NovelToon NovelToon

SEKEPING HATI UNTUK SAHABAT

SAHABAT 1

"Kenapa gak bilang dari tadi kalau Lo ada janji? Kan gue bisa pulang bareng Rini" protes seorang gadis berseragam SMA. Dilihat dari name tag yang tertulis di seragamnya gadis itu bernama HILMA GHOZEA. Yang biasa dipanggil Zea gadis cantik berhidung mancung berdiri di hadapan sahabatnya ALFERO DARMAWAN biasa dipanggil Fero

Fero pemuda tampan, badboy, suka balapan dan anak dari salah seorang donatur tetap di SMA tempat mereka sekolah.

"Sorry Ze gue beneran lupa kalau ada janji" Fero tersenyum tidak enak melihat Zea yang sudah merajuk itu.

Ini bukan pertama kalinya Fero meninggalkan Zea seperti ini. Mungkin sudah ketiga atau keempat kalinya. Entahlah Zea pun sudah lupa.

Meskipun demikian Fero tidak meninggalkan Zea begitu saja ia meminta Noah sahabatnya untuk mengantarkan Zea pulang.

"Sorry lain kali gue bakalan bilang kalau gue punya janji sama Shena lagi"

"CK!" Zea berdecak kesal " iya deh kalau gitu gue pulang duluan"

"Jangan pergi dulu tunggu Nando jemput Lo. Lo pulang sama dia"

Zea menggeleng cepat. Dia tau kalau Nando sahabat Fero itu sudah memiliki pacar. Ia tak ingin nantinya malah bermasalah sama pacar Nando.

"Jangan nolak Ze. Gue gak tenang kalau Lo pulang sendirian" cegah Fero , ia memegang lengan gadis itu biar tidak kabur.

"Gak mau! Gue pulang sendiri aja. Lagian ini masih terang-benderang gini gak mungkin lah gue nyasar" Zea menolak lagi karena dia benar-benar tak ingin bermasalah dengan pacar Nando

"Bukan masalah terang-benderang nya Ze...!"

"Trus?" potong Zea cepat.

"Udah gue bilang, gue gak tenang kalau Lo pulang sendirian "

Zea menghela napas kesal lalu ia membalas ucapan Fero "Gue lebih gak tenang karena Nando itu punya pacar! Lho mau gue dituduh perebut pacar orang? Najis gak sudi gue!"

"Ya ampun Ze, gak mungkin lah pacar Nando marah. Orang gue tadi suruh dia datang bareng pacarnya"

"Maksud Lo, gue boti bareng sama Nando dan pacarnya gitu? Gila Lo, Fer!"

"Tuk!"

Fero menyentil kening Zea, lalu bicara. "Siapa bilang Lo boti sama Nando dan pacarnya? Ngaco!"

Zea cemberut mengusap keningnya yang disentil Fero, dia bingung apa maksud Fero ini . "Maksud Lo apa, Fer?".

"Lo naik taksi trus nanti Nando sama pacarnya ngikutin Lo dari belakang"

Astaga rasanya Zea ingin mencekik leher Fero saat itu juga. Kalau gitu ceritanya sama aja dia pulang sendiri. Apalagi jam 5 sore seperti ini pasti macet banget. Bisa aja motor Nando dan taksi Zea terpisah jauh karena macet. Itu sama aja Zea pulang sendiri kan? Lebih baik pulang sendiri daripada menyusahkan Nando dan pacarnya.

"Gue gak terima protes Lo Ze, noh si Nando sudah datang"

Zea menoleh malas pada Nando yang kini melambaikan tangan ke arahnya

"Hai, jadi kan gue sama pacar gue ngintilin Lo Ze?" tanya Nando seraya naikkan visor helm dan memperlihatkan wajah tengilnya

Bukannya menjawab Zea malah meninggalkan tiga orang itu. Gadis itu kesal karena Fero seenaknya saja meninggalkannya di sekolah dan meminta Nando mengantarkan pulang dengan dalih tidak tenang kalau Zea pulang sendirian. Seharusnya Fero bilang sebelumnya biar dia pulang bareng Rini atau minta jemput saja, jadi dia tidak perlu diintilin Nando seperti ini. Salah Zea juga kenapa tadi pagi tidak membawa motornya juga dan memilih nebeng Fero. Memang sahabatnya itu selalu membuat Zea naik darah

Wajar saja kalau Fero terlalu over protektif pada Zea, dia menganggap Zea adalah sahabat sehidup semati nya. Jika Zea sakit Fero akan merasakan sakit juga

*****

Udah sampai rumah belum, Ze?

