NovelToon NovelToon

Dia Datang Kembali

Pertemuan Di Bandara

Seorang lelaki tampan sedang duduk disebuah bandara, Ia sedang menanti kedatangan seseorang disana. Tidak lama kemudian seseorang pun memanggilnya.

"Rangga!," panggil seorang perempuan muda.

Rangga pun menoleh ke arah seseorang yang memanggilnya dengan jelas.

"Tania," sahut Rangga.

Rangga pun mendekati perempuan yang bernama Tania tersebut. Rangga tersenyum dan memeluknya dengan hangat. Pelukan Rangga pun dibalas oleh Tania.

Tania Merupakan kekasih Rangga. Mereka sudah menjalani hubungan selama dua tahun. Tania bekerja sebagai manager di salah satu perusahaan milik keluarga Rangga.

"Kamu kenapa lama sekali sampainya?," tanya Rangga penuh gembira.

"Ia sayang, ada sedikit masalah," jawab Tania.

"Ya sudah, tidak apa-apa sayang, yang penting kamu selamat sampai disini," kata Rangga.

Tania menjawab Rangga dengan senyuman.

Rangga pun segera membawa barang-barang milik Tania menuju parkiran dimana supir pribadi Rangga sudah menunggu.

Sembari berjalan dengan obrolan santai dengan Tania, tiba-tiba mata Rangga terbelalak ke arah pintu keluar dari salah satu bandara. Ia melihat seorang gadis yang berpacaran cantik nan menawan. Ia pun seperti mengenal gadis tersebut.

Seketika Rangga sadar, bahwa gadis itu adalah Alya, gadis yang pernah ia taksir pada masa SMA, gadis yang membuatnya tergila-gila, bahkan hingga saat ini ia masih menyukai gadis itu.

Tanpa pikir panjang, ia segera mengejar gadis tersebut. Ia bahkan tidak lagi memperdulikan Tania yang seorang diri dengan barang bawaannya.

Tania pun kaget dengan mimik penuh tanda tanya.

"Kenapa Rangga tiba-tiba berlari kencang? apa yang sedang dikejarnya?," Tania bergumam.

Rangga terus mencari keberadaan gadis tadi. Dengan nafas yang tersengal-sengal, Rangga melihat sekelilingnya. Ia pun melihat Alya memasuki sebuah mobil toyota alphard berwarna putih.

Tanpa aba-aba Rangga mengejarnya. Meskipun sudah berlari sekuat tenaga, Rangga tidak dapat mengejar mobil tersebut. Akan tetapi, Rangga pun sudah teryakini bahwa gadis yang masuk ke mobil tadi adalah Alya Revalina, gadis yang sampai ini membuatnya merasa bersalah dan menyesal.

Aku yakin itu adalah Alya. Astaga Alya, aku tidak menyangka, selama enam tahun kita tidak bertemu akhirnya aku dapat melihatmu lagi. Aku yakin itu kamu Al. Aku benar-benar sangat merindukanmu. Batin Rangga.

Rangga terlihat kebingungan harus melakukan apa? sebab dia teringat kalau Tania tadi ia tinggalkan diparkiran hanya karena dirinya fokus mengejar gadis yang bernama Alya tersebut.

Kalau aku mengejar mobil itu, mungkin aku akan kehilangan jejaknya karena aku harus menunggu supirku yang lain menjemputku. Tapi jika aku tidak mengejarnya, bisa-bisa aku akan kehilangan jejak Alya seperti selama ini. Batin Rangga kebingungan.

Tidak lama kemudian, Terdengar suara nada dering panggilan telepon dari ponsel Rangga yang ia sakui. Ia pun mengangkat panggilan tersebut.

"Halo sayang," jawab Rangga.

"Kamu dimana sayang? aku sudah lama menunggu," Tania menggerutu.

"Ia sayang, maafin aku ya, aku ada urusan sebentar. Ini aku on the way menghampiri kamu kok," kata Rangga.

"Oke deh sayang, aku tunggu," kata Tania.

Panggilan berakhir.

Langkah kaki Rangga sudah mendekati Tania.

"Kamu kemana saja sih sayang? Kenapa tiba-tiba lari seperti mengejar sesuatu?," tanya Tania keheranan.

"Ia sayang, aku tadi lihat ada seseorang yang mirip dengan temanku, teman lama sayang," jawab Rangga.

"Laki-laki atau perempuan?," tanya Tania mengintrogasi.

