Bao Jiali yang merasa bosan berdiam diri di rumah, akhirnya memakai baju pria dan pergi keluar untuk berjalan-jalan. Teman masa kecilnya yang bernama Wei Youjin langsung berlari mengejar Bao Jiali sambil berteriak, "Jiali! A Li! Tunggu!" Namun, Bao Jiali mengabaikan teriakannya itu dan dia nekat melompati tembok belakang kediaman mewah ayahandanya dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh.
"Sial!" Wei Youjin akhirnya ikut melompati tembok dengan ilmu meringankan tubuhnya.
Sementara itu, pelayan setianya Bao Jiali hanya bisa menggigit jari di bawah tembok sambil berteriak, "Nona! Jangan pergi! Tuan sebentar lagi pulang! Nona!" Namun, Bao Jiali mengabaikan teriakan pelayan setianya itu.
Wei Youjin berhasil menyusul Bao Jiali dan menarik lengan Bao Jiali sambil bertanya, "Kamu mau ke mana? Ayah kamu, Jenderal Bao, sebentar lagi pulang dari Medan perang. Beliau pasti mencari kamu"
Bao Jiali menarik lengannya lalu menoleh tajam ke Wei Youjin, "Aku cuma ingin mengolahragakan Yangyang"
"Yangyang? Mana Yangyang?" Wei Youjin menoleh ke kanan lalu ke kiri mencari sosok lain selain dirinya dan Bao Jiali dan terus terang dia terbakar cemburu ada nama pria meluncur keluar dari mulut gadis yang dia sayangi selama ini.
"Ini" Bao Jiali mengangkat keranjang kecil yang sedari tadi dia dekap dan terdengarlah suara, krik, krik, krik, krik.
Wei Youjin spontan ingin membuka tutup keranjang kecil itu dan Bao Jiali mendelik kesal sambil menahan tutup keranjang itu.
"Jangkrik?" Wei Youjin mengerutkan kening.
"Iya. Yangyang jagoan dan selalu menang di arena adu jangkrik. Aku akan menemui lawan tangguhnya Yangyang saat ini" Bao Jiali mendekap keranjang kecil yang berisi jangkrik kesayangannya sambil melangkah lebar meninggalkan Wei Youjin.
Senyum lebar terlukis di wajah Bao Jiali dan itu membuat Wei Youjin berlari kecil menyusul Bao Jiali sambil menggeleng-gelengkan kepala dan menghela napas panjang. Gadis cantik yang dia cintai dalam diam selama ini ternyata suka beradu jangkrik.
Wei Youjin terpaksa mengekor langkah Bao Jiali karena dia tidak ingin Bao Jiali terlibat konflik dan terkena masalah di arena adu jangkrik nanti.
"Aku ikuti saja dia daripada berdebat dengannya. Berdebat dengan Jiali tidak mungkin bisa menang yang ada aku dibanting di tanah nanti, Huffftttt!!!" Gumam Wei Youjin sambil melangkah pelan mengekor langkah lebarnya Bao Jiali.
Sementara itu, putra mahkota yang bernama Qin Yichen yang sudah memakai baju biasa tengah mengulet dengan senyum lebar karena dia berhasil keluar dari gerbang istana dengan selamat. "Bagus! Kerja bagus, teman!" Qin Yichen menepuk pundak sahabatnya yang bernama Huang Tongyue dengan senyum cerah ceria seceria siang itu.
Lalu, Qin Yichen menoleh ke pengawal pribadinya, "Chumu, terima kasih kamu bersedia ikut bermain sandiwara bersamaku dan Tongyue tadi, hahahahahaha! kalian hebat"
Pengawal pribadinya putra mahkota hanya bisa bersedekap dan menghela napas panjang.
"Ayo kita harus bergegas ke arena adu jangkrik. Soso sudah tidak sabar ingin melibas habis semua jangkrik hari ini" Ucap Qin Yichen sambil merangkul bahu Tongyue.
Tongyue tersenyum lebar dan balas merangkul Yichen dengan tawan ceria, "Ayo! Aku juga ingin melihat kemampuan Maomao-ku"
Qin Yichen tertawa ngakak lalu berkata, "Kau emang gila, hahahaha! Jangkrik kok dikasih nama Maomao kalau itu kucing, cocok pakai nama Maomao"
"Hahaha! Lha jangkrik aku ini mirip kucing, suka menggigit!" Sahut Tongyue.
"Hahaha! Dasar gila!" Yichen mengangkat jari telunjuknya ke atas sambil ngakak dan Chumu sang pengawal pribadi hanya bisa menggelengkan-gelengkan kepala sambil menghela napas panjang. Dia sudah terbiasa mengikuti kegilaannya sang putra mahkota. Meskipun Chumu tidak pernah bisa menghentikan kegilaannya sang putra mahkota, tapi ia tidak pernah terkena hukuman karena sang kaisar hanya memerintahkannya untuk menjaga dan melindungi sang putra mahkota dari bahaya.
"Itu dia! Soso datang!" Teriak ketua arena adu jangkrik.
Bao Jiali yang menyamar sebagai pria di siang itu dan sudah menunggu cukup lama kedatangannya Soso, langsung menyeringai lebar, "Bagus! Ayo kita mulai adu jangkriknya!"
Qin Yichen duduk di depan meja panjang dan berhadapan dengan Bao Jiali sambil melepas jangkriknya, "Cih! Jangkrik kamu kurus kering begitu. Pasti kalah lawan Soso, hahahahahaha!"
Bao Jiali menggeram kesal lalu menggebrak meja dan berkata, "Jangkrik kamu terlalu gendut dan lihat! Hahahaha! Jalan saja dia sempoyongan. Dia mabuk kayak yang punya. Mabuk di siang bolong, bilang Yangyang-ku kurus kering, cih!!!!"
