Hai selamat datang..
Mari meninggalkan jejak disini dengan Like dan Komentar ya, semoga suka, selamat membaca
Langit sore tidak pernah gagal mempertontonkan keindahannya. Angin berhembus sepoi-sepoi menambah rasa tenang untuk sekedar menikmati suasananya. Taman, adalah tempat favorit bagi semua orang. Menghabiskan waktu bersama keluarga atau hanya bersenda gurau bersama teman. Atau yang paling menarik duduk sendirian menerima hal positif dari segala penjuru.
Di bawah pohon rindang, bangku kosong yang hanya di isi oleh dirinya sendiri. Di depan mata ada sebuah sungai yang airnya mengalir sangat jernih
Dia memangku kedua tangan di depan dada, mata memandangi tempat itu dengan teduh. Rambut terlihat rapi, dan jas hitam memperlengkap penampilannya. Dari samping sudah terlihat betapa tampannya dia. Hidung mancung berdiri kokoh, alis terukir tebal dengan pahatnya yang rapi, wajahnya begitu maskulin dengan rahang yang tegas.
Dua puluh tujuh tahun mengarungi hidup dengan rasa sepi. Penantian yang tidak kunjung menemukan jalan. Titik terendahnya ingin menyerah dengan segala takdir yang semesta berikan,
Tiba-tiba seorang anak kecil berlari ke arahnya, anak kecil berusia empat tahun kurang. Anak kecil yang berjenis kelamin perempuan. Anak kecil yang minta di gendong olehnya.
"Om gendong" pintanya dengan senyuman yang teramat manis
"Orang tua kamu mana?" tangan kekar pria itu mengangkat tubuh anak kecil tersebut dan mendudukannya di atas paha sebelah kanan
"Mama Alana beli ice cream!"
"Nama kamu Alana?"
"Iya Om, om namanya siapa?"
"Ardan"
Ardan Cakrawangsa, laki-laki berusia 27 tahun. Hidupnya sedikit rumit untuk beberapa hal.
"Alana" panggil seorang wanita yang terlihat khawatir. Ardan menurunkan Alana, Alana berlari ke arah wanita yang memanggilnya.
Kini Ardan kembali duduk termenung, dan entah kenapa dia tersenyum ketika Alana melihat kembali ke arahnya. Padahal sudah berapa lama Ardan tidak menampakkan senyumannya
"Alana jangan pergi sendirian"
"Iya sus maaf" ujar Alana
"Mama" panggil Alana ketika melihat mamanya membawa ice cream
"Alana kabur lagi sus?"
"Iya Non"
"Mama, tadi Alana ketemu om baik"
"Oh ya? Tetapi Alana tidak boleh seperti ini lagi, pergi tanpa pamit"
"Iya ma maaf"
"Ayo kita pulang sekalian menjemput Alan"
Naura Abicandra, seorang wanita cantik dengan status seorang janda beranak dua. Parasnya yang cantik menurun kepada kedua anaknya. Naura bahagia dengan kehidupan saat ini. Naura sangat bersyukur karena di berikan dua malaikat kecil yang membuat ia selalu berjuang keras untuk menjalani hidup. Ia tidak meminta apa lagi, hanya ingin menghabiskan sisa umur bersama anaknya.
Status jandanya sudah bertahan selama lima tahun kurang. Pernikahan karena di jodohkan membuat Naura menyerah dan kabur dari rumah suaminya. Kini, Naura memilih jalan hidup yang menyenangkan tanpa ada yang mengusiknya.
Di tempat les piano, Naura tersenyum ketika melihat anak laki-lakinya bersama seseorang yang selalu ada menemaninya.
"Alana tunggu di mobil ya"
"Iya ma"
Melihat Naura turun dari mobil, Alan berlari mengejar Naura.
"Mama ice cream buat Alan mana?"
"Ada di mobil" ucapnya sembari berjongkok
Naura mengedarkan pandangan "Bas tumben pulang cepat?"