Ada sebuah pesan masuk ke dalam ponsel Zea, tapi gadis itu tak ada niat untuk membalasnya. Ia kini tengah asik bermain dengan Mio kucing kesayangannya

Ponsel Zea kembali bergetar kini ada dua buah pesan masuk di ponselnya secara bersamaan.

"Zea Lo sudah sampai rumah kan? Tadi Nando bilang Lo udah nyampe, kenapa Lo gak bales pesan gue?"

"Ze, Lo sudah tidur apa lagi main sama Mio?"

Gadis yang belum mengganti seragamnya itu mendengus kesal lalu menaruh ponselnya di bawah bantal sofa. Setelah itu pun ia kembali main bersama Mio.

Jujur saja Zea menyukai Fero sebagai seorang gadis yang kehidupan sehari-harinya diisi dengan Fero. Tentu saja Zea jatuh cinta sama pemuda itu. Dia sudah terbiasa dengan kehadiran Fero disisinya. Jadi setiap Fero punya pacar Zea selalu menguatkan dirinya. Tapi sebenarnya Zea tidak bisa.

Di depan Fero dia biasa-biasa saja. Tapi, di belakang Fero ia uring-uringan tidak jelas.

Contohnya seperti sekarang ini dia mogok membalas pesan Fero.

"Kamu kenapa, Ze?"

Zea terkejut dan menoleh ke arah sumber suara "Bikin kaget aja!"

Dia Andi Abang Zea yang terpaut usia 5 tahun.

Lha, seharusnya Abang yang kaget. Lho ngomong sendiri kaya orang gila sama Mio

"Kaya gak pernah liat aku ngomong sama Mio aja" protes Zea karena dikatain gila karena ngomong sama Mio

Pria itu terkekeh dan duduk di samping Zea "Kenapa lagi?"

"Dih, apaan sih kepo banget jadi orang "

"Kepo-kepo gini Lo sering curhat sama Abang" sahut Andi sambil mengacak pucuk kepala Zea

" Ikh, bang Andi ini apaan jadi rusak ni rambut aku"

Andi tau kalau saat ini Zea resah, gelisah, gundah, gulana.

"Sisirin!" perintah Zea.

Bukan menolak Andi malah berdiri mengambil sisir. Ia tau Zea itu paling tidak bisa jika rambutnya berantakan. Kalau Andi bilang Zea itu brand ambasador nya sampo. Makanya paling anti kalau rambutnya kusut atau berantakan sedikit saja.

"Jangan menutupi sesuatu dari Abang Ze, Abang tu hafal banget sama kamu"

"Pasti gara-gara Fero lagi" celetuk Andi tiba-tiba

"Dih, Sok tau!" protes Zea

"Alah sudahlah, jangan ada dusta di antara kita, cukup Papi aja yang suka ngedustai Mami, katanya ngurusin kerjaan taunya main Mobile legend"

Zea tergelak, dia jadi ingat kejadian Minggu lalu saat Papi dan Maminya cekcok gara-gara game mobile legend

"Memang meresahkan game satu itu. Kalau Zea menyebutnya game tanpa jeda. Yang main game itu tidak bisa diajak bicara karena fokus dengan game nya. semua gara-gara Bang Andi "

"Kok Abang?"

"Abang lupa kalau Abang yang ngajarin Papi main game sialan itu?"

Setelah itu Zea langsung pergi meninggalkan Andi sendirian di sana

"Asem banget gue ditinggal" ucap Andi setelah Zea sudah tidak lagi berada di sampingnya

Pria itu berniat pergi ke kamarnya tapi suara ponsel mengurungkan niatnya

"Hp siapa?" tanya Andi tangannya mengangkat satu persatu bantal sofa dan menemukan hp Zea di bawah salah satu bantal sofa itu

"Fero?" oh ini hpnya Zea

"Hallo Fer!" Fero yang dari seberang sana terkejut mendengar suara Andi

"Bang Andi?"

