NovelToon NovelToon

Perfect Husband

Episode 1 Pengenalan Tokoh

💛

💛

💛

Fabby Alexandrina adalah gadis cantik berusia 25 tahun. Saat ini Fabby tinggal bersama neneknya karena kedua orang tuanya sudah meninggal akibat kecelakaan. Fabby merupakan pewaris tunggal dan sekarang memegang sebuah perusahaan ternama dan terbesar di kota itu.

“Nek, nanti mungkin Fabby akan pulang malam,” ucap Fabby di sela-sela sarapannya.

“Jangan terlalu sibuk Fab, kamu itu harus memikirkan masa depan kamu juga. Ingat, kamu sudah dewasa dan sudah sangat pantas untuk membina rumah tangga,” ucap Nenek Andin.

“Fabby belum kepikiran soal itu nek, nanti saja. Lagi pula Fabby masih ingin mengembangkan usaha Fabby, kalau Fabby menikah, Fabby tidak bisa bebas,” tolak Fabby.

“Fabby, perusahaan kita sudah sangat berkembang terus apa lagi yang mau kamu kembangkan. Kalau terus-terusan memikirkan duniawi, tidak akan ada habisnya. Nenek sudah semakin tua, kalau nenek meninggal bagaimana? Siapa yang akan menjaga kamu?” Nenek Andin memberikan nasihat kepada cucunya itu.

“Nenek jangan bicara seperti itu, Fabby jadi sedih,” ucap Fabby dengan wajah sedihnya.

“Makanya, cari pasangan biar nenek tenang,” sahut Nenek Andin.

“Memangnya nenek pikir, cari pasangan itu gampang? Fabby tidak mau sampai tertipu lagi dan itu membuat Fabby trauma,” ketus Fabby.

“Kalau begitu, bagaimana kalau nenek kenalkan kamu dengan Arga? Dia anak yang sangat baik dan nenek yakin kalau Arga akan bisa menjaga kamu,” ucap Nenek Andin.

“Arga lagi, Arga lagi, apa tidak ada pria lain lagi selain pria yang bernama Arga itu, Nek?” kesal Fabby.

“Coba deh kamu bertemu dulu dengan Arga, nenek yakin kamu akan suka dengannya.” Andin berusaha membujuk cucunya itu.

Fabby melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. “Fabby sudah telat, kalau begitu Fabby berangkat dulu,” ucap Fabby sembari bangkit dari duduknya.

“Jadi kapan kamu mau bertemu dengan Arga?” tanya Nenek Andin kembali.

“Kapan-kapan saja.” Fabby mencium pipi Andin dan segera pergi meninggalkan rumah.

Andin hanya bisa geleng-geleng kepala, entah kenapa cucunya itu selalu saja banyak alasan jika ia menyuruhnya untuk bertemu dengan Arga. Arga adalah pria baik-baik dan sangat sopan, bahkan dia seorang pria yang pekerja keras. Andin sangat berharap jika Fabby mau menikah dengan Arga.

“Astaga, kenapa nenek ingin sekali aku bertemu dengan Arga? Memangnya seperti apa pria itu, sampai-sampai nenek bersikeras ingin menjodohkanku dengannya,” gerutu Fabby.

Dulu Fabby memang sempat mempunyai kekasih, saking cintanya Fabby selalu memberikan apa yang kekasihnya mau. Sampai-sampai kekasihnya diberi jabatan penting di perusahaannya. Namun, justru kekasihnya itu korupsi dan membuat perusahaan Fabby hampir bangkrut bahkan yang lebih menyakitkan lagi, dia selingkuh dengan sahabat Fabby sendiri dan uang hasil korupsi dipakai untuk berfoya-foya dengan wanita itu.

Tidak membutuhkan waktu lama, Fabby pun sampai di kantor dan langsung masuk ke dalam ruangannya. “Bu, ini ada berkas dari PT.SINAR MAJU yang mengajukan kerja sama dengan perusahaan kita, silakan ibu periksa terlebih dahulu,” ucap Poppy yang merupakan sekretarisnya itu.

