Nasutaran, lima ratus sembilan puluh satu tahun setelah pemerintahan Gajayanare, Dunggaku, Hadranindra, Aduyugayi dan Hual Suebu.
Memasuki zaman transisi, dimana sistem pemerintahan di bawah para raja-raja, sudah tak lagi berlaku, sepeninggal lima pemimpin Kerajaan yang Agung dan Adil itu, Nasutaran dilanda berbagai pergolakan dari dalam maupun dari luar.
Negeri atas angin banyak yang mencoba menyerang dan menguasai Nasutaran, bahkan selama lebih dari lima puluh tahun negeri atas angin yang dijuluki Negeri Kincir Angin berhasil menduduki dan menguasai ekonomi Nasutaran.
Rakyat Nasutaran yang terpecah belah akhirnya bersatu padu mengusir mereka.
Setelah itu negeri atas angin yang terkenal dengan sebutan negeri matahari terbit juga turut mencoba menguasai Nasutaran.
Mereka menduduki Nasutaran selama tiga tahun. Saat itu bangsa mereka sedang dalam masa kejayaan hampir seluruh negeri atas angin mereka kuasai. Namun ketika salah satu kota di negeri mereka dijatuhi bom Mota yang amat dahsyat yang menewaskan hampir tiga ratus tiga puluh ribu orang.
Mereka menyerah kalah dan mundur meninggalkan Nasutaran. Masa itu masa peperangan di seluruh dunia hampir merata. Namun kini masa-masa gelap dan suram itu telah lewat, kini rakyat Nasutaran mulai membangun negeri mereka, merindukan masa keemasan di masa lampau dengan bentuk pemerintahan yang berbeda.
Istilah-istilah ketatanegaraan yang berbeda, wilayah yang ditempati kerajaan-kerajaan kecil sekarang disebut propinsi. Pusat kerajaan-kerajaan besar sekarang disebut ibukota, dan Lamakintan kini menjadi tempat Ibukota Nasutaran yang terbesar satu-satunya.
Selain itu berbagai jenis teknologi baru juga sudah merebak. Tidak semua orang menggantungkan kekuatan batu bintang lagi mungkin kebanyakan dari mereka malah melupakannya, hanya tinggal sejarah yang tercatat di buku-buku usang yang tersimpan di perpustakaan tua. Mobil, pesawat terbang, kapal bawah laut, televisi, mesin uap, kereta api, radio, telepon, bola lampu, senapan, antenna, adalah istilah-istilah baru yang menjadi hal yang sudah biasa mereka gunakan.
Mesin cuci, mesin jahit, pemanas, kompor gas, generator, Kulkas, dan masih banyak lagi teknologi yang merambah dan berdiam di setiap rumah sesuai tingkat ekonomi mereka.
Bahkan profesi mereka pun kini lebih beragam, ada tukang listrik, tukang ojek, guru sekolah, buruh pabrik, pelayan restoran, tukang sapu, tukang reparasi, tukang sate, petenis, atlit, masinis, supir, pegawai negeri, berbagai macam dokter spesialis, mucikari, tengkulak, kondektur, musisi, komponis, pianis, body guard, tentara, polisi, hansip dan masih banyak lagi.
Namun, manusia tetaplah manusia, yang selalu merasa kekurangan dan selalu mengejar impiannya.
Adalah sebuah organisasi yang cukup ternama dimana organisasi ini berusaha mewujudkan impian yang memuaskan keserakahan mereka.
Organisasi yang menampung dan menaungi profesi seseorang untuk menjadi pemburu. Pemburu yang berburu apa yang menjadi impian dan obsesinya.
Ada yang terobsesi berburu harta karun, para kriminal, binatang langka, kota-kota hilang, bahkan berburu resep makanan yang belum pernah dirasakan semua orang sebelumnya.
Ada juga yang terobsesi berburu berbagai jenis monster, apapun yang diinginkan orang untuk didapatkannya, biarpun susah sekalipun mereka akan berusaha menjadi salah satu anggota dari organisasi yang sudah ternama itu.
