Dunia yang berkilauan dengan lampu-lampu modern yang menerangi kota membuat malam yang gelap tidak terasa menakutkan. Kendaraan terbang hilir mudik di bawah cahaya lampu dan juga sinar rembulan. Bangunan tinggi berisi para penduduk yang sedang melakukan aktivitas masing-masing, sekarang adalah waktunya menikmati malam yang damai setelah aktivitas yang melelahkan disiang hari. Semua orang berkumpul bersama keluarga mereka, ibu menyiapkan makanan, ayah menonton siaran televisi, dan anak kecil saling bersenda gurau menampilkan senyuman yang manis di wajah mereka.
Di atas kota modern yang teknologinya berkembang, hamparan langit malam membuat kota itu bersinar. Tidak ada yang tahu, tidak ada yang menyadari, di langit malam yang terlihat kosong, ada cahaya yang menuju ke arah bumi. Biasanya, orang-orang hanya akan melihat cahaya itu seperti garis panjang dengan kepala yang lebih besar melintasi bumi tanpa perlu memikirkannya, tapi cahaya itu berbeda, benda itu sekarang menuju ke arah bumi dan menghantam apa pun yang ada di jalannya.
Malam itu, saat semua orang berpikir akan menikmati malam seperti biasanya, pemikiran mereka itu salah. Tidak ada alat canggih yang bisa mendeteksi benda luar angkasa yang jatuh menimpa bumi, peringatan terjadi saat sebuah wilayah telah hancur karena meteor itu. Ada yang terkejut mendengarnya, ada yang khawatir, dan ada yang tidak percaya terhadap berita tersebut. di saat semuanya berpikir kota mereka aman, seorang ayah menarik tangan istri dan mengajak kedua anaknya pergi meninggalkan rumah mereka, makanan yang telah disajikan di atas meja makan tidak tersentuh sama sekali setelah mendengar berita tentang jatuhnya meteor.
“Ayah, kita akan pergi ke mana?” Anak laki-laki yang saat ini berumur 14 tahun bertanya kepada ayahnya, di belakangnya sang adik perempuan mengikuti langkahnya.
“kita akan pergi ke tempat yang aman.” Jawab sang ayah singkat.
“Tapi di mana, sayang?” si ibu dari anak-anak itu juga ikut bertanya.
Sang ayah tidak menjawab, dia tidak tahu harus pergi ke mana, tapi dia tahu meteor itu akan kembali jatuh. Keluarga itu menaiki mobil terbang mereka, untuk mencari tempat yang aman dari jatuhnya meteor. Dan seperti dugaan sang ayah, peringatan kembali terjadi di gelang berteknologi tinggi yang dia gunakan, bahwa meteor kembali jatuh, tapi sekarang lebih banyak. Ketika melihat ke arah langit, cahaya terang seperti akan menimpa kepala mereka. Sang ayah menambah laju kecepatan kendaraan terbangnya. Kepanikan terdengar, tapi dengan cepat suara mereka tersapu oleh meteor yang jatuh dari langit.
Di saat yang bersamaan, cairan keluar dari setiap meteor yang jatuh, merayap di tanah dan memakan apa saja yang ada di hadapannya, mulai dari benda, hewan, tumbuhan, dan manusia. Apa yang dimakan oleh cairan itu tidak hancur ataupun mati, melainkan kembali hidup sebagai suatu makhluk yang lain. Pada malam itu bumi mendapatkan krisis global, umat manusia terancam punah karena jatuhnya meteor dan serangan monster, tapi bukan berarti mereka menyerah untuk tetap hidup. Meskipun perkembangan mengalami kemunduran, tapi para manusia tetap akan melawan dan terus mempertahankan apa yang menjadi milik mereka.
Halo semuanya....
Saya harap kalian menyukai Novel ini.
Untuk prolog ceritanya sampai sini dulu ya.
Nantikan kelanjutannya...
Bagi para pembaca, bisa vote atau komen agar saya sebagai penulis lebih bersemangat untuk melanjutkan ceritanya.
Terima kasih sudah membaca.
Kota yang dulunya ramai sekarang hanya menyisakan kesunyian. Gedung-gedung tinggi sekarang berubah menjadi puing-puing yang berserakan di atas tanah. Jalanan yang dulu ramai dengan kendaraan dan pejalan kaki sekarang tertutup oleh puing-puing bangunan. Langit yang seharusnya cerah sekarang tertutup oleh awan debu. Tempat yang dulunya ramai oleh manusia, sekarang berubah menjadi neraka yang sunyi, bahkan tumbuhan pun tidak terlihat di tempat itu. Kota yang sebelumnya penuh dengan kehidupan kini berubah menjadi kota mati yang sepi.