Lelaki itu tersenyum "Iya, bos aku lagi ingin sendiri, mumet mikiran hidupnya"
"Jadi bela-belain jemput Alan kesini?"
Bastian kembali tersenyum sembari mengangguk, Bastian adalah teman Naura, dan Bastian bekerja sebagai sekretaris pribadi CEO.
"Mau mampir ke rumahku apa langsung pulang?" tanya Naura
"Sepertinya langsung pulang"
"Alan ucapkan terimakasih kepada om Bastian"
"Terimakasih om Bastian, Alan pulang dulu"
"Iya sayang hati-hati" ujar Bastian mencium pipi Alan
Bastian menunda kepulangannya, tiba-tiba saja ia mendapat pesan dari bosnya. Untuk menyuruh ia datang ke rumah pribadinya.
Pintu terbuka lebar, penjaga keamanan di rumah itu tidak terlihat. Bastian langsung masuk dan melihat Ardan sedang duduk di temani segelas kopi hangat.
"Ada apa?" Tanya Bastian bicara formal, karena nyatanya mereka berteman baik saat ini
"Duduk dulu, kalau mau minum ambil sendiri"
"Iya nanti, ada apa lagi?"
"Sepertinya perjalanan bisnis kali ini kau saja yang pergi"
Bastian menghela nafas, bukan hal yang baru lagi ia menggantikan Ardan
"Tapi sepertinya aku akan menolak kali ini"
"Kenapa?"
"Aku ingin menemani seseorang"
"Siapa? Kekasihmu?" tanya Ardan sembari menyeruput kopi
Bastian tersenyum tipis "Doakan saja"
"Batalkan dulu, perjalanan bisnis kali ini teramat penting"
Bastian terdiam menimbangi permintaan Ardan.
"Apa lagi yang kau lakukan?" Tanya Bastian
"Perjalanan bisnis besok bertepatan dengan acara lamaranku"
Bastian tertawa ejek
"Apa yang kau tertawakan?"
"Ardan, akhirnya kau menyerah juga dengan pilihan orang tuamu"
"Bukan pilihan, dia kekasihku"
"Ya, ya, kekasih yang di pilihkan orang tuamu"
Ardan tertawa kecil. Nyatanya memang begitu
Ponsel Bastian berdering dan tentu saja itu panggilan dari Naura,
"Hallo" jawab Bastian mendapatkan panggilan video call
"Hallo om Bastian" jawab Alan dan Alana. Mendengar suara anak kecil Ardan tersenyum, ternyata orang spesial sahabatnya adalah seorang janda
"Om Bastian, Alana mau ke rumah"
Alana? Gumam Ardan, mengingat anak kecil yang menghampirinya tadi
"Mama mana?"
"Bastian jangan kau hiraukan anakku, katanya tadi dia ketemu om baik, lalu sus nyaa bilang, om baikkan om Bastian, makanya dia mau ke rumahmu"
Mendengar celotehan Naura, Bastian terkekeh. Ardan terdiam. Suara yang ia dengar tidak asing di telinganya.
"Kalau tidak om ke rumah Alana ya?"
Naura merebut ponsel dari anaknya
"Tidak perlu Bas"
"Kenapa?"
"Aku ingin keluar sama Sus, mau ke supermarket. Kalau begitu aku tutup ya?"
"Ya, hati-hati"
Suara tidak terdengar lagi, Ardan semakin penasaran dengan suara itu? Ia menatap ke arah Bastian dengan tatapan tajam
"Kekasihmu?"
"Belum!" ucap Bastian menghela nafas
"Apa dia seorang janda?"
Bastian mengangguk
"Sejak kapan?" tanya Ardan kembali
"Aku tidak tahu pasti, aku baru bertemu dengannya satu tahun yang lalu"
"Namanya siapa?"
