NovelToon NovelToon

Mencari Aku, Menemukan Kamu

Rasa Benci

...----------------...

^^^Bisa temenin ke sekolah? Nganter berkas buat OSIS^^^

^^^✓✓8.12 AM^^^

Human

Sekarang?

8.12 AM ✓✓

^^^Menurut Lo?^^^

^^^✓✓8.14 AM^^^

Human

Oke, Aku otw sekarang

8.14 AM ✓✓

Human

Tunggu sebentar. Pake baju

8.16 AM ✓✓

...----------------...

Asami menghela napas. Kalo bukan karena masih belum terbiasa naik sepeda motor sendiri, Asami enggan sekali minta bantuan ke kontak bernama 'Human' itu.

Kontak bernama 'Human' yang mempunyai nama asli Zayyan Dwi adalah orang yang paling dibenci Asami. Seumur hidup Asami, orang yang tidak ingin ia lihat atau sapa adalah Zayyan. Cukup masa SMP nya saja yang kelam akibat Zayyan. Tidak akan Asami biarkan Zayyan merusak masa-masa SMK nya.

Tepat pukul delapan tiga puluh, Zayyan sampai di depan rumah Asami. Baru saja melepas helm dan hendak menyapa, Asami yang baru keluar dari dalam rumah langsung naik ke motor.

"Ayo jalan. Bentar lagi telat nih gue," ucap Asami acuh tak acuh.

Zayyan sweatdrop lalu kembali memasang helmnya dan mulai menyalakan mesin motor, "nggak pake helm? Jauh loh." Tanya Zayyan berbasa-basi. Asami tak menjawab sepatah kata pun, "yaudah berangkat nih. Pegangan, takut jatuh." Asami mengacuhkan ucapan Zayyan lagi.

Sepanjang perjalanan keduanya diam, tidak ada yang memulai topik sama sekali. Zayyan pun inisiatif membuka obrolan. "Ke sekolah ngapain emang? Bukannya masih belajar daring?"

"Lo enggak baca WA gue?" Asami bertanya balik. Zayyan menyahut cepat, "Aku baca kok."

"Yaudah kalo baca. Gue udah tulis alasan gue mau ke sekolah di sana."

"Tapi aku lupa." elak Zayyan, sebenarnya biar ada topik obrolan aja.

Asami menghembuskan napas lelah lagi, "gue ke sekolah mau nganter surat Oprec OSIS sekalian tes wawancara."

"Oh gitu. Emang kalo lulus tes, mau jadi bagian apa di OSIS?"

"Nggak tau. Yang penting berguna aja."

Zayyan diam-diam memiringkan sedikit spion sebelah kanannya ke arah Asami. Dalam balutan masker, Zayyan tersenyum melihat wajah cuek nan cantik itu, "Menurutku, kamu jadi apa aja cocok kok." Ucap Zayyan spontan.

Asami melirik sinis ke arah spion, "omong-omong ini motor apa kura-kura? Lambat banget jalannya," sindir Asami.

Zayyan terkekeh lalu mulai mempercepat laju motornya.

...ΩΩΩΩ...

Sesampainya di sekolah, Asami buru-buru turun dan melepas sepatunya kala ia melihat beberapa orang sudah masuk ke sebuah ruangan yang ia yakini sebagai ruang OSIS.

"Makasih ya udah nganter. Lo kalo mau pulang, pulang aja ya. Gue bakal lama kayaknya." ucap Asami seraya sibuk membuka sepatunya.

"Pulang? Terus kamu gimana?"

"Gampang udah. Sana pulang aja."

"Nggak. Aku nggak mau pulang. Aku tungguin aja."

Asami mengerjap-ngerjap heran, "serius Lo? Bakal lama lho ini...."

"Ya enggak sampai besok juga kan? Udah sana masuk. Nggak bakal aku tinggalin."

Asami jadi merasa ga enak karena sudah berperilaku dingin pada Zayyan tadi. Tapi meski begitu, dirinya tetap memegang teguh kebenciannya pada Zayyan. Jadi Asami hanya bersimpati sedikit.

"Gue masuk dulu."

Zayyan mengangguk. Sekarang dirinya fokus bermain handphone.

Tes wawancara dan perkenalan singkat para kakak-kakak OSIS selesai setelah 2 jam. Asami keluar dengan raut wajah gelisah karena sudah membuat anak orang menunggu begitu lama.

Saking buru-buru nya, Asami langsung meraih kedua sepatu, berlari hanya beralaskan kaus kaki ke arah Zayyan yang tidak beranjak dari tempatnya duduk.

"Duh, maaf ya. Jadi nggak enak Lo sampai nunggu lama begini. Gue nggak expect bakal lebih dari sejam," ujar Asami khawatir.

"Gapapa kok. Pake aja dulu sepatunya," sahut Zayyan lembut.

Asami buru-buru memakai sepatu, sampai berulang kali tali sepatunya copot akibat terlalu terburu-buru. Zayyan menahan kekehannya. "Mau dibantu?"

"Gue bisa sendiri." Sahut Asami cepat. Kali ini ia berusaha untuk tenang walau sebenarnya tidak bisa. Akibat merasa bersalah membiarkan Zayyan menunggu dua jam, malah jadi kena panic attack.

Zayyan tiba-tiba membungkuk lalu hendak meraih tali sepatu Asami, membantu mengikatkannya. Tapi kedua tangan besar itu terpaku di udara kala Asami buru-buru menarik kakinya ke belakang. "Dibilangin bisa sendiri!"

Zayyan mengangkat kedua tangannya sembari mengangguk, "iyaaa iyaaa."

Asami kemudian berlalu lebih dulu dan berhenti sejenak membetulkan kembali tali sepatunya sebelum akhirnya berteriak, "Ayo cepat pulang."

Kadang Zayyan bingung dengan tingkah Asami. Selalu menjengkelkan tapi ... kalau tidak ada malah jadi rindu.

...ΩΩΩΩ...

Asami mengusap-usap rambutnya yang basah menggunakan handuk kepala. Setelah pulang dari sekolah, ia langsung mandi agar bisa tidur siang. Saat baru saja duduk di kasur, notifikasi handphone nya berdering. Tertera nama kontak 'Human' di sana.

...----------------...

Human

Aman?

11.40 AM ✓✓

^^^Harusnya gue yang nanya begitu, bodoh^^^

^^^✓✓11.40 AM^^^

Human

Aku aman kok, tenang aja👍🏻

11.40 AM✓✓

Human

Btw, tadi lolos enggak tes nya?

11.42 AM✓✓

^^^Belum dikasih tau. Katanya lewat email^^^

^^^✓✓11.50 AM^^^

Human

Berarti tinggal tunggu aja ya?

11.50 AM✓✓

^^^Yup^^^

^^^✓✓11.52 AM^^^

^^^Btw makasih ya, udah mau nemenin bahkan sampai nungguin segala. Gue enggak tau harus bales gimana^^^

^^^✓✓11.56 AM^^^

Human

Enggak perlu. Bisa nganter kamu aja, aku udah senang kok.

