NovelToon NovelToon

Dendam Sang Pengasuh

DSP ~ Bab 1

Jakarta.

Pukul 22.00

Tuuut... Tuuut... Tuuut...

Sudah lebih dari lima kali Maudy menelpon suaminya, Hendrik yang kini sedang berada di Singapura untuk perjalanan bisnis bersama Papanya, Pak Herman Barata. Sudah satu minggu Hendrik dan Papanya pergi ke Singapura. Setelah dari Singapura, Hendrik dan Papanya beserta asisten sang Papa di jadwalkan akan lanjut ke Filipina lalu Kamboja dan terakhir ke Brunei.

Dan setelah percobaan yang ke delapan akhirnya Hendrik menjawab panggilan video Maudy.

"Halo Sayang." jawab Hendrik. Wajah Hendrik di seberang telepon langsung terpampang nyata di ponsel Maudy.

"Halo Mas. Kok lama banget sih jawab teleponnya?" tanya Maudy sedikit kesal.

"Maaf Sayang, tadi lagi mandi." jawab Hendrik yang memang terlihat memakai bathrobe dengan rambut yang masih basah.

"Kok jam segini baru mandi Mas?" tanya Maudy.

"Baru selesai nemenin klien Sayang. Habis makan malam, klien ngajak ke tempat karaoke, yah mau gak mau harus di terima lah ajakan klien." jawab Hendrik.

"Tapi kamu gak macem-macem kan di tempat karaoke? Gak noal-noel LC nya kan?" tanya Maudy curiga.

"Gak lah Sayang, udah bukan fase nya begitu-begitu!" jawab Hendrik.

"Yang bener kamu?" tanya Maudy masih belum percaya.

"Iya Sayang, kalau kamu gak percaya tanya aja Papa. Sekarang tuh aku udah berada di fase ingin jadi suami dan ayah yang bertanggung jawab dan membanggakan untuk kamu dan Hanna." jawab Hendrik.

"Syukur deh kalau kamu punya pikiran begitu." balas Maudy.

"Kamu sendiri gimana hari ini? Kamu dan Hanna baik-baik aja kan? Dia gak rewel kan? Gak bikin kepala kamu pusing kan?" tanya Hendrik.

"Hari ini kurang menyenangkan, Mas." jawab Maudy. Seketika wajahnya langsung cemberut.

"Kenapa? Ada masalah apa? Hanna rewel atau Hanna sakit?" tanya Hendrik.

"Hari ini Sus Tia habis kontrak. Jadi satu hari ini aku yang ngurus Hanna. Padahal hari ini aku ada jadwal meeting sama klien." jawab Maudy mengeluh.

"Kan bisa di perpanjang Sayang." balas Hendrik.

Sus Tia adalah baby sitter Hanna yang diambil Maudy dari yayasan penyalur baby sitter. Sus Tia sendiri menjadi baby sitter Hanna sejak Hanna berusia satu bulan hingga sekarang Hanna berusia 2 tahun.

Wajar saja kalau Maudy pusing mengurus Hanna karena Maudy tidak dekat dengan Hanna, justru yang dekat dengan Hanna adalah Sus Tia yang mengurusnya dari usia satu bulan. Ditambah lagi Maudy yang sibuk bekerja, dia memiliki perusahaan wedding organizer.

"Iya memang, tapi Sus Tia gak mau, dia mau istirahat dulu, katanya tahun ini anak bungsunya mau masuk SD jadi mau fokus ngurus anak bungsunya dulu." jawab Maudy.

"Ya kalau gitu cari baby sitter yang lain lah Yang dari yayasan itu juga." balas Hendrik.

"Maunya gitu Mas, tapi tadi calon-calon baby sitter yang di kasih sama yayasan gak sesuai sama kriteria yang aku mau, semuanya rata-rata masih muda dan belum berpengalaman. Sedangkan aku maunya yang udah sedikit berumur dan udah berpengalaman." jawab Maudy.

"Terus pihak yayasan bilang apa?" tanya Hendrik.

"Ya mereka minta aku nunggu sampai mereka dapet yang sesuai kriteria yang aku mau. Katanya ada sepuluh pekerja yang akan didatangkan dari luar daerah." jawab Maudy.