"Kenapa? Ingat kau akan menikah. Kalau begitu aku pamit" tutur Bastian
Baru saja tiba di pintu utama, Bastian melihat kedatangan kekasih Ardan.
"Hi" sapa Bastian
"Hi, ada Ardan"
"Ada"
Bilqis berjalan hati-hati, ia ingin memberikan kejutan kepada kekasihnya. Ciuman lembut mendarat di pipi Ardan.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Bilqis melihat calon suaminya duduk melamun
"Eh, kapan datang" tanya Ardan sembari menatap Bilqis
"Baru saja, ada masalah?" tanya Bilqis
Ardan menggelengkan kepala
"Jadikan kitanya ke toko berlian?"
"Ngapain?"
"Kau lupa? Katanya mau mencari cincin untuk lamaran"
Ardan menghela nafas lalu melirik "Mana mungkin aku lupa soal itu"
Ardan meninggalkan Bilqis sendirian. Ia menuju kamar berganti pakain. Namun, pikirannya masih tertuju kepada seseorang bernama Naura?
"Sayang buruan" panggil Bilqis
Tidak menunggu waktu lama, mereka langsung mendarat ke sebuah Mall yang sudah mereka buat janji sebelumnya.
Saat tiba, Ardan kembali melihat Alana sedang bermain di pintu masuk mall. Dan tentu saja wanita itu tidak sama dengan Naura yang ia kenal.
"Mama" panggil Alana ketika melihat Mamanya datang dari arah toilet
Ardan membalikkan badannya dan betapa terkejutnya dia, ketika dia adalah Naura yang ia cari selama ini.
Naura, akhirnya! Gumam Ardan tersenyum haru.
Hiruk pikuk mall sudah biasa terjadi, orang-orang berlalu lalang menenteng beberapa belanjaan mereka, anak kecil berlari kesana kemari. Naura menggandeng kedua anaknya. Dan sus Hana berjalan di belakang mereka.
Ardan ingin mengejar Naura. Namun, tangannya di cegat oleh Bilqis
"Kita sudah telat"
"Tunggu sebentar,aku ingin ke toilet" Hanya itu alasan yang bisa ia berikan
"Bagaimana kalau aku yang duluan kesana"
"Iya" jawab Ardan, dan mereka berpisah haluan
Ardan berlari kesana kemari mencari keberadaan Naura. Dan ketika ia melihat wanita itu, Ardan terdiam. Naura sedang bersama lelaki, mereka terlihat seperti pasangan suami istri. Naura menggendong Alana sedangkan lelaki itu menggendong Alan.
Naura apa kau sudah menikah lagi? Apa itu anak hasil hubungan kalian?
Gumam Ardan memandangi mereka dari jarak yang tidak terlalu jauh
Ardan tidak ingin berbasi basi takut nanti keduluan basi. Ia berjalan dengan langkah pasti. Saat ini Alana melihat kedatangannya. Alana minta di turunkan kemudian ia berlari ke arah Ardan
"Om baik" panggil Alana memangku kaki Ardan
Ardan terdiam sejenak kemudian berjongkok dan mengelus pipi Alana
"Alana masih ingat sama om?"
"Iya"
Naura mengejar anaknya dan ikut berjongkok, ketika mereka saling bertatapan. Naura hampir kehilangan keseimbangan. Mulut Naura menganga melihat siapa lelaki itu.
Ardan, suami yang memperlakukan ia dengan kejam. Suami yang di jodohkan dengannya dan suami yang selalu menghina dirinya. Dan suami yang tidak ingin ia temui lagi.
Naura menarik tangan anaknya dari genggaman Ardan
"Ma, ini om baik" ujar Alana
"Tidak sayang, mama sudah bilang om baik hanya om Bas dan om Kevin"
"Naura" panggil Ardan, Rindu? Tentu saja ia merindukan wanitanya
"Mari sayang kita pergi"
"Tapi Ma"
"Alana dengarin mama kali ini"
Naura menggendong Alana. Di saat ia mau berdiri, Ardan menahannya untuk tidak pergi
"Naura selama ini kau kemana?"