11.56 AM✓✓

...----------------...

Asami salting sedikit bacanya.

...----------------...

^^^Apaan sih ... emangnya Lo bodyguard atau apanya gue?^^^

^^^✓✓11.57 AM^^^

Human

Aku serius. Kalo mau kemana-mana lagi, bilang aja. Nanti aku anterin kemanapun juga^^

11.58 AM✓✓

...----------------...

Dan chat berakhir. Asami enggan menjawabnya lagi.

Tapi menurut Asami, pesan terakhir itu apa-apaan banget. Asami meminta bantuannya bukan berarti ia ada perasaan atau apa, hanya saja Asami tidak punya pilihan.

"Kalo pun harus kemana-mana, aku nggak akan minta bantuanmu lagi. Nggak akan!"

Memang benar. Untuk membuat masa SMK nya lebih indah, Asami harus menjauh dari orang bernama Zayyan Dwi.

HARUS.

...*******...

Pertemuan Pertama

Lima hari setelah menaruh berkas oprec, Asami mendapat e-mail yang menyatakan bahwa ia lolos tes keanggotaan dan sudah jadi anggota OSIS periode 2022/2023. Dalam e-mail yang sama, Asami disuruh datang esok pagi ke ruang OSIS untuk perkenalan dan membahas keanggotaan.

Dengan takut-takut, esok paginya Asami memberanikan diri untuk berangkat sendiri menggunakan motor miliknya. Saking takutnya, Asami tidak berani untuk melaju lebih dari 40 km/jam. Hampir setengah jam perjalanan, ーkarena Asami membawa motor sangat pelanー akhirnya Asami sampai di sekolahnya.

Dibukanya helm berwarna pink bergambar anime itu, lalu ia taruh ke atas spion motor. Asami merapikan baju dan rambutnya yang berantakan sesaat sebelum akhirnya ia melangkah menuju ruang OSIS.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam. Sini masuk, dek."

Asami mengangguk lalu mengambil duduk dekat pintu setelah sebelumnya melepas sepatu. Salah satu kakak OSIS dengan name tag Icha angkat suara, "jangan dipojok, dek. Majuan sini. Jangan malu-malu, kita nggak gigit kok. Paling yang ini gigit." Icha melirik laki-laki di sampingnya dengan tatapan meledek.

"Lo kali yang gigit, Cha." laki-laki itu menyahut sembari mengacak puncak kepala Icha. Empunya kepala meringis, "Aduh jangan gitu, bang Yud. Nanti rusak kerudungku ih!"

Asami tersenyum tipis melihat tingkah laku kedua kakak kelasnya itu.

Tiba-tiba pintu berderit, seorang laki-laki berkulit putih dengan mata sipit memasuki ruangan. Laki-laki itu menyodorkan es dalam plastik pada Icha, "Justea nya abis, Cha. Jadi gua beli yang alpukat, gapapa kan?" Icha mengangguk, "gapapa kok. Makasih, Koh Elvin."

Elvin duduk agak menjauh dari Icha dan Yuda. Diam-diam ia melirik Asami. Yang dilirik malah sibuk main handphone.

"Cha. Icha." Panggil Elvin dengan suara amat sangat pelan.

"Oit?" Meski begitu, Icha tetap bisa mendengarnya.

"Cuma dia yang baru datang?" Bisiknya. Icha mengangguk. "Bakal lama dong ya." Elvin meregangkan pinggangnya lalu mulai mengambil posisi tidur.

"Mau rapat malah tidur. Parah, bang. Omelin, omelin." Yuda tidak membalas, hanya tersenyum tipis. "Ihh, bang Yuda ga asik." cibir Icha kesal.

Tidak lama, beberapa anggota baru OSIS mulai berdatangan. Asami sama sekali tidak menatap mata salah satu dari mereka yang baru saja datang. Asami tidak ingin membuat suasana awkward karena tiba-tiba menatap mata orang lain. Dan akhirnya rapat pun dimulai.

Selama rapat, kebanyakan kakak OSIS hanya mengulang kembali materi saat oprec kemarin. Lalu kembali melakukan perkenalan singkat. Saat tiba giliran Asami, ia mendadak gugup dan kena panic attack lagi.

"Asami ya? Ayo kenalan lagi. Teman-teman yang lain takutnya belum ada yang kenal kamu."

"Kan udah kenalan kemarin, Lil." Yuda menginterupsi. "Kemarin kan gua nggak datang, bang Yud." Lily menyahut. "Salah siapa nggak datang. Perkenalannya singkat aja, biar nggak buang-buang waktu."

Lily mencebikkan bibir kesal. Sorot matanya kembali pada Asami, meminta Asami kembali memperkenalkan diri. Asami pun bangkit dari duduknya.

"Assalamualaikum semuanya. Nama saya Asami Noviar dari X Multimedia 1. Hobi saya menggambar dan menulis. Bergabung dengan OSIS untuk meningkatkan literasi, menambah wawasan dan relasi serta belajar menjalankan organisasi." Jelas Asami.

"Eh kamu, suka anime ya?" Semua sorot mata tertuju pada laki-laki di sisi lain ruangan.

"Lu nggak datang juga kemarin, Fan?" Yuda kembali bertanya, "gua datang kok. Cuma kemarin nggak ingat ada dia." Rafan menjawab.

"Tapi kenapa harus gitu sih, Fan, pertanyaannya?" Illa ikutan bertanya, "Aura penyuka anime nya kuat banget soalnya. Pake kacamata, rambut pendek, diam aja dari tadi." Rafan menyahut santai.

Seisi ruangan langsung dipenuhi gelak tawa. Asami agak kesal sedikit karena dirinya jadi bahan tertawaan tapi Asami kemudian mengontrol dirinya dan menginterupsi, "iya, kak. Aku suka nonton anime."

Rafan menjentikkan jari, "tuh kan benar! Omong-omong, suka anime apa?"

Asami sedikit sweatdrop namun tetap menjawab pertanyaan Rafan, "Dragon ball, kak."

"Macem-macem di kamehameha sama dia loh, Fan." laki-laki bertubuh gempal tertawa saat berimajinasi tubuh ramping Rafan ditembak kamehameha nya Goku. Rafan memutar mata, "Selain itu, ada lagi?"

Asami berpikir sejenak, "Ada. Anime tentang Rap Battle." Icha terbelalak, "kamu suka Rap?" Asami mengangguk malu-malu. "Tahun ini anak barunya keren-keren ya, Yud." Linda yang sedari tadi diam saja akhirnya angkat suara.

"Next next. Durasi habis nih lama-lama." Yuda kembali menginterupsi.

