NovelToon NovelToon

Menjadi Tawanan Manis Untuk Boss Suami

Sebuah Pertanyaan Yang Membingungkan,

Suara deru mesin mobil yang terhenti seketika membuat seorang wanita beranjak dan dengan cepat mencabut kabel setrika dari stop kontak, Seruni melangkah lebar menuju pintu utama dari kediaman mewah yang telah hampir tiga Minggu ini ia tempati.

Tuan Panca?? dia sudah kembali? tapi dimana mas Lukas?

Seruni tampak celingukan sebelum akhirnya tertunduk di samping pintu ruangan.

"Kenapa berdiri disini?"

"Tuan, Anda sudah kembali?"

"Begitulah! tak begitu banyak pekerjaan di kantor, jadi aku memutuskan untuk kembali ke rumah lebih awal!" Panca berucap tegas dengan tatapan dalam yang tertuju pada mata sang lawan bicara.

"Tuan-, maaf! apa suami saya masih belum juga kembali dari luar kota? mas Lukas sempat berkata, bahwa Tuan hanya membutuhkan tenaga saya di rumah ini selama dua Minggu bukan? tapi sekarang-, ini bahkan sudah hampir tiga Minggu, kenapa mas Lukas tak kunjung menjemput saya?" Seruni berucap lemah dihadapan sang majikan.

Apa dia sama sekali tak mengetahui perihal perangai suaminya? atau Lukas memang sengaja membodohi wanita ini?

Panca membuang nafas kasar, pria berhidung mancung dengan tubuh tinggi tegap itu tampak melonggarkan dasi sembari memperhatikan wajah Seruni yang kini mengambil alih tas kerja dari genggaman tangannya.

"Tetap lah tinggal disini! selama Lukas belum menjemput mu-, aku melarang mu untuk pergi kemanapun!"

"Tapi-, apa Tuan tahu kemana suami saya pergi? saya mencoba menghubungi nomor ponselnya, tapi dia sama sekali tak menjawab panggilan saya," Seruni berucap lembut dengan raut wajah sendu.

Kenapa wanita sebaik dirimu harus memiliki suami brengsek sepertinya, Runi?

Panca membeku untuk sesaat, pria itu mengalihkan pandangan sebelum akhirnya kembali membuka suara,

"Jangan mencemaskan apapun! suami mu pasti baik-baik saja! sepertinya memang ada tambahan proyek yang harus ia pantau di daerah Moluccas! mungkin dia akan kembali Minggu depan."

"Begitu kah? syukurlah-, setidaknya Tuan memberikan informasi pada saya! terima kasih, Tuan Panca!"

Senyum indah dengan wajah berbinar yang kembali terlampir di paras ayu Seruni seketika membuat Panca hanyut, pria itu memalingkan wajah saat senyum tipis turut menghiasi bibirnya.

"Apa kau telah menyediakan air hangat untukku?"

"Itu-, saya akan menyiapkannya kembali! sepertinya yang tadi sudah dingin! apa Tuan ingin menikmati teh hangat setelah membersihkan diri?"

"Tentu-, aku ingin kau menyiapkan teh herbal yang sempat kau tawarkan saat pertama kali kau tiba di rumah ini, Runi " kalimat Panca terdengar lembut mendayu, pria itu turut melangkah bahkan mengekor pada langkah sang asisten rumah tangga menuju ruangan pribadi miliknya.

Seruni mengangguk dengan senyum, wanita itu bahkan dengan cekatan membukakan pintu kamar sang majikan dan meletakkan tas kerja milik Panca di tempat biasa.

Dia sungguh wanita yang telaten, perhatian, lembut juga cantik!

Panca merebahkan diri, ia memperhatikan gerak-gerik Seruni yang kini mengayunkan kaki menuju kamar mandi.

Tak berselang lama,

Seruni kembali nampak muncul, ia melangkah menuju lemari besar berwarna cream yang terletak di tengah-tengah ruangan, Panca yang semula merebahkan diri pun akhirnya memilih duduk sembari mencuri pandang pada Seruni yang kini nampak sibuk memeriksa beberapa deretan pakaian.

"Apa Tuan bersedia mengenakan piyama?" wanita itu kembali berbicara sembari menenteng sepasang hanger dengan pakaian panjang yang menggantung.