Naura menghela nafas? Apa pedulinya menanyakan itu setelah ia membuat Naura pergi jauh!
Melihat situasi yang di alami Naura, Sus Hana berlari mendekati mereka
"Sus bawa Alana ke tempat Alan ya"
Hana mengangguk dan meninggalkan mereka berdua
"Kemana saya pergi bukan urusanmu?" Tutur Naura
"Naura kau masih istriku!"
Istri? Apa arti istri bagimu? Seseorang yang kau hina? Atau seseorang yang kau perlakukan dengan kejam? Huh?
"Tidak, pernikahan itu telah usai beberapa tahun yang lalu"
"Tetapi surat cerai itu tidak pernah ada"
"Saya tahu, dan terlepas dari itu semua saya sudah bahagia"
"Keras kepalamu tidak pernah berubah"
"Tuan muda yang hidupnya selalu enak. Rasanya tidak pantas kau mengucapkan itu kepada saya? Anda tidak ingat dulu bagaimana memperlakukan saya? Bagai musuh di dalam rumah kalian?"
Ardan terdiam, pernikahan mereka dahulu benar karena bisnis. Tetapi setelah Naura pergi, hidup Ardan sudah hilang separuhnya. Mungkin saja, karma sudah ia dapatkan
"Aku minta maaf dan apa Alana anak kita?" Tanya Ardan
Naura tertawa geli mendengarnya "Anak kita? Saya beritahu kepada anda, saya sudah bersuami dan itu anak dari suami saya"
"Apa itu suamimu?" tunjuk Ardan ke arah Kevin yang sedang bermain bola bersama Alan dan Alana
Naura merasa tidak ada pilihan lain "Iya dan jangan usik keluargaku"
"Tetapi ingat Naura kita belum berpisah"
"Saya tidak peduli"
Kemudian Naura meninggalkan Ardan begitu saja. Ardan tidak tahu lagi harus melakukan apa. Di sisi lain, Naura sudah memiliki keluarga baru.
"Sayang" panggil Bilqis tiba-tiba
Naura menoleh lalu tersenyum tipis melihat Ardan juga sudah memiliki pendamping
"Kenapa lama?"
"Ayo kita pulang" ajak Ardan tergesa-gesa
"Tetapi cincinnya"
"Aku tidak bisa Bilqis, nanti kita pikirkan lagi soal lamaran"
"Ardan ada apa denganmu?"
Ardan tidak menjawab lagi, ia berjalan ke arah pintu keluar. Pikirannya benar-benar tidak stabil. Ada apa dengan Naura? Kenapa dia berani sekali menikahi orang lain di saat pernikahan mereka masih berstatus istri orang? Semua pertanyaan memenuhi isi kepala Ardan. Di saat Ardan tidak ingin percaya, tetapi di buktikan dengan melihat anak-anak Naura.
"Kenapa?" tanya Kevin melihat Naura gelisah
"Tidak ada, oh ya kapan kau kembali keluar kota?"
"Mungkin senin depan"
"Terimakasih ya sudah sempat mengunjungi kami"
"Tidak masalah Naura, kita sudah berteman dari kecil"
Kevin adalah teman kecil Naura, dulu semasa kuliah mereka tinggal berdamping. Dan saat memasuki dunia kerja, Kevin pindah keluar kota mengurus perusahaan ayahnya. Dua kali dalam sebulan Kevin selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi Naura.
"Bukankah yang tadi itu suamimu?"
Naura hanya terdiam sembari mengangkat bahu
"Apa menurutmu aku harus pindah lagi?"