Kemudian pertemuan itu dilanjut sampai seluruh anggota baru dapat memperkenalkan diri. Sepanjang waktu, Asami hanya menunduk. Memainkan jari di lantai atau meremas-remas ujung bajunya, berharap pertemuan segera berakhir karena energinya terkuras habis hari ini.

Dan setelah hampir 2 jam lebih, akhirnya pertemuan selesai.

"Pertemuan berikutnya Minggu depan di sini lagi ya. Hari Sabtu, jamnya kayak tadi. Pertemuan berikutnya harus hadir semua ya, soalnya penting. Makasih atas waktunya dan pulangnya hati-hati ya." Ucap Yuda mengakhiri pertemuan.

Asami buru-buru keluar, memakai sepatu lalu bergegas ke motornya. Samar-samar ia dengar Icha berkata, "yang mau jajan, jajan dulu gapapa."

Asami menghiraukan lalu bergegas melajukan motornya. Saat sudah sampai gerbang sekolah, ia melihat seseorang berdiri di samping gerbang seraya bertanya, "langsung pulang?"

Asami yang tidak sempat berhenti dan tidak sempat melirik ke spion tidak tahu siapa yang bertanya itu dan suaranya juga terasa tidak familiar. Meski begitu Asami menyahut dengan tetap melajukan kendaraannya.

"Iya."

...ΩΩΩΩ...

Pertemuan berikutnya, Asami sengaja membawa bola basket dari rumah. Keinginannya bermain basket sendiri di sekolah tidak tertahankan, apalagi ketika terakhir ke sekolah ia melihat ring basket itu nampak sangat kusam seolah tidak pernah ada bola yang dimasukkan ke sana.

Jadi, sambil menunggu rapat dimulai, Asami menyempatkan diri bermain basket sendiri. Di sisi lain, seorang laki-laki menahan kekehannya kala melihat Asami sibuk dribble ke sana ke sini dan mencoba menembak ke arah ring namun tidak masuk-masuk.

Botol Yakult kok main basket, pikirnya.

Laki-laki itu langsung mengalihkan pandangan begitu Asami berjalan menghampirinya kemudian duduk tidak jauh darinya. Diam-diam, ia melirik Asami lagi. Peluh keringat yang membasahi dahinya serta napas yang terengah-engah, membuat laki-laki itu agak kasihan sekaligus kagum karena dia bisa main basket tanpa melepas masker yang sedang dipakainya.

Tiba-tiba teman disamping laki-laki itu menyikutnya, "dia anak OSIS juga?" Laki-laki itu mengangguk, "Nggak disapa? Biasanya juga Lo nyapa duluan, Mat."

Laki-laki itu melirik temannya sinis, "sejak kapan gua begitu?"

"Sejak Lo tau kalo cewek cindo itu cantik banget. Apalagi dia juga sipit kan kayaknya?" Temannya terkekeh meledek.

"Berisik. Gua Mateo, dan gua nggak akan deketin duluan." Tukasnya percaya diri.

"Percaya diri banget, belum tentu dia mau sama Lo. Ahahahah...." sang teman kembali meledeknya. Tiba-tiba...

"Suka basket ya?"

Asami menoleh. Ia mengerjap sejenak lalu menoleh ke seluruh arah, memastikan kalau yang diajak ngomong adalah dirinya. "Saya?"

"Ya emangnya siapa lagi yang ada di sini." Asami menggaruk tengkuk, "iya, saya suka basket."

"Itu bola sendiri apa punya sekolah?"

"Punya saya."

Mateo sedikit kehabisan topik, namun kemudian ia bertanya, "kenapa nggak gabung sama yang lain?"

"Ya?"

"Gabung sama yang lain." Mateo menunjuk sekumpulan anak OSIS perempuan yang sedang bercanda tawa di taman sekolah.

Asami berpikir sejenak, ia tidak mau bergabung kalau ujung-ujungnya tidak mengerti topik pembicaraannya. "Saya nggak ngerti mereka bahas apa."

"Ya duduk aja. Kumpul sama mereka sana." Mateo tetap gigih menyuruh Asami untuk pergi ke taman. Mau tidak mau, Asami pun mengiyakan daripada diajak ngobrol terus.

"Kamu gak ke sana?" Asami bertanya balik. Mateo menggeleng pelan, "nanti saya nyusul." Asami mengacungkan ibu jari lalu bergegas ke arah taman sembari mendribble bola basketnya.

"Kan, nyapa duluan hahaaa. Ketauan banget kelincinya Lo." Teman Mateo kembali meledek.

"Apa maksud kelinci?"

"Playboy." Sang teman tak bisa menahan tawanya.

"Gua nggak lagi deketin siapa-siapa ya, sial." Mateo kemudian berpura-pura mencekik temannya itu sambil ikut tertawa kesal.

...ΩΩΩΩ...

...----------------...

...Grup OSIS periode 2022/2023...

Kak Yuda

Hari ini ada rapat ya. Jam 10 sudah harus di sekolah. Pakai baju bebas tapi rapi, wajib bersepatu. Ditunggu di masjid sekolah.

7.40 AM✓

...----------------...

Asami mengacak rambut kesal. Tidak menyangka di hari Minggu yang cerah ini tiba-tiba ada rapat dadakan. Mana bensin motor Asami habis, mau beli nggak ada uang. Bagaimana caranya Asami bisa ke sana kalau kendaraannya saja tidak ada.

Tidak lama Notifikasi pesan berdering lagi.

...----------------...

...Grup OSIS periode 2022/2023...

Username1234

Kalo nggak ada kendaraan gimana kak?

7.50 AM✓

AichanLovers

Pake sendal boleh nggak kak? Sepatuku belum dicuci

7.50 AM✓

Terongrebus

Nggak ada kendaraan kak

7.51 AM✓

Kak Yuda

Yang nggak ada kendaraan bisa minta tolong yang rumahnya berdekatan buat bareng.

7.55 AM✓

...----------------...

Asami pun memberanikan diri menulis pesan seperti yang Yuda katakan.

...----------------...

...Grup OSIS periode 2022/2023...

^^^Ada yang di searah dengan jl.Thursday? Kalo ada, boleh bareng?^^^

^^^✓7.56 AM^^^

Mattajhaa

Mereply Asami~ :

Saya searah

7.56 AM✓

...----------------...

Asami lompat girang kala akhirnya mendapat tumpangan ke sekolah. Ia akhirnya tidak perlu beralasan izin tidak hadir hanya karena tidak ada kendaraan.

Buru-buru Asami membalas pesan tersebut.

...----------------...

...Grup OSIS periode 2022/2023...

^^^: Mereply Mattajhaa^^^

^^^Boleh bareng? Nanti saya shareloc di private chat^^^

^^^✓7.57 AM^^^

Mattajhaa

Ok

7.57 AM✓

...----------------...

Setelah bersiap-siap, akhirnya waktu sudah menunjukkan pukul 8.30. Asami buru-buru keluar untuk melihat nomor dengan nickname Mattajhaa itu. Saat mendapat pesan bahwa Mattajhaa sudah sampai, Asami bergegas menjemput Mattajhaa.

