NovelToon NovelToon

My Genius Triplet Son

PART 1. Awal

Seorang wanita dengan rambut hitam bergelombang tengah duduk di salah satu meja yang tersedia. Mukanya tertutup masker dengan kaca mata hitam yang bertengger di hidungnya, dan jangan lupakan topi hitam yang wanita itu kenakan. Terlihat sangat misterius, seperti seseorang yang tidak mau kehadirannya disadari oleh orang lain.

Dia adalah Arista Xaviera Exelyn, gadis yatim piatu yang saat ini hanya tinggal bersama bibi dari pihak ibunya. Sudah sejak 7 tahun lalu dia ikut tinggal bersama Bibinya, Bi Rena, setelah kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan. Seluruh kebutuhannya di penuhi oleh Bibinya, dia bekerja tanpa pernah mengeluh untuk biaya kehidupan mereka dan pendidikan Arista. Bi Rena sangat menyayanginya seperti anaknya sendiri karena memang dia adalah seorang janda tanpa anak.

Saat ini Arista sudah menyelesaikan pendidikannya dan bekerja di salah satu perusahaan ternama di negaranya. Dia sudah bisa menggantikan Bi Rena untuk memenuhi kebutuhan mereka, meski sang Bibi sering kali menolak dan memilih untuk tetap bekerja. Arista tak mempermasalahkan hal itu, asalkan Bi Rena tetap menjaga kesehatannya.

"Kau sudah lama disini?"

Suara datar dari seorang pria di hadapannya membuat Arista mendongak. Sejak tadi gadis itu masih fokus dengan iPad di tangannya, dia tengah melihat jadwal atasannya. Melihat siapa yang ada di hadapannya, gadis itu tersenyum tipis dibalik maskernya dan mengedikkan bahu pelan.

"Lumayan, duduklah." Ucap Arista yang langsung dituruti oleh pria itu.

"Kenapa?"

Arista menaikkan salah satu alisnya bingung, apa maksud pria di hadapannya itu. "Kenapa apa?"

Terdengar helaan nafas lelah dari pria itu, dia semakin menatap tajam gadis di hadapannya. Pria itu membenarkan jasnya sejenak dan memperbaiki posisi duduknya. Dia mengambil cangkir kopi di hadapannya dan meminumnya perlahan. Arista memang sudah menyiapkan minum untuk keduanya sejak tadi.

"Kenapa meminta bertemu?" Tanya pria itu datar.

"Kenapa? Apa tidak boleh jika aku ingin bertemu dengan kekasihku sendiri?" Jawab Arista membalas tatapan tajam dari pria itu.

Pria itu adalah Gavin Biantara Ryszard, kekasih yang sudah 2 tahun ini bersamanya. Pria itu adalah pewaris dan salah satu manager di perusahaan tempatnya bekerja. Bisa di bilang Arista menjalin asmara dengan petinggi di perusahaannya sendiri karena sebentar lagi Gavin akan mengambil alih perusahaan kedua orangtuanya itu.

"Sebentar lagi jam kerja, kembalilah ke kantor."

"By... Kau tidak merindukanku? Sudah 3 hari kita tidak bertemu." Ucap Arista dengan nada yang sedikit terdengar manja.

Gavin kembali menghembuskan nafas pelan, "Nanti datanglah ke apartemen ku. Sekarang kembalilah." Ucap Gavin sebelum bangkit dari duduknya. Pria itu berjalan santai menuju pintu keluar membuat Arista segera mengejarnya.

"Kenapa akhir-akhir ini kamu selalu menghindari ku si By... Aku ikut mobil kamu yaa, bukankah kita satu tujuan?" Ucap Arista setelah berhasil menyejajarkan langkahnya dengan pria itu.

"Aku ada meeting di tempat lain."

"Kamu sedang tidak menghindari ku kan By?" Tanya Arista pelan.

Mendengar ucapan gadis itu, Gavin menghentikan langkahnya dan diikuti Arista yang sejak tadi sampingnya. Pria itu menatap kekasihnya dalam, "Bukankah kau tau gimana hubungan kita? Orang kantor tidak boleh ada yang tau. Mengertilah Arista, aku perlu waktu untuk mengenalkanmu pada orangtuaku."

"Bukan itu yang ak-"

"Pergilah, aku sedang sibuk saat ini." Ucap Gavin datar sebelum Arista menyelesaikan ucapannya. Tanpa menunggu respon kekasihnya, Gavin kembali melangkah meninggalkan gadis itu sendiri.

Sekarang Arista tak lagi mengikuti Gavin, gadis itu memilih untuk menatap punggung pria itu yang semakin lama semakin menjauh hingga masuk ke dalam mobilnya. Setelah melihat mobil yang dinaiki kekasihnya menghilang dari pelataran cafe itu, Arista memilih untuk berjalan menuju halte. Dia akan naik transportasi umum saja ke perusahaan tempatnya bekerja.