"Iya, ini hpnya Zea tertinggal di sofa. Kenapa, Fer?"

"Gak apa-apa bang tadi aku cuma mau nanya sesuatu ke Zea,"

"Oooo ya sudah" Andi langsung mematikan sambungan telponnya.

*****

Keesokan harinya Fero datang lebih awal kerumah Zea, katanya sih mau menjemput Zea. Tapi, lebih tepatnya Fero khawatir karena Zea sama sekali tidak membalas pesannya

"Ze!" panggil Fero sambil melambaikan tangannya ke arah Zea yang sedang menuruni anak tangga.

Zea membalas lambaian tangan Fero, gadis itu bersikap biasa saja.

"Tadi malam gue nelpon Lo tapi gak Lo angkat"

"gue gak pegang hp, ngapain Lo ke sini?"

"Gue mau jemput Lo lah, ngapain gue kesini?"

Zea menggeleng pertanda dia menolak ajakan Fero. Setelah Zea pikir-pikir memang dia harus mengikhlaskan Fero pacaran lagi.

"Gue mau bawa motor sendiri, dah janji mau jemput Rini" Zea naik diatas motor gedenya dan mulai menghidupkan mesin motornya

"Ze, gue udah bela-belain gak jemput Shena biar bisa berangkat bareng lo!"

"Siapa suruh Lo jemput gue, seharusnya Lo tu jemput pacar Lo bukan gue!"

"Gue belum pacaran sama Shena, Ze"

"Mau Lo udah pacaran atau belum gue gak peduli, gue cabut dulu"

Fero menghela napas kesal. Dia rela membatalkan janji sama Shena demi menjemput Zea. Tapi, malah Zea pergi meninggalkannya

"Sahabat apaan Lo Ze?"

SAHABAT 2

"Gue suka sama Lo, Lo mau gak jadi pacar gue?"

Zea mengedip-ngedipkan matanya mendengar pertanyaan Fero tadi.

"Kira-kira kalau gue ngomong gitu ke Shena, gue bakalan diterima apa gak ya Ze?"

Zea menggulirkan matanya dengan malas, hampir saja dia salah paham kalau saja Fero tidak segera menyambung pertanyaannya. Shena lagi teriak Zea dalam hati.

"Ze jawab dong?" Fero menyentil lengan Zea

"Mana gue tau, ngapain nanya ke gue?" jawab Zea sedikit sewot

Fero menyenggol lengan gadis itu yang membuat Zea sedikit kesal "Ya ampun, sewot banget sih. Kan gue cuma nanya jawab aja kenapa? Susah amat sih!"

"Apaan sih Fer! Liat tu es krim gue sampai jatuh. ganti pokoknya!" kata Zea dengan mata melotot. Sensi banget rasanya mendengar Fero menyebut nama Shena. kenapa juga Fero tidak peka kalau Zea Suka sama dia

Fero terkekeh melihat ekspresi Zea yang menurutnya menggemaskan itu

"Iya-iya, nanti gue ganti tapi jawab dulu pertanyaan gue tadi"

"Gue gak tau Alfero karena Shena bukan gue dan gue bukan Shena!" jawab Zea jutek.

"Udah kalau Lo suka langsung tembak aja, gue yakin Shena suka sama lo. Semoga kali ini langgeng jangan putus-putus lagi kalau perlu Lo nikahin Shena biar gak pisah-pisah lagi "

"CK!" Fero berdecak lalu menoyor kening Zea "Lo pikir orang yang sudah nikah gak bisa pisah?"

"Ya berjuang dong jangan sampai pisah gimana sih Lo, gitu doang harus gue jelasin. Insyaf Fero! Lo itu terlalu playboy Fer. Masa belum sampai enam bulan sudah punya lima mantan."

Fero terkekeh. Fero memang mempunyai tampang yang rupawan. Jadi, wajar kalau mantannya banyak. Tapi, Fero tidak pernah selingkuh kalau dia sudah tidak suka ya lebih baik dia putuskan. Sebenarnya Zea pun cantik bahkan kalau di banding mantan-mantannya Zea lebih cantik.