Di tengah kehancuran itu, Araka Valtor seorang remaja yang terpukul karena kehilangan orang tua dan adiknya, melangkah dengan hati-hati di jalan yang ditinggalkan. Rambutnya kusut dan matanya penuh dengan kelelahan mencerminkan kesedihan yang tak bisa digambarkan. Pakaiannya lusuh menjadi saksi perjuangannya untuk tetap bertahan hidup di kota mati ini, meskipun sendirian, tekadnya yang kuat terlihat dari mata pemuda itu. Sebuah senjata terlilit dipunggungnya sebagai bentuk pertahanan terakhir, jika ada yang menyerangnya. Dia terus berjuang, walaupun sulit, meskipun kesepian, tapi anak laki-laki itu tidak akan pernah menyerah untuk tetap hidup.
Saat Araka berjalan, siluet bayangan monster-monster meteor muncul di antara reruntuhan. Langit hampir gelap, jadi para monster yang tadinya menghilang mulai menunjukkan bayangan jahat mereka. Araka mempercepat langkahnya agar tiba lebih cepat di tempat perlindungan. Nafasnya terengah-engah setelah memasuki gedung yang dindingnya masih kokoh, mungkin dulunya ini adalah sebuah pabrik yang kini ia gunakan sebagai tempat berlindung saat malam tiba.
Remaja itu meletakkan beberapa cansed, sebuah tempat penyimpanan makanan berbentuk seperti kaleng kecil dengan teknologi modern sebagai sumber makanan untuk tetap bertahan hidup. Pedang yang selalu ia bawa dipunggungnya kini ia letakkan di sampingnya. Remaja itu mengetuk satu cansed, kaleng itu terbuka mengeluarkan sesuatu, Araka mengambil apa isi cansed tersebut untuk ia makan setelah seharian mencarinya. Araka menatap langit-langit yang sudah berlubang, sebuah kenangan terlintas di pikirannya, bahwa dia merindukan keluarganya.
4 tahun telah berlalu sejak Araka bisa menikmati makanan yang dimasak oleh ibunya. Setelah ayahnya mengajak anak berumur 14 tahun itu pergi dari rumah bersama ibu dan adiknya karena meteor jatuh, kehidupannya sekarang benar-benar berubah. Itu semua karena monster yang disebut Ephemera, monster yang berasal dari cairan hitam meteor. Cairan ini memakan apa pun yang ada di hadapan mereka mulai dari benda, tumbuhan, hewan, bahkan manusia dan membuat cairan ini bertransformasi menjadi monster dengan bentuk sesuai dengan apa yang mereka makan.
Keluarga Araka pergi meninggalkan rumah menggunakan mobil terbang. Tidak ada masalah dalam pelarian sampai sebuah monster menyerang mobil terbang yang mereka naiki. Ibu Araka menjadi orang pertama yang tewas pada serangan pertama itu. Sang Ayah dengan buru-buru mengeluarkan kedua anaknya dari dalam mobil, kemudian menarik lengan kedua anaknya agar menjauh dari makhluk menyeramkan di belakang mereka.
"Ayah, ibu masih ada di dalam sana," Araka mencoba memberitahu ayahnya, wajah anak itu bercampur cemas dan bingung, "Ayah, kenapa ayah meninggalkan ibu?" anak itu sedikit mengeraskan suaranya.
Sang Ayah tidak menjawab, pria itu menguatkan genggamannya pada kedua pergelangan tangan anak-anaknya agar tidak ada yang tertinggal. Ayah Araka tahu bahwa istrinya sudah tidak bisa diselamatkan, jadi yang pria itu lakukan sekarang adalah berusaha menyelamatkan kedua anaknya.
Araka juga tahu bahwa ibunya sudah meninggal karena tusukkan dari cakar monster yang menembus tubuhnya, tapi anak laki-laki itu tidak terima, dia berharap apa yang ia lihat tadi itu salah. Sementara si adik tidak banyak bicara, kematian ibunya tadi terlihat jelas di depan matanya, tatapan matanya yang lembut berubah menjadi kosong dan wajah riangnya sekarang berubah menjadi ekspresi yang hampa.