"Ya udah sabar aja lah kalau gitu. Kan dirumah ada Mbak Susan dan Mbak Nur, minta tolong ke mereka buat gantian jaga Hanna, bilang ke mereka nanti di kasih bonus." balas Hendrik.

"Gak ah Mas, aku gak percaya mereka untuk jaga Hanna. Mending aku titipin Hanna ke Mama aku di Bandung, biar lebih tenang." tolak Maudy.

"Gak pa-pa kan Mas kalau aku titipin Hanna di Bandung?" lanjut Maudy bertanya.

"Ya udah terserah kamu aja, kalau kamu lebih tenang titipin Hanna di Bandung, ya udah bawa aja Hanna ke sana. Tapi kamu udah ngomong sama Mama mau titipin Hanna disana?" jawab Hendrik kemudian lanjut bertanya.

"Sudah Mas, aku sudah ngomong sama Mama tadi, malah Mama sendiri yang nyuruh aku bawa Hanna kesana." jawab Maudy.

"Bagus deh kalau gitu. Jadi kapan kamu mau anter Hanna ke Bandung?" tanya Hendrik.

"Besok Mas, tapi bukan aku yang anter, tapi Mbak Susan sama Pak Arif yang besok anter Hanna ke Bandung. Aku besok ada janji sama temen-temen aku." jawab Maudy.

Huwaaaa...

Tiba-tiba saja terdengar suara Hanna menangis dari dalam kamarnya. Sontak Maudy yang sedang duduk di ruang televisi menoleh ke kamar Hanna.

"Udah dulu yah Mas, Hanna nangis." ucap Maudy.

"Hemh." jawab Hendrik sambil menganggukkan kepalanya.

Setelah itu Maudy pun menutup panggilan video dengan suaminya dan bergegas menuju kamar Hanna.

💋💋💋

Bersambung...

DSP ~ Bab 2

Keesokan Harinya.

Pukul 18.00

Tring. Bunyi notifikasi pesan masuk di ponsel Dita.

Dita yang baru selesai mandi pun langsung mengambil ponselnya yang dia letakkan diatas tempat tidur.

Ternyata yang mengirim pesan adalah sahabatnya, Nada. Dita pun membuka pesan yang dikirimkan Nada.

Nada : Dit, loe udah mau kerja belum? Ada lowongan nih.

Itu lah isi pesan Nada untuk Dita.

Setelah lima tahun bekerja di Hongkong, Dita kembali ke tanah air, setibanya di tanah air berbekal pengalamannya menjadi baby sitter selama lima tahun di Hongkong rencananya Dita ingin membuka usaha penitipan anak, tapi ternyata membuka usaha penitipan anak yang legal tidak segampang yang Dita pikirkan, dia harus mengurus izin ini dan itu terlebih dahulu. Selain itu dia juga belum mendapatkan tempat yang sesuai dengan isi rekeningnya.

Namun rencananya itu belum dia beritahu Nada, jadi Nada pikir Dita tidak kembali bekerja karena Dita ingin menikmati hasil kerja kerasnya di Hongkong.

Dita : Kerja apa?

balas Dita.

Tak sampai satu menit Nada pun membalas pesan Dita.

Nada : Baby sitter.

Dita menghela nafasnya kasar. Dia yakin bahkan sangat yakin kalau gaji menjadi baby sitter di negaranya sendiri jauh lebih rendah di banding gaji menjadi baby sitter di luar negri.

"Heleh paling juga gajinya tiga jutaan." oceh Dita. Tapi sambil mengoceh Dita sambil membalas pesan Nada.

Dita : Gak dulu deh. Apalagi kalau di Indo, pasti gajinya kecil.

Nada : Yakin gak mau? Nih anak yang bakal di jaga.

balas Nada. Nada pun mengirimkan foto anak yang akan di jaga.

Melihat foto anak perempuan berusia dua tahun yang Nada kirimkan tiba-tiba saja Dita tersenyum tipis.

"Iiiih lucu banget anaknya." cicit Dita.

Dita : Serius ini anaknya? Loe dapet foto ini darimana?