Bagaimana bisa Lukas memperistri wanita seperti ini? apa dia di jodohkan? atau dia benar-benar hanya ingin bermain-main dengan pernikahan nya sendiri?

"Tuan Panca!?"

"Ee-iya?? aku mendengar mu,"

"Jadi bagaimana menurut Tuan?"

"Menurut ku???" Panca menggaruk pelipis sembari melayangkan tatapan kebingungan, pria itu kembali menatap netra indah Seruni sebelum akhirnya ia kembali bersuara,

"Kau seorang istri yang sempurna, Runi! apalagi?"

"A-apa??" kini giliran Seruni yang justru kebingungan atas pernyataan Panca.

"I-iya!! menurut ku! kau merupakan istri yang sempurna! selain cantik kau-," tak sempat melanjutkan kalimat, Panca kembali dibuat bungkam karena Seruni menyerobot ucapan nya.

"Tuan Panca! apa Anda yakin mendengar kalimat pertanyaan yang saya sampaikan pada Tuan sebelumnya??"

"Kalimat pertanyaan-,? eee-iitu? sebenarnya aku-," Panca berucap gagap saat Seruni menampilkan raut wajah kesal.

"Tuan bersedia mengenakan piyama atau tidak?? jika tidak, maka saya akan menyiapkan t-shirt hitam seperti biasa yang Tuan kenakan!"

Apa? dia bertanya tentang pakaian yang akan ku kenakan? astaga Panca!!! apa yang kau lakukan?? dia pasti merasa tidak nyaman sekarang!!! kau ini bodoh sekali!!

"Tuan!"

"Apapun! asal dirimu yang menyiapkan-, aku akan memakainya!" Panca tersenyum canggung pria itu kembali merebahkan diri dan menyembunyikan wajahnya dibawah bantal.

Ada apa dengan Tuan? apa pekerjaan di kantor begitu membebani pikiran nya? apa hal itu juga yang membuat mas Lukas selalu sibuk bekerja? tapi aku merindukanmu mas Lukas, kapan kau akan muncul dan membawaku pergi dari rumah ini?

******

"Aaaaaaghh!! baby!! kau selalu membuatku mabuk kepayang!!!"

"Apa kau yakin?" Sherly mendorong dada Lukas dan menghindari kecupan sang lelaki pujaan.

"Kenapa kau bertanya seperti itu, Sherly? aku mencintaimu! aku bahkan rela melakukan apapun demi bisa tetap mempertahankan hubungan ini dengan mu, hmmmm??" Lukas kembali melumat bibir Sherly dengan rakus.

"Mmmmmpphhh!!! Lukas!! aku ingin kau segera menceraikan istri mu yang kuno itu!! aku sungguh tak lagi bisa membendung rasa cemburu saat dia terus mencoba menghubungi mu! itu sungguh membuatku kesal baby!!" Sherly merengek, bahkan memukul pundak Lukas dengan memanyunkan bibir.

"Sherly-, aku-,"

"Lihatlah! kau belum juga bisa merelakan nya bukan?" Sherly seketika beranjak, wanita itu tampak membenahi kancing kemeja yang sempat acak-acakan.

"Bukan seperti itu baby!! aku hanya menunggu waktu yang tepat!! aku pasti akan menceraikan Seruni untuk mu! tapi aku mohon! beri aku waktu! aku mohon padamu baby!" jemari Lukas kembali menyusup dan membuat kancing dari pakaian Sherly kembali terbuka dengan semakin lebar.

"Aaaaw-wwh!! Lukas!! kau telah berjanji padaku! jadi aku mohon, kau harus tetap bersamaku apapun yang terjadi!! aku tak ingin jika sampai gadis tolol itu merebut hatimu, Lukas!"

"Itu tidak akan pernah terjadi, baby! aku hanya mempertahankan pernikahan dengan Seruni karena kakek! kau bahkan tahu sendiri bahwa ibu juga tak begitu bahagia karena memiliki menantu seorang wanita sepertinya, bukan?" Lukas terkekeh, ia mendekap tubuh Sherly hingga wanita itu semakin merapatkan tubuh dengan dirinya.