"Kau........." Qin Yichen mengacungkan jari telunjuknya ke depan dan Tongyue langsung merangkul bahu Yichen sambil berkata, "Tenang! Kita lihat dulu Soso melibas habis jangkrik pemuda tengik itu"
Qin Yichen mendengus kesal dan menghunus tatapan tajam ke pemuda itu.
Bao Jiali juga melakukan hal yang sama.
"Tuh! Lihatlah! Soso hampir menang!" Tongyue tiba-tiba memekik senang sambil bertepuk tangan.
Bao Jiali dan Qin Yichen sontak melihat ke jangkrik mereka.
"Ayo Soso!!!! Gempur terus!!!! Bunuh jangkrik kurus kering itu! Gempur terus Soso!!!!" Teriak Qin Yichen sambil bertepuk tangan.
Wei Youjin yang sedari tadi diam mendadak mengangkat kedua alisnya ke atas dan menarik rahang bawahnya lebar-lebar saat dia melihat Bao Jiali tiba-tiba menepuk mati jangkrik gendut yang bernama Soso.
"Kenapa kau bunuh jangkrik itu, hah?!" Wei Youjin mendelik ke Bao Jiali.
Bao Jiali mengangkat tangannya dari atas tubuh jangkrik gendut itu sambil berkata santai, "Dia hampir membunuh Yangyang-ku"
"Anakku!!!! Huaaaaa!!!!! Anakku mati!!!!! Soso!!!!!" Qin Yichen langsung meraih jangkriknya yang sudah almarhum.
"Kau......." Qin Yichen mengangkat wajahnya sambil menyerahkan jasad jangkrik kesayangannya ke Tongyue. Lalu, pemuda tampan itu merapatkan bibir, menggertakkan geraham dan menunjuk Bao Jiali dengan sorot mata menakutkan, "Bawa sini jangkrik kamu sebagai ganti jangkrikku!" Qin Yichen menekuk-nekuk jari telunjuknya dengan tegas.
"Harusnya kamu berterima kasih padaku" Sahut Bao Jiali dengan santainya.
"Kau .........kenapa aku harus berterima kasih padamu, hah?! Kau bunuh anakku, Soso-ku! Dasar bocah gila!!!! Ayo bawa sini jangkrik milikmu!!!! Cepat!!!!!" Qin Yichen melompat-lompat dengan wajah merah dan mata membulat penuh amarah.
"I....itu....emm, aku menyelamatkan jangkrik kamu dari diabetes. Dia lebih baik mati seperti itu daripada mati digerogoti diabetes, hehehehehe, dia terlalu gemuk" Bao Jiali berkata sambil bergegas memasukkan jangkriknya ke dalam keranjang.
"Diabetes nenekmu peyooottt!!!!! Bawa sini jangkrik kamu!!!!!" Qin Yichen melotot penuh amarah.
"Nenekku sudah meninggal dan beliau meninggal sangat cantik. Nenek kamu, tuh, yang peyot, cih!" Bao Jiali mencebikkan bibirnya.
"Kau...!!!!!" Wajah Qin Yichen meradang merah penuh amarah saat ia menggebrak meja.
Saat lawannya hendak melompat ke arahnya, dengan lincah Bao Jiali berputar badan dan menarik tangan Wei Youjin sambil berteriak kencang, "Lari!!!!!"
Qin Yichen sontak melesat dan berlari kencang di atas meja panjang lalu turun dan melesat keluar dari arena adu jangkrik lalu mengejar pemuda yang sudah lancang membunuh Soso-nya. Qin Yichen mengejar pemuda itu dengan wajah mendidih penuh amarah.
Kejar-kejaran yang sengit itu berakhir di depan bibir hutan terlarang. Hutan Lan Sede. Konon ada siluman naga di dalam hutan itu.
Qin Yichen ditahan lengannya oleh Tongyue. Tongyue langsung berbisik, "Jangan masuk ke sana! Di sana berbahaya"
"Tidak berani ke sini, hah?! Cemen, weeekkkk!!!! Sama kayak Jangkrik kamu, cemen!!!!!!!"
Melihat pemuda yang penuh amarah meledak itu kembali melesat ke arahnya, Bao Jiali sontak berbalik badan dan menarik kembali tangan Wei Youjin sambil berteriak, "Lariiiiiii!!!!"
Wei Youjin yang sedari tadi berlari telah kehabisan napas dan tenaga untuk mencegah langkahnya Bao Jiali masuk ke dalam hutan terlarang itu.
"Kenapa kamu nekat masuk ke sini, A Li? Hutan ini berbahaya" Ucap Wei Youjin dengan nada khawatir.
"Apa yang kita takutkan, hah?! Aku dan kamu pandai beladiri dan mempunyai ilmu yang cukup tinggi" Sahut Bao Jiali.
"Kenapa kita malah lari kalau kita punya ilmu cukup tinggi dan kenapa nggak kita ajak duel aja bocah tadi?" Imbuh Wei Youjin.
"Ah, iya kamu benar" Jiali mengerem laju larinya lalu menoleh ke Wei Youjin, tapi itu hanya sebentar dan Bao Jiali kembali mengajak Wei Youjin berlari kencang saat dia mendengar teriakannya pemuda yang sedari tadi mengejarnya, "Bocah gila!!!!! Di mana kamu?!!!!"
"A Li! Kenapa lari lagi?!" Wei Youjin berteriak kesal.
"Nanggung!" Sahut Bao Jiali dengan santainya dan Wei Youjin hanya bisa menggelengkan-gelengkan kepalanya sambil terus berlari mengikuti arah yang dipilih oleh Bao Jiali.
Setelah berlari cukup lama dan lumayan Jauh, tiba-tiba Bao Jiali mengerem laju larinya sambil memekik girang, "Wah! Ada telaga!" Dan sambil menyerahkan keranjang jangkriknya ke Wei Youjin, dia berkata, "Aku mau mandi dulu!"
"Jiali, jangan mandi sembarangan dan......."
"Balik badan! Aku mau mandi" Bao Jiali melotot ke teman masa kecilnya itu.