Organisasi itu bernama K.P.D. atau yang jika diterjemahkan menjadi Klub Pemburu Dunia. Dibentuk oleh seorang pengusaha kaya yang bergelimang uang tiap detiknya dan hanya pengusaha itu yang mengetahui bagaimana cara mendapatkannya.
Semua orang berambisi besar untuk dapat menjadi member organisasi itu. Bagaimana tidak? Dengan menjadi member K. P. D. mereka akan mendapatkan kartu yang sangat berharga, kartu keanggotaan yang mendukung profesi seorang pemburu yang terkadang harus jauh dari tempatnya tinggal dan mengharuskan dia untuk berkelana.
Dengan kartu K. P. D. yang serba guna itu, member K. P. D. akan dijamin kehidupannya sampai akhir hayat mereka.
Kartu K. P. D. Juga kebal hukum, jika member mengalami situasi berbahaya karena membela diri dan mengakibatkan seseorang terbunuh maka dia tak akan berurusan dengan aparat yang berwajib.
Bahkan sekalipun dia sengaja membunuh seseorang!
Sementara itu di sebuah pulau kecil yang disebut Pulau Kura-kura, seorang bocah kecil sedang duduk di dahan sambil memegang sebatang alat pancingnya, dari atas pohon itu dia menunggu umpannya disantap ikan besar yang disebut ikan Monster Udang.
Setelah beberapa lama menunggu dia merasakan kailnya mulai bergerak-gerak. Dan umpan kail itu dimakan seekor ikan yang sangat besar, menarik umpan itu ke dasar danau, anak itu lalu dengan sigap berlari memutari pohon dari dahan ke dahan dan melompat turun agar bisa menarik ikan monster udang muncul ke permukaan.
Dia berhasil mendapatkan ikan Monster Udang itu, dan segera mengangkat serta membawanya pulang.
Orang-orang terkesima melihat bocah itu berhasil menangkap ikan langka yang susah dipancing kebanyakan orang.
" Wah, itu kan ikan Monster Udang raksasa, hebat sekali anak itu bisa memancingnya," seseorang berkomentar.
Yang lainnya manggut-manggut. Kebetulan bibi dari anak itu juga berada di keramaian kampung itu. Dia terheran melihat kerumunan banyak orang dan terbelalak ketika terlihat keponakannya menyeret ikan Monster Udang yang begitu besar, menuju ke arahnya. Wanita itu mendengus, seperti menyesal dengan dirinya sendiri.
Pasalnya penyebab anak itu sampai mendapatkan ikan Monster Udang itu karena tantangan darinya, anak itu ngotot ingin mendaftarkan dirinya untuk ikut ujian K. P. D. dia sebenarnya tak mengijinkannya, baginya anak itu masih terlalu kecil.
Dengan syarat menangkap ikan Monster Udang Raksasa itu ia berjanji akan memberi ijin dan memberi tanda tangan pada secarik kertas registrasi pendaftaran ujian K. P. D. dia pikir itu hal yang mustahil dilakukan bagi seorang anak kecil berusia sebelas tahun, nyatanya?!
"Nah, bibi aku sudah mendapatkan ikan Monster Udang ini, sekarang aku menagih janji dan ucapan bibi, hehehe... " Sambil nyengir anak itu menunjukkan selembar surat pendaftaran ujian K.P.D.-nya dan sebuah pena.
" Oh, jadi itu persyaratan ya?!" Celetuk seseorang.
" Hmmm.. Kalau aku sih ya harus mendukungnya," sahut yang lainnya.
Mendengar kasak kusuk beberapa orang yang berkerumun melihat mereka itu, wanita itu naik pitam, "Bukan urusan kalian! Pergilah kalian dari sini! "
" Huuu... harusnya kau mendukungnya, aku yakin dia bakalan jadi seorang pemburu profesional, lihat, sudah terbukti kan?! " Masih saja ada orang yang membela anak itu.
Anak yang bernama Made itu memandang bibinya tajam, seolah menuntut janji yang harus ditepati.