"Udah ah gue mau ke toko buku dulu" Zea meninggal kan Fero begitu saja

Saat ini Fero dan Zea berada di sebuah mall. Niat awal tadi Zea ingin pergi dan menghabiskan waktu akhir pekan ini sendirian tapi ketahuan oleh Fero. Dan akhirnya pemuda itu mengikuti sampai ke sini.

"Ze katanya mau minta ganti es krim kok malah gue ditinggal?"

...********...

Sementara itu disekolah Shena menemui Zea.

"Lo kan tau gue sama Fero itu cuma sahabatan. Bahkan semenjak Fero Deket sama Lo gue sudah jarang pergi ataupun pulang bareng sama dia." ucap Zea pada Shena yang kini berdiri berkacak pinggang di hadapannya.

Gadis itu memasang wajah galak, tapi Zea santai saja dan tidak ada raut wajah takut sama sekali.

"Gue gak tenang kalau kak Zea dekat sama kak Fero. Jadi tolong kak Zea jaga jarak"

Zea terkekeh mendengar ucapan adik kelasnya itu "Lo gak denger gue tadi ngomong apa?" Zea menghela napas kesal. Dia rasanya sedang berbagi suami dengan Shena.

"Pokoknya gue gak mau liat kak Zea bareng sama kak Fero lagi! gue gak peduli mau kak Zea sahabatan dari orok kek, dari dalam perut kek. Gue gak peduli!"

"Cih... Belum jadi pacar sudah ngatur kaya gitu. Sial banget nasib Lo Fer" cibir Zea, gadis itu melangkah pergi meninggalkan Shena. Zea gak peduli dengan ucapan Shena.

Zea melangkah dengan gontai menuju ke kelasnya tetapi tiba-tiba ada seseorang memanggilnya.

"Zea!"

Suara teriakan itu membuat langkah kaki Zea terhenti. gadis itu menoleh ke belakang dan menghela napas pasrah "Apa?" tanyanya.

"Lo darimana saja sih Ze? Dari tadi gue nungguin Lo di kelas, ini es krim Lo,"

Fero memberikan kantong plastik hitam yang berisi tiga es krim untuk Zea.

"Lha siapa suruh Lo beliin es krim? Perasaan gue gak ada minta es krim deh"

"ini gue gantiin es krim yang kemarin itu, gue rela manjat tembok belakang demi es krim Lo ini."

"Kalau gue gak minta ganti jangan di ganti " Zea berdecak sedikit dan mengambil kantong plastik itu dari tangan Fero

"Dih, bukannya kemarin Lo yang minta ganti? Makanya gue gantiin. Bersyukur Ze, seharusnya Lo bersyukur punya sahabat kaya gue"

"Alhamdulillah, Alhamdulillah, udah kan?" Zea melangkah pergi meninggalkan Fero begitu saja.

Fero mendelik dan mengejar Zea yang kini sudah melesat jauh meninggalkannya

Zea yang melihat Fero mengejarnya pun berlari semakin laju. ia tak ingin Fero berhasil mengejarnya.

"Aaaaah.. Jangan kejar gue Fer!" teriak Zea seperti orang dikejar penculik.

Bukannya berhenti Fero malah semakin melebarkan langkah kakinya. Fero menyunggingkan senyum, merasa lucu melihat Zea yang ketar-ketir seperti itu.

Aksi kejar-kejaran Zea dan Fero menjadi tontonan siswa di sekolah itu yang sedang bersantai di koridor. Mereka semua tak heran lagi dengan dua manusia itu. Mereka sudah tau keduanya bersahabat.

Fero yang dingin ke semua orang cuma bisa bercanda lepas kalau lagi bersama Zea dan Nando.

Zea tiba di depan kelas Rini. Tapi tidak langsung masuk karena melihat ada Rayyan disana.

Rayyan kakak kelas 12 yang pernah mengungkapkan perasaan pada Zea. Tapi Zea tolak dengan alasan tidak mau pacaran dan ingin fokus belajar.

Zea membalikkan badan dan menabrak dada bidang milik Fero.

"Auuu sakit!" sialan Lo Fer" ringis Zea.