"Laki-laki sayang," jawab Rangga.

"Awas ya!," kata Tania mengancam.

"Ia sayang, aku tidak akan berani berbuat macam-macam," kata Rangga tersenyum.

Mereka menaiki mobil sedan berwarna hitam tersebut dengan duduk berdampingan dikursi belakang.

Disisi lain, Alya yang sedang berada didalam mobil terlihat membuka kaca mobil dari tempat duduknya. Ia menikmati udara segar sepanjang perjalanan.

Ini adalah pertama kali bagi Alya pulang ke rumah semenjak ia mengejar bangku kuliah di Singapura. Ia memang tidak pernah pulang, sesekali orang tua dan keluarganya lah yang menjenguknya disana.

Alya menghabiskan waktu selama tiga tahun untuk menyelesaikan bangku kuliahnya, sisanya dia bekerja disalah satu perusahaan swasta kenamaan dinegara tersebut.

Tujuan Alya pulang adalah ia ingin menetap di Indonesia, ia sudah bosan tinggal berlama-lama di negara orang.

Hanya membutuhkan jarak sekitar 45 menit ke rumah Alya yang baru. Orang tua Alya memang memutuskan menjual rumah mereka yang lama dan pindah ke rumah baru. Hal ini dilakukan supaya ayah Alya dapat bekerja lebih dekat dengan perusahaan mereka.

Hal itu juga lah yang membuat Rangga susah untuk bisa mencari informasi tentang keberadaan Alya.

45 menit telah berlalu, kini Alya sudah sampai dirumah. Ia sudah tidak sabar untuk memeluk Ayah, ibu, dan kakak laki-lakinya yang bernama Arief.

Alya keluar dari pintu mobil, melangkah dengan cepat menuju rumah.

"pah, mah, kak," kata Alya sembari memeluk ketiga orang yang ia sayangi itu.

Mereka berpelukan hangat. Benar-benar keluarga yang harmonis.

"Bagaimana penerbangannya? Apakah berjalan dengan lancar nak?," tanya ayah Alya yang bernama pak Danu.

"Lancar kok pah. Hanya saja, aku kesal kenapa papah, mamah, baik bang Arief tidak menjemput ku ke Bandara?," kata Alya menggerutu.

"Ia nak, maafkan kami. Hari ini ada pertemuan keluarga, dimana papah, mamah dan bang Arief harus hadir?," kata ayah Alya.

"Hm, ya sudah pah, tidak apa-apa?," kata Alya.

"Sudah, kamu tidak perlu manyun begitu. Yang terpenting kamu bisa selamat sampai dirumah ini," kata Arief.

Alya pun merubah mimiknya. Kini ia sudah tersenyum.

"Sudah waktunya makan siang nih, Alya pasti lapar. Mamah sudah masak semua masakan kesukaan kamu lho," kata ibu Alya yang bernama Riska.

Bu Riska merangkul Alya dengan lembut dan menuntunnya ke meja makan. Pak Danu pun mengikuti langkah keduanya sedangkan Arief terlebih dahulu membawakan barang-barang Alya menuju kamar.

"Rumah kita cukup luas dan besar ya mah, ditambah suasananya juga lebih segar, banyak tanaman dan bunga," kata Alya menjelaskan pandangannya.

Ini Memang pertama kali bagi Alya menginjakan kaki dirumah tersebut. Memang rumah Alya saat ini dibeli ketika dirinya baru memasuki bangku kuliah.

Alya banyak mengeluarkan senyum sumringah saat bersama orang tua dan kakak laki-lakinya saat mereka mengobrol bersama.

"Al, kamu pasti lelah dalam perjalanan, ayo abang antar ke kamar," kata Arief.

"Ia benar, kamu sebaiknya segera beristirahat," kata bu Riska.

"Baik mah. Aku kek kamar duluan pah mah," kata Alya meninggalkan kedua orang tuanya di meja makan.

Arief berjalan berdampingan dengan Alya menuju ruang lantai atas. Arief memang sengaja memilih kamar untuk ditempati Alya dilantai atas karena kamar disana lebih luas dari pada kamar yang tersisa dilantai bawah.

"Ini kamar kamu dek, segeralah beristirahat!," kata Rangga.

"Baik bang," kata Alya menurut.

Arief meninggalkan kamar dengan menutup pintu dengan pelan sedangkan Alya langsung beristirahat.

