnya kesal.

...

Satu Minggu setelah pernikahan Raihan dan Sifa tanpa sepengetahuan Adel. Kehidupan pengantin baru tersebut sangat bahagia. Keduanya selalu menghabiskan waktu berdua di malam hari sedangkan Adel harus disibukkan mengurus bisnisnya. Ditambah lagi ia sudah memiliki bisnis lain tanpa sepengetahuan Raihan. Secara otomatis, wanita itu semakin sibuk hingga tidak menyadari apa yang sudah suaminya lakukan dibelakangnya.

"Datanglah ke kediaman ibu mertua mu."

Adel tidak tahu siapa yang mengirim pesan singkat itu. Tapi, entah kenapa dia merasa penasaran dengan apa maksud dan tujuan si pengirim.

Meskipun tubuhnya benar-benar lelah dan membutuhkan istirahat. Tapi Adel memutuskan datang ke kediaman ibu mertuanya. Ia juga belum memberikan selamat pada pernikahan Lidia, sepupu suaminya.

Mobil Adel tiba di depan rumah mertuanya. Awalnya, ia terlihat biasa-biasa saja, namun entah kenapa dia menjadi sangat penasaran ketika melihat ada banyak mobil dan beberapa orang lalu lalang menggunakan pakaian formal keluar masuk kediaman mertuanya.

"Apa yang terjadi? Siapa yang menikah?" Ya, Adel sangat yakin keramaian tersebut karena sedang berlangsung pernikahan atau semacamnya di dalam. Tapi, Adel bingung siapa yang sedang menikah sebab suaminya sudah mengatakan kalau Lidia hanya menikah di Bali dan kalaupun melangsungkan di Jakarta, seharusnya suaminya memberitahunya.

Kedua kakinya mulai melangkah masuk. Terlihat cukup banyak, tapi tidak seramai seperti pesta pernikahan pada umumnya. Para tamu undangan Adel kenal, karena mereka semua berasal dari keluarga sang suami.

Saat sudah semakin dalam masuk. Adel bisa merasakan tatapan aneh dari semua tamu. Hal tersebut membuat Adel menjadi tidak nyaman, seolah hatinya mengatakan akan ada hal mengerikan yang menimpanya.

Benar saja. Tepat berdiri di tengah-tengah tamu undangan. Kedua mata Adel melihat suaminya dengan seorang wanita yang Adel kenal sedang tersenyum bahagia di kursi pengantin. Keduanya tampak serasi, menikmati pernikahan mereka yang sayangnya di atas tangis pilu Adel.

Ya, tidak puas melangsungkan acara di Bali. Ibu Raihan meminta putranya dan Sifa mengadakan acara ngunduh mantu dikediamannya. Tentu saja sengaja di siapkan secara kecil-kecilan karena takut menarik perhatian Adel. Bagaimanapun, mereka berada di kota yang sama.

Adel masih terdiam. Dunianya seolah berhenti sejenak saat melihat senyum bahagia suaminya dengan wanita lain.

Lima tahun menikahi pria sederhana itu, hidup Adel tampak membaik pada tahun pertama hingga tahun ketiga pernikahan mereka. Adel yang berasal dari panti asuhan selalu membantu Rayhan mencari nafkah hingga pada tahun kelima mereka bisa menikmati kerja keras mereka. Tapi, siapa yang menduga kalau Adel harus menerima kenyataan kalau suaminya malah memutuskan menikah lagi tanpa izinnya, bahkan yang lebih menyedihkannya, pria itu menikahi Asifa Rukmini.

Tidak mungkin Adel tidak mengenal wanita yang usianya satu tahun lebih tua dari Adel namun karena keahliannya dalam mempercantik diri dengan make up, orang-orang selalu berpikir kalau wanita itu masih berusia dua puluh dua atau dua puluh tiga. Berbeda dengan Adel yang sedikit lebih tua dari usianya sebab beban di pundaknya sangat berat.

Ah ya, berbicara tentang Asifa atau yang biasanya di panggil Sifa. Adel mengenalnya setelah tidak sengaja membantu wanita itu dari kemiskinan . Karena rasa kasihan, Adel memutuskan membantu kehidupan Sifa. Tidak, wanita itu tidak pernah membawa Sifa masuk ke rumahnya, tapi entah bagaimana keduanya bisa berkahir di pelaminan.

Tidak sanggup melihat kebahagian mereka. Adel dengan langkah cepat langsung menuju kursi pengantin dan terdengarlah suara tamparan yang mengejutkan banyak orang, terutama Raihan yang tidak menyadari kalau istri pertama sekaligus tulang punggung di keluarganya secara tiba-tiba datang ke kediaman orangtuanya.