"Hei!" Panggil Asami seraya melambaikan tangan.

"Owalah disitu. Saya cari sampai ke sana-sana, masuk pabrik pabrik. Kirain saya nggak bakal nemu rumahnya." keluhnya.

"Maaf ya, google maps nya kadang nggak sesuai titik. Btw, saya harus panggil apa?"

"Gapapa kok. Ah, Saya Mateo. Kamu ...?"

"Saya Asami."

"Yaudah ayo naik, nanti telat sampai sana."

"Eh, iya."

Keduanya pun akhirnya berangkat ke sekolah. Selama perjalanan hening sekali. Hanya suara lalu lalang motor dan mobil yang lewat sebagai backsound. Wajar momennya awkward, soalnya sama-sama baru pertama kali kenal.

Tiba-tiba Mateo membuka topik, "kamu nggak bawa basket lagi kayak kemarin?"

"Basket?"

"Iya. Kamu suka basket kan?"

Asami berpikir sejenak. Apakah laki-laki yang waktu itu menyuruhnya bergabung dengan anak OSIS lain adalah dia?

"Nggak. Soalnya tadi buru-buru, takut bikin kamu nunggu lama." Elak Asami, padahal ia sendiri nggak kepikiran soal basket.

Lalu hening kembali. Mateo fokus ke jalan, sementara Asami sibuk memperhatikan sekeliling selama perjalanan. Tak terasa tahu-tahu sudah sampai sekolah saja.

"Sini, dek Asa." Icha melambai tangan seraya berteriak kecil, meminta Asami untuk segera ke masjid dan duduk di sampingnya. Asami menurut.

"Tumben bareng Mateo, dek. Nggak ada kendaraan ya?"

"Iya, kak. Bensinnya habis, mau beli belum ada uang." Sahut Asami.

"Langsung kita mulai aja ya rapatnya." Yuda menginterupsi seperti biasa.

Sekitar satu jam lebih rapat, akhirnya berakhir juga. Rapat kali ini tentang pembagian divisi dan Asami kebagian divisi Sosial media sedangkan Mateo kebagian divisi Humas.

"Diinget semua bagian Divisi masing-masing ya. Soalnya belum ada SK jadi takut pada lupa. Tapi semuanya udah dicatat kan apa yang saya bilang tadi?"

"Udah, kak." ucap anggota baru serempak.

"Bagus. Sekarang kalian udah boleh pulang. Makasih udah menyempatkan datang ya. Hati-hati di jalan. Rapat saya tutup, terima kasih."

Anggota-anggota baru pun mulai berhamburan pergi ke arah parkiran. Sementara Asami jalan duluan lupa kalau ia pulang bersama Mateo.

"Bentar ya, kak. Oi, Asami!" panggil Mateo. Asami menoleh, "Kenapa?" Mateo melambai, menyuruh Asami mendekat. Asami pun menurut. "kenapa?" ulangnya.

"Kak Icha ngajak kita ke tempat pembina, kamu keberatan nggak?"

Asami mengerjap-ngerjap, menatap wajah para senior dan wajah Mateo. Sebenarnya ia tidak ada kegiatan apa-apa lagi sepulang rapat, jadi kalau sekedar mampir ke rumah pembina nggak masalah kan?

"Nggak kok. Kalo kamu ikut, saya juga ikut. Kan saya minta tumpangan ke kamu." jawab Asami.

Kak Icha meledek, "enak ya, dek. Tinggal duduk doang, biar Mateo aja yang capek nyetir hehehe." Asami terkekeh pelan.

Empat motor itu pun konvoi menuju ke arah rumah pembina yang jaraknya lebih jauh daripada sekolah. Hampir dari ujung ke ujung kalo ditarik garis dari rumah Asami ke rumah pembina OSIS.

Setelah sebelumnya membeli beberapa camilan terlebih dahulu, akhirnya keempat motor tersebut sampai di tujuan. Rumah sederhana yang mempunyai teras luas, beberapa monyet dalam sangkar dan beberapa burung di dalam kandang menjadi hal pertama saat masuk ke teras besar itu.

"Ini siapa? Anak baru, Yud?" seorang pria paruh baya dengan style modern yang membuatnya terlihat muda muncul dari dalam rumah.

"Iya, pak."

"Siapa namanya ini?"

Asami duluan mencium punggung tangan pak Rendy, "saya Asami, pak."

"kalo yang ini?"

Mateo melakukan hal yang sama, "saya Mateo, pak."

"Unik unik namanya ya. Ayo masuk, masuk."

Pak Rendy pun berlalu, disusul para kakak OSIS dan Mateo. Asami masuk paling terakhir. Hal pertama yang Asami lihat adalah seisi ruang tamu. Ruang tamunya kusam sekali. Namun ada banyak buku dimana-mana. Rumahnya tipe rumah yang sejuk saat sore hari namun panas saat tengah hari.

Pak Rendy kemudian bertanya alasan kedatangan kami kesini lalu Yuda dibantu Icha, Elvin, Rafan, Linda dan Lily menjelaskan maksud kedatangan kami. Asami dan Mateo yang tidak mengerti hanya bisa diam selama perbincangan mereka.

Tak terasa sudah pukul tiga sore. Berbincang sambil makan camilan memang bikin tidak sadar waktu. Kami pun akhirnya pamit pulang.

"Mateo sama Asaki, jangan kapok ke sini lagi ya. Rumah saya selalu terbuka buat anak-anak OSIS." ucap pak Rendy seraya menepuk pelan salah satu bahu Mateo.

"Asami, pak." Koreksi Asami.

"Ya apapun itulah. Ini konvoi kan? Jangan sampai ketinggalan adik-adiknya loh, Yud."

"Nggak akan ditinggalin, pak."

Begitu katanya, namun kenyataannya setelah kembali ke jalan raya besar, satu persatu mulai mendahului. Mateo tidak mau mendahului, jadi ia memilih jalan stabil saja.

Perjalanan ke rumah pak Rendy memang jauh sampai harus melewati jalanan panjang yang kiri-kanannya hanya ada hamparan sawah sejauh mata memandang. Rasanya sejuk sekali diterpa angin sore dan sejauh mata memandang hanya ada warna hijau dari sawah.

Awalnya Asami tidak sadar, namun perlahan Asami menyadari kalau ini kali pertamanya naik motor bersama seseorang yang baru saja ia kenal. Pergi jauh ke tempat yang belum pernah ia datangi sebelumnya, mempercayakan nasibnya pada orang yang baru saja ia kenal.

Seolah-olah dapat membaca pikiran Asami, Mateo tiba-tiba berujar, "rumahnya pembina jauh banget ya. Kamu udah pernah ke sini?"

Asami menggeleng, "belum pernah. Saya malah baru tahu ada sawah seluas ini di sini."