"Jangan, hadapi dia! Ini sudah lima tahun berlalu. Kasihan Alan dan Alana"
"Ya, sebisa mungkin dia tidak boleh bertemu dengan anak-anakku. Luka itu masih menancap disini" tutur Naura menyentuh dadanya
"Aku masih ingat bagaimana dia memperlakukan aku dengan buruk"
"Kalau kau butuh bantuan, selalu ada aku Naura, aku akan melindungi kalian"
"Terimakasih Kevin" ujar Naura sembari tersenyum lega
...----------------...
Setelah puas bermain dan berbelanja, Naura dan anak-anaknya kembali pulang. Kevin juga kembali pulang ke hotel karena sudah malam.
Sepanjang perjalanan Naura banyak diam, memikirkan bagaimana Ardan bisa menemukan keberadaannya?
"Mama" panggil Alan berulang kali
"Non" Hana ikut memanggilnya
"Eh iya, ada apa sayang?"
"Mama kenapa marah sama om baik?" tanya Alana
Naura tersenyum "Mama tidak marah, hanya saja kita tidak kenal dia Alana"
"Iya Lana, nanti kalau kita di culik bagaimana?" ujar Alan
"Iya sayang, tidak semua orang itu baik. Jadi Alana dan Alan harus hati-hati jika dia mendekati kalian"
"Iya ma" ucap Alana menunjukkan ekspresi sendunya
"Alana kaan sudah punya om baik"
"Iya, tapi Alana mau punya papa"
"Alan juga, teman-teman Alan semuanya punya papa"
Naura terdiam, semakin besar, anaknya semakin berkeinginan memiliki seorang figur ayah.
"Alana, Alan, kaan sudah ada mama, sudah ada sus, bukannya Alana dan Alan sudah berjanji tidak akan membuat Mama sedih" ujar sus Hana menasihati mereka berdua
"Mama maafin Alana ya"
"Alan juga ya ma"
"Iya sayang, sabar ya nak. Nanti kita temukan papa ya"
"Tapi bukan om kevin atau om Bastian"
"Kenapa?"
"Om Kevin jauh, om Bastian sibuk, Alana mau papa yang bisa menemani Alana ke sekolah"
Naura tertawa kecil "Iya sayang nanti kita cari papa yang pengangguran ya"
Hana pun ikut tertawa geli
"Pengangguran itu apa ma?" tanya Alan
"Seseorang yang kerjaannya hanya di rumah"
"Iya ma, Alana suka papa seperti itu"
Naura dan Hana tertawa bersama mendengarkan keinginan anaknya.
"Jadi nanti non Naura yang akan jadi tulang punggung keluarga" celetuk Hana
"Iya sus, dunia terbalik" jawabnya di ikuti gelak tawa.
Ardan kembali ke rumah tanpa Bilqis, Ardan membuka lemari, ia mencari buku nikahnya bersama Naura. Walau pun semua sudah berantakan, tidak untuk buku nikah . Ia masih tersimpan rapi bersama cincin pernikahan mereka. Ardan tersenyum , ia ingin menemui Naura kembali. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti. Ardan mengingat hari dimana ia pernah menyakiti Naura dengan sangat kasar.
Naura Abicandra. Nama indah yang di berikan mamanya. Mama yang rela menukarkan nyawanya dengan putrinya
Tentang mamaku, aku hanya bisa memandanginya dari foto atau beberapa video yang di ambil oleh papa. Kata papa, mamaku meninggal sesaat aku lahir ke dunia. Tentang mamaku tidak banyak yang aku tau. Papaku memilih diam ketika aku menanyakannya. Aku memiliki ibu pengganti sejak berumur tiga tahun. Tentang ibu tiriku, ia sedikit kejam memperlakukan ku.
Setelah selesai kuliah Naura tidak bekerja di perusahaan milik keluarganya. Naura tidak ingin ikut campur, alasannya cukup klasik
"Ini hasil pencarian kami berdua, jadi yang berhak atas perusahaan ku adalah anak pertama ku" Ucap Ibu tirinya
"Iya tante"
Naura tidak ambil pusing, karena ia ingin kebebasan. Dua puluh dua tahun sudah cukup rasanya ia di kekang.