Fabby mulai membaca berkas itu dengan sangat teliti. “Ini perusahaan yang lumayan cukup besar dan bagus juga, jika kita bekerja sama dengan perusahaan ini, aku yakin akan berjalan dengan lancar,” ucap Fabby.

“Perusahaan itu juga tidak ada catatan hitamnya hanya saja pemilik perusahaannya masih misterius,” sahut Poppy.

Fabby mengerutkan keningnya. “Misterius, maksudnya?” tanya Fabby bingung.

“Selama ini perusahaan itu dipimpin oleh orang kepercayaannya, katanya pemilik perusahaan itu masih berada di luar negeri dan belum kembali,” sahut Poppy.

“Oh, begitu. Ya, sudah kamu urus saja pertemuan aku dengannya,” ucap Fabby.

“Baik, Bu. Kalau begitu, saya pamit dulu.” Poppy pun pamit dan keluar dari ruangan Fabby.

Fabby menyandarkan tubuhnya dengan mata yang terpejam. Lagi-lagi Fabby terngiang-ngiang dengan ucapan neneknya mengenai pria yang bernama Arga. Entah kenapa, akhir-akhir ini dia merasa penasaran dengan pria itu.

“Apa aku setujui saja permintaan nenek untuk bertemu dengan Arga? Aku juga penasaran dengan Arga, seperti apa wajah dia?” gumam Fabby.

Andin sudah sangat sering meminta Fabby untuk bertemu dengan Arga namun Fabby selalu mempunyai alasan untuk menolak. Fabby juga tidak tahu, dari mana neneknya kenal dengan pria yang bernama Arga itu. Yang jelas, terlihat sekali neneknya berharap kalau Fabby mau menikah dengan Arga.

Tiba-tiba ponsel Fabby berdering dan tertera nomor yang tidak dikenal. “Nomor siapa ini?” gumam Fabby.

Fabby langsung mematikan panggilan itu, tapi tidak lama kemudian ponselnya kembali berdering dengan nomor yang sama. “Astaga, ini siapa sih?” kesal Fabby.

Fabby yang merasa kesal karena terus-terusan diganggu akhirnya mengangkat sambungan telepon itu. “Halo! Dengan siapa ini? Jangan main-main ya, aku tidak suka diganggu,” ketus Fabby dengan kesalnya.

“Halo, Fabby, maaf sudah mengganggu, aku Arga. Nenek Andin yang sudah memberikan nomor ponsel kamu kepadaku,” ucap Arga.

Fabby langsung terdiam, bahkan jantung Fabby mulai berdetak tak karuan. Suara pria di ujung telepon sana terdengar sangat berat tapi begitu lembut sampai-sampai bisa membuat jantung Fabby bergetar hebat. Tangan Fabby mulai keringat dingin, sampai-sampai Fabby tersentak kala mendengar suara Arga kembali.

“Halo, apa kamu masih ada di sana, Fabby?” tanya Arga.

“I—iya, ada apa?” sahut Fabby gugup.

“Aku ingin bertemu denganmu, apa kamu ada waktu?” tanya Arga kembali.

Fabby sangat gugup, saking gugupnya dia langsung menutup sambungan teleponnya. Fabby memegang jantungnya yang berdetak tak karuan itu, lalu kembali melihat ponselnya. Fabby mengambil air minum dan meminumnya sampai tandas.

“Astaga, kenapa aku jadi begini? Baru dengar suaranya saja sudah seperti ini, bagaimana kalau bertemu.” Fabby sangat terkejut mendapat telepon dari Arga secara tiba-tiba.

Selama bekerja, Fabby terus saja memikirkan mengenai Arga sampai-sampai dia tidak fokus. “Ah, pria itu benar-benar membuatku gila. Apa aku bertemu saja dengannya? Dari pada aku mati penasaran,” gumam Fabby.