"Apa-apaan kau Adel?! Beraninya kau menampar istriku." Bukannya berhasil menakuti Adel. Raihan malah mendapatkan tamparan yang sangat pedas dari sang istri.

Lagi-lagi, semua tamu dibuat terkejut. Tapi, mereka sadar kalau apa yang Adel lakukan memang wajar. Mungkin, jika itu mereka, sudah pasti mereka akan melakukan hal yang sama atau bahkan jauh lebih kejam.

"Kau brengsek, Raihan! Aku sangat membenci mu." Kalimat itu mampu membuat Raihan terdiam sesaat. Entah kenapa, kata-kata itu seperti sebuah kutukan dari istrinya padanya. Tapi, Raihan tidak mau ambil pusing, dia yakin bahwa Tuhan pun merestui pernikahannya dengan Sifa.

"Beraninya kau menampar putra ku! Apa kau pikir kau berhak melakukannya." Wanita paruh baya yang terlihat seperti badut akibat make up asal-asalan yang juga ibu dari Raihan langsung memarahi Adel. Dia memang tidak pernah menyukai Adel, karena baginya Adel seperti anak haram yang sengaja di buang oleh keluarganya.

Memang, meskipun berasal dari keluarga sederhana. Ibu Raihan memiliki gengsi yang tinggi, dia ingin kedua anaknya menikah dengan anak dari keluarga terpandang dan jelas asal-usulnya. Tidak seperti Adel yang berasal dari panti asuhan dan tidak tahu siapa kedua orangtuanya.

"Apa Ibu tidak pernah menganggap ku ada? Setelah apa yang ku berikan pada kalian, dan kini kalian menusuk ku dari belakang?" Adel akhirnya paham kalau keluarga suaminya yang tidak pernah menyukainya telah memberi restu pada pernikahan kedua suaminya, mungkin juga Sifa merupakan menantu idaman ibu Raihan.

"Aku tidak pernah sudi memiliki menantu yang tidak jelas asal-usulnya. Bisa jadi kau memang berasal dari wanita simpanan yang dibuang karena kedua orang tua mu tidak menyukai mu. Apa kau pikir kau pantas menjadi istri putra ku yang berharga?" Karena sudah ketahuan. Wanita itu memutuskan bersikap tegas. Dia yakin Adel pasti akan semakin takut padanya dan tidak akan berani meninggalkan putranya.

Adel sakit hati. Jujur, dia tidak ingat dengan masa lalunya. Ibu panti mengatakan dia kecelakaan saat usia sepulu tahun sehingga tidak ingat apapun. Ibu panti pun enggan memberitahu identitas aslinya.

Bukan Adel tidak ingin mencaritahu, tapi dia sudah melakukannya namun tetap saja gagal. Pada akhirnya, Adel memutuskan menerima takdirnya dan melanjutkan hidup hingga ibu panti meninggal dunia enam tahun yang lalu.

"Lihat Sifa? Dibandingkan dengan mu, dia jauh lebih sempurna dan pantas menjadi istri Raihan sekaligus menantu kesayangan ku. Berbeda dengan mu yang jelek dan mandul."

Lagi-lagi. Adel di hina, dan suaminya masih seperti biasa. Tidak membela atau menghentikan perkataan buruk ibunya.

"Karena kau sudah ada di sini dan melihat pernikahan kami. Maka persiapkan diri mu mulai serang, dan jangan lupa pindahkan seluruh barang-barang mu karena mulai nanti malam Sifa yang akan menempati kamar utama bersama ku. Kau tenang saja, aku akan bersikap adil. Kita bisa membesarkan anak kita bertiga, tentu saja kau juga harus membantu ku mengembangkan perusahaan karena itu akan menjadi hadiah calon putra ku dari Sifa. Andai kau tidak mandul, pasti aku tidak akan mempersulit mu." Raihan terdengar sangat percaya diri. Dia berpikir kalau Adel tidak akan pernah mau jadi janda.

Karena sudah ketahuan. Raihan memutuskan untuk secara terang-terangan mengakui kalau Sifa merupakan istri keduanya. Lagi pula, itu lebih baik karena dia tidak perlu pergi jauh-jauh jika ingin bermain panas dengan Sifa.

Sifa yang mendengar itu senang. Tidak menduga kalau usahanya mengirimkan pesan ke nomor Adel menggunakan nomor baru ternyata berhasil. Dia bahkan berharap Adel akan mengajukan perceraian agar dia menjadi satu-satunya nyonya Reyhan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!