"Kenapa nyalahin gue? Lo yang balik badan gak liat-liat" protes Fero

"Kenapa gak jadi masuk?"

"Gak jadi!" Zea melangkah pergi meninggalkan kelas Rini. Tapi langkahnya terhenti saat namanya dipanggil. Gadis itu menoleh ke sumber suara dan tersenyum terpaksa.

"Zea mau kemana?" Rayyan melangkah menghampiri Zea

"Ha, itu mau balik ke kelas kak!"

"Trus tadi ngapain ke kelas ini?"

"Cuma lewat aja kak!" Yuk Fer balik?" Zea menarik tangan Fero dan melangkah pergi meninggalkan Rayyan.

"Tunggu Ze, Lo mau ikut lomba gak?"

"Lomba apa kak?" Zea mengedipkan matanya bingung.

"Nih!" Rayyan memberikan selembar kertas pada Zea " sekolah kita sebentar lagi ulang tahun, jadi OSIS mengadakan bermacam-macam lomba, ikut ya?"

Zea melirik ke arah Fero, pemuda itu bersedekap dengan wajah dingin. Fero tidak menyukai Rayyan karena menurut Fero, Rayyan itu gak baik buat Zea

Zea dan Fero bahkan pernah bertengkar gara-gara Rayyan.

"Makasih brosurnya kak, aku pergi dulu" Zea pergi meninggalkan Rayyan niat bertemu Rini pun gagal total

"Gak usah nawarin Zea ikut lomba karena dia gak bakalan ikut!" ucap Fero ke Rayyan saat jalan melewati Rayyan.

"Siapa Lo sok ngatur Zea?" balas Rayyan.

Fero menghentikan langkahnya dan menoleh pada Rayyan "Lo tau gue siapanya Zea"

...*******...

Pulang sekolah Zea bertemu dengan Shena di parkiran sepertinya gadis itu sengaja menunggu Fero disana.

"Hai, kak Zea" sapa Shena sok ramah.

"Tu Fer dah di tungguin sama cinderela Lo"

Zea naik ke kuda besi merahnya dan tidak lupa memakai helm. Sudah tidak terlihat kalau itu perempuan karena Zea selalu mengganti rok sekolahnya dengan celana dan selalu memakai jaket.

"Gue duluan Fer" Zea melajukan motornya dan meninggalkan Fero dan Shena di parkiran.

"Begini banget ya suka sama sahabat sendiri" gumam Zea. Dari spion motornya dapat dilihat Shena naik ke motor Fero. Dada Zea semakin sesak saat melihat Shena melingkarkan tangannya memeluk perut Fero dengan santai

Ponsel di tas Zea bergetar berkali-kali dengan sangat terpaksa ia menepikan motornya

"Hallo, kenapa sih bang? Gue lagi dijalan ni"

"Ze kamu ke rumah sakit Siloam sekarang! Papi masuk rumah sakit."

Jantung Zea rasanya berhenti berdetak mendengar ucapan Andi.

"Udah jangan bengong buruan kesini!"

"Iya-iya gue langsung kesana sekarang"

SAHABAT 3

Dengan kecepatan penuh Zea langsung tancap gas menuju rumah sakit Siloam. Pikirannya sudah kemana-mana memikirkan keadaan sang ayah.

sesampainya di rumah sakit Zea langsung menuju ke UGD dimana ayahnya dirawat.

Tak lama kemudian Fero datang. Ternyata Andi menelponnya dikira Andi, Zea bareng sama Fero.

Tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba Fero memeluk Zea. Katanya ia merasakan apa yang Zea rasakan. Tiba-tiba ada perasaan aneh di hati Fero ketika dia memeluk Zea kali ini.

Zea yang dari tadi matanya sudah merah menahan tangis hanya bisa diam tak bicara ataupun membalas pelukan Fero.

"Lo boleh menangis sekarang Ze" ucap Fero seraya mengelus punggung Zea dengan lembut.

Air mata Zea tiba-tiba meluncur begitu saja tanpa bisa ditahan lagi. Dia nangis tersedu-sedu. Bukan cuma karena ayahnya tapi karena Fero sekarang sudah bersama Shena.