Mencari Tahu

"Sayang, kamu kenapa? Dari tadi kelihatannya melamun terus. Seperti ada yang dipikirkan. Ada apa?," tanya Tania yang melihat Rangga seperti memikirkan sesuatu.

"Tidak apa-apa kok sayang," kata Rangga.

"Jawab jujur sayang! Kalau memang tidak apa-apa kenapa kamu kelihatannya diam terus?," tanya Tania mengintrogasi.

"Enggak ada apa-apa sayang, serius," kata Rangga.

"Baiklah kalau kamu tidak mau menjawab," kata Tania dengan nada ketus.

Rangga memilih mendiamkan Tania. Ia malas untuk berdebat dengan kekasihnya tersebut. Kini pikiran Rangga benar-benar hanya tertuju kepada Alya.

Mereka berdua hanya diam satu sama lain.

Setelah menghabiskan perjalanan selama setengah jam, Rangga dan Tania kini sudah sampai di apartemen tempat Tania tinggal selama ini.

Tania segera turun dari mobil dengan wajah yang terlihat kesal. Rangga yang melihatnya segera menyusul Tania keluar.

"Kenapa kamu marah sayang?," tanya Rangga.

"Aku tidak marah. Aku hanya lelah. Aku mau langsung ke kamar apartemenku saja," kata Tania sembari membawa barang-barang miliknya yang telah diturunkan oleh supir dari mobil.

Rangga menghela nafas mendengar perkataan Tania.

"Baik sayang. Aku minta maaf. Aku akan mengantarmu sampai atas," kata Rangga membujuk.

"Tidak perlu," kata Tania.

"Ayolah sayang! Untuk apa marah akan hal kecil seperti tadi?," kata Rangga.

"Aku tidak marah. Aku sudah bilang aku lelah," kata Tania.

Rangga hanya terdiam dan tidak membalas Tania.

"Baiklah kalau kamu memang maunya begini," kata Rangga meninggalkan Tania.

Rangga memerintahkan supirnya untuk menancapkan gas mobil dan meninggalkan Tania.

Melihat hal itu Tania benar-benar kaget. Dia tidak menyangka Rangga akan melakukan hal seperti itu kepadanya.

Biasanya Rangga tidak akan lelah membujuk ku, tapi sekarang ia terlihat berbeda. Ia sama sekali tidak menunjukkan usaha untuk membujuk ku agar tidak marah. Batin Tania.

Tania mengangkat barang bawaannya menuju kamar apartemen sembari memikirkan apa yang terjadi baru saja.

Didalam mobil, Rangga masih terus memusatkan arah pikirannya kepada Alya. Lelaki tampan itu benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan baik.

Jika memang gadis tadi adalah Alya mohon kau pertemukan aku dengannya Tuhan. Batin Rangga.

"Pak, antar saya pulang ke rumah saja!," kata Rangga memerintah supirnya.

"Baik pak," kata supir.

Sesampainya dirumah, Rangga tidak melakukan apapun. Ia memilih memasuki kamarnya. Disana ia menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang.

Rangga mengambil ponsel disaku celananya. Membuka layar ponsel dan memilih menu galeri. Dilayar ponselnya terlihat jelas foto Alya yang ia simpan sedari dulu.

Foto itu merupakan foto ketika Alya masih duduk SMA. Rangga memotret Alya kala itu yang sedang serius belajar dikelas. Rangga tersenyum bahagia melihat foto itu.

Kini timbul dibenak Rangga untuk mencari tahu kembali tentang Alya. Ia mencari informasi tentang Alya disemua sosial media miliknya.

Tidak lama, Rangga melihat sebuah nama dengan foto profil yang sekilas mirip dengan Alya di Instagram. Ia meng-klik profil tersebut, namun sayang profilnya terkunci.

Rangga pun bingung harus apa? Ia ingin sekali melihat profil tersebut. Rangga teringat bahwa ia memiliki banyak staff dikantor yang memiliki keahlian IT.

"Aku ingin melihat profil ini namun terkunci. Segera lakukan sesuatu agar aku dapat melihatnya!," perintah Rangga kepada salah satu staff.

Sang staff yang membaca pesan dari atasannya itu pun segera melakukan sesuatu. Sang staff yang ahli IT itu Tidak membutuhkan waktu lama untuk membukakan profil yang diminta Rangga.

Kini Rangga dapat melihat apa saja aktifitas yang terdapat pada profil tersebut.