Namun, tiba pada hari yang menyeramkan itu. Dengan alasan yang tidak di mengerti, Naura di jodohkan oleh seseorang yang belum pernah ia temui sekali pun.
"Aku yang berhak atas hidupku bukan kalian" Jelas Naura
"Naura, sekali saja bantu papa. Semenjak kau lahir sampai sekarang papa tidak pernah meminta apapun. Hanya hari ini, selamatkan perusahaan Papa"
Naura menepis air matanya "Aku tidak minta di lahirkan"
Naura keluar dari rumahnya yang terasa mencekik, ia menangis terisak, seakan semesta tidak mau ikut andil. Hanya penyiksaan yang selalu ia dapatkan. Langit bergemuruh, seakan ikut menyayat luka di hati.
Suara langkah kaki semakin mendekat, helaannya terdengar cukup jelas "Jika kau tidak ingin melihat Papamu berumur pendek. Turuti keinginannya" Ucapannya dengan nada memaksa
"Kau tidak ingin sakit jantung papamu kambuh bukan?"
Naura hanya diam sembari menyapu air mata.
...----------------...
Ardan Cakrawangsa, pria berusia dua puluh dua tahun. Parasnya yang tampan tidak akan membuat ia kesepian. Seorang wanita cantik lagi pintar selalu ada bersamanya. Kekasih hati yang begitu di sanjung, Zizi Arina Putri, wanita yang memiliki kebebasan. Ia bisa terbang kemana saja.
Hidupnya tidak pernah susah. Uang keluarganya tidak berseri. Papanya seorang pengusaha mobil bermerek, mamanya salah satu pejabat negara. Ardan yang beruntung mendapatkan dia? Atau dia yang beruntung mendapatkan Ardan? Entahlah. Semesta seakan menyetujui hubungan mereka.
Namun, malam itu tiba-tiba menjadi gelap. Seakan sebuah peluru di tembakkan ke dadanya. Ardan terdiam dalam lamunan, permintaan papanya sangat sulit di pahami
"Maksud Papa apa?" Tanyanya sekali lagi
"Putuskan Zizi, kau akan menikah dengan orang pilihan Papa"
Ardan tidak tau harus mengatakan apa?
"Jika tidak, kau akan hidup menjadi gelandang. Kau dan Zizi hanya sibuk berpoya-poya. Kau sulit di atur-"
"Pa-"
"Turuti aturan Papa, jika tidak silahkan keluar dari rumah tanpa sehelai baju pun!"
Setelah malam itu, lebih dari sepuluh hari Ardan tidak menemui Zizi. Ia mencintai kekasihnya. Ia tidak akan memutuskan hubungan yang telah mereka jalin selama ini.
Zizi mendobrak pintu ruangan kerja Ardan, keterkejutan tidak bisa ia sembunyikan.
"Apa maksudmu? Tidak menghubungi ku? Tidak menemuiku?" Tanya Zizi
"Maaf, tapi aku ada alasannya"
"Apa? Kau di jodohkan orang tuamu?"
"Dari mana kau tau soal itu?"
"Huh? Jadi benar?"
"Sayang dengarkan aku, aku tidak menyetujui perjodohan itu. Aku akan tetap memilih kamu"
Zizi tertawa getir
"Baiklah, mari kita putus"
Kata-kata itu terasa mencekik, Ardan berjalan mendekati kekasihnya. "Jangan sentuh aku, kita sudah putus" Sela Zizi menepis tangan Ardan. Dan ia berlalu pergi meninggalkan Ardan dalam kesunyian
Sejak hari itu, Zizi menghilang tidak tau kabar. Ardan sudah mencari kesana kemari. Tetap tidak menemukan tujuan
Perjodohan itu mendekati harinya. Ardan mendatangi rumah Naura seoarang diri. Ia membawa surat perjanjian yang menguntungkan dirinya sendiri
...Perjanjian pernikahan...