Dan lagi-lagi kembali hening.

Langit sore menjadi saksi bisu kali pertama Asami merasakan degupan aneh di dadanya.

...*******...

Ketidakjelasan

Dua minggu sejak pertemuan terakhir OSIS di sekolah. Hari ini Asami terburu-buru untuk berangkat ke rumah Icha karena pertemuan hari ini di sana. Sebenarnya Asami sudah bangun dari tadi, tapi selesai kelas daring ia malah ketiduran sejam, padahal sudah tahu kalau harus pergi rapat.

"Pergi dulu ya, mah. Assalamualaikum!"

Asami buru-buru menyalakan motor dan melaju secepat yang ia bisa ke titik yang diarahkan google maps.

Saat sudah berada di titik yang sesuai google maps, Asami bingung karena titik tersebut berhenti di sebuah gang saja dan notifikasi google maps mengatakan sudah sampai.

Asami gelagapan dan buru-buru mengirim pesan ke grup OSIS.

...----------------...

...Grup OSIS periode 2022/2023...

^^^Ini dimana ya, kak? Di google maps udah sampai tapi kok di sini. Titiknya bener nggak, kak?^^^

^^^✓12.05 PM^^^

^^^Asami send a picture^^^

^^^✓12.05 PM^^^

Kak Elvin

Tunggu di sana. Saya jemput

12.07 PM✓

^^^Oke kak^^^

^^^12.07 PM✓^^^

...----------------...

Asami menghembuskan napas lega begitu membaca chat terakhir. Kalau tidak, Asami akan merasa bersalah karena memilih pulang akibat muter-muter tidak karuan mencari jalan ke titik yang diarahkan google maps.

Selang lima menit, muncul Elvin dari gang tersebut, "Asami kan?" Asami mengangguk senang, "masuk ke sebelah sini."

Asami melajukan motornya perlahan, "rumahnya dimana, kak?" Tanya Asami penasaran.

"Lurus aja, masuk ke rumah. Di samping rumah ada gang kecil, nah masuk ke situ." Tunjuk Elvin. Asami mengangguk-angguk memerhatikan arah yang ditunjuk Elvin.

"Yaudah saya taruh motor dulu ya, kak."

"Iya. Hati-hati ya."

Asami pun melaju menuju arah yang diinstruksikan oleh Elvin. Asami sedikit mengernyit bingung. Bagaimana bisa ada sebuah gang di pekarangan rumah orang? Di dalam gangnya ada dua rumah lagi. Memangnya yang punya pekarangan tidak keberisikan kalo motor lalu lalang ya? Ah, tapi itu bukan urusan Asami.

Asami pun berusaha memarkirkan motornya. Karena areanya kecil, ditambah sudah banyak motor lain yang parkir, Asami jadi kesusahan buat memarkirkan motornya. Pas sudah bisa, malah miring sekali dan rawan jatuh.

Saat sedang sibuk berpikir bagaimana caranya menyeimbangkan motornya yang miring, sebuah suara yang familiar merambat ke telinga Asami.

"Bisa nggak?"

Asami langsung menoleh ke sumber suara. Tanpa perlu menoleh, Asami sudah menduga itu suara Mateo. Entah apa yang membuat laki-laki itu tersenyum ceria begitu melihat Asami datang.

"Bisa kok." Asami enggan minta bantuan. Karena Asami yakin ia bisa menyeimbangkan motornya dan memarkirkannya dengan benar.

Ditungguin hampir lima menit, Asami kehilangan keyakinannya. Ia dapat mendengar Mateo menahan tawa di belakangnya. Asami mendecih kesal, merasa diremehkan.

"Bisa nggak?"

Kali ini tone nadanya berbeda dan suaranya agak familiar, tapi Asami tidak bisa menebak siapa. Asami menoleh ke sumber suara yang ternyata sedang berdiri di samping Mateo. Kedua laki-laki itu tersenyum menahan tawa, membuat Asami sedikit jengkel melihatnya.

"Nggak bisa. Bantuin dong." Akhirnya Asami pasrah. Biarlah kedua laki-laki ini memarkirkan motornya yang penuh drama.

Mateo hendak mengambil langkah untuk membantu, namun laki-laki di sebelahnya bergerak lebih dulu darinya. Akhirnya Mateo hanya menatap di tempat saja.

"Lu Asami kan?" Tanya si laki-laki. Asami mengangguk, "kita ketemu pas oprec, inget nggak? Gua Argus."

Asami mengingat-ingat beberapa wajah yang tidak sengaja bertatapan dengannya sewaktu oprec. Dan Asami ingat satu orang, "oh yang suaranya serem itu?"

Argus melirik Asami sweatdrop, "emang suara gua seserem itu?" Asami nyengir, "hehe...."

"Udah nih."

"Masih miring. Nanti jatuh nggak?"

"Nggak. Aman, aman."

Asami tersenyum, "Makasih ya, Gus."

"Itu helm nggak mau dicopot?" Mateo tiba-tiba menginterupsi, sadar bahwa dirinya tidak diajak bicara.

"Lah iya..." Asami baru sadar masih memakai helm. Buru-buru ia mencopot dan menaruhnya di atas spion motornya.

Argus berlalu lebih dulu, namun Mateo menunggu Asami untuk masuk ke dalam. "Asami, lu suka anime?"

Asami terkejut pertanyaan itu keluar dari mulut Mateo. Saking terkejutnya sampai Asami tidak tahu apa yang ia katakan, "iya."

"Iya lagi ahahahah...." Padahal Mateo niatnya usil tapi jawaban spontan Asami yang malah mengiyakan membuatnya jadi semakin lucu.

"Emangnya kenapa kalau suka anime?" Tanya Asami saat sadar apa yang ditanyakan oleh Mateo seraya mendengus kesal.

"Helmnya anime, pakai kacamata dan masker, terus aura wibu nya kuat banget ahahahah...."Sahut Mateo masih menjahili Asami.

Asami pun mengangkat salah satu tangannya ke udara, berpura-pura ingin memukul Mateo karena kesal diusili terus.

Keduanya pun masuk ke rumah Icha. Di sana sudah banyak yang datang. Asami mengambil duduk di paling pojok, paling belakang agar dirinya tidak mudah diperhatikan. Entah kenapa, Mateo mengambil duduk di depan Asami. Sementara Argus duduk di sisi dimana Asami tidak dapat melihatnya.

Setengah jam kemudian, rapat dimulai. Asami hampir sama sekali tidak mendengarkan apa yang dikatakan kakak kelasnya karena masih setengah mengantuk. Sampai tiba-tiba namanya di panggil.

"Untuk kandidat berikutnya adalah ... Asami Noviar bersama kak Icha. Asami boleh berdiri."

Asami kaget. Ia berdiri tanpa tahu kenapa. Dengan bodohnya Asami bertanya, "S-saya? K-kenapa saya?"