"Selama ini aku hanya diam, aku tak pernah memperdulikan hubungan kita yang disembunyikan karena kamu memperlakukan ku seolah aku hal yang paling berharga untukmu. Tetapi saat ini kamu berbeda, kamu menjauhiku, kamu tidak lagi perduli padaku. Apa saat ini aku tidak ada artinya bagi mu, By..." Lirih Arista dalam hatinya, tak terasa air mata menetes dari kedua matanya. Gadis itu segera mengusapnya pelan dan segera mendongakkan kepalanya agar tidak lagi mengeluarkan air matanya.

Saat ini keduanya memang menjalani hubungan yang disembunyikan dari orang lain, hanya keduanya yang tau atau bisa di sebut backstreet. Hal itu, mereka lakukan karena aturan kantor yang melarang karyawannya saling memiliki hubungan asmara yang dapat mempengaruhi kinerja mereka di perusahaan. Alasan lainnya, tentu karena kekasihnya adalah putra tunggul pemilik perusahaan tempatnya bekerja.

...****************...

Arista membenarkan riasannya kembali di toilet perusahaannya. Dia sudah melepaskan masker, kacamat, dan topi yang digunakannya sejak tadi sebelum turun dari bus yang dinaikinya. Arista memang selalu seperti itu, dia akan menutupi wajahnya atau merubah tampilannya saat akan menemui Gavin. Hal itu, dilakukannya agar tidak ada yang mengenalinya saat bertemu dengan pria itu diluar, tentunya ini dia lakukan sesuai dengan perintah pria itu.

Setelah menyelesaikan riasannya, Arista segera berjalan menuju mejanya. Dia kembali berkutat dengan pekerjaan dan menyiapkan materi atasannya untuk rapat besok.

"Arista, ayo ikutlah dengan ku." Perintah dari atasan Arista yang bernama Alendra. Manager operasional di perusahaan itu. Usia pria itu sudah sekitar 47 tahun, seusia ayahnya.

Kehadiran atasannya itu membuat Arista tersentak kaget, gadis itu segera bangkit dari duitnya dan menundukkan kepalanya sedikit. "Pak Ale, maaf tidak menyadari kehadiran Anda."

Pak Ale mengangguk, "Tak masalah, ayo ikut meeting dengan klien."

"Baik Pak."

Tanpa membuang waktu Arista segera membereskan barangnya dan bangkit mengikuti Pak Alendra yang sudah berjalan ke arah lift terlebih dahulu.

Saat akan mencapai lift, gadis itu memperlambat langkahnya karena melihat ada Gavin dan seorang gadis tengah berdiri di hadapan Pak Alendra. Harinya bimbang, apakah akan melanjutkan langkahnya atau menunggu sejenak sampai kekasihnya itu pergi dari sana.

"Arista kemarilah."

Belum sempat mengambil keputusan, namanya sudah dipanggil oleh Pak Alendra. Tak ada pilihan lain selain mendekati mereka.

"Pak Gavin, perkenalkan ini Arista. Dia sekretaris saya." Ucap Pak Alendra sembari mengarahkan Arista untuk memperkenalkan diri.

"Selamat Siang, Pak Gavin. Saya Arista, sekertaris manager operasional di perusahaan ini."

Arista memperkenalkan dirinya sembari sedikit membungkukkan badannya tanda penghormatan. Tak ada tanggapan dari pria itu membuat Arista sedikit merasakan sesak di dadanya. Meskipun hubungan mereka disembunyikan, apa tidak bisa pria itu menghargainya sedikit?

"Ohiya Arista, wanita disebelahnya ini adalah Nona Chelsea. Beliau ini manager marketing yang baru." Ucap Pak Alendra ketika menyadari suasana canggung diantara mereka.

"Selamat siang, Bu Chelsea. Saya Arista. " ucap Arista sembari mengulurkan tangannya.

"Siang juga Arista. Untuk selanjutnya kordinasi operasional dengan marketing akan melalui saya ya." Ucap Chelsea dengan anggunnya.

...----------------...

To be Continued

Halo guys, mohon dukungannya untuk storyku ini yaa🥰

PART 2

Setelah berpapasan dengan Gavin dan Chelsea tadi, mereka bergegas pergi untuk menuju tempat pertemuan dengan klien. Arista tak banyak bicara, biasanya dia akan banyak bertanya dengan atasannya itu terkait pekerjaan. Gadis itu memang suka mencari wawasan baru, dia merasa itu akan sangat berguna untuknya dimasa depan ntah untuk apa tapi dia sangat meyakini itu.

Sikap gadis itu yang berbeda dari biasanya membuat Alendra menatap heran bawahannya. "Apa kau ada masalah? Kenapa sejak tadi hanya diam?" Tanya Pak Alendra.

"Tidak Pak. Saya hanya sedikit memikirkan pekerjaan." Ucap Arista sembari menatap Pak Alendra.