Di belakang mereka, sosok makhluk besar itu berjalan dengan perlahan karena makhluk itu tahu, dia bisa mengejar mangsa di depannya.
Kakinya yang besar melangkah meninggalkan jejak di sepanjang jalan yang monster itu lewati. Suaranya yang mengerikan seperti tawa, menyaksikan manusia di depannya melarikan diri darinya. Di kedua tangan monster itu berbalut cakar besar dan tajam yang bisa menghancurkan mobil dalam satu pukulan. Tubuhnya berwarna merah gelap dengan bentuk humanoid, kepalanya seperti lalat dengan taring-taring tajam yang meneteskan air liur setiap kali membuka mulutnya.
"Bugh"
Lian, Adik Araka terjatuh membuat rombongan itu harus berhenti, sedangkan monster di belakang mereka semakin dekat. Sang ayah panik, dia buru-buru membantu anak perempuannya berdiri.
"Kau masih kuat, kan? Kita harus segera melarikan diri." Saat Lian berusaha berjalan, kakinya tidak kuat menahan beban karena luka akibat terjatuh.
"ARAKA!!" panggil sang ayah dengan keras.
Araka mendekat dan menunggu apa yang akan ayahnya katakan, sementara si adik terduduk karena tidak bisa berjalan.
"Ini permintaan terakhir ayahmu," Ayah Araka diam sebentar, matanya mulai berkaca-kaca ketika melihat kedua anaknya, "Bawa adikmu pergi dari sini, tetaplah hidup Araka dan tolong jaga adikmu, lindungilah dia, saat kau pergi jangan lihat ke belakang " Sang ayah mengelus kepala kedua anaknya kemudian balik kanan dengan senyuman, "Ayah bangga memiliki anak-anak seperti kalian."
Araka mencoba memikirkan apa yang ayahnya sampaikan, pikirannya masih belum dewasa tapi dia anak yang patuh. Araka pergi dengan menggendong adiknya, meninggalkan ayahnya di belakang. Ibunya dengan cepat meninggalkan anak muda itu dan sekarang ayahnya juga akan pergi meninggalkannya, tapi dia masih punya adik perempuan jadi dia harus menjaganya.
Anak laki-laki itu berusaha untuk tidak melihat ke belakang, seperti apa yang ayahnya suruh. Jika ini adalah sebuah film, hal buruk pasti akan terjadi di belakang sana.
Kaki Ayah Araka gemetar, perasaan takut jelas ada tapi demi anak-anaknya, keberanian muncul di dalam hatinya. Dia menunggu monster itu menghampirinya dan berharap bisa memberikan sedikit waktu untuk anak-anaknya kabur.
"Aku harus melindungi mereka." gumamnya, sambil memperkuat tekad. "Ini bukan kesalahan, kan?"
Sebelum monster itu mendekat, ayah Araka melihat ke belakang. Dia menghapus air mata yang akan terjatuh dengan jari-jari tangan dan mengembangkan senyum di bibirnya. "Tidak, tidak ada yang salah, sudah seharusnya seorang ayah melindungi anaknya."
Sekarang monster itu dan ayah Araka saling berhadapan, meskipun dengan kaki sedikit gemetar tapi pria itu tetap berdiri dengan tegap dan setelah beberapa saat, pria itu kehilangan nyawanya. Cepat sekali, cakar besar menembus tubuh pria itu dan monster meteor yang telah membunuh orang di depannya mulai menjilati tangannya yang penuh dengan noda darah. Lidah panjangnya keluar bersamaan dengan air liur dari mulutnya, monster itu kemudian menyantap daging manusia yang telah dia bunuh.
Sementara Araka tidak tahu apa yang terjadi, anak itu tetap fokus untuk melarikan diri.
"SIAL!!"
Araka memukul lantai dengan keras, dia menyalahkan dirinya tentang apa yang terjadi pada adiknya. Dia tidak bisa menepati janji kepada ayahnya. Araka tidak bisa melindungi adiknya sendiri. Setiap kali dia mengingat masa lalu, kesedihan, kebencian, putus asa dan hal negatif lainnya selalu membuat dirinya membenci para monster itu.
"Aku yang pernah kalian buru akan menjadi pemburu."