Seketika hening. Selang lima detik seisi ruangan menahan tawa, "ya karena kami memilih kamu buat jadi kandidat. Nggak ada alasan khusus." Jawab Yuda.

Wajah Asami memerah malu. Ia kembali duduk dengan tangan yang berkeringat dingin. Tak lama nama Mateo ikut dipanggil, dia juga terpilih sebagai kandidat calon waketos berikutnya, sama seperti Asami.

Asami pun bertanya pada Mateo guna meyakinkan dirinya kalau yang tadi itu cuma salah dengar, "Mat, tadi itu saya dipanggil kenapa?"

Mateo menoleh ke belakang, "kamu dipilih jadi kandidat calon waketos berikutnya sama bang Yuda."

CETARRR.

Bak tersambar petir di siang hari. Asami nggak ngerti kenapa tiba-tiba ia dipilih jadi kandidat waketos padahal Asami yakin ia tidak berbuat hal-hal yang menurutnya dapat menjadi seorang kandidat.

Asami panik, sudah pasti. Karena niat Asami bergabung OSIS hanya untuk menjadi anggota biasa, bukan yang penuh tanggung jawab. Kalau sudah begini, harus apa?

"Untuk kandidat yang sudah disebutkan tadi, saya kasih waktu seminggu untuk membuat visi, misi dan kegiatan harian, bulanan dan tahunan apa yang kalian ingin lakukan jika kalian terpilih menjadi ketua dan wakil ketua OSIS. Saya mau setiap kandidat buat video juga tentang perkenalan diri, penjelasan visi-misi dan kegiatan. Nantinya video itu akan digunakan saat Pilketos (Pemilihan Ketua OSIS)." Jelas Yuda.

"Dek Asa." Panggil Icha yang entah sejak kapan sudah berada di samping Asami. "I-iya?"

"Besok ke sini aja ya. Kita langsung bikin videonya sekalian bikin visi, misi sama kegiatan. Kamu besok ada kelas daring?" Tanya Icha.

Asami mengangguk, "ada dua, kak."

"Kamu kosongnya jam berapa?"

Asami berpikir sejenak, "Abis Dzuhur kosong sih, kak."

"Yaudah abis Dzuhur kamu ke sini aja ya. Tapi jauh banget nggak dari rumah kamu? Terus kamu keberatan nggak bikinnya di rumah aku?"

Asami menggeleng cepat, "nggak keberatan kok, kak. Rumahku juga deket. Kalo di rumahku takut nggak kondusif, banyak anak-anak kecil main." Asami terkekeh kaku.

"Emang rumahmu dimana, dek?"

"Jl. Thursday. Anu, deket jl. Besar Lohan."

"Itu jauh namanya. Gimana sih, dek." Asami menggaruk tengkuk kaku.

"Yaudah, besok kabarin aku aja kalo udah mau berangkat ya, dek. Takut aku ketiduran."

"Siap, kak."

Rapat hari itu pun ditutup dengan pesta kecil-kecilan perayaan ulang tahun Yuda. Semua bersorak Sorai penuh keceriaan, namun tidak dengan Asami yang sudah lunglai karena energinya habis.

Saat sudah diperbolehkan pulang, Asami jadi yang pertama pergi ke motor.

"Udah mau pulang aja?" Asami menoleh, mendapati Mateo berada di belakangnya.

"Iya, saya disuruh pulang cepat." Bohongnya. Asami hanya ingin cepat-cepat pulang dan mengisi energinya yang habis. Introvert sepertinya memang susah lama-lama di lingkungan para ekstrovert.

Asami naik ke motor, memakai helm lalu mulai menyalakan mesin, "saya pulang duluan."

"Hati-hati ya, Asami."

BLUSH.

Buru-buru Asami tancap gas meninggalkan tempat Icha agar Mateo tidak melihat wajahnya yang sudah merona.

Bagi Asami yang tidak pernah diucapkan kalimat itu, apalagi sama lawan jenis, jelas membuat hatinya berdebar. Ditambah yang mengucapkan adalah orang yang dikaguminya.

...ΩΩΩΩ...

Esoknya, sesuai dengan yang dijanjikan kemarin. Asami berangkat ke rumah Icha pukul 12. Sesampainya di sana, rumahnya sepi sekali. Seolah tidak ada orang.

Asami memarkirkan motornya, melepas helm lalu melepas sandal dan berdiri di depan pintu rumah Icha.

"Assalamualaikum. Kak Icha...." Asami memanggil berkali-kali, namun tidak ada yang menyahut, tidak ada yang keluar. Padahal pintu rumah terbuka lebar.

Daripada menghabiskan energi dengan terus memanggil, Asami memilih untuk duduk saja di teras seraya menunggu Icha keluar. Tidak lama, seorang wanita muda keluar dari dalam rumah.

"Cari siapa ya?" Tanyanya.

Asami buru-buru berdiri, "anu, cari kak Icha. Ada perlu soalnya."

"Bentar ya saya panggilin dulu."

Wanita muda itu pun masuk kembali dan tak lama wanita muda bersama Icha keluar bersamaan. Wanita muda itu pergi entah kemana sementara Icha ikut duduk di teras.

"Udah lama, dek?"

"Baru Dateng kok, kak."

"Aku ketiduran nungguin kamu, kirain nggak datang." Ujar Icha seraya tersenyum. Wajahnya tak bisa berbohong kalau ia masih mengantuk.

"Maaf jadi bikin nunggu, kak." Asami jadi nggak enak. "Orang aku baru tidur lima menit kok. Eh kamu mau minum apa?"

"Air putih cukup kok, kak."

"Oke es teh ya."

"Eh, kakー"

Icha pun berlalu masuk ke dalam, lalu keluar lagi dengan menggenggam sesuatu lalu pergi lagi. Sepuluh menit kemudian Icha kembali dengan dua kantong plastik hitam di tangannya.

"Nih, dek. Kita bikin visi, misi sambil makan biar tetap connect." Candanya. Ia mengeluarkan isi dari masing-masing plastik. Plastik pertama berisi dua minuman botol teh dingin, dan plastik kedua berisi camilan ringan.

Asami speechless. Kakak kelas satu ini terlampau baik padanya, tapi apa yang dikatakan ada benarnya. Membuat sesuatu pakai pikiran kadang memang membutuhkan makanan agar pikiran tetap terkoneksi dengan baik.

"Jadi repot-repot ih, si kakak." Ucap Asami malu-malu.

"Nggak kok. Santai aja sama aku mah."

Dan akhirnya mereka malah asik berbincang ini-itu soal OSIS sampai lupa tujuan mereka bertemu hari itu untuk apa.

Dua jam kemudian...

"Mau take sekarang atau gimana, dek?" Icha menginterupsi saat Asami sedang sibuk memahami makna visi dan misi.

"Oh, aku belum hafal, kak." Sahut Asami cemas.