Fabby pun menghubungi neneknya dan meminta untuk mempertemukan dirinya dengan Arga. Andin sangat bahagia dengan permintaan Fabby, namun Fabby meminta bertemu di rumah dan tentu saja Andin langsung setuju. Andin berharap Fabby mau menerima perjodohan dirinya dengan Arga.

Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 malam. “Astaga, aku lupa malam ini aku mau bertemu dengan Arga,” gumam Fabby.

Fabby segera membereskan meja kerjanya dan terburu-buru pulang karena malam ini dia sudah janji akan bertemu dengan Arga. Fabby melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, dia benar-benar sudah sangat penasaran dengan wajah Arga. Fabby sangat tidak sabar ingin cepat-cepat sampai di rumah.

“Astaga, baru kali ini aku benar-benar penasaran dengan seorang pria,” gumam Fabby.

*

*

*

Hallo guys, yuk kencengin lagi like, gift, vote, dan komennya🥰🥰

Episode 2 Fabby Yang Angkuh

Beberapa saat kemudian, Fabby pun sampai di rumah. Fabby keluar dari dalam mobilnya, tapi pada saat dia hendak masuk rumah, dia melihat sebuah motor butut terparkir. Fabby mengerutkan keningnya dan memanggil sekuriti.

“Ini motor butut punya siapa?” tanya Fabby.

“Itu motor tamunya, Nyonya,” sahut sekuriti.

“Tamunya nenek? Jangan-jangan—“

Fabby pun segera berlari masuk ke dalam rumahnya. Pada saat masuk, terlihat Andin sedang berbincang hangat dengan seorang pria yang duduk membelakangi pintu masuk. Perlahan Fabby melangkahkan kakinya menghampiri nenek dan pria itu.

“Fabby, akhirnya kamu pulang juga. Nak Arga sudah menunggu kamu lama, loh,” ucap Nenek Andin.

Pria yang bernama Arga itu bangkit dari duduknya dan seketika membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Fabby. Fabby memperhatikan penampilan Arga dari atas hingga bawah, tidak dipungkiri kalau masalah wajah pria itu memang tampan. Tapi, pada saat Fabby melihat penampilannya, Fabby tampak illfeel.

“Halo, Fabby, perkenalkan nama aku Arga,” ucap Arga sembari mengulurkan tangannya ke arah Fabby.

“Suaranya sama dengan yang aku dengar di telepon tadi, tapi kenapa penampilannya seperti ini,” batin Fabby.

“Fabby, itu Nak Arga ingin bersalaman denganmu,” tegur Nenek Andin.

Fabby tersadar, lalu Fabby pun memilih duduk dengan melewati Arga dan mengacuhkan uluran tangan Arga. Arga mengepalkan tangannya sembari tersenyum, dan Arga pun menarik kembali tangannya. Andin merasa kesal kepada Fabby yang dirasanya sangat tidak sopan.

“Fabby, kamu benar-benar tidak sopan!” bentak Nenek Andin.

“Sudah Nek, tidak apa-apa. Lagi pula siapa aku sampai-sampai ingin bersalaman dengan Fabby,” ucap Arga merendah.

“Maafkan Fabby ya, Nak Arga,” ucap Nenek Andin sungkan.

“Iya, Nek.”

“Silakan duduk, Nak.”

“Baik Nek, terima kasih,” sahut Arga.

“Fabby, ini Arga yang dari dulu ingin nenek kenalkan kepada kamu,” ucap Nenek Andin antusias.

“Nenek kenal di mana dengan dia? Terus, pekerjaan dia apa?” tanya Fabby dengan angkuhnya.

“Aku hanya seorang sekuriti dari yayasan, dan dulu aku bertemu dengan Nenek Andin karena aku sempat bekerja di perusahaan beliau sebagai sekuriti,” sahut Arga dengan ramahnya.