Benar saja, itu adalah akun milik Alya Evalina.

Rangga sangat merasa senang. Ia dapat melihat aktifitas Alya disana.

Kenapa aku tidak kepikiran dari dulu untuk meminta staff melakukan ini?. Batin Rangga.

Rangga melihat sebuah foto yang baru diunggah tadi pagi. Foto itu diambil disebuah bandara. Terlihat Alya sedang berpose menggunakan warna hijau setinggi lutut.

Ternyata benar dugaan ku, Gadis yang ku lihat di bandara tadi adalah Alya. Batin Rangga.

Rangga merasa lega bahwa dugaannya benar. Ia hanya perlu lebih bekerja keras untuk mencari dimana Alya tinggal saat ini.

Apapun akan aku lakukan untuk menemukan keberadaan mu Alya. Batin Rangga.

Rangga yang sedang fokus memperhatikan foto-foto Alya terganggu dengan suara ketukan pintu kamarnya.

"Siapa?," kata Rangga bertanya.

"Ini mamah Ngga," kata ibu Rangga yang bernama Resti.

"Masuk saja mah! Pintunya tidak Rangga kunci," kata Rangga.

"Ia nak," kata bu Resti.

Rangga beranjak dari tempat tidurnya dan duduk dikursi disamping ranjang tersebut.

"Ada apa mah?," tanya Rangga.

"Mamah mau bicara dengan kamu Ngga," kata bu Resti.

"Mau bicara apa mah? Kelihatannya sangat penting," kata Rangga.

"Iya Ngga, mamah mau bicara mengenai hal penting. Ngga, sekarang kamu sudah berusia 24 tahun lebih, umur segitu sudah cukup matang untuk menikah. Apakah kamu belum ada keinginan menikah?," tanya bu Resti dengan serius.

Rangga pun sontak saja kaget dengan pertanyaan ibunya itu.

"Kenapa mamah memberikan pertanyaan seperti itu? aku masih belum ingin melepas masa lajang ku mah. Aku juga masih ingin memantapkan karir dan bisnis yang ku jalani," kata Rangga menjelaskan.

"Kamu masih tetap bisa memantapkan karir dan bisnis yang kamu jalani setelah menikah nanti. Bahkan, kalau kamu sudah menikah nanti, rasa semangatmu lebih meningkat," kata bu Resti.

"Memangnya kenapa sih mah, mamah meminta aku untuk segera menikah? sepertinya dadakan sekali," kata Rangga.

"Mamah sudah tua nak, mamah ingin menimang cucu. Kamu anak mamah satu-satunya yang bisa memenuhi keinginan mamah," kata bu Resti.

Rangga terdiam sejenak. Ia pun menyadari apa yang dikatakan ibunya benar adanya. Sudah waktunya ia menikah dan memiliki anak.

"Kalau tidak salah, kamu memiliki seorang kekasih. Apa kamu tidak tertarik untuk segera meminangnya?," kata bu Resti bertanya.

"Ia mah, namanya Tania. Dia bekerja disalah satu perusahaan kita mah. Tapi jujur, Rangga belum bisa beri jawaban apakah Rangga sudah yakin belum untuk meminang Tania menjadi istri Rangga," kata Rangga.

"Apa yang membuat kamu belum yakin?," kata bu Resti bertanya.

"Tentunya ada yang membuat Rangga belum yakin mah. Rangga sulit untuk menjelaskan ke mamah," kata Rangga.

"Baiklah nak, kalau memang begitu. Tapi mamah memohon kepada kamu untuk memikirkan dengan baik apa yang mamah sampaikan tadi," kata bu Resti.

"Pasti mah, pasti Rangga pikirkan," kata Rangga.

"Terima kasih Ngga! Maaf mamah mengganggu istirahat kamu," kata bu Resti.

"Tidak apa-apa kok mah, santai saja," kata Rangga.

Bu Resti meninggalkan kamar Rangga.

Sebenarnya aku sudah yakin untuk meminang Tania menjadi istriku, akan tetapi kehadiran Alya hari ini membuat ku menjadi bimbang. Bahkan aku lebih tertarik memikirkan Alya dari pada Tania. Batin Rangga.

Hari Pertama Ke Kantor

Setelah makan malam, keluarga Alya menyisakan waktu untuk mengobrol santai diruang keluarga.

"Pah, aku mau bilang sesuatu," kata Alya.

"Mau bilang apa Al?," tanya pak Danu.