"Bukankah bibi sendiri yang mengatakan janji harus selalu ditepati, janji adalah hutang yang harus dibayar, apakah bibi akan menyangkal ucapan bibi sendiri?" Ucap Made.
"Baiklah, sini berikan surat dan penamu! " Dengan ketus bibinya meraih lembaran kertas itu dan menorehkan tanda tangan, sebagai syarat wali yang mengijinkan anak itu mengikuti ujian Klub Pemburu Dunia.
Dan Made pun tersenyum gembira.
Made Arkana hidup dan tinggal bersama bibi serta neneknya. Bibinya bernama Ni Luh Manik, dan neneknya bernama Ni Luh Purbani.
Ayah Made menitipkan dia pada adik istrinya ketika dia masih bayi. Ayah Made bernama Wayan Arkana. Bibinya bercerita kalau ayah dan ibunya itu sudah meninggal karena kecelakaan.
Tapi kejadian beberapa minggu yang lalu membuat Made Arkana menyadari kalau bibinya itu membohonginya.
Minggu lalu ketika ia sedang bermain-main di hutan ujung timur Pulau Kura-Kura tanpa sengaja ia memasuki wilayah seekor beruang ekor panjang.
Tanpa ia sadari Beruang itu marah karena ada manusia yang memasuki wilayah kekuasaannya, selain itu ternyata beruang ekor panjang itu memiliki seekor anak beruang yang masih kecil, itulah kenapa induknya bersikap protektif.
Made Arkana tak bisa berbuat apa-apa dia terdiam melihat keganasan beruang ekor panjang itu, tubuhnya bagai membeku saking ketakutannya.
Beruang ekor panjang itu hampir saja mencakarnya dengan lengan besar dan kuku-kuku jarinya yang besar dan tajam, namun tiba-tiba terlihat seberkas sinar yang bagai membelah badan binatang buas itu, disusul ambruknya tubuh besarnya ke tanah.
Made hanya tertegun sesaat dan melihat seseorang berambut panjang, bertelinga lancip dan memakai topi pet di kepalanya sedang di tangannya memegang katana yang cukup panjang, orang itu berjalan mendekati Made perlahan tanpa ekspresi apapun.
Setelah itu... "Buak!!" Dia memukul pipi Made dengan cukup keras.
"Apa yang kau lakukan di tempat ini! Tidakkah kau lihat tanda cakaran di pepohonan sekitar tempat ini? Itu adalah tanda wilayah beruang ekor panjang yang sedang dalam masa menyusui anaknya! Dasar bocah bodoh! " Orang itu membentak dan memarahi Made Arkana.
"Paman, Terima kasih telah menyelamatkan aku, paman siapa?" Tanya Made sedikit takut-takut.
"Siapa namamu nak!" tanya orang itu ketus.
"Aku. Made, Made Arkana..." Jawab Made seadanya.
Pria itu terlihat terperanjat mendengar nama anak itu. Lalu dia bercerita tentang tujuannya datang ke tempat itu.
" Aku mencari mentorku yang bernama Wayan Arkana... dan aku harus memberikan kartu ini untuk putranya jika aku tak bisa menemuinya."
Pria itu mengeluarkan kartu K.P.D. milik ayah Made, dan menyerahkan kartu itu ke tangan Made.
Made terkejut selama ini yang ia ketahui ayah dan ibunya sudah meninggal, bibinya telah membohonginya selama ini.
Made Arkana bertanya pada pria itu, "Siapa namamu?"
Pria itu menjawab, "Namaku Zeveona aku anggota K.P.D. spesial memburu binatang langka. Seperti ayahmu, yang entah di mana saat ini."
"Ayahku, masih hidup?" terbata-bata Made berucap, dan merenung dalam hati, Kenapa bibinya berbohong padanya selama ini? Dan seberapa hebatnya menjadi anggota K. P. D. itu?
"Ya, dia masih hidup. Ayahmu anggota K.P.D. yang sangat hebat. Banyak sekali situs-situs purbakala dan berbagai jenis satwa unik yang telah ditemukannya. Sayangnya ayahmu itu susah sekali ditemukan! Aku kesal padanya!" Kata Zeveona.