“Apa, sekuriti? Nenek mau jodohkan aku dengan seorang sekuriti?” ucap Fabby tidak percaya.

“Memangnya kenapa kalau Arga seorang sekuriti? Pekerjaan dia halal kok, yang jelas Arga adalah anak yang baik, sopan, dan juga jujur. Dan yang terpenting, nenek yakin kalau Nak Arga bisa menjaga dan membahagiakan kamu,” sahut Nenek Andin.

“Nenek jangan bercanda, kalau masalah menjaga, oke Fabby percaya tapi kalau membahagiakan, Fabby sama sekali tidak yakin. Nenek lupa ya, kalau Fabby itu pewaris tunggal dan pengusaha sukses, mana mungkin Fabby harus menikah dengan sekuriti yang gajinya pun hanya cukup untuk aku makan satu kali di restoran Jepang,” sahut Fabby masih dengan angkuhnya.

“Astaga Fabby, jaga ucapan kamu!” bentak Nenek Andin.

“Tidak apa-apa, Nek. Memang kenyataannya Arga orang miskin, kalau soal materi aku memang tidak akan bisa membahagiakan kamu karena gaji aku sebulan mungkin untuk make-up kamu pun tidak akan cukup, tapi aku bisa membahagiakan kamu dengan cinta aku dan bahkan aku rela mengorbankan nyawaku untukmu,” sahut Arga mantap.

Fabby tersenyum sinis. “Hidup di dunia ini butuh uang Mas, memangnya kamu makan dengan cinta? Jangan banyak menggombal, aku bukan tipe wanita yang mudah digombali.” Fabby bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja membuat Andin sangat geram.

“Fabby, kamu mau ke mana?” teriak Nenek Andin.

“Fabby mau istirahat Nek, capek,” sahut Fabby.

Andin geleng-geleng kepala melihat tingkah cucunya itu, bahkan wajahnya sudah memerah menahan rasa malu di hadapan Arga. “Nak Arga, maafkan Fabby, ya,” ucap Nenek Andin malu.

“Tidak apa-apa, Nek. Tapi sepertinya aku akan sulit sekali untuk mendapatkan cinta Fabby,” sahut Arga putus asa.

Andin menghampiri Arga dan berpindah duduk di samping Arga. Dengan penuh kasih sayang dan senyuman, Andin pun mengusap punggung Arga. Andin sangat berharap kalau Arga akan menjadi cucu mantunya.

“Apa Nak Arga masih mempunyai perasaan cinta kepada Fabby?” tanya Nenek Andin lembut.

“Tentu saja, Nek. Aku sudah menyukai Fabby sejak kecil, bahkan sampai sekarang usia aku menginjak 30 tahun pun, tidak ada satu wanita pun yang bisa menarik perhatian aku kecuali Fabby,” sahut Arga mantap.

“Kalau begitu, nenek minta sama kamu jangan pernah menyerah untuk mendapatkan cinta Fabby karena tidak ada satu orang pun yang nenek percaya untuk menjaga Fabby kecuali kamu. Fabby memang sedikit angkuh, tapi kalau kamu terus mendekati dia, nenek yakin Fabby pun akan luluh juga.” Andin kembali mengusap pundak Arga.

“Tenang saja Nek, aku tidak akan menyerah. 20 tahun aku memendam perasaanku kepada Fabby dan sekarang aku tidak akan melepaskan Fabby begitu saja, aku akan berusaha membuat Fabby jatuh cinta kepadaku,” sahut Arga.

“Baiklah, nenek percaya sama kamu.”

“Aku mau mengucapkan terima kasih karena nenek mau menerima orang miskin seperti aku,” ucap Arga.

“Ish, jangan bicara seperti itu tidak baik. Semua manusia itu sama di mata Allah, jadi kamu jangan merendah dan kamu jangan khawatir karena nenek juga tidak akan tinggal diam,” jelas Nenek Andin.