"Jadi ibu benar-benar tak menyukai pernikahan kalian dari awal? astaga! hal itu bukan omong kosong belaka ternyata? oh baby!! I love you!!" Sherly turut menyeringai, jemarinya kini turut sibuk membongkar pakaian yang melekat pada tubuhnya saat Lukas terus memberikan rangsangan pada area sensitif yang terletak diantara kedua kakinya.

Pergumulan panas pun terjadi, kedua insan yang sama-sama tak tahu diri itu kembali hanyut dalam permainan liar yang mereka selalu mereka geluti.

*****

"Duduk dan makan lah terlebih dahulu-, Runi! kau terlalu giat dalam membereskan segala pekerjaan! aku tak ingin jika sampai kau jatuh sakit hanya karena terlambat mengkonsumsi hidangan!"

Panca meletakkan sendok juga garpu, pria berhidung mancung itu lagi-lagi sibuk memperhatikan Seruni yang masih mondar-mandir di sekitar dapur juga meja makan.

"Tuan makan lah terlebih dahulu, saya bisa makan setelah ini!"

Seruni yang terus fokus memilih serta memasukkan beberapa perabot kering ke dalam lemari dapur seketika membuat Panca beranjak, entah apa maksudnya namun pria itu justru berdiri berlawanan arah demi bisa melihat wajah Seruni dari dekat.

Apa lebih baik diriku berkata jujur padanya? tapi apa dia akan mempercayai ku?

"Apa Tuan membutuhkan sesuatu?" Seruni yang menyadari kehadiran Panca di samping tubuhnya seketika melontarkan pertanyaan.

"Aku-, aku ingin kau tinggal lebih lama disini Seruni! aku membutuhkan dirimu-,"

Sebuah Kebohongan Manis,

Mengikuti langkah kaki Panca, Seruni kembali dibuat kagum atas bangunan mewah yang kini menjulang tinggi di hadapannya,

Cerafoure? jadi Tuan Panca mendengar kalimat ku semalam? ku pikir dia sudah terlelap saat diriku menyampaikan bahwa bahan-bahan makanan di lemari pendingin telah menipis.

"Kenapa berhenti?"

Lamunan Seruni seketika membuyar saat Panca meraih pergelangan tangannya dan menarik wanita itu untuk melangkah memasuki lobby sebuah pusat perbelanjaan ternama.

"Jadi Tuan belum benar-benar tidur semalam?"

"Eehmm! begitulah, aku tak ingin membuat mu kecewa hanya karena bahan-bahan keperluan pokok di rumah telah habis! kau begitu hobi memasak! dan aku menyukainya!"

Senyum indah yang lagi-lagi tersungging di paras tampan Panca membuat Seruni justru merasa risih.

Kenapa dia selalu berkata seperti ini?

Seruni perlahan memperlambat langkah, ia menarik pergelangan tangannya dari Panca yang kini menoleh ke arahnya.

"Maaf Tuan-, akan lebih baik jika saya berjalan dibelakang Tuan! saya-,"

"Aaaaahhh!! baiklah!! tak apa-, kau bisa berjalan lebih dulu! aku minta maaf!!" Panca kembali menampilkan senyum canggung saat netra Seruni kembali bertemu pandang dengan dirinya.

Setelah hampir 45 menit berkeliling,

Seruni akhirnya menahan lengan besar Panca yang hendak meraih beberapa botol saus tiram yang terpajang di rak belanja.

"Tuan-, saya telah mengambilnya!"

"Benarkah??"

Seruni mengangguk sembari menunjuk barang yang sama di dalam troli belanja,

"Ada lagi yang kau butuhkan?"

"Sepertinya ini cukup, Tuan!! saya ingat betul dengan segala isi kebutuhan dari lemari pendingin! kita bisa pulang sekarang!"

Aaaaaghh!!! diriku bisa gila jika terus seperti ini! sepertinya aku memang harus benar-benar menghubungi Lukas supaya ia lekas membawa pergi istrinya!!

Panca mengacak belahan rambut, pria berhidung mancung itu kini justru terlihat frustasi setiap kali harus melihat senyum indah yang menghiasai wajah Seruni.

"Tuan Panca-, apa Anda butuh semir sepatu?? saya tidak sempat memeriksa barang kebutuhan pribadi Tuan, karena Tuan tidak menyampaikan bahwa kita akan pergi untuk berbelanja, sebelumnya!"