"Jauh-jauh kesini hanya untuk menyerahkan kartu itu padamu, "
gerutunya lagi.
Made memperhatikan kartu yang ada di tangannya itu, terbaca nama ayahnya Wayan Arkana--member 0046971537-K.P.D.--Pemburu Situs Purba Dan Satwa Langka.
"Baiklah, sudah saatnya aku harus pergi dari sini." Zeveona bangkit berdiri menghampiri anak beruang ekor panjang yang masih mengira induknya masih hidup.
Made melihat pria itu menghunus katananya kembali dia hendak menghabisi hidup anak beruang ekor panjang. Dia langsung berlari menangkap anakan beruang ekor panjang itu, dan mencegah Zeveona membunuhnya.
"Jangan! Aku akan merawatnya, ini semua karena kesalahanku, aku harus merawatnya!"
Made memeluk anak beruang ekor panjang yang meronta, memberontak dan mencakari badannya, tapi Made tak mempedulikannya.
Dia merasa sangat bersalah padanya. Telah membuat induknya mati.
"Percuma! beruang ekor panjang hanya tergantung pada induk aslinya saja aku ragu kau akan bisa merawatnya."
"Pokoknya! Jangan akhiri hidupnya dengan pedangmu!" Made menatap Zeveona penuh pandangan yang berkilat disertai nada suaranya yang bertekad kuat dan teguh.
Zeveona menatap kedua mata itu mengingatkannya pada wajah Wayan Arkana mentornya yang menyebalkan itu.
Sama-sama menyebalkan. Dalam batinnya.
"Terserah kalau begitu, lakukan apa yang kau mau," dia menyarungkan kembali katananya.
Dan hendak melangkah pergi meninggalkan Made Arkana.
"Tunggu!" Made berseru padanya.
"Ada apa lagi?"
"Bagaimana cara menjadi anggota K.P.D. itu?" Tanya Made.
"Kau harus mengisi formulir pendaftaran dan mengikuti ujian yang akan mereka berikan padamu, karena usiamu masih di bawah delapan belas tahun, kau harus minta ijin wali orang tuamu atau bibimu." Jawab Zeveona sambil melanjutkan langkahnya.
Karena dia harus mencari Wayan Arkana sebagai ujian terakhir kelulusannya sebagai member K.P.D. dan ia tak menceritakan hal itu pada Made.
Made, termangu dengan kejadian hari itu, dia kemudian pulang ke rumahnya meninggalkan anak beruang ekor panjang itu.
Dan berencana merawatnya nanti, tapi hari itu dia tak boleh terlambat pulang, bibinya bisa mengomelinya panjang lebar.
Hari kedua minggu lalu dia membawa sekop dan sebotol susu sapi segar beserta piring kecil sebagai wadah minuman anak beruang ekor panjang itu.
Anak beruang itu masih takut melihat Made dia bersembunyi di rerimbunan belukar dekat induknya yang telah mati.
Made kemudian mulai menggali lubang yang besar, ia hendak mengubur induk beruang ekor panjang karena rasa bersalahnya itu.
"Ini minumlah susu hangat ini, kau harus tetap hidup!" Kata Made pada anak beruang yang masih mendesis garang ketika ia mendekatinya.
Made menggeser piring yang telah dituangi susu itu ke dekat rimbunan semak, tempat anak beruang ekor panjang itu bersembunyi.
"Ayo, minumlah aku tahu kau kehausan dan lapar, ini semua karena salahku, aku minta maaf ya."
Made kemudian pergi pulang kembali ke rumahnya berharap anak beruang ekor panjang itu mau meminum susu, tanpa melihat kehadirannya.
Hari ketiga minggu lalu.
"Bibi, aku ingin menjadi pemburu seperti ayah!" Made langsung mengutarakan maksudnya pada Ni Luh Manik.
Ni Luh Manik terhenyak, dia terkejut dari mana anak itu mengetahui ayahnya seorang member K.P.D.