Nada : Dari temen gue yang kerja dirumah Oma-nya si anak ini. Katanya Mama si anak ini lagi nyari baby sitter karena baby sitter yang lama udah habis kontrak dan gak mau lanjutin kontrak lagi.

Dita : Kenapa gak mau di lanjutin kontraknya?

Nada : Katanya sih karena si Sus nya mau fokus ngurus anaknya yang mau masuk SD. Makanya gak di lanjutin kontraknya.

Dita : Oh.

Nada : Kok Oh doang? Mau gak loe? Anaknya gak rewel kok, anaknya baik banget, ortunya juga loyal kok sering ngasih bonus.

Dita : Memangnya Mamanya gak nyari di yayasan?

Nada : Udah, di yayasan tempat si Sus itu. Tapi gak ada yang cocok. Mamanya itu mau cari yang berpengalaman. Jam terbang loe kan udah tinggi Dit, ambil aja lah daripada loe nganggur. Yah, emang sih gajinya gak sebanding dengan gaji waktu loe jadi baby sitter di Hongkong, tapi seenggaknya pemasukan loe lancar.

Dita : Nanti deh gue pikir-pikir dulu.

Nada : Mikirnya jangan lama-lama, keburu diambil orang ini kerjaan!

Dita : Oke.

Dita dan Nada pun berhenti berbalas pesan.

Dita terus memandang foto anak perempuan yang Nada kirimkan itu.

"Kalau anak aku masih hidup mungkin dia akan secantik kamu." cicit Dita. Tiba-tiba saja suasana hati Dita menjadi melow, dia teringat akan anaknya yang sudah meninggal enam tahun lalu.

Anak perempuan yang sudah meninggal di dalam perut disaat usia kandungan masih tujuh bulan.

Sangking melow-nya tak sadar air mata mengalir begitu saja dari matanya.

"Huh... kok jadi inget itu lagi sih!!! Move on, Dit! Move on!!" seru Dita sambil menyeka air matanya lalu mengatur nafasnya untuk mengembalikan suasana hatinya menjadi lebih tenang.

Setelah tenang, Dita kembali memikirkan tawaran Nada. Setelah dipikir-pikir, akhirnya Dita memutuskan untuk menerima tawaran Nada.

Dita pun langsung menghubungi Nada.

Tuuut...

Tak sampai nada sambung kedua, Nada langsung menjawab telepon Dita.

"Halo Dit." jawab Nada.

"Gue mau ambil job ini Nad." ucap Dita.

"Tumben? Belum setengah jam udah ngasih jawaban?" tanya Nada.

"Bener yang loe bilang, daripada gue nganggur, yah mending gue ambil kerjaan ini walau gajinya gak seberapa. Bosen juga gue jadi pengangguran." jawab Dita.

"Jadi kemana gue harus kasih CV gue?" tanya Dita.

"Gue hubungi dulu temen gue yang kerja di rumah Omanya si anak. Loe siapin aja surat lamaran, surat keterangan berbadan sehat, fotocopy KTP dan yang pasti sertifikat pengalaman kerja loe itu. Nanti gue hubungi loe lagi, oke." jawab Nada.

"Oke." jawab Dita.

Dita pun menutup teleponnya lalu bergegas menyiapkan berkas-berkas yang di perlukan untuk melamar kerja.

💋💋💋

Bersambung...

DSP ~ Bab 3

Keesokan harinya.

Bandung.

Pukul 13.00

Kediaman Orangtua Maudy.

"Halo Mau, Hanna jadi kamu anter kesini kan hari ini?" tanya Mama Meri.

"Iya Ma, jadi kok." jawab Maudy.

"Oh iya Mau, kamu udah dapet baby sitter yang cocok untuk Hanna belum?" tanya Mama Meri.

"Belum Ma. Memangnya kenapa, Ma?" jawab Maudy kemudian bertanya balik pada sang Mama.

"Ini si Erni punya temen, dia baru pulang dari Hongkong. Dia udah lima tahun kerja jadi baby sitter di Hongkong, jadi kalau soal pengalaman gak usah diragukan lagi." ucap Mama Meri.

Semalam begitu Dita mengiyakan tawaran Nada, Nada langsung menghubungi Erni, orang yang bekerja sebagai ART di rumah Mama Meri dan Erni pun langsung membicarakan tentang Dita pada Mama Erni.