"Ze, Gue temenin Lo disini ya?" tawar Bara setelah melihat Zea menangis.

"Gak usah Fer, Lo pulang aja lagian Gue sudah sama bang Andi juga" Zea menolaknya dengan lembut.

"Ya sudah kalau Lo butuh Gue Lo telpon aja ya? Gue siap kapanpun Lo butuh Gue. Gue duluan ya Ze" Fero melangkahkan kakinya meninggalkan Zea yang masih tertunduk di kursi tunggu di depan UGD.

...********...

"kalau suka tu ngomong, jangan di pendam dalam hati sendiri!"

Zea mendelik tajam mendengarkan ucapan Andi. "Suka sama siapa Bang, sok tau banget deh jadi orang" elak Zea.

"Abang tau apa yang kamu pikirkan dan yang kamu rasakan biarpun kamu gak cerita Ze. Waktu kamu SMP kamu inget gak, kamu pernah bilang kalau Fero itu ganteng?"

"Ikh kapan Gue bilang gitu? Gak inget gue"

Andi tau ucapan Zea itu tidak sejalan dengan yang dia rasakan.

"Siapa sih yang bisa menolak pesona seorang ALFERO DARMAWAN seorang pemuda tampan anak dari crazy rich di Jakarta yang mempunyai IQ diatas rata-rata. Bahkan seorang HILMA GHOZEA yang terkenal cuek pun gak bisa menolah pesona seorang ALFERO DARMAWAN. Iya kan Ze?" tanya Andi sambil menaik turunkan alisnya.

"kalau kamu gak berani ngomong biar Abang saja yang ngomongin ke Fero gimana?'

"Apaan sih Bang, jangan sok tau. siapa yang suka sama Fero, dia itu sahabat aku gak mungkin lah aku suka sama dia" protes Zea lalu memalingkan wajahnya dari Andi.

...********...

Bara : Bagaimana keadaan Papa Lo, Ze,?

sebuah pesan masuk di Hape Zea. Belum Zea balas karena saat ini gadis itu sedang bermain game. Dia hanya melihat sekilas dengan menarik layar ponselnya ke bawah.

Satu jam kemudian barulah Zea membalas pesan dari Fero dengan alasan terlalu banyak yang mengirim pesan oleh karena itu pesan dari Fero tenggelam dan tidak sempat di balas.

Fero : siapa memang yang nge chat Lo, Ze?"

Zea : Kepo Lo Fer!

Fero : Siapa Ze? Balas Fero lagi dengan banyak tanda tanya .

Zea : Denis

Fero : Kok Lo kenal? Dia anak SMA tunas bangsa yang terkenal suka tawuran itu? Ada perlu apa dia kirim pesan ke Lo? Kok gue gak tau Lo kenal dia Ze ?.

Zea : Lo terlalu fokus sama pacar baru Lo Fer.

Setelah mengetik itu Zea langsung menyimpan ponselnya dan tidak berniat sama sekali membalas lagi pesan dari Fero.

"kenapa adil kamu itu?" tanya Zoya mami Zea dan Andi

"Galau mi gara-gara Fero lagi dekat sama cewek" bisik Andi .

"OOO.. Udah kalau gitu jangan diganggu, awas kalau kamu jahilin adek kamu!" Zoya mewanti-wanti Andi supaya tidak jail ke Zea.

Tiba-tiba seorang polisi datang bersama dengan orang kepercayaan sang ayah.

Kalau sudah ada polisi kaya gini biasanya ada yang tidak beres pikir Zea dalam hati.

"Reyhan?" Andi menyapa pemuda yang menjadi orang kepercayaan papanya itu.

bukannya Papi bilang kalau Reyhan sedang diluar negeri.

"Maaf ini Andi, pak polisi ini datang untuk minta keterangan dari pak Dirga" bisik Reyhan di telinga Andi.

"Papi baru saja tidur Rey, maaf gue gak bisa bangunin Papi " ucap Andi seraya mempersilahkan polisi itu masuk ke ruangan itu

Reyhan mengangguk "ITS okey Andi! Kalau begitu saya balik ke kantor dulu. Mungkin saya akan ke sini lagi besok."

...*******...