"Tidak! Aku tidak akan mengijinkanmu!" dengan sedikit emosi Ni Luh Manik melarang anak itu mengikuti jejak kakak iparnya yang dia anggap tak punya tanggung jawab pada putranya itu.
Bahkan terhadap kakak kandungnya juga Wayan Arkana tak menyempatkan diri pulang menjenguk acara pemakamannya.
Kakak kandung Ni Luh Manik menderita penyakit kanker ganas dan dia menghadapi hari-hari terakhirnya tanpa suaminya, Wayan Arkana.
Itulah yang membuat Ni Luh Manik amat sangat membenci kakak iparnya, yang adalah ayah Made Arkana.
"Kenapa?" tanya Made kecewa.
"Karena kau akan menjadi seperti ayahmu yang tak peduli pada anak danistrinya. Bahkan ia tak pernah mengunjungi kita sampai sekarang, bukan?" Dengan penuh emosi Ni Luh Manik menjawabnya.
"Jadi, ayah masih hidup? Kenapa bibi berbohong kepadaku selama ini ? Bibi jahat!" Kemudian Made beranjak dari kursinya dan berlari ke kamarnya mengurung diri.
Ni Luh Purbani, ibu Ni Luh Manik menghela nafas.
"Sepertinya kau tak akan bisa mencegahnya, berikanlah dia ijin mengikuti ujian itu. Bukankah ujian itu sangat berat aku yakin ia akan gagal dan segera pulang kemari lagi," Ni Luh Purbani mencoba meredam kemarahan putrinya itu.
Ni Luh Manik sebenarnya juga merasa bersalah dia ketahuan berbohong tentang status ayah Made, kakak iparnya itu.
Dia heran darimana anak itu tahu ayahnya masih hidup?
"Apakah Ibu yang memberitahu, kalau kak Wayan masih hidup dan menjadi seorang pemburu?"
"Tidak, aku tak pernah memberitahunya hal itu, mungkin dia tahu dari orang lain"
"Bu, aku tak mau dia menjadi seperti ayahnya yang tak punya rasa tanggung jawab itu!"
"Tapi, kau tak berhak melarangnya Nak, dia punya kebebasan yang dia inginkan, dia mewarisi jiwa ayahnya dan kita tak bisa menghentikannya"
"Apa kau lebih menginginkannya kabur dari rumah begitu saja? " Ni Luh Purbani memberi pertimbangan pada putrinya itu.
...Made Arkana...
Hari keempat seminggu yang lalu, Ni Luh Manik akhirnya mencoba berdamai dengan hatinya, melupakan rasa benci pada kakak iparnya.
Dia berniat meminta maaf pada Made, atas semua kebohongannya.
" Madee..! turunlah sarapan sudah siap, " panggilnya seperti biasa.
Sambil mengatur menu sarapan pagi di meja makan yang ada di dapur.
" Tidak! Sebelum bibi mau mengijinkan aku mengikuti ujian K.P.D. ! " teriak Made.
Dasar anak keras kepala ! Ni Luh Manik hanya membatin, dia berusaha bersabar menghadapi Made.
"Turunlah! Bibi mau membicarakan hal itu juga!" Kembali dia memancing Made untuk turun dari kamarnya.
Dan dia mendengar suara pintu kamar Made yang berderak, karena engselnya yang berkarat. Terdengar langkah Made menuruni tangga kayu. Dan menuju ke dapur.
"Kau sudah mandi kan?" tanya Ni Luh Manik. Made hanya menganggukan kepalanya, lesu.
"Duduk, dan nikmati sarapanmu dahulu" Ni Luh Manik menaruh pancake di piring dan menuangkan madu di atasnya, menyodorkannya pada Made.
Dia juga menyiapkan kentang rebus, irisan wortel yang dikukus, sosis panggang dan telur mata sapi di piring yang lain. Dan disodorkan di samping piring pancake Made.
Ibunya, Ni Luh Purbani, sudah lebih dulu memulai sarapan. Ni Luh Manik duduk dan menikmati sarapannya juga. Dia masih memilih kalimat yang tepat untuk disampaikan pada Made.