Suara lembut yang kembali terdengar dari bibir Seruni akhirnya membuat langkah kaki Panca kembali terhenti, pria itu lagi-lagi memperhatikan gerak-gerik Seruni yang kini mendongak pada salah satu produk dari rak belanja.

"Eee-iitu?? ambil saja! siapa tahu kita membutuhkannya! aku juga sama sekali tak mengingat tentang barang kebutuhan pribadi ku!"

"Saya mengerti, Tuan!"

Mendapati persetujuan dari sang majikan seketika membuat Seruni menaikkan lengan tangan ke atas sembari berjinjit.

Ayolah ku mohon!! diriku tidak sependek itu bukan?

Seruni akhirnya melompat-lompat kecil demi bisa meraih barang yang ia inginkan,

Wanita ini? kenapa polos sekali? ia selalu menjadi dirinya sendiri! tak ada pemikiran untuk menjaga image atau apapun dihadapan orang lain!

"Katakan saja padaku jika dirimu memang tak mampu untuk meraih nya!!"

"A-apa??" Seruni membeku, Panca yang tiba-tiba berbisik tepat di area telinganya membuat Seruni ketakutan dan memilih untuk merentangkan jarak antara dirinya dengan sang majikan.

Dua buah kotak cairan semir sepatu akhirnya mendarat didalam troli, Panca yang menyadari sikap diam Seruni seketika membuat pria itu menghela nafas dalam.

"Kau pergilah ke kasir terlebih dahulu, aku akan segera menyusul!"

"B-baik Tuan! saya mengerti!"

******

"Total semuanya adalah 5 juta rupiah, Nyonya!!" sang petugas tersenyum ramah setelah jemarinya bermain lincah diatas keyboard mesin kasir.

"A-apa?? 5 jut-,"

"Tolong tambahkan beberapa barang ini!" Panca menyerahkan kartu kredit setelah meletakkan beberapa produk kebutuhan wanita di atas meja kasir.

Tuan Panca? dia-,

"Waaah!! ternyata Anda memiliki suami yang sangat perhatian ya Nyonya??"

"A-apa??" mata indah Seruni kembali terbelalak saat mendengar pernyataan dari sang petugas kasir, wanita itu menggelengkan kepala namun Panca justru menarik dan meraih pinggang rampingnya.

"Wanita ku ini memang terlalu sibuk memikirkan kebutuhan rumah tangga, sampai-sampai keperluannya sendiri ia abaikan!!"

"Benarkah seperti itu Tuan?? waaah!! jadi kalian saling melengkapi? sungguh membahagiakan sekali kehidupan berumahtangga jika seperti ini," sang petugas kasir kembali berbicara dengan senyum mengembang.

"Begitulah seharusnya kehidupan pernikahan!! bukan hanya menuntut, kita juga harus saling memahami satu sama lain, bukan?" Panca turut menyunggingkan senyum serta menatap Seruni yang justru tertunduk di sampingnya.

"Ini kartu kredit Anda! terima kasih atas kunjungannya dan selamat berbelanja kembali!" kalimat lembut mendayu kembali terdengar mengiringi kepergian langkah kaki Panca juga Seruni.

"Apa kau lapar??"

"Mmmmmm-, apa Tuan ingin segera makan siang setelah kita tiba di rumah?" Seruni kembali berujar tanya saat Panca sedikit mendahului langkah kakinya.

"Lupakan saja!" Panca kembali bersikap acuh serta mendorong troli belanja.

Kalimat Panca yang terus terngiang di telinga membuat Seruni melangkah dengan tatapan kosong dibelakang tubuh Panca.

Saling memahami? mas Lukas sama sekali tak ingin mendengar pendapat ku! dia selalu memaksakan kehendaknya, aku bahkan harus selalu mengalah dan mengikuti semua perkataan ibu juga dirinya! semua hutang-hutang yang menumpuk di bank! aku bahkan tak tahu dia mempergunakan uang pinjaman itu untuk apa?

Seruni tertunduk dengan mata yang kembali berkaca-kaca, wanita itu akhirnya menyeka kilat buliran air mata yang tanpa sadar telah jatuh di pipi.

"Kita makan siang terlebih dahulu!" Panca kembali meraih pergelangan tangan Seruni tanpa sadar, pria itu seketika membuat Seruni terhuyung mengikuti langkah kakinya.

"Seruni?? kau menangis??"