Arga pun menganggukkan kepalanya. “Kalau begitu, aku pamit pulang dulu, Nek.”

“Kamu tidak mau makan malam dulu di sini? Si bibi sudah masak banyak itu,” ucap Nenek Andin.

“Ah, tidak usah Nek, aku masih kenyang.”

“Ya, sudah kamu hati-hati di jalan. Sekali lagi nenek minta maaf atas kelakuan Fabby.”

“Iya, Nek.” Arga pun mencium punggung tangan Andin dengan khidmat.

Arga memang pria yang sangat sopan, dulu Arga adalah tetangga Andin dan secara diam-diam sering memperhatikan Fabby. Arga tidak berani mendekati Fabby karena Arga sadar, jika dirinya hanyalah seorang anak pemulung. Sejak kecil, Fabby memang sudah terlihat sombong dan manja maka dari itu Arga semakin tidak berani untuk mendekati Fabby.

Perlahan Andin membuka pintu kamar Fabby dan terlihat Fabby sedang memainkan ponselnya. “Fabby,” seru Nenek Andin.

“Nenek.” Fabby segera menyimpan ponselnya dan Andin duduk di hadapan Fabby.

“Kamu kenapa tadi bersikap kasar kepada Arga? Padahal nenek tidak pernah mengajarkan kamu untuk bersikap tidak sopan seperti itu,” ucap Nenek Andin lembut.

“Nek, Fabby pikir yang namanya Arga itu seorang pengusaha juga tapi nyatanya hanya seorang sekuriti,” ketus Fabby.

Andin tersenyum, lalu menggenggam tangan Fabby. “Memangnya kenapa kalau dia sekuriti? Itu pekerjaan halal kok, lagi pula menurut nenek, Arga adalah pria yang cocok untukmu,” ucap Nenek Andin.

“Sekarang Fabby tanya, apa nenek sayang sama Fabby?” tanya Fabby.

“Tentu sayanglah, kenapa kamu malah bertanya hal konyol seperti itu?” sahut Nenek Andin.

“Kalau nenek sayang sama Fabby, tentu nenek akan memberikan hal yang terbaik buat Fabby. Kalau nenek ingin Fabby menikah dengan pria itu, berarti nenek sudah tega membiarkan Fabby hidup susah. Apa lagi kalau semua orang tahu, jika Fabby menikah dengan seorang sekuriti bisa hancur reputasi Fabby,” rengek Fabby.

“Astaga Fabby, nenek tidak akan mungkin membuat kamu susah. Percaya deh sama nenek, kalau Arga adalah pria yang sangat baik,” bujuk Nenek Andin.

Fabby menarik selimut dan merebahkan tubuhnya dengan selimut menutupi seluruh tubuhnya. “Maaf nek, Fabby capek. Bicaranya lanjut besok saja.”

“Ya, sudah nenek pergi tapi nenek harap kamu pikirkan lagi permintaan nenek, karena pria seperti Arga itu susah dicari,” ucap Nenek Andin.

Fabby tidak menjawab ucapan neneknya itu. Andin tahu, kalau Fabby hanya sedang menghindar saja supaya dirinya tidak terus-terusan membicarakan Arga. Andin pun memutuskan untuk keluar dari kamar Fabby dan membiarkan Fabby untuk memikirkan semuanya.

Episode 3 Masa Lalu

Setelah mendengar neneknya keluar dari kamarnya, Fabby pun membuka selimutnya. “Perasaan wajah pria itu tidak asing, aku pernah lihat wajah itu di mana, ya?” batin Fabby.

Sementara itu, Arga mampir ke warung kopi langganannya. “Bu Oneng pesan kopi hitam seperti biasa,” ucap Arga.

“Loh, Mas Arga ke mana saja? Sudah lama tidak mampir ke sini?” tanya Bu Oneng.

“Biasalah Bu, sedang sibuk mengumpulkan uang biar bisa jadi orang kaya,” sahut Arga santai.