Araka membanting kaleng besi tempat penyimpanan makanan tadi ke sembarang arah. Langit sudah berubah menjadi gelap, sang mentari telah digantikan oleh rembulan yang menjadi sumber cahaya di tanah gelap itu. Mengambil sebilah pedang yang tergeletak di sampingnya dan menunjukkan bilah pedangnya yang indah. Sebuah pedang hitam dengan garis biru di tengah, bermandikan cahaya rembulan membuat pedang itu seperti bersinar. Araka menunggu sesuatu yang akan muncul dari balik kegelapan.
Araka berjalan menuju sebuah kotak besi besar yang ia gunakan sebagai tempat penyimpanan cansed, pemuda itu mengambil tiga cansed dan menyimpannya di balik jubah tanpa menyadari ada cansed yang berbeda dari yang lainnya. Dia pikir mungkin pertarungan ini akan panjang, jadi Araka harus menyiapkan persediaannya untuk bertarung.
Suara makhluk itu mulai terdengar. Araka membalikkan tubuhnya dan melihat mereka dengan tatapan tajam. Ada sekitar dua puluh monster di sana, mereka mengamati Araka dan melihat sekeliling, tidak langsung menyerang ataupun menerkam, hanya bersuara seperti desisan ular. Bentuk mereka seperti monyet tapi dua kali lebih besar, kulitnya gelap dengan garis-garis hijau di tubuhnya. Kepalanya terlihat pipih tanpa mata, tanpa telinga dan tanpa hidung, yang mereka punya hanyalah mulut dengan taring tajam yang meneteskan air liur. Tapi Araka tidak gentar, dia menunjuk sekumpulan monster itu dengan pedangnya. “Maju sini, Brengsek!”
Pabrik kosong yang tadinya sepi kini dipenuhi dengan suara bising dari monster. Ada yang berlari, ada yang menaiki tiang di dalam pabrik dan ada juga yang menggunakan kaki mereka untuk melompat, tujuan mereka cuma satu, yaitu memakan daging manusia di depan mereka.
Araka juga berlari ke arah monster yang menyerbunya, tidak ada ketakutan di dalam hatinya, yang ada adalah kebencian yang terpancar jelas dari mata pemuda itu.
Pedangnya meluncur dengan keras dan ‘whossh’ memotong tubuh beberapa monster yang ada di jalannya. Tidak hanya sampai di sana, Araka melakukan beberapa tebasan lagi kepada para monster meteor yang mencoba menerjang ke arahnya. Tidak ada yang selamat, tubuh para monster terpotong menjadi beberapa bagian dan jatuh ketanah, tapi bukan darah yang keluar atau daging yang telah terpotong, melainkan bentuk mereka berubah menjadi cairan hitam yang kental dan kemudian menghilang, meninggalkan bekas di lantai pabrik tua ini.
Salah satu monster berbentuk monyet yang menaiki tiang melompat ke arah Araka dengan mulut terbuka, ‘sing’ tebasan vertikal sukses memotong monster itu menjadi dua bagian dan bentuk monster itu kembali menjadi cairan hitam. Sinar rembulan yang menyinari pedang itu membuat tebasan tadi terlihat seperti bulan sabit biru yang indah, tapi bagi monster meteor di atas sana, pedang itu adalah senjata yang ditakdirkan untuk membunuh mereka dan manusia yang memegangnya seperti dewa kematian yang siap untuk mencabut nyawa para monster meteor.
Tangan Araka bergetar, kenapa adiknya bisa mati karena monster lemah seperti mereka. Ini membuat Araka kesal.
“Ayo, kita selesaikan ini dengan cepat,” Araka menunjuk ke arah monster yang tersisa, matanya menatap tajam membuat para monster itu sedikit takut.
“Kseeehhs”
Ada tujuh monster yang tersisa, mereka melompat ke arah Araka dan mengepung pemuda itu dari segala arah. Araka mengambil nafas pelan dan mengangkat pedangnya ke arah atas. Jika seandainya waktu bergerak lambat maka gerakan yang Araka lakukan terlihat seperti melukis udara dengan menggunakan kuas biru, itu terlihat indah. Tapi itu bukan gerakan yang pelan melainkan sangat cepat. Saat monster itu turun, ajal mereka sudah tiba dan gerakan Araka terlihat seperti petir biru yang menyambar udara kosong di dalam pabrik, ketika potongan tubuh monster itu jatuh semuanya sudah berubah menjadi cairan hitam dan Araka menatap langit-langit pabrik dengan bermandikan cairan hitam itu seperti hujan.