"Ee-ini? tidak Tuan-, saya hanya-,"

"Apa kau marah karena pernyataan yang sempat kukatakan didepan petugas kasir, beberapa menit lalu?" Panca berlutut, pria itu memperhatikan wajah Seruni yang terlihat memerah juga sembab.

"I-itu? saya-, bukan Tuan!"

"Lalu? kenapa kau menangis? katakan!!!"

Seruni menghela nafas dalam, wanita itu tertunduk karena merasa tak nyaman oleh tatapan Panca yang begitu dalam.

Haruskah aku jujur pada Tuan Panca? aku ingin pulang-, aku ingin kembali bersama mas Lukas! walau bagaimanapun aku takut jika harus terus-menerus bersama pria asing ini, Tuhan!

"Tuan-,"

Tak sempat menyelesaikan kalimat, Panca justru menampilkan raut wajah tak nyaman! paras tampan dengan hidung mancung itu seketika menegang.

"Lebih baik kita pergi dari sini sekarang!"

"A-apa?? tapi-," Seruni kembali terperanjat saat Panca kembali menarik pergelangan tangannya,

"Sudah lah!! aku ingin kita berpindah ke restoran lain untuk makan siang! ayolah Seruni!!"

"T-tuan!!! saya-,"

"Aku hanya ingin memberikan yang terbaik untukmu, jadi menurut lah!!!"

Memberikan yang terbaik? apa maksudnya? Tuan Panca-, terkadang kalimatnya memang sulit untuk ku pahami! apa orang-orang kaya memang tidak memiliki pemikiran rumit seperti nya?

******

"Babe!!! bukankah itu Mr. Panca? pimpinan utama dari perusahaan kita??"

"A-apa?? benarkah??" Lukas seketika menoleh ke arah jari telunjuk Sherly,

"Tidak biasanya dia pergi mengunjungi tempat-tempat ramai seperti ini? apa akan ada peninjauan produk secara dadakan?" Sherly menaikkan kedua alis dengan raut wajah penuh tanya.

"Apa maksudmu, Sherly??"

"Bukankah pusat perbelanjaan ini juga merupakan bagian dari anak cabang perusahaan milik Tuan Panca?" Sherly kembali berbicara sembari mengaduk americano yang ia pesan.

"Kau benar baby! tapi-, kenapa tidak ada instruksi apapun! atau jangan-jangan pimpinan sengaja ingin menyaring ulang kinerja serta kualitas karyawan? aaaaaaghh!!!! bisa gila diriku jika sampai mereka mendapati keteledoran yang pernah ku buat!!!" Lukas menggebrak meja sebelum akhirnya menyembunyikan wajah.

"Tenang lah baby!! aku akan membantu mu jika memang itu terjadi! kau tak perlu mencemaskan apapun!!"

Usapan lembut jemari Sherly pada area kepala seketika membuat Lukas kembali menampakkan diri.

"Oh baby!! kau memang malaikat yang dikirim oleh Tuhan untuk diriku! I love you so much!!!"

*****

"Tuan, apa Tuan baik-baik saja?"

Hening,

Seruni kembali bungkam saat mendapati wajah datar Panca yang kini fokus menatap ke arah jalanan.

Kau benar-benar tak tahu diri Lukas!! bisa-bisanya kau berkeliaran dengan bebas dan bersenang-senang dengan wanita lain!! sementara istrimu selalu dilanda kekhawatiran atas keadaan dirimu!! lihat saja!! jika kau tak memiliki iktikad baik untuk menjemput Seruni, maka aku tak akan segan-segan untuk menunjukkan perasaan ini,

Seorang Istri Agunan

Melangkah dengan bergandengan tangan, Sherly juga Lukas terlihat tampil begitu mesra saat mereka tiba di kediaman Lukas.

"Kakak!!! apa-apaan kau ini?" seorang lelaki remaja tampak menggertak Lukas saat ia hampir mendaratkan bokong di sofa.

"Apa maksudmu, Wildan?? sopan lah sedikit kalau bicara!!" Lukas menaikkan dagu, ia berucap remeh sembari membelai pipi Sherly yang kini bergelayut manja terhadap dirinya.

"Sopan?? kau mengajariku tentang kesopanan?? apa itu tidak salah???"