"Baiklah. Aku menunggu kamu di seberang danau" Wei Youjin langsung melesat terbang menyeberangi telaga itu sambil mendekap erat keranjang yang berisi jangkrik kesayangannya Bao Jiali.
Setelah melihat Wei Youjin menghilang di seberang danau, Bao Jiali melepas semua bajunya dan hanya mengenakan pakaian dalam. Lalu, gadis cantik jelita tetapi tombol itu melangkah masuk ke dalam telaga.
Qin Yichen nekat menerobos masuk ke dalam hutan Lan Sede dan berhasil lolos dari pengawasannya Chumu. Kenekatannya Qin Yichen membuat Tongyue berteriak ketakutan karena Qin Yichen meninggalkan Tongyue begitu saja di tengah hutan, hutan yang terkenal angker dan banyak binatang buasnya.
"Yichen! Yichen!" Tongyue terus berteriak dengan wajah ketakutan.
Qin Yichen terus melangkah masuk karena dia ingin menangkap pemuda tengik yang sudah mengalahkan dan menghinanya di arena adu jangkrik. Ketika Qin Yichen hampir sampai di telaga biru, telaga indah yang berada di sisi utara hutan tersebut dan airnya konon bisa menyegarkan badan yang letih lesu, ia mendengar suara wanita tengah bersenandung merdu, tapi ia berpikir mungkin ini semua hanya khayalannya saja. Lagi pula, tidak ada perempuan yang bermain di hutan apalagi mandi di telaga petang-petang begini, kan?
Namun, suaranya semakin jelas dan semakin kencang saat Qin Yichen mendekati telaga. Ternyata, ada seorang gadis cantik yang sedang mandi di telaga itu. Qin Yichen terkejut bukan main dan jantungnya berdentum sangat kencang. Qin Yichen memperhatikan rambut hitam panjang perempuan itu, lalu turun ke pundak polos, dan berakhir punggung polos gadis itu. Kulit putih mulus yang sangat bening bak porselen, membuat jakun Qin Yichen baik turun dan seketika itu juga ia kesulitan menelan air liurnya sendiri. Qin Yichen sontak berjongkok dan menyembunyikan dirinya di balik rumput ilalang yang sangat tinggi saat perempuan itu hendak berbalik badan.
Shiiiiitttttt! Dia sangat cantik. Batin Qin Yichen disertai degup jantung yang semakin kencang dan wajahnya tiba-tiba terasa panas.
Kenapa mendadak aku kegerahan begini? Batin Qin Yichen sambil mengipasi wajahnya dengan telapak tangan kiri. Qin Yichen menegang saat dia melihat tetesan air dari rambut basah gadis cantik itu mengalir turun di tengah-tengah gunung kembar. Belahan itu sangat indah dan membuat Qin Yichen sontak menunduk.
Deg, deg, deg, deg.......Jantung Qin Yichen berdegup semakin kencang.
Saat Qin Yichen menunduk, ia melihat tumpukan pakaian di atas sebuah batu besar. Semua pakaian itu membuat Qin Yichen mengernyit dan bergumam lirih, "I.....ini pakaian pemuda yang tadi membunuh Soso dan menghina aku habis-habisan di arena adu jangkrik?"
Qin Yichen kemudian mengangkat pelan wajah tampannya lalu bergumam lirih dengan sorot mata tidak percaya, "Di......dia pemuda itu? Shiiiiitttttt!!!!! Dia menipuku dan menyamar menjadi pemuda. Cih! dasar gadis brengsek!" Qin Yichen berbisik pada dirinya sendiri sambil mengacung-acungkan jari telunjuknya ke depan lalu pemuda tampan itu melesat mundur sambil membuang tumpukan pakaian yang ada di atas batu besar ke sembarang arah.
Qin Yichen berjalan tegak ketika dia sudah berada di jarak yang cukup jauh dari telaga biru. Huang Tongyue, sahabatnya Qin Yichen sedari kecil langsung menyambut Qin Yichen dengan tanya, "Akhirnya kita ketemu, lho, kamu kenapa?"
"Apa? Kenapa?" Qin Yichen refleks menyentuh pipi kanannya.
"Wajah kamu merah banget. Kamu habis disengat lebah, ya? Sini aku olesi salep. Aku selalu bawa aneka salep kalau masuk ke hutan ini.
Qin Yichen menepis kasar telunjuk Huang Tongyue yang penuh dengan salep sambil menggeram kesal lalu melangkah lebar meninggalkan Huang Tongyue. Huang Tongyue sontak berlari menyusul Qin Yichen dan di saat itulah Chumu muncul di hadapannya Qin Yichen.
"Yang Mulia" Chumu membungkukkan badannya lalu berkata, " Yang Mulia, kita harus segera kembali ke istana. Sebentar lagi jamuan makan malam"
"Hmm" Sahut Qin Yichen sambil melangkah lebar mendahului Chumu dan Tongyue. Benak Qin Yichen dipenuhi bayangan rambut hitam panjang yang indah dan tampak basah, lalu belahan dada dan kulit mulus gadis yang tadi dia lihat mandi di pinggiran telaga biru, membuat napas Qin Yichen menderu panas.
Cleguk! Qin Yichen kembali kesulitan menelan air liurnya sendiri dan kembali kegerahan dengan debaran jantung yang semakin kencang.
"Shiiiiitttttt!" Berkali-kali Qin Yichen mengumpat dan meraup kasar wajah tampannya karena bayangan liar itu masih melekat erat di benaknya.
"Hei! Yichen! Kamu nggak jadi mengejar bocah tengik yang sudah membunuh Soso?" Tanya Tongyue saat Qin Yichen melompat naik ke atas kuda. Kuda itu kiriman dari anak buahnya Chumu.
"Tidak usah" Sahut Qin Yichen dan dia tidak jadi melompat naik ke atas kudanya. "Kita balik saja ke istana"
"Kalau begitu biar aku saja yang membalaskan dendamnya Soso"
Qin Yichen langsung menahan lengannya Tongyue dan menggeram, "Aku bilang tidak usah!"