Setelah drama membujuk Zea untuk pulang usai tanpa sepengetahuan Zea. Andi menelpon Fero supaya menjemput Zea dan mengantarkannya pulang.

"Ze, kamu pulang saja sekarang sudah malam, Abang sudah pesen mobil grab kamu tunggu aja di depan" titah Andi

"Lho kan gue bawa motor bang!" balas Zea

"Motor kamu biar Bang Andi yang bawa"

"Oke, lah" Zea pamit ke Andi lalu melangkah ke depan rumah sakit bersamaan dengan Zoya.

setibanya di depan rumah sakit Zea dan ibunya menunggu mobil yang katanya sudah dipesan sama Andi.

Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depan Zea dan ibunya

"Lho ini bukannya mobil Fero Ze?" tanya Zoya

jendela mobil itu terbuka dan terlihat pemuda tampan yang sangat Zea kenal di belakang kemudi mobil itu.

"Ze, tanya yuk naik!"

"Loh kok kamu Fer, katanya Andi tadi pesen grab" tanya Zoya heran.

" Aku driver grab nya tan"Tutur Fero

Ternyata tadi Andi menyuruh Fero untuk menjemput Zea dan Zoya. Ia takut Zea menolak kalau tau Fero yang menjemput, oleh sebab itu Andi bilang kalau sudah pesen mobil grab.

Zea yang sudah capek langsung masuk ke mobil Fero dan duduk samping Fero. Sedangkan Zoya lebih memilih duduk di kursi belakang.

Sepanjang perjalanan Zea hanya memandang jalanan. Sekarang hampir pukul sebelas malam, kehidupan malam yang sebenarnya baru dimulai.

...********...

Keesokan paginya.

"Ze, Lo pergi bareng Gue ya? Kan motor Lo di rumah sakit"

Pagi-pagi sekali Fero sudah nongkrong di meja makan rumah Zea. Dia bahkan membantu mbak Sri untuk menyiapkan mie goreng yang mau di bawa Zea ke sekolah.

"Lo putus sama Shena ya?" tanya Zea.

"Lo doain Gue putus ze"

"Trus ngapain pagi-pagi Lo di rumah gue? Seharusnya Lo tu di rumah Shena bukan di rumah Zea!"

Fero menghela napas "Seharusnya Lo bersyukur Ze. Sahabat Lo ini rela pagi-pagi kesini demi Lo. Gue pikir motor Lo di rumah sakit Bang Andi juga di rumah sakit, gak mungkin kan Tante Zoya nganterin Lo yang ada nyeruduk tembok kalian berdua "

Kan dirumah ini ada Bang Aris dia bisa nganterin Gue ke sekolah.

"Lo lupa Bang Aris juga masuk rumah sakit Sama om. Pram"

Zea menghentakkan kakinya. Ia sudah berusaha menjauhi Fero tapi kenapa kini Fero yang mendekatinya. Kalau gini caranya semakin sulit Zea melupakan perasaannya Fero.

"Jangan kayak gitu nanti sepatu Lo rusak, masa baru sebulan ganti dah mau ganti lagi" ucap Fero sambil menunjuk sepatu Zea.

"Terserah Gue dong, Gue beli sepatu pake duit Gue sendiri bukan duit Lo"

"Udah yuk berangkat keburu telat ntar " ajak Fero.

"Gue minta jemput Rini aja"

Fero berdecak kesal mendengar ucapan Zea. " Rini pergi bareng pacarnya!

"Sejak kapan Rini punya pacar? Kok gue gak tau?" tanya Zea syok mendengar Rini sahabatnya punya pacar.

"Sama kaya gue juga gak tau kalau banyak cowok yang chat Lo. Bahkan Lo Deket sama Deral cowok bajingan itu Gue juga gak tau!" ucap Fero ada amarah di nada suara Fero ketika mengucapkan itu.

Lalu Fero menarik paksa tangan Zea.

"Sakit Fero tangan Gue" ucap Zea yang tak dihiraukan oleh Fero. Selama ini Fero tidak pernah berlaku kasar ke Zea. bahkan Fero bisa ngomong banyak kalau sama Zea kalau sama orang lain Fero layaknya manusia kutub yang arogan dan semaunya sendiri.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!