"Diam lah Wildan!! jangan membuat wanita cantik di sampingku ini merasa tidak nyaman-,"

"Dimana kak Seruni?? pada siapa kau menjual istrimu sendiri kak??" Wildan justru kembali meninggikan suara dengan tatapan menajam.

Plaaakkkk,

"Dasar bocah ingusan tak tahu diri!! tak bisakah kau memperhalus bahasa mu?? bagaimana jika kakek sampai mendengar hal ini?"

"Justru aku berharap kakek akan mengetahui semuanya!" Wildan berucap tegas, ia justru semakin menampakkan raut wajah garang dihadapan sang kakak.

"Tutup mulut mu, Wildan!!! kau tak berhak berkomentar apapun perihal diriku ataupun Seruni!!"

"Babe!! sudah lah! aku kemari karena ingin menikmati suasana-, acuhkan saja lelaki ingusan satu ini!" Sherly turut membuka suara ditengah-tengah keributan antara kakak adik dihadapannya.

"Haaaaghh! maafkan aku baby! lebih kita ke kamar ku sekarang!!"

"Dan kau-, jangan harap aku akan kembali membantu biaya kuliah mu mulai saat ini!!" Lukas seketika mengintimidasi Wildan sebelum akhirnya melangkah sembari memeluk pinggul Sherly.

Dimana hati nurani mu, kak? tega-teganya kau mengkhianati kak Seruni seperti ini? oh Tuhan!! tak bisakah diriku membantu kakak ipar ku?

Wildan tertunduk, ia memikirkan sang kakak ipar yang telah lama tak kunjung muncul dalam keluarganya,

Melempar tubuh di atas ranjang kamar, Lukas. Sherly tampak tersenyum lebar, wanita itu menyeringai saat Lukas telah bertelanjang dada dan berjalan menghampiri.

"Aaaaaghh!! baby! ini masih terlalu sore untuk bermain sayang!"

"Apa salahnya?" jemari Lukas seketika menarik tubuh Sherly hingga gadis itu merapat pada dirinya.

Tok tok tok!!

"Lukas!! apa kau telah kembali?? keluar lah, Nak!! ibu ingin bicara!!"

Suara Nyonya Niti seketika membuat Lukas juga Sherly saling melempar pandangan,

"Ada apalagi ini?? seharusnya kita pulang ke hotel saja Sherly!!" Lukas mendengus kesal namun pria itu tetap melangkah menuju pintu kamar.

"Lukas-,"

"Ada apa ibu? aku lelah!!!" Lukas menampilkan raut wajah masam dihadapan Nyonya Niti yang kini dilanda kepanikan.

"Dimana Seruni?? suruh gadis itu segera kembali, Lukas!!! kakek mu terus menanyakan keberadaan Seruni sejak kesehatan nya memburuk!!"

"Lagipula kenapa kakek harus dibawa kemari ibu?? sungguh menyusahkan saja! sudah bagus dia tinggal sendiri bersama perawat di kediaman nya!! kenapa ibu mencari masalah sekarang??"

"Lukas!!! apa kau bodoh? jika terjadi apa-apa pada kakek mu!!! orang pertama yang akan disalahkan adalah ibu!! lagipula-, bukankah selalu ada madu yang bisa kita peroleh dari kakek?" Nyonya Niti sedikit memperlembut suara di akhir kalimat.

Ibu benar, jika kakek sampai meninggal di rumah ini! maka paman-paman ku yang angkuh itu pasti akan berkunjung dan mengucapkan banyak terima kasih pada ibuku!! dan aku-, aku bisa segera lepas dari jerat pernikahan konyol ini!!!

Lukas menyeringai, ia kembali menatap wajah Nyonya Niti dengan senyum lebar.

*****

"Maaf jika makan siang serta makan malam kita terjadi dalam satu waktu, Runi!" Panca seketika memecah keheningan saat ia berhasil mematikan mesin mobil.

Seruni yang hampir meraih handle pintu mobil pun seketika menoleh ke arah Panca.

"Itu bukan lah masalah besar bagi saya Tuan! dan-, terima kasih! saya sungguh menikmati hidangan di restoran yang kita kunjungi!" ucapan lembut dengan senyum hangat yang terlampir di bibir Seruni lagi-lagi membuat Panca tak mampu beralih pandang.