"Kau tahu, ayahmu itu pergi meninggalkanmu sewaktu kau masih bayi?" Ni Luh Manik memulai percakapannya.
"Apakah kau tidak membencinya?" Tanyanya lagi.
"Justru itulah Bi..." Dengan lirih Made menjawab tapi tak meneruskannya.
"Apa maksudmu?" Ni Luh Manik belum mengerti maksud Made.
"Justru itulah Bi, kenapa aku ingin ikut ujian K.P.D. sampai-sampai seorang ayah meninggalkan anaknya demi pekerjaannya. Betapa aku sangat penasaran ingin merasakan menjadi anggota K.P.D. itu. Sehebat itukah K.P.D. ?"
Ni Luh Manik, tercengang dengan jawaban Made, dia pikir Made akan marah dan membenci ayahnya, ternyata dia justru ingin menjadi seperti ayahnya.
" Kalian memang sama saja! " seakan merasa dikhianati Ni Luh Mulai disergap sinyal-sinyal kemarahan.
Tapi Ni Luh Purbani segera menepuk pundaknya dengan lembut. Memberi isyarat untuk menenangkan dirinya.
Sambil mendengus Ni Luh Manik berdiri membuka rak lemari yang ada di dapur itu dan mengeluarkan foto lama ayah Made.
Dia berikan foto itu pada Made.
" Itu wajah ayahmu, siapa tahu kau nanti bisa menemukannya," sambil duduk di kursinya lagi. Memandang Made, dan tersenyum tipis.
" Bibi akan memberi ijin padamu mengikuti ujian itu tapi ada syaratnya, " ujar Ni Luh Manik.
" Benarkah? Bibi tak akan membohongiku lagi, kan?! " Made mendadak jadi bersemangat.
" Apa syaratnya, Bi? "
" Jika kau bisa menangkap ikan Monster Udang, di danau Turba dan menunjukkan pada bibi, maka Bibi akan membubuhkan tanda tangan Bibi. Apa kau sudah mempunyai formulirnya? "
Made menganggukan kepalanya.
Persyaratan yang dibuatnya itu lumayan berat dan susah untuk anak seumuran Made, Ni Luh Manik merasa yakin Made tak akan mampu menangkap ikan langka itu.
"Sebentar, ..." Ni Luh Manik beranjak menuju ruang tamu dan mengambil sesuatu, di laci paling bawah sebuah lemari, laku kembali ke dapur memberi Made sebuah tabung berukuran tiga puluh centimeter.
"Ini adalah kail milik ayahmu, kau boleh memiliki dan menggunakannya, kalau mau." Ni Luh Manik meletakkan tabung itu di atas meja di hadapan Made.
"Terima kasih,Bi." Made dengan senyum lebar nya mengambil tabung itu dan membukanya.
Hari kelima seminggu yang lalu...
Made bersabar menunggu umpannya dilahap ikan Monster Udang, dia menunggu dengan tenang, tanpa suara, dan membaur dengan alam. Daun-daun kering yang berjatuhan menimpa dirinya pun tak dihiraukannya.
Sepertinya hari itu ikan Monster Udang masih merasakan kehadirannya, hingga sampai petang pun umpannya tak disentuh sama sekali.
Hari keenam, Dia kembali mencoba peruntungannya, kali ini dia memanjat sebuah pohon duduk di dahan yang kuat dan seperti biasa, mencoba berbaur dengan alam, mencoba untuk tak diketahui kehadirannya. Beberapa menit kemudian dia melihat kambangan kalinya bergerak-gerak.
Made tetap tenang, tak ingin tergesa-gesa. Sampai umpannya benar-benar tertarik semakin ke dalam, lalu dia dengan cepat menarik kailnya, pancingnya sudah mengait bibir atas ikan Monster Udang itu, sekarang tinggal perjuangan membawa ikan itu semakin ke permukaan air. Berat! Ikan itu berukuran sangat besar.
Made kemudian dengan sekuat tenaga berlari memutari pohon dari dahan ke dahan memegang erat kailnya dan melompat turun dari dahan pohon agar bisa menarik ikan monster udang muncul ke permukaan, menggunakan berat badannya sendiri sebagai beban.