Baju hitam pemuda itu sekarang basah oleh cairan hitam dan terasa berat, tapi Araka tidak perlu khawatir tentang hal itu, dia telah menciptakan sebuah alat yang dia tempel di bajunya sebagai alat pengisap cairan hitam, agar dia selalu bisa bertarung dengan monster meteor tanpa harus memikirkan pakaian yang kotor.
Udara dingin menusuk kulit, tanpa di sadari hujan mulai turun di luar sana. Araka berjalan ke arah pintu pabrik untuk melihat keadaan di luar. Sang rembulan sudah tidak terlihat di atas sana digantikan oleh awan hitam yang menurunkan air dari langit.
Araka berjalan perlahan dan berdiri di tengah hujan. Sekarang pakaiannya benar-benar basah dan butuh waktu lama untuk alat pengisap membersihkan dan mengeringkannya.
Flashback
“ Kakak, Hujan,” Teriak adik Araka yang bernama Lian.
Araka melihat butiran air yang turun dari langit lewat jendela, “Tidak, nanti ibu bisa marah,” anak laki-laki itu menggelengkan kepalanya.
“Ayolah, kakak,” Gadis kecil itu menggoyang-goyangkan tangan Araka dengan manja.
“Tidak.” Tegas Araka.
“Tapi kita sudah lama tidak bermain di luar waktu hujan.” Kata Lian sambil mengerucutkan bibirnya.
Araka tersenyum, melihat adiknya bersikap seperti itu terlihat lucu. Araka meletakkan tangannya di kepala adiknya dan mengelusnya dengan lembut.
“Ini akan menjadi masalah, tapi sebentar saja ya.” Kata Araka dengan tersenyum.
“Em” Lian mengangguk dengan semangat dan mengembangkan senyuman manis di bibirnya.
Meskipun awalnya Araka menolak ajakan adiknya untuk bermain saat hujan, tapi pada akhirnya dia tetap menerimanya dan alhasil keesokan harinya Lian sakit. Ibu Araka memarahi kedua anaknya terlebih Araka dan si kakak harus merawat adiknya yang sakit. Itu merupakan peristiwa yang menyenangkan dan sekaligus kenangan yang indah untuk diingat, namun disisi lain itu juga kenangan yang menyakitkan.
------------------------------
Araka tersenyum lebar mengingat kejadian itu dan sedetik kemudian air matanya jatuh, tapi hujan yang turun menutupi kesedihan anak laki-laki itu. dia sekarang sendirian, di kota mati ini pemuda itu merasakan kesepian tapi itu terbungkus oleh suara hujan.
Pemuda itu menatap langit malam, hujan membasahi tanah membuatnya becek, kegelapan malam tanpa cahaya rembulan membuat kota mati ini terlihat menakutkan.
Araka menyukai langit, apa pun warnanya dan apa pun yang turun darinya, pemuda itu menyukainya. Tapi ada satu hal yang dia benci yang turun dari langit, yaitu meteor. Karena benda langit itu kehidupannya berubah, karena benda itu dia kehilangan keluarganya dan karena benda itu juga dunia ini harus hancur, Araka menyukai langit tapi tidak dengan meteor yang jatuh.
Dalam gelap malam, hujan semakin deras seperti suara yang menenangkan membuat Araka terhanyut ke dalam pikirannya, suara gemuruh guntur menciptakan konser di langit malam. Pemuda itu tidak menyadari bahwa ada sesuatu yang berlari menabrak apa pun di jalannya.
Tanah yang anak laki-laki itu pijak seolah bergetar dan saat dia menolehkan kepalanya kepada sumber suara berisik itu, dalam sekejap tubuh Araka sudah berada di atas seolah sedang terbang, ada sesuatu yang menabrak dan melemparkannya ke atas, pedang dan beberapa cansed berhamburan di atas tubuh Araka. Pedang meteor, cansed dan Araka. ‘Ctar’ saat kedua benda dan satu manusia itu berada dalam satu garis lurus, petir menyambar ketiganya. Siapa yang tahu ternyata cansed itu berisi cairan meteor. Pedang Araka terbalut oleh cairan hitam dan kemudian menempel di punggung pemuda itu. Araka tidak sadarkan diri karena sambaran petir, dia jatuh ke bawah ke arah mulut besar yang menganga dan siap untuk memakannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!