"Nggak usah dihafalin. Nanti kita baca aja. Kertasnya taruh belakang kamera atau nanti ganti-gantian kita pegangin." Saran Icha. Asami mengangguk setuju, "yaudah sekarang aja take nya, kak. Soalnya takut kesorean."

Keduanya pergi ke samping rumah Icha untuk mengambil video yang diharuskan untuk Pilketos. Berulang kali mereka take karena salah atau tidak sesuai, sampai tepat adzan Ashar berkumandang barulah take mereka selesai.

"Pas banget adzan ya, kak." Asami mengusap peluh keringat di dahinya.

"Iya ya. Kamu kok keringetan gitu?" Icha keheranan. Padahal nggak ngapa-ngapain tapi adik kelasnya itu jadi berkeringat sekali. Asami menggaruk tengkuk, "aku kalo banyak gerak cepat gerah, kak." jelas Asami. Icha mengangguk memaklumi.

"Mau langsung pulang atau sholat dulu, dek?"

"Di rumah aja sholatnya, kak. Udah kesorean ini. Tadi janji keluar sama orang rumah cuma sampai jam 2 hehe."

"Waduh, nggak diomelin tuh?"

"Semoga aja." Asami terkekeh di akhir kalimat. Icha pun menyuruh Asami segera pulang sebelum dimarahi. Setelah berpamitan, Asami pun melajukan motornya kembali ke arah rumah.

...ΩΩΩΩ...

Katanya dikasih waktu seminggu untuk bikin visi-misi, nyatanya sudah tiga minggu tidak ada kabar sama sekali dari Yuda selaku Ketua yang masih menjabat. Bukannya memberi kepastian pada adik-adik kelasnya, ia malah menghilang dan tidak bisa dihubungi.

Asami telah memikirkan hal tersebut berhari-hari bahkan sampai susah tidur karena gelisah, tidak tahu kepastian manakah yang akan terjadi ke depannya. Apakah ia tetap akan jadi kandidat atau kandidat dibubarkan?

Yang pasti jika opsi kedua terjadi, Asami akan lompat-lompat kegirangan saking senangnya.

Lebih baik jadi anggota bayangan daripada yang punya banyak tanggung jawab, pikirnya.

Saat sedang asyik berimajinasi, notifikasi pesan dari handphone nya berbunyi. Segera Asami mengambil dan memeriksanya, rupanya itu dari Mateo.

...----------------...

...Mateo...

Mau ikut ke sekolah? Hari ini ada rapat

8.40 AM✓✓

...----------------...

"Rapat dadakan lagi? Apa ini soal keputusan kandidat pilketos?" Asami tak tahan melontarkan pertanyaan-pertanyaan di kepalanya lewat lisan.

Asami menyetujui ajakan Mateo lalu notifikasi dari orang yang sama berbunyi lagi, kali ini bertuliskan "10 menit lagi saya ke sana". Buru-buru ia bersiap, sebab Mateo orang yang tepat waktu dan tidak suka menunggu lama.

Sejak pertemuan pertama Asami dan Mateo, entah kenapa mereka selalu bersama. Setiap ada pertemuan OSIS, orang pertama yang dihubungi Asami untuk minta tumpangan pasti Mateo dan anehnya Mateo tidak pernah mempermasalahkan hal tersebut. Malah kadang Mateo yang inisiatif ngajak duluan sebelum Asami mention dirinya di grup.

Tepat 10 menit kemudian, Mateo sampai di depan rumah Asami. Keduanya pun berangkat ke sekolah dan seperti biasa, tidak ada obrolan sama sekali selama perjalanan. Tahu-tahu sudah sampai sekolah saja seperti biasanya.

Mateo memarkirkan motor, sementara Asami menunggunya. Saat Asami sedang fokus membetulkan style rambutnya yang berantakan akibat kena angin selama perjalanan tadi, Mateo tahu-tahu sudah meninggalkannya.

Asami mencebikkan bibir kesal. Bisa-bisanya ditungguin tapi malah ninggalin.

"Sendiri, dek? Kirain aku kamu bareng Mateo kayak biasanya." Icha langsung menyapa begitu kepala mungil Asami menyembul dari balik pintu Ruos (Ruang OSIS).

"Emang bareng kok, kak. Cuma ada yang jalannya cepat aja." Sindir Asami seraya melayangkan tatapan tajam ke Mateo.

Yang ditatap menaikkan sebelah alis, "lagian jalannya lama."

Asami memalingkan wajah kesal. "Kakak sendiri?" Ia mengambil duduk di samping Icha.

"Aku sama Elvin kok. Dia lagi keluar beli es."

Tidak lama orang yang dibicarakan muncul, "manggil, Cha?"

"Panjang umur lu, Vin. Lagi diomongin langsung muncul." sahut Icha.

"Kok kalian ke sini?" Tanya Elvin, bingung melihat dua adik kelasnya tahu-tahu di Ruos. Mateo menunjuk Elvin, "jangan pura-pura nggak tahu ya, anda yang nyuruh kami ke sini."

Asami dan Icha menatap satu sama lain.

"Kamu ke sini disuruh Elvin, dek?"

Asami menggeleng, ia menunjuk Mateo, "diajak dia." Mateo menunjuk Elvin, "Gua disuruh dia, kak!"

Icha menatap Elvin dengan penuh curiga, alisnya berkerut, "Koh...."

Elvin menggaruk pipinya yang tidak gatal, "tapi kata Ila hari ini mau ada rapat kok." Masih mencoba membela diri.

"Kan rapatnya nggak jadi, koh." Icha mengoreksi. Elvin tersenyum pasrah.

"Hah? Nggak jadi rapatnya?" Asami melongo. Padahal dia sudah sangat excited datang ke sini.

"Kenapa nggak jadi?" Mateo duduk berhadapan dengan Icha.

"Ila nggak bisa, Lily, Linda juga nggak bisa. Apalagi Rafan." jawab Icha.

"Terus kakak ngapain ke sini?" Asami penasaran, "karena kita baru dikasih tau Ila pas udah sampai sini. Jadi mau gimana lagi dong ya." Icha mengangkat bahu seraya menggeleng lelah.

"Terus lu ngajak gua ke sini biar nggak kena prank sendirian gitu, kak? Parah sih kata gua." Ucap Mateo, masih merasa tak terima dibohongi Elvin.

"Maaf, maaf. Lagian gua nggak nyangka juga lu bakal dateng. Mana bareng Asami lagi." Elvin jadi ngerasa nggak enak.

"Gapapa kok, kak. Sekalian jalan-jalan aja hehe. Bosen di rumah mulu." Asami angkat suara agar Elvin tidak terlalu merasa bersalah.

Suasana menjadi hening. Icha sibuk main handphone. Begitupun Mateo dan Elvin. Sementara Asami yang tidak punya internet hanya bisa scroll layar beranda atau buka tutup aplikasi biar kelihatan sibuk juga.