Mama Erni yang tertarik pun langsung meminta Erni agar Dita mengirimkan foto CV dan sertifikatnya melalui whatsaap sebagai bukti kalau Dita memang baby sitter berpengalaman.

"Ada sertifikatnya?" tanya Maudy

"Ada. Mama sudah lihat sertifikatnya kok." jawab Mama Meri.

"Umurnya berapa?" tanya Maudy.

"Dua puluh delapan tahun." jawab Mama Meri.

"Masih lumayan muda itu Ma. Maudy maunya yang umur tiga puluh keatas." ucap Maudy.

"Tapi orang ini kan sudah berpengalaman selama lima tahun di Hongkong Mau, kan kamu nyari yang berpengalaman." balas Mama Meri.

Diseberang telepon Maudy terdiam.

"Gimana kalau Mama kirimin berkas-berkasnya orang ini ke kamu, biar kamu nilai sendiri orang ini." ucap Mama Meri lagi.

"Boleh." jawab Maudy.

Mama Meri pun mengakhiri panggilan teleponnya lalu mengirimkan foto CV Dita ke Maudy.

💋💋💋

Jakarta.

Saat berteleponan dengan Mamanya, Maudy sedang bersiap untuk pergi bersama teman-temannya, sedangkan Hana sudah pergi bersama dengan Mbak Susan dan Pak Arif.

Tring. Bunyi notifikasi pesan masuk di ponsel Maudy.

Cepat-cepat Maudy membuka pesan masuk itu yang tak lain dan tak bukan pesan dari Mamanya.

Maudy membaca dengan seksama CV Dita yang dikirimkan Mamanya.

"Boleh juga." cicit Maudy.

Merasa cocok dengan Dita, Maudy pun menghubungi Hendrik untuk meminta pendapat Hendrik.

Tuuut... Tuuut... Tuuut...

Setelah tiga kali bunyi nada sambung, Hendrik pun menjawab telepon Maudy.

"Ya Sayang." jawab Hendrik.

"Mas, aku udah dapet nih calon baby sitter yang srek di hati aku." ucap Maudy.

"Oh bagus dong. Dari yayasan yang sama dengan Sus Tia?" tanya Hendrik.

"Gak Mas. Ini dari rekomendasinya Mama. Orang ini memang pernah masuk yayasan yang biasa ngirim tenaga kerja ke luar negri tapi sekarang sudah gak lagi. Dia udah berpengalaman jadi baby sitter selama lima tahun di Hongkong." jawab Maudy.

"Wah bagus dong." balas Hendrik.

"Jadi gimana Mas, aku pake dia aja yah Mas untuk jaga Hanna?" tanya Maudy.

"Ya terserah kamu Sayang. Kalau kamu ngerasa srek sama dia, ya udah itu aja. Pokoknya aku serahkan semua sama kamu." jawab Hendrik.

"Jangan gitu dong Mas, aku kan butuh pendapat kamu juga, apalagi ini untuk Hanna." balas Maudy.

"Aku kirimin CV nya yah ke kamu." kata Maudy lagi.

"Ya udah, boleh." jawab Hendrik.

Tanpa mematikan panggilan telepon, Maudy langsung mengirimkan CV dan sertifikat Dita pada Hendrik. Dan tanpa membaca pesan yang dikirimkan Maudy secara baik-baik, Hendrik langsung menyetujui pilihan Maudy. Nampaknya Hendrik memang tidak mau diribetkan dengan urusan dirumah.

"Gimana menurut kamu, Mas?" tanya Maudy.

"Boleh juga. Ya udah yang ini aja." jawab Hendrik.

"Fix yang ini yah Mas." balas Maudy.

"Iya Sayang." jawab Hendrik.

"Ya udah kalau gitu, aku tutup yah teleponnya." pamit Maudy.

"Iya Sayang. Daaah... i love you." balas Hendrik.

"I love you too, Mas." balas Maudy.

Maudy pun menutup teleponnya setelah itu dia menghubungi Mama Meri untuk memberitahu kalau dirinya dan sang suami setuju memperkerjakan Dita sebagai pengasuh Hanna.

💋💋💋

Bersambung...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!