Pihak pertama : Ardan Cakrawangsa
Pihak kedua : Naura Abicandra
Hal-hal yang perlu di ikuti oleh pihak kedua, tanpa gugatan dan bantahan.
1. Pihak kedua harus tunduk kepada pihak pertama
2. Pihak kedua tidak boleh menyentuh pihak pertama
3. Pihak kedua tidak boleh bekerja
4.Pihak kedua tidak boleh meninggalkan rumah tanpa izin
5. Pihak pertama sudah membeli pihak kedua
6. Pihak kedua tidak boleh kabur. Jika melanggar , semua yang di berikan kepada keluarga pihak kedua akan di sita kembali.
Naura menghela nafas, kenapa perjanjian yang ia buat hanya menguntungkan satu pihak saja.
"Baiklah saya setuju" Ucap Pak Heri menandatangani surat tersebut
"Pa, tapi aku tidak setuju! Dimana kebebasan yang aku miliki"
Ardan tertawa ejek, sembari menatap tidak suka
"Jika tidak setuju perjodohan ini di batalkan saja"
"Tidak kami setuju, sangat setuju"
Semenjak hari itu semua berubah menjadi kelam. Hari-hari Naura tidak lagi bewarna. Setiap hari Naura menyalahkan takdirnya, setiap hari Naura berdoa, memohon kepada pemilik takdir hidup. Sekali saja hadiahkan ia kebahagiaan.
Sebaliknya Ardan, ia tidak berhenti mencari keberadaan Zizi. Ia juga tersiksa karena merindu. Ia terluka tanpa ada obat penawarnya. Kemana lagi langkahnya harus pergi? Kemana lagi ia harus mencari?
Berhari-hari, berbulan-bulan. Zizi tidak pernah kembali, hari pernikahan itu semakin dekat. Ardan dan Naura adalah dua orang yang di korbankan karena bisnis
Hari pernikahan.
"Aku akan menyiksa mu, sebagaimana orang tuamu menginginkan perjodohan ini" Ucap Ardan di kala mereka duduk berdua sebagai pasangan suami istri yang sedang menanti tamu undangan
Naura tersenyum kecil "Penyiksaan seperti apa, aku sudah banyak melaluinya"
"Lebih kejam dari yang kau lalui biasanya" Otot-otot di wajah nya mengeras seakan ucapannya tidak main-main
"Apa kau akan membunuh ku juga? Jika ia aku akan berterima kasih"
Ardan yang tadi mengedarkan pandangannya ke sisi gedung, beralih menatap Naura yang menyedihkan
"Jika kau mati cepat permainannya tidak seru"
Naura tertawa seakan mengejek
"Apa nanti kau masih bisa tertawa setelah hari ini? Akan ku pastikan hari-harimu akan terasa kelam dan mencekik."
Naura mendongakkan kepala menatap pria yang memiliki tinggi 180cm tersebut. Lagi-lagi Naura tersenyum
"Dan ku harap kau tidak akan jatuh cinta kepadaku tuan" Ucap Naura percaya diri
Sesaat pandangan mereka bertemu. Ardan terdiam melihat keindahan di depannya, Naura memainkan peran, membuat Ardan mati kutu
"Atau jangan-jangan kau sudah jatuh cinta kepadaku?"
Ardan menelan saliva sembari memejamkan mata lalu berdecak "Tuan putri yang tidak tau malu, silahkan bangun, berkaca. Kau tidak pantas untuk di berikan cinta"
"Orang-orang seperti kalian ini hanya perlu di lemparkan beberapa lembar uang maka kalian akan merangkak untuk mengambilnya"
Naura menghela nafas kasar mendengar hinaan Ardan
"Silahkan nikmati pesta ini, lumayan. Hasil jerih payah orang tuamu karena telah menjual anaknya" Kemudian Ardan berlalu meninggalkan Naura .
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!