Dia berhasil mendapatkan ikan monster udang itu, dan segera mengangkat serta membawanya pulang.
...*****...
Hari ini, Made menuju kantor pos di kota kecil Pulau Kura-Kura, dia memasukkan formulir pendaftaran yang telah ditandatangani bibinya dan dimasukkan dalam amplop kedalam kotak surat di kantor pos itu.
Dan setelah itu, diapun bergegas menuju hutan di ujung timur Pulau Kura-Kura, dia ingin menengok anak beruang ekor panjang yang selama hampir seminggu itu dirawatnya.
"Tobiii... Tobiii..., kemarilah aku bawakan susu untukmu," Made memanggil anak beruang ekor panjang itu.
Tak lama terdengar gemerisik semak-semak yang bergerak disusul munculnya seekor anak beruang ekor panjang yang berlari girang menuju Made.
Anak beruang itu, sudah lekat dan jinak dengan Made. Seperti sudah memahami situasi Made, ketika induknya dibunuh seseorang.
Beruang ekor panjang itu, sudah mulai tumbuh besar dan kuat.
"Sebentar lagi aku akan pergi dari pulau ini, Tobi... kau akan menjadi raja hutan di pulau ini," Made mengelus kepala Tobi yang sedang menghabiskan susu di wadahnya.
Nada sedih Made, seolah dimengerti Tobi, dia pun bergerak menempatkan tubuhnya di pangkuan Made.
"Sudah saatnya aku mengajarimu bertahan hidup di hutan ini," kata Made.
Anak itu paham seekor beruang ekor panjang harus bertahan di alam liar dengan segala kekuatannya sendiri. Jika ingin tetap bertahan.
Beberapa hari sesudahnya Made mengajarinya mencari ikan di sungai yang beriak dan dangkal, mengajarinya memanjat pohon dan meraih sarang lebah madu, menunjukkan jenis buah-buah berry yang layak dimakannya dan buah berry beracun yang harus dihindarinya serta mencoba menemukan pasangan untuk Tobi meneruskan keturunannya.
Tobi mempelajari itu semua dengan sangat mudah. Made sendiri adalah seorang anak penyayang binatang, dia sering sekali bermain di hutan bagian timur pulau itu.
Dan mempelajari tabiat semua satwa yang ada di hutan itu. Made mengetahui tanda-tanda alam yang akan terjadi dengan memperhatikan tindak-tanduk satwa yang ada di hutan itu.
Dia juga terkadang menolong dan menyembuhkan satwa-satwa yang terluka atau sakit.
Oleh sebab itu banyak satwa yang tidak takut dengan kehadiran Made.
Sebulan telah berlalu, akhirnya K.P.D. merespon formulir pendaftaran Made dan mengirim undangan kecil untuk mengikuti ujian K.P.D.
Dalam undangan itu hanya tertulis " Naiklah Kapal Barbosa pukul lima, tanggal sekian di dermaga besar Pulau Kura-Kura".
"Bibi! Aku sudah mendapat undangan dari K.P.D !" Seru Made pada bibinya.
Ni luh Manik, hanya tersenyum tak bersemangat.
Dia akan sangat kehilangan dan merindukan Made yang sudah dianggapnya sebagai anaknya sendiri.
"Baiklah, mari Bibi bantu mengemas bekal yang harus kau bawa,p" kata bibinya pasrah. Dan bulir-bulir air yang mulai merembes pun keluar dari matanya
"Berhati-hati di luar sana ya Made, dunia luar bisa saja lebih kejam dari pulau tempat kita tinggal ini," pesan bibinya seraya memasukkan beberapa buah apel, sandwich, dan beberapa makanan kaleng lainnya ke dalam tas punggung Made.
"Jangan lupa berkirim kabar ya Cu," Ni Luh Purbani muncul dan mengulurkan tabung yang berisi alat pancing ayah Made.
"Baik, Nek dan aku akan mengingat semua kata-kata Bibi," ujar Made bersemangat.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!