Senyuman teduh ini-, kenapa jantungku selalu hilang kendali saat harus mendapati senyum dari bibir mu Seruni?

"E-ee, benarkah? kau sungguh menyukainya?"

"Begitulah-, tapi ..., apa saya terlihat rakus saat makan tadi?" Seruni menatap Panca sepintas dengan kalimat terbata.

"Apa yang kau katakan Runi? aku justru menyukai sikapmu yang apa adanya! kau sungguh berbeda dengan wanita-wanita yang sempat kutemui sebelumnya!" Panca terkekeh, ia mencoba menampilkan ketenangan meski dalam hatinya benar-benar merasa tak karuan.

"Bagaimana bisa? apa Tuan tahu-, saya ini hanya gadis kampung yang kebetulan harus mengikuti suami untuk hidup di kota, saya pikir-, kehidupan kota itu menyenangkan! tapi ternyata-," Seruni menggeleng pelan dan berakhir menunduk memainkan jemarinya.

"Apa kau mencintai Lukas?"

"A-apa?" pertanyaan frontal yang terucap dari lisan Panca seketika membuat Seruni menatap paras sang majikan.

"Apa kau mencintai suami mu, Seruni?"

"Meski menikah karena perjodohan, saya selalu berusaha untuk mencintai mas Lukas dengan sepenuh hati! saya yakin, ikatan pernikahan yang sakral juga suci mampu mengubah hatinya,"

"Bagaimana jika Lukas memiliki wanita lain?"

"Apa maksud Tuan-, mantan pacarnya?" Seruni kembali berujar tanya serta menatap Panca dengan raut wajah polos.

"Entah-, maksud ku! Lukas tak sepenuhnya memiliki sikap yang baik bukan?"

Seruni kembali menghela nafas dalam, ia mengacuhkan sikap Panca yang terus menerus salah tingkah setiap ia menatap ke arah pria berhidung mancung tersebut.

"Menurut Tuan-, apa saya ini membosankan? ibu mertua saya selalu berkata bahwa saya-, terlihat bodoh juga kampungan! apa saya memang terlihat udik Tuan? " Seruni tersenyum getir saat Panca kembali bertemu pandang dengan dirinya.

Panca tersenyum lembut, jemari pria itu perlahan tergerak serta mengusap surai Seruni tanpa ia sadari.

"Jangan dengarkan perkataan ibu mertua mu, Seruni! dalam pandangan mataku, kau justru terlihat seperti berlian!"

Apa maksudnya? kenapa lagi-lagi diriku tak memahami sikap Tuan Panca?

Sorot cahaya yang tiba-tiba menyilaukan pandangan Seruni juga Panca seketika membuat kedua insan itu mengalihkan perhatian,

Mas Lukas?? dia kemari?? dia menjemput ku?

"Tuan-, bisa tolong buka pintunya?" Seruni tersenyum lebar, wanita itu seketika membuka pintu dan keluar dari kendaraan Panca.

"Mas Lukas??"

"Seruni-, aku ingin kau ikut pulang bersamaku untuk beberapa hari! kakek!! dia terus mencari keberadaan mu!"

"Kakek?? apa yang-,"

"Eeehemm!!" Panca akhirnya turut muncul dan berdiri dihadapan Lukas juga Seruni.

"Tuan Panca-, maaf! maaf jika saya telah lancang berkunjung pada jam seperti ini! saya-,"

"Apa kau bersenang-senang, Lukas?" Panca melontarkan kalimat dengan tatapan sinis serta senyum tipis.

"Saya-, ee-iya! saya-,"

"Bagaimana dengan proyek di Moluccas? apa kau berhasil menangani nya? aaaaahhh! ku dengar kau juga seharusnya kembali lebih awal-, tapi kenapa kau meminta izin untuk tetap berada disana hingga genap tiga Minggu??"

"Sebenarnya! saya bisa menjelaskan semuanya Tuan! hanya saja-, saat ini saya harus buru-buru membawa istri saya pergi karena-,"

"Membawa istri mu pergi? lalu agunan apalagi yang akan kau berikan padaku, bukankah urusan kita belum selesai?"

Bagaimana ini? kenapa Tuan Panca mendadak jadi cerewet seperti ini? tidak biasanya dia melontarkan begitu banyak pertanyaan padaku! sialan!!!

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!