"Aku ingin mulai bekerja dikantor besok pagi pah," kata Alya

"Apa kamu tidak lelah? soalnya kamu kan baru saja sampai. Kenapa ingin langsung bekerja?," kata pak Danu bertanya.

"Iya Al, kamu sebaiknya istirahat dulu untuk beberapa hari. Kalau perlu liburan atau mencari hiburan agar pikiran kamu lebih segar dan tidak mengalami stres," kata Arief menasihati.

"Tidak pah, bang. Aku ingin segera bekerja. Aku tidak sabar ingin bekerja diperusahaan keluarga kita," kata Alya menjawab.

"Biarkan sajalah pah. Lagi pula permintaan Alya kan permintaan yang positif. Izinkan dia bekerja pah," kata bu Riska.

"Baik mah. Kamu bisa bekerja mulai besok Al," kata pak Danu.

"Terima kasih pah," kata Alya.

Keesokan harinya, Alya bersiap-siap. Ia menggunakan pakaian kantoran pada umumnya.

"Ayo Al!," kata Arief memanggil dari ruang bawah yang sudah menunggu.

"Iya bang," kata Alya membalas.

Alya keluar dari kamarnya dan turun ke lantai bawah.

"Kita berangkat bertiga dengan satu mobil bang?," kata Alya bertanya.

"Tidak Al. Papah ada kerjaan lain. Jadi hanya kita berdua yang berangkat ke kantor hari ini," kata Arief menjelaskan.

"Iya bang, aku paham," kata Alya.

Mereka berdua pun pamit kepada kedua orang tuanya. Tidak lupa pula Arief dan Alya mencium kedua punggung tangan pak Danu dan bu Riska.

Pada saat yang sama, Rangga juga sedang bersiap-siap menuju kantor. Seperti biasa Rangga akan diantar oleh supirnya.

Sesampainya dikantor, Rangga disambut dengan hormat oleh para karyawannya. Ia membalasnya dengan senyuman. Rangga melanjutkan langkah kakinya menuju ruang kerja.

Rangga ditugaskan oleh ayahnya, pak Setyawan sebagai direktur utama perusahaan investasi milik mereka.

Sebelum Rangga datang, sekretaris Rangga yang bernama Dinda sudah terlebih dahulu berada di kantor.

"Bapak sudah sampai?," kata Dinda menyapa.

"Ia Din, ada apa? Kenapa jam segini kamu sudah mendatangi ruang kerja saya?," tanya Rangga.

"Saya kesini mau menyerahkan berkas pengajuan kerja sama dari beberapa perusahaan yang menginginkan perusahaan kita berinvestasi diperusahaan mereka pak," kata Dinda.

"Baik Din. Aku akan mempelajarinya," kata Rangga.

"Baik pak," kata Dinda.

Setelah menyerahkan berkas tersebut, Dinda meninggalkan Rangga sendiri diruang kerjanya.

Hanya membutuhkan 20 menit perjalanan saja bagi Arief dan Alya untuk sampai dikantor. Seperti Rangga, mereka pun disambut rasa hormat dari para karyawan.

Alya dan Arief membalas dengan senyum ramah.

"Ternyata itu putri dari pak Danu, Cantik sekali ya. Benar-benar seperti bidadari," kata beberapa karyawan memuji paras cantik Alya.

"Ini ruang kerja kamu Al. Posisi kamu sekarang adalah menjadi kepala bagian divisi ini," kata Arief.

"Iya bang. Aku mengerti," kata Alya.

Alya tidak memerlukan bimbingan apapun dalam bekerja sebab dirinya sudah terbiasa bekerja diperusahaan yang notabenenya memiliki kesamaan dengan perusahaan keluarganya.

Alya menyempatkan diri untuk berfoto dengan kamera ponselnya. Ia mengunggah foto tersebut dilaman Instagram.

Disisi lain Rangga masih memeriksa berkas yang diberikan Dinda. Fokusnya kini teralihkan setelah bunyi notifikasi pada ponsel yang berada diatas meja kerja.

Ia memeriksa ponselnya tersebut. Ternyata notifikasi itu merupakan pemberitahuan unggahan baru dari akun instagram Alya. Rangga memang membuat notifikasi khusus jika ada unggahan terbaru dari Alya.

Rangga dengan semangat mengeceknya.

"Hari pertama bekerja," tulis Alya pada foto yang ia unggah.