“Jangan terlalu keras cari uangnya, harus jaga kesehatan juga.” Bu Oneng memberikan satu gelas kopi hitam beserta gorengan yang masih hangat itu.

“Tenang Bu, aku orang kuat dan tahan banting kok,” sahut Arga.

Oneng hanya tersenyum mendengar jawaban Arga. Arga mulai menyesap kopi hitam buatan Oneng sembari makan gorengan yang rasanya sangat enak menurut Arga. Tatapan Arga menerawang ke arah jalan raya yang saat ini masih padat dengan para pengendara karena memang belum terlalu malam.

“Aku tidak akan menyerah untuk mendapatkan kamu, Fabby. Lihat saja, aku akan bekerja keras supaya kamu mau menikah denganku,” batin Arga.

***

Flash back on...

20 tahun yang lalu....

Sejak kecil Arga memang sudah menyukai Fabby. Dulu, Arga adalah tetangga Andin dan semuanya berawal saat tiba-tiba Andin membawa seorang anak perempuan cantik yang berusia 5 tahun. Arga pada waktu itu sedang memulung botol bekas di depan rumah Andin.

“Cantik sekali, apa anak itu cucunya Nenek Andin?” gumam Arga.

Rumah Arga tidak jauh dari rumah Andin, semenjak dia tahu ada anak perempuan di rumah Andin, dia menjadi sering lewat di depan rumah Andin. Beberapa bulan tinggal di rumah Andin, Arga sering mendengar suara tangisan anak perempuan cantik itu. Hingga suatu saat, Arga lewat rumah Andin, dia dikagetkan dengan anak perempuan itu berlari.

“Fabby, tunggu!” teriak Nenek Andin.

Andin dan beberapa pekerja di rumahnya berlari mengejar anak perempuan itu. “Arga, tolong bantu kejar Fabby, nenek sudah sangat capek,” ucap Nenek Andin dengan napas ngos-ngosan.

“Ba-baik, Nek.” Arga menyimpan karung dan segera mengejar Fabby.

Pekerja di rumah Andin tidak bisa menemukan Fabby karena Fabby berlari sangat kencang. Hingga Arga yang celingukan, melihat sebuah sendal pink di balik semak-semak. Perlahan, Arga menghampirinya dan benar saja, Fabby sedang bersembunyi di sana.

“Pak, ini anak kecilnya ada di sini!” teriak Arga.

Fabby sangat terkejut dengan teriakan Arga, dia hendak kabur lagi namun pekerja Andin berhasil menangkapnya. Fabby menantap tajam ke arah Arga, dia sangat marah karena Arga sudah memberitahukan mengenai keberadaannya. Pekerja Andin, segera membujuk Fabby untuk kembali pulang.

“Dasar orang miskin tidak tahu diri, aku benci sama kamu!” bentak Fabby.

Kata-kata Fabby membuat Arga merasa sakit hati, tapi entah kenapa Arga tidak bisa membenci Fabby. Arga bertanya kepada pekerja Andin, kenapa Fabby selalu nangis setiap hari dan juga kabur kalau tidak ada yang jaga. Ternyata Fabby selalu merengek dan menangis ingin bertemu dengan kedua orang tuanya yang meninggal akibat kecelakaan.

“Kasihan sekali dia,” batin Arga.

Semenjak tahu itu, Arga semakin sering lewat ke depan rumah Andin hanya sekedar untuk melihat Fabby. Bahkan, Arga juga sering masuk ke dalam rumah Andin karena Andin sengaja suka mengumpulkan botol bekas untuk nantinya diberikan kepada Arga. Andin sangat mengenal Arga, dan Andin juga sering menyuruh Arga untuk bermain bersama Fabby namun Fabby tidak mau dan berujung pengusiran.