"Tapi, kenapa? Baru kali ini aku temukan kamu memaafkan orang begitu saja. Dulu saja, ya, ada orang mengalahkan jangkrik kamu sebelum Soso, kamu patahkan tangan orang itu kenapa kali ini kau maafkan begitu saja?" Tanya Tongyue dengan kerutan di keningnya.
Alih-alih menjawab pertanyaannya Tongyue, Qin Yichen justru melamun. Dia kembali membayangkan keindahan yang dia lihat di telaga biru tadi.
Sial! Kalau Tongyue masuk ke dalam dan menemukan telaga itu, Tongyue bisa melihat kemolekan tubuh dan kecantikan gadis itu. Cih! Nggak rela aku ada pria lain melihat kemolekan dan kecantikan gadis itu meskipun itu Tongyue. Batin Qin Yichen.
"Hei!" Tongyue melambaikan telapak tangannya di depan wajah tampan sahabat baiknya itu.
Qin Yichen tergagap dan sontak menyemburkan, "Apa?!"
Tongyue berjingkat kesal, "Eh, malah apa?! Kamu perhatikan tidak ucapanku tadi?"
"Tidak karena tidak penting" Qin Yichen melompat naik ke kuda lalu menunduk ke Tongyue, "Kita tinggalkan saja bocah tengik itu di hutan"
Tongyue ikut melompat ke kudanya dan berkata, "Terserah kamu lah! Lagipula dia juga tidak mungkin keluar dari dalam hutan itu dengan selamat. Karena nggak ada satu orang pun yang pernah meninggalkan hutan itu dalam keadaan hidup"
Qin Yichen mencekal lengan Tongyue dengan wajah panik, "Apa maksud kamu?"
"Tuan Muda Tongyue benar, Yang Mulia. Di dalam hutan ada siluman naga dan konon dia suka memakan manusia. Untung saja kita tidak terlalu dalam masuk ke dalam hutan tadi dan kita beruntung karena bisa keluar dari dalam hutan dengan selamat tadi. Tapi, tidak semua bisa beruntung seperti kita, Yang Mulia" Ucap Chumu.
Qin Yichen melepaskan lengan Tongyue lalu memutar kudanya sambil berteriak, "Kalian balik dulu ke istana. Aku ada urusan penting"
Chumu sontak memutar kudanya dan mengikuti putra mahkota. Sedangkan Tongyue hanya bisa garuk-garuk kepala di atas kuda sambil menghela napas panjang.
"Tidak! Jangan sampai dia dimakan siluman naga. Aku akan menolongnya keluar dari dalam hutan" Gumam Qin Yichen sambil menghentak perut kudanya agar kuda kesayangannya itu berlari lebih kencang lagi dan lagi.
Sementara itu, Bao Jiali tengah uring-uringan sambil mencari dan memungut bajunya , "Dasar brengsek! Siapa orang yang sudah berani membuang baju-bajuku ke sembarang arah" Gadis cantik jelita yang suka sekali menyamar menjadi seorang pria itu kemudian mendekap tubuhnya sendiri setelah dia selesai memakai semua bajunya. Lalu, putri pertama Jenderal Bao itu menoleh ke kanan dan ke kiri sambil bergumam lirih, "Apa tadi ada orang mengintip pas aku mandi?" Gadis remaja yang masih berumur lima belas tahun dan sangat tomboy itu kemudian menggelengkan kepala, "Tidak, tidak! Mana mungkin ada orang di sini. Ini hutan terlarang dan tidak ada orang yang berani masuk ke hutan ini apalagi sampai ke telaga ini" Lalu, Bao Jiali melesat ke seberang telaga dengan ilmu meringankan tubuhnya dan setelah kakinya mendarat di atas rumput liar, dia menepuk bahu Wei Youjin.
Wei Youjin tersentak kaget dan sontak berbalik badan, "Sudah selesai mandinya?"
"Hmm. Yuk, kita pulang!"
Namun, alih-alih melangkah, Wei Youjin justru menarik tangan Bao Jiali sambil berbisik, "Menunduk sekarang!"
Bao Jiali sontak berjongkok dan menunduk lalu menoleh tajam ke Wei Youjin sambil berbisik, "Ada apa?"
"Lihatlah ke depan!" Wei Youjin berbisik sambil menunjuk dagu ke depan.
Bao Jiali menegakkan sedikit kepalanya, "Hah?!"
Wei Youjin refleks menutup mulut Bao Jiali yang ternganga lebar sambil menggeram, "Jangan berisik!"
Bao Jiali menarik tangan Wei Youjin lalu menoleh ke sahabatnya itu sambil berbisik, "Jadi itu penampakan siluman naga? Warnanya putih dan besar sekali lalu yang besar itu lebih besar lagi"
Wei Youjin mengangguk-angguk lalu berbisik, "Aku rasa naga yang putih itu penunggu hutan ini dan naga hitam itu tamu tak diundang"
Bao Jiali lalu menarik tangan Wei Youjin dan mengajak sahabatnya itu melesat mundur.
Wei Youjin mendelik ke Bao Jiali sambil menyemburkan, "Aku pengen lihat pertempuran dua naga itu sampai selesai, A Li, kenapa kau tarik mundur aku?"
"Kurang kerjaan banget lihat dua naga duel. Kamu mau kena semburan napas api mereka? Atau jadi sandera mereka dan dimakan hidup-hidup besok pagi, hah?!" Ucap Bao Jiali sambil terus mengajak Wei Youjin berlari dengan ilmu meringankan tubuh mereka.
Wei Youjin akhirnya menyerah kalah dan Hanya bisa menghela napas panjang.
Belum jauh laju larinya Bao Jiali dan Wei Youjin, mereka mendengar suara rintihan dan akhirnya mereka menemukan seorang pria berparas sangat tampan dengan busana serba putih, bersandar di pohon dengan kondisi lemas tak berdaya
Bao Jiali menarik tangan Wei Youjin untuk melesat terbang ke pria itu.
"Kau mau apa, A Li?" Tanya Wei Youjin saat dia melihat Bao Jiali berjongkok di depan pria tampan berbusana serba putih itu.
"Tentu saja mengobatinya. Jaga baik-baik Yangyang! Aku akan obati dulu pria ini" Bao Jiali menjejalkan keranjang jangkriknya ke lengan Wei Youjin.
Wei Youjin hanya bisa menghela napas panjang dan membiarkan Bao Jiali mengobati pria itu.
Pria tampan itu membuka mata, "Kamu siapa?" Tanya pria tampan itu saat Bao Jiali membalut luka di pahanya dengan saputangan. Meskipun sering menyamar sebagai laki-laki, tapi Bao Jiali selalu membawa saputangan wanita karena saputangan itu buatan ibundanya.
"Saya Bao Jiali. Saya tidak akan melukai Anda. Saya akan mengobati Anda"
"Hah?! Kamu ini seorang pemuda tampan kenapa memiliki nama seperti nama perempuan?" Tanya pria tampan itu.
Bao Jiali sontak membeku lalu perlahan dia menatap pria tampan itu.
Wei Youjin langsung menyahut, "Dia sebenarnya perempuan tapi dia suka sekali menyamar jadi laki-laki. Saya rasa otaknya agak konslet"
Bao Jiali mendelik tajam ke Wei Youjin dan Wei Youjin meringis sambil mengelus tengkuknya.
Pria tampan itu tertawa pelan lalu berkata, "Namaku Bai Long. Terima kasih sudah mengolesi obat dan membebat luka di pahaku lalu memberiku pil ini. Aku tidak akan melupakan kebaikan kalian, emm, kalau kamu laki-laki tulen, kan?" Tanya Bai Long ke Wei Youjin sambil memasukkan pil pemberian dari Bao Jiali ke dalam mulutnya.
"Tulen, dong" Sahut Wei Youjin.
"Siapa nama kamu?" Pria tampan yang mengaku bernama Bai Long itu tersenyum sopan.
"Oh, nama saya Wei Youjin"
"Senang bertemu dan berkenalan dengan kalian, Youjin, Jiali"
"Sama-sama" Sahut Bao Jiali dan Wei Youjin secara bersamaan.
Lalu, Bao Jiali bangkit berdiri dan pamit, "Maaf, kami harus segera pulang. Sudah hampir gelap"
"Baiklah hati-hati di jalan" Sahut pria tampan yang mengaku bernama Bai Long itu.
Bao Jiali dan Wei Youjin lalu melesat terbang dengan ilmu meringankan tubuh yang mereka kuasai tepat di saat Qin Yichen sampai di depan mulut hutan.
Qin Yichen mendongak ke atas dan bergumam lega, "Syukurlah dia sudah keluar dari dalam hutan dalam keadaan selamat"
Qin Yichen lalu memutar kembali kudanya tepat di saat Chumu sampai di dekatnya. Chumu sontak memutar kembali kudanya dan berteriak, "Yang Mulia! Kenapa balik lagi?!"
Chumu menyentak perut kudanya agar bisa berlari kencang menyusul laju lari kuda sang putra mahkota.
Qin Yichen berteriak dengan santainya, "Aku hanya ingin mencoba laju larinya Si blacky apakah masih kencang seperti biasanya!"
Chumu terkekeh geli dengan sendirinya lalu menggelengkan kepalanya sambil bergumam, "Anda memang seperti itu, Yang Mulia. Suka sesuka hati tapi Anda sesungguhnya memiliki hati yang baik dan lembut. Anda akan menjadi Kaisar yang dicintai oleh rakyat nanti"
Qin Yichen kembali ke Tongyue dan anak buahnya Chumu dengan senyum lebar dan wajahnya memerah saat dia berbisik di dalam hatinya, dia gadis pemberani, cantik, dan tangguh. Aku lega dia bisa keluar dari dalam hutan itu dengan selamat, dan aku berharap aku bisa bertemu dengannya lagi. Oh, dewa-dewi yang baik, tolong pertemukan lagi aku dengannya dan angin, tolong sampaikan salamku padanya"
Setelah putra mahkota kembali berada di tengah mereka, Tongyue, Chumu, anak buahnya Chumu, memacu kuda mereka agar berlari kencang menuju ke gerbang depan istana.
Setelah Bao Jiali dan Wei Youjin tidak terlihat, pria yang bernama Bai Long itu meminum pil kedua pemberian dari Bao Jiali, pelayannya tiba-tiba muncul dan bertanya, "Yang Mulia Kaisar Naga Putih, kenapa Anda membiarkan begitu saja manusia itu pergi dari dalam hutan ini?"
"Karena mereka temanku dan sepertinya aku menyukai gadis yang bernama Bao Jiali itu. Nanti cari tahu di mana tempat tinggalnya"
"Baik, Yang Mulia" Sahut pelayannya pria tampan itu.
Bai Long kemudian berubah menjadi seekor naga putih dan anak buahnya pun ikut berubah menjadi seekor naga hitam yang kecil lalu keduanya melesat ke awan.
Dan apa yang terjadi setelah sang putra mahkota berhasil mendarat manis di dalam istana?
"Aduh, aduh! Ibunda berhenti! Jangan pukul lagi!" Qin Yichen naik ke atas meja dan berteriak ke ibundanya yang masih memegang kemoceng dan mengacungkan kemoceng itu ke atas.
Wajah ibundanya Qin Yichen merah padam dan tampak terengah-engah,"Kamu dari mana saja, hah?! kenapa bisa telat ke perjamuan makan kerajaan? Kamu membuat ibunda malu dan Ayahanda kamu, Ayahanda kamu.........."
"Aku kenapa?"
Qin Yichen langsung melompat turun dari atas meja dan langsung memeluk ayahandanya, "Huaaaaa!!!!! Ayahanda selamatkan Yichen! Ibunda memukuli pantat Yichen terus dari tadi, huaaaaa!!!!!!"
Yang Mulia Kaisar tertawa terbahak-bahak saat permaisurinya kembali memukul pantatnya Qin Yichen sambil berteriak, "Dasar anak manja! Ini karena Yang Mulia sangat memanjakannya"
"Aduh! Sakit Ibu!" Qin Yichen mengusap pantatnya berulangkali.
"Sudah-sudah. Jangan pukul lagi putra tampan kita"
Qin Yichen mencium pipi ayahandanya dan berkata, "Ayahanda memang yang terbaik di dunia ini"
Yang Mulia Kaisar kembali tergelak geli.
"Yang Mulia! Jangan memanjakannya terus! Dia sudah berumur dua puluh tahun. Dia harus belajar bertanggung jawab dan tidak keluyuran terus tiap hari!" Pekik ibundanya Qin Yichen.
"Baik, baik. Sekarang aku menuruti kemauan kamu, Permaisuriku tercinta"
"Malam hari ini juga dia harus berangkat ke akademi militernya Jenderal Bao!" Pekik ibundanya Qin Yichen.
"Apa?! Ayahanda! Aku tidak suka akademi itu. Aku tidak mau pergi, Ayahanda, hiks, hiks" Qin Yichen memeluk erat tubuh ayahandanya.
Saat Kaisar ingin membuka mulut untuk menyelamatkan Qin Yichen, permaisuri langsung menyemburkan, "Kalau malam ini putra kita tidak berangkat ke akademi militernya Jenderal Bao, maka saya akan mogok makan selama berhari-hari"
Kaisar akhirnya memeluk erat Qin Yichen dan berkata, "Maafkan Ayahanda Yichen, kali ini Ayahanda memihak Ibunda kamu, hiks, hiks"
Akhirnya Qin Yichen berangkat ke akademi militernya Jenderal Bao malam itu juga dengan ditemani Tongyue dan Chumu.
Lalu, apa yang terjadi di kediamannya Jenderal Bao?
"Apa?! Ayah belum jadi pulang dan belok ke akademi militernya?" Tanya Bao Jiali ke ibundanya setelah gadis cantik itu mandi dan memakai baju perempuan.
"Iya" Sahut ibundanya Bao Jiali sambil mengusap lembut rambut indah putri cantiknya.
Wah! Sepertinya malam ini kesempatanku untuk bisa pergi ke akademi militernya Ayah. Sudah sejak lama aku ingin belajar di sana. Mumpung Ayah tidak pulang dulu. Ya, aku akan pergi ke sana dan belajar di sana. Aku, kan, ingin jadi jenderal besar seperti Ayah. Oke, malam ini aku akan menyamar lagi menjadi laki-laki dan malam ini juga aku akan pergi ke akademi militernya Ayah. Batin Bao Jiali dengan senyum lebar dan senang menggebu-gebu.
Akhirnya Bao Jiali dan Wei Youjin sampai di akademi militer tepat di saat Jendral Bao dan guru-guru yang lain naik ke podium. Sedangkan Qin Yichen sampai di akademi militer tepat di saat Jendral Bao memberikan instruksi dan pengarahan terkait tata tertib di akademi militer. Jenderal Bao menghunus tatapan tajam ke putra mahkota dan berkata, "Di akademi militer semuanya memiliki kedudukan yang sama. Tidak peduli itu anak bangsawan, anak menteri, anak jenderal bahkan putra mahkota sekalipun. Kalau terlambat datang maka harus dihukum. Kamu!" Jenderal Bao menunjuk Qin Yichen.
Qin Yichen tersentak kaget dan menunjuk dadanya sendiri, "Saya?"
"Iya! Sekarang juga lari lima puluh putaran mengelilingi lapangan ini bersama teman-teman kamu"
"Tapi, saya ini adalah putra mah........"
"Aku tidak peduli! Kau tidak dengar ucapanku barusan, hah?! Kita semua memiliki kedudukan yang sama di akademi militer ini. Kalau melanggar peraturan harus dihukum. Sekarang lari lima puluh putaran, cepat!"
Qin Yichen mendengus kesal dan bergeming.
Jenderal Bao melotot tajam, "Aku hitung sampai tiga kali, kalau masih belum lari juga maka aku akan mengirim kamu ke kandang buaya dan........"
Mendengar kandang buaya, Qin Yichen sontak berlari lalu Chumu dan Tongyue bergegas mengekor laju larinya Qin Yichen.
Saat Qin Yichen dan teman-temannya sudah berlari sebanyak dua puluh putaran, semua siswa sudah berada di kamar mereka masing-masing. Bao Jiali tersenyum lebar karena dia berada di kamar sendirian.
"Wah! Aku beruntung sekali bisa memiliki kamar ini sendiri tanpa teman. Kalau sekamar berdua seperti yang lainnya, bisa mampus aku. Aku, kan, perempuan, masak iya satu kamar dengan laki-laki"
Bao Jiali berjingkat kaget saat pintu kamar dibuka dan dia berhadapan dengan Qin Yichen.
Keduanya sontak saling tunjuk dan berteriak dengan saling melemparkan sorot mata tajam, "Kamu?!!!!!"
Di sebuah kamar yang berada paling ujung, Tongyue tengah meluapkan kekesalannya ke Chumu, "Kau lihat tadi? Kenapa Yichen langsung berlari saat dia mendengar kandang buaya? Dia, kan, buaya, kenapa takut sama kandang buaya?"
Chumu hanya diam lalu melompat naik ke kasur.
Tongyue duduk di tepi ranjangnya sendiri dan kembali melanjutkan keluh kesahnya, "Hei! Kamu dengar aku ngomong, nggak? Yichen udah bikin kita kehabisan napas dan hampir mampus. Lari lima puluh kali mengitari lapangan luas dan........."
Chumu memunggungi Tongyue sambil berkata, "Kalau hampir mampus maka tidurlah dan jangan ngoceh terus!"
"Sial! Kamu dan Yichen sama-sama gila!" Tongyue mendengus kesal lalu naik ke kasur.
Dan di kamar yang berada di dekat lapangan besar, sang putra mahkota tengah mengangkat kedua alisnya ke atas dan menarik rahang bawahnya selebar-lebarnya.
Wajah Qin Yichen tampak kesal dan kaget. Namun, di hati remaja tampan itu berteriak bahagia, yes! aku bertemu lagi dengannya secepat ini. Makasih dewa dan angin yang sudah menyampaikan salamku untuknya.
Sementara Bao Jiali sontak mengomel, "Kenapa kau masuk ke kamar ini seenaknya, hah?! Keluar!"
Alih-alih keluar, Qin Yichen melangkah santai ke ranjang yang ada di dekat pintu masuk dengan wajah tengil lalu meletakkan buntelan besar yang berisi baju, ke atas kasur sambil menggoyang-goyangkan wajah tengilnya.
Bao Jiali menunjuk kesal ke Qin Yichen sambil berteriak, "Keluar!"
Qin Yichen terkekeh geli lalu berkata, "Ini kamarku juga. Kenapa aku harus keluar?" Remaja tampan itu kemudian melompat ke atas kasur dengan masih memakai sepatunya.
Bao Jiali berteriak, "Kau......kau........"
Qin Yichen dengan santainya merebahkan diri dan menopang kepalanya dengan dua telapak tangan lalu menoleh santai ke Bao Jiali dan bertanya dengan senyum jahil, "Apa? Aku kenapa?"
"Kenapa naik ke kasur tanpa lepas sepatu?"
"Ini kasurku. Suka-suka aku, dong"
"Eh! Kenapa aku jadi ngebahas sepatu?" Bao Jiali menepuk sendiri jidatnya dan itu membuat Qin Yichen mengulum bibir menahan geli.
Dia lucu juga ternyata. Batin Qin Yichen ngakak.
"Kenapa ketawa?! Keluar!" Bao Jiali menunjuk pintu dengan mata melotot ke Qin Yichen.
Qin Yichen melompat bangun dan langsung turun dari atas ranjang. Lalu, dia berkata dengan wajah seolah tanpa dosa, "Seharusnya kita berkenalan dulu karena di perjumpaan pertama kita, kita belum sempat berkenalan. Namaku Qin Yichen. Nama kamu siapa?"
"Keluar!" Bao Jiali menghentakkan kaki kanan ke lantai dan menggeram kesal.
"Ish! Jangan marah-marah terus! Cepat tua nanti" Qin Yichen berucap sambil duduk di tepi ranjang untuk melepas sepatunya.
Bao Jiali melangkah ke depan lalu mencekal pergelangan tangan kiri Qin Yichen dan Qin Yichen balas menarik tangan Bao Jiali. Gadis tomboy itu melotot kaget saat dia menemukan dirinya terjatuh di atas pangkuan laki-laki yang sangat dia benci saat ini.
Qin Yichen berbisik di telinga Bao Jiali saat gadis tomboy yang tengah menyamar menjadi laki-laki itu masih membeku kaget, "Nyaman banget ya pangkuanku?"
Bao Jiali langsung bangkit berdiri dan menatap Qin Yichen dengan wajah merah penuh amarah. Gadis tomboy itu mulai melompat-lompat kesal sambil berteriak kencang, "Keluar! Cepat keluar!"
Alih-alih terganggu dengan teriakannya Bao Jiali, Qin Yichen justru mendengarkan pandangannya ke seluruh kamar dan remaja tampan itu menyeringai lebar saat dia menemukan keranjang jangkrik. Remaja tampan itu kemudian bergulir di atas ranjangnya lalu melompat ke keranjang jangkrik.
Bao Jiali membeliak kaget saat dia melihat keranjang jangkriknya didekap laki-laki menyebalkan itu. Putri pertama Jenderal Bao itu kemudian berteriak, "Taruh kembali keranjangku!"
Alih-alih meletakkan kembali keranjang jangkrik itu, Qin Yichen justru mendekapnya dan berkata sambil menatap Bao Jiali dengan wajah penuh senyum, "Katakan dulu siapa nama kamu"
Bao Jiali mendengus kesal lalu melompati kasur dengan ilmu meringankan tubuhnya untuk merebut keranjang jangkriknya. Namun, Qin Yichen berhasil menghindar dan melesat keluar.
Bo Jiali membeliak kaget lalu melesat keluar sambil berteriak, "Jangan bunuh Yangyang!"
Bao Jiali sampai di depan pintu kamar dan dikejutkan dengan tatapan banyak orang. Semua siswa keluar dari kamar mereka masing-masing saat mereka mendengar keributan di kamar ujung yang berada paling dekat dengan lapangan.
Bao Jiali spontan naik ke punggung Qin Yichen untuk merebut keranjang jangkriknya dan dia mengabaikan tatapan banyak orang. Gadis tomboy itu nekat menggigit telinga Qin Yichen saat laki-laki itu melepaskan jangkriknya dan jangkriknya Bao Jiali, si Yangyang, sudah melompat jauh dan menghilang.
"Aaaaaa!!!!" Qin Yichen berteriak kesakitan dan sontak mengibaskan badan Bao Jiali ke kanan lalu ke kiri sampai Bao Jiali terjatuh di atas lantai dalam posisi terduduk.
Seorang guru datang saat Bao Jiali bangkit berdiri dan hendak menerkam Qin Yichen.
Melihat ada guru datang, semua siswa serentak masuk ke dalam kamar mereka masing-masing karena mereka tidak ingin terkena hukuman.
"Apa yang kalian ributkan?"
Bao Jiali dan Qin Yichen sontak bersikap sempurna lalu saling tunjuk, "Dia yang mulai, Guru"
"Push up dua puluh kali sekarang juga!"
Bao Jiali menepuk punggung Qin Yichen sambil berkata, "Buruan push up!"
Qin Yichen mendelik ke Bao Jiali sambil memposisikan dirinya untuk push up.