"Eh aku mau ada COD sama temen lagi. Vin, pulang yuk." Ajak Icha tiba-tiba.

"COD dimana?" Elvin menyahut, "COD nya mah gua sendiri, maksudnya ayo pulang. Gua kan bareng sama lu."

"Lah terus dua anak ini gimana?" Tanya Elvin. Asami dan Mateo menatap kedua kakak kelas mereka dengan tatapan datar.

"Mau pulang juga nggak, dek?" Tanya Icha.

"Baru juga nyampe, kak. Capek." Keluh Mateo, Asami setuju dengan keluhan Mateo.

"Yaudah gini aja. Aku kan pulang dulu nih, tapi nanti balik lagi. Kalian bisa keluar buat nyari makan dulu sambil nungguin aku balik, gimana?" Tawar Icha.

Mateo berpikir sejenak, "bolehlah begitu."

Icha mengacungkan jempol. "Yaudah aku pulang dulu ya. Dek Asa, hati-hati sama Mateo. Kalo diapa-apain lari aja ya." Ledek Icha.

"Langsung ke masjid aku, kak. Teriak minta tolong." Asami membalas ledekannya lalu terkekeh pelan.

Icha dan Elvin bangkit, lalu keduanya menghilang saat keluar dari pintu. Kini tinggal Mateo dan Asami yang berada di ruangan. Sunyi menghampiri mereka kala keduanya sama-sama sibuk dengan handphone.

Bosan karena tidak punya internet, Asami pun memberanikan diri bertanya, "Mat, punya hotspot?"

Mateo menoleh lalu mengangguk.

"Boleh minta?"

Tanpa sepatah kata, Mateo langsung mengulurkan tangannya. Kode supaya Asami memberikan handphonenya pada Mateo. Asami memberikan handphonenya lalu dengan cepat Mateo menyambungkan hotspot miliknya ke handphone Asami.

Asami tersenyum senang. "Makasih ya."

Buru-buru ia membuka aplikasi pesan untuk melihat apakah ada pesan masuk atau tidak, ternyata hasilnya mengecewakan. Asami pun memilih untuk buka game favoritnya, sekedar login. Namun karena keasyikan, Asami malah baca main story game dan tertawa sendiri mendengar voice over nya.

Diam-diam Mateo memperhatikan dan terkekeh pelan. Sementara Asami pura-pura tidak mendengarnya.

"Kamu suka begitu?"

Asami menoleh lalu mengangguk dan tersenyum, masih dengan wajah berseri akibat tertawa melihat dialog dalam game yang dimainkannya.

Mateo masih memperhatikan dan jadi ikut tersenyum begitu melihat wajah Asami yang biasanya malu-malu tersenyum bahagia seperti itu.

Satu kata yang terlintas di pikiran Mateo saat itu adalah ; Lucu.

Asami akhirnya sadar apa yang telah dilakukannya barusan dan ia sangat amat malu sekarang. Namun, Asami berusaha tetap tenang dan kalem biar tidak kelihatan sedang salting. Ia buru-buru mengeluarkan gamenya dan meminta maaf pada Mateo karena sudah memakai hotspot nya untuk bermain game.

Mateo menggeleng, "mau makan sekarang?" Ajaknya.

Demi menghilangkan rasa salting ini, Asami menyetujui ajakan Mateo dan keduanya pun keluar dari Ruos, keluar dari sekolah, mencari makanan pinggir jalan yang ramah di kantong pelajar.

"Mau makan apa?" Tanya Mateo. Asami berpikir sejenak, "Umm... Mie ayam?"

"Saya mau bakso sih."

"Yaudah mie ayam bakso aja." Ujar Asami menyatukan kedua ide mereka.

Tidak terlalu jauh dari sekolah, mereka menemukan kedai mie ayam bakso. Keduanya pun memasuki kedai tersebut dan mulai memesan. Saat makanannya datang, Mateo langsung menyeruputnya. Tapi Asami heran akan sesuatu.

"Kok pesan mie ayam? Katanya mau bakso."

"Mahal. Budget saya tipis," bisik Mateo, berusaha agar tidak terdengar pemilik kedai. Asami mengangguk setuju. Uang saku nya hari ini langsung ludes demi semangkuk mie ayam ini.

Asami makan dengan perlahan, mencoba terlihat elegan dan rapi juga feminim. Di depan crush ya harus feminim dong, walau aura maskulin Asami terlampau kuat.

Berbanding terbalik dengan Asami, Mateo menyeruput mie ayamnya dengan cepat, seolah tidak dikunyah tapi langsung ditelan. Dalam beberapa menit, mangkuknya sudah kosong, sisa kuahnya saja.

Asami speechless. Asami jadi tidak enak karena makannya lama. Akhirnya Asami buang juga sifat keanggunannya tadi untuk mempercepat makannya.

Selesai bayar, mereka pun kembali ke sekolah. Perjalanan dari kedai ke sekolah pun tidak terlalu jauh jadi beberapa obrolan kecil bisa dibicarakan selama perjalanan.

"Rambutmu kok keriting gitu sih, Mat?" Tanya Asami yang sudah merasa penasaran sejak pertama kali lihat rambut Mateo. Rambutnya mengingatkannya dengan seseorang yang ia kenal.

"Ini gara-gara dulu keseringan pake Pomade." Jawab Mateo santai. Tapi Asami tidak percaya.

"Masa sih gara-gara Pomade doang."

"Dibilangin nggak percayaan. Dulu saya kalo pake Pomade, satu kotak bisa langsung habis." Ujarnya bangga. Asami nyerah dan mengiyakan saja.

Saat keduanya sampai sekolah, baru sampai depan Ruos, Icha langsung sampai.

"Oh kalian habis dari luar? Makan ya?"

"Iya, kak. Kebetulan banget kakak langsung dateng." sahut Asami senang.

"Jadi nggak perlu nunggu lama lagi deh." Sambung Mateo.

"Kalian segitu pengennya pulang ya?" Icha sweatdrop.

"Ya nggak ngapa-ngapain juga, ngapain lama-lama di sini." Ujar Mateo, ia mendengus napas lelah. Apa yang dikatakannya ada benarnya.

"Yaudah, ini mau aku kunci. Ada barang yang ketinggalan nggak?"

Mateo dan Asami menggeleng. Icha mengacungkan jempol lalu mengunci ruang OSIS itu. Keduanya pun berpisah sesaat setelah Icha mengunci ruangan.

Dalam perjalanan pulang, lagi-lagi tidak ada obrolan apapun. Namun Asami sadar akan suatu hal. Ini kali pertama ia pergi dan makan di kaki lima bersama seseorang yang notabenenya bukan sahabatnya. Lagi-lagi, Mateo jadi first experience nya melakukan hal baru.

Jantung Asami berdegup kencang lagi, pipinya memerah dan panas.

Ahh... Rasa ini ... apa benar hanya sekedar kagum saja?

...******...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!