Menginjak usia remaja, Fabby tumbuh menjadi remaja yang sangat cantik membuat Arga semakin menyukai Fabby. “Hai, pemulung miskin, sini kamu,” panggil Fabby dari balik pintu gerbang.

“Ada apa?” Arga menghampiri Fabby.

“Tolong kamu belikan aku bakso itu, soalnya aku tidak bisa keluar dari rumah ini,” ucap Fabby.

“Oke.”

Tanpa berpikir panjang, Arga pun segera berlari untuk membelikan Fabby bakso yang dia mau. Fabby berteriak ingin memberikan uangnya namun Arga tidak mendengar, hingga akhirnya Arga membeli bakso itu dengan uang hasil dia jualan rongsokan. Setelah mendapatkan baksonya, Arga pun segera memberikannya kepada Fabby.

“Ini, bakso yang kamu mau,” ucap Arga.

“Terima kasih ya, ini uangnya,” ucap Fabby sinis.

“Tidak usah, baksonya sudah aku bayar kok,” sahut Arga.

“Sudah, ini terima saja jangan sok-sok-an beliin aku bakso, aku tahu kamu tidak punya uang.” Fabby memasukan uangnya ke dalam karung rongsokan Arga, lalu dia segera berlari masuk ke dalam rumah.

Sejak kecil, Fabby memang sudah angkuh namun Arga tetap menyukai Fabby. Hingga Fabby pun lulus sekolah dasar dan memutuskan melanjutkan sekolah ke luar negeri dan itu membuat Arga sedih. Bahkan Andin pun ikut pergi juga dan rumah itu dijaga oleh orang kepercayaan Andin.

“Kapan kamu kembali, Fabby? Aku sangat merindukanmu,” batin Arga sembari berdiri di depan gerbang rumah Andin.

Arga pulang ke rumahnya dengan langkah gontai dan sama sekali tidak semangat. Arga melihat celengannya yang sudah hampir penuh itu. Arga memeluk celengan itu dengan sangat erat.

“Aku yakin, kalau aku dan Fabby berjodoh, Allah akan mempertemukan kita dan sekarang aku akan berjuang semoga aku menjadi orang sukses dan bisa memantaskan diri jika bertemu kembali dengan Fabby,” batin Arga.

Semenjak itu, Arga tidak pernah bertemu dengan Fabby bahkan rumah Andin pun dijual. Arga dan kedua orang tuanya pindah ke kota besar, mereka berharap bisa merubah nasib keluarga mereka. Puluhan tahun tidak bertemu, Arga dipertemukan lagi dengan Andin dan setelah beberapa kali bertemu, Andin langsung ingin menjodohkan dirinya dengan Fabby dan itu membuat Arga sangat bahagia.

Flash back off...

Keesokan harinya...

Fabby turun ke bawah dan tidak biasanya Andin tidak ada. “Bi, nenek mana?” tanya Fabby.

“Nenek Andin sedang tidak enak badan, Non. Sekarang beliau sedang istirahat di dalam kamarnya,” sahut Bi Nunung.

“Apa? Nenek sakit?” Fabby sangat terkejut, dia pun hendak menemui neneknya namun ponselnya berdering.

Fabby melihat jika Poppy yang menghubunginya dan menyuruh Fabby untuk segera datang ke kantor karena ada hal penting. “Astaga. Bi, aku harus segera ke kantor nanti bibi tolong buatkan bubur, nanti aku panggilkan dokter pribadi nenek untuk datang memeriksa nenek. Kalau ada apa-apa, bibi segera hubungi aku,” ucap Fabby.

“Baik, Non.”

Fabby pun segera pergi ke kantor dengan perasaan tidak tenang karena harus meninggalkan neneknya yang sedang sakit. Tapi di sisi lain, ada hal penting juga yang harus dia urus dan tidak bisa diwakilkan oleh siapa pun. Fabby pun mengotak-atik ponselnya dan segera menghubungi dokter pribadi neneknya untuk segera datang ke rumah.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!