"Kamu juga!"
"Saya?" Bao Jiali menunjuk dirinya sendiri.
"Iya, kamu! Cepat push up!"
"Tapi, saya tidak melakukan kesalahan apapun, Guru. Dia yang........"
"Kalian satu kamar. Kalau salah satu dari kalian membuat masalah dan melanggar peraturan juga ketertiban di akademi ini, maka semuanya harus dihukum. Cepat push up!"
Bao Jiali mendengus kesal lalu memposisikan dirinya untuk siap melakukan push up.
Qin Yichen sontak tertawa geli dan langsung mendapatkan bentakan dari gurunya, "Jangan tertawa! Kalau tertawa akan aku tambah hukumannya!"
"Jangan ditambahi hukumannya, Guru! Saya akan serius kali ini" Sahut Qin Yichen dengan cepat.
Qin Yichen tidak menginginkan ada penambahan hukuman dan dia benar-benar bersikap serius karena dia tidak tega melihat teman sekamarnya push up lebih dari dua puluh kali.
Dia perempuan. Mana tega aku melihat dia melakukan push up lebih dari dua puluh kali. Batin Qin Yichen.
Setelah menyelesaikan hukuman mereka dengan sempurna, Bao Jiali yang tampak lemas langsung dibantu berdiri oleh Qin Yichen. Namun, bukannya berterima kasih, Bao Jiali justru menarik lengannya sambil mendelik dan menyemburkan, "Jangan sentuh aku!"
Qin Yichen melepaskan lengan Bao Jiali dengan semburan kesal, "Aku bantuin berdiri bukannya berterima kasih malah melotot, cih!"
Bo Jiali sontak mengarahkan bogem mentahnya ke Qin Yichen, "Kau........"
"Berhenti! Masih kurang hukumannya, hah?!"
Teriakan guru mereka membuat Bao Jiali dan Qin Yichen sontak mematung dengan sikap sempurna.
"Masuk ke kamar sekarang juga dan tutup pintunya dan jangan ribut lagi! Cepat!"
Bao Jiali dan Qin Yichen sontak berlari masuk ke dalam kamar dan Qin Yichen menutup pintu kamar.
Saat Qin Yichen berbalik badan, dia melihat Bao Jiali berlari kecil menuju ke kamar mandi sambil mendekap baju tidur.
"Kamu mau ke mana?"
Bao Jiali mengerem langkahnya lalu berbalik badan untuk mendelik dan berkata, "Mau piknik!"
"Hah?! Beneran mau piknik? Aku ikut, dong!"
Qin Yichen menyeringai lebar dan berlari kecil ke Bao Jiali.
"Berhenti!"
Qin Yichen mengerem langkahnya dengan masih memamerkan deretan gigi putihnya.
"Dasar gila! Aku mau ganti baju ngapain ikut?!"
"Lho, katanya mau piknik"
"Dasar gila! Siapa yang mau piknik malam-malam begini, Hufftttt!"
"Ngapain ganti baju ke kamar mandi? Kita sama-sama laki. Kamu bisa ganti baju di sini" Ucap Qin Yichen sambil melepas baju lapisan pertamanya.
Bao Jiali sontak berbalik badan sambil berteriak, "Kenapa kamu buka baju sembarangan!"
"Kenapa? Kita sama-sama laki, kan? Kenapa mesti malu?" Sahut Qin Yichen dengan seringai lebar.
Mampus, kan, kamu, hahahahaha! Salah sendiri kenapa menyamar jadi laki-laki segala. Batin Qin Yichen.
"Aaaaaa!!!!! Dasar gila!!!!!!" Bao Jiali berlari kencang ke kamar mandi sambil berteriak kesal dan Qin Yichen tidak bisa lagi menahan tawanya.
Namun, Qin Yichen sontak menghentikan tawanya saat dia melihat siluet tubuh teman sekamarnya. Siluet itu sontak membuat Qin Yichen merasa kegerahan. Remaja tampan Itu kemudian berbalik badan lalu melompat ke ranjang dan memunggungi ranjang teman sekamarnya dengan degup jantung abnormal.
Sial! Dewa kau sangat tidak adil. Aku memang meminta bertemu lagi dengannya tapi, ya, tidak begini juga keadaanya. Satu kamar dengannya selama setahun..........hufttttt! Aku bisa sesak napas dan terkena serangan jantung dadakan, huuufftt! Sabar, sabar! Batin Qin Yichen.
Bao Jiali kembali ke ranjangnya dan dia melihat punggung teman sekamarnya. Kemudian dia bertanya, "Kamu sudah tidur?"
Qin Yichen yang masih membuka mata hanya diam membisu dan tidak menyahut.
"Syukurlah kalau sudah tidur. Aku bisa tidur tenang" Bao Jiali kemudian merebahkan diri dan tidak lama kemudian dia tertidur lelap.
Setelah mendengar dengkuran halus, Qin Yichen membalik badannya lalu dia bangun untuk menyelimuti Bao Jiali.
Qin Yichen bergumam sangat lirih, "Dasar bodoh! Cuaca dingin begini bisa-bisanya kamu tidur pulas tanpa selimut"
Setelah menyelimuti Bao Jiali, Qin Yichen kembali ke ranjangnya lalu tidur miring dan menyusupkan kedua telapak tangannya di bawah pelipisnya.
Qin Yichen terus menatap wajah teman sekamarnya.
Dia memiliki bulu mata yang lentik, kulit yang putih, rambut yang indah, hidung dan bibir yang sempurna. Dia juga memiliki lekuk tubuh yang sangat indah. Dia sangat cantik. Tapi, kenapa dia suka sekali menjadi laki-laki? Batin Qin Yichen sambil terus menatap wajah teman sekamarnya.
"Aku belum tahu siapa namanya? Ah, besok pasti aku tahu siapa namanya" Gumam Qin Yichen lirih sambil terus menatap wajah teman sekamarnya tak berkedip.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!