Dari dulu sampai saat ini, kamu tetap terlihat cantik dan anggun Al. Ingin Rasanya aku memelukmu. Batin Rangga sembari mengusap layar ponselnya yang menampilkan foto Alya.

Rangga dengan serius menatap foto Alya hingga tersadar akan sesuatu. Ia melihat lagi dengan jelas foto Alya dan akhirnya tersadar.

"PT Citra Darmawangsa," kata Rangga mencoba mengingat sesuatu.

Rangga pun mengingat sesuatu bahwa nama perusahaan tersebut mirip dengan nama perusahaan yang mengajukan kerja sama dengan perusahaan miliknya. Dan nama perusahaan tersebut terpampang jelas diberkas yang diberikan oleh Dinda kepadanya.

Rangga mencari berkas itu lagi dan menemukannya. Ternyata benar, perusahaan tempat Alya bekerja merupakan perusahaan yang sama yang hendak mengajukan kerja sama dengan perusahaan Rangga.

Rangga segera memanggil Dinda, sekretarisnya itu untuk menghadap. Tidak lama, Dinda menghadap.

"Din, untuk perusahaan PT Citra Darmawangsa ini kamu loloskan berkasnya dan hari ini juga hubungi mereka untuk bisa mengatur jadwal pertemuan kita," kata Rangga.

"Apakah bapak sudah yakin untuk bekerja dengan perusahaan itu?," tanya Dinda.

"Aku sudah sangat yakin. Aku sudah memeriksa berkasnya beberapa kali. Aku tertarik untuk bekerja sama dengan mereka. Untuk perusahaan lainnya, kita antrikan dulu dan hubungi pula perusahaan-perusahaan tersebut agar bisa bersabar menunggu kabar dari kita," kata Rangga menjelaskan.

"Baik pak, saya akan melaksanakan perintah bapak sekarang. Kalau begitu saya izin keluar," kata Dinda meninggalkan ruang kerja Rangga.

Rangga membalasnya dengan anggukan.

Mungkinkah ini jalan bagiku untuk bisa bertemu dengan Alya. Batin Rangga tersenyum.

Dinda mengirimkan pesan pemberitahuan ke perusahaan Alya mengenai kelanjutan kerja sama perusahaan mereka. Pemberitahuan tersebut kemudian diteruskan oleh staff perusahaan Alya kepada Arief.

Arief meminta pertemuan itu dilakukan besok pagi pada pukul 10:00 WIB. Arief menemui Alya diruang kerjanya. Ia berencana mengutus Alya untuk menjadi utusan utama perusahaan dalam menjalin kerja sama dengan perusahaan Rangga.

"Ada apa bang?," tanya Alya yang melihat Arief memasuki ruang kerjanya.

"Abang mau membicarakan urusan pekerjaan denganmu," kata Arief menjawab.

"Iya bang, ayo duduk!," kata Alya.

"Begini Al, sebelum kamu sampai ke Indonesia, perusahaan kita sedang mengajukan proposal kerja sama dengan perusahaan investasi terkemuka yang bernama Imperial Grup," kata Arief menjelaskan.

"Iya bang, lalu?," kata Alya bertanya.

"Kita baru saja mendapatkan pemberitahuan dari perusahaan itu bahwa mereka ingin membahas lebih lanjut kerja sama kita. Sepertinya mereka tertarik dengan proposal yang kita ajukan pada waktu itu," kata Arief kembali menjelaskan.

"Iya bang, aku paham. Lalu apa tugasku?," tanya Alya.

"Tugas kamu adalah menjadi utusan perusahaan dalam menjalin kerja sama dengan mereka Al," kata Arief.

"Aku senang kalau abang mempercayakan kepadaku tugas tersebut. Tapi tugas yang sebesar ini apa tidak berlebihan bagiku yang baru pemula ini bang?," kata Alya.

"Tidak Al, abang malah senang kalau kamu mengerjakan tugas perusahaan sebesar ini. Abang ingin Alya semakin dikenal kedepannya," kata Arief.

"Baik bang kalau abang berfikir seperti itu. Apakah papah setuju mengenai hal ini bang?," tanya Alya.

"Papah pasti setuju. Abang juga awal bekerja diperusahaan ini selalu mendapat pekerjaan berat dari papah. Diawal abang merasa lelah namun lama-kelamaan abang semakin terbiasa," kata Arief.

"Iya bang, aku akan melakukan pekerjaan ini dengan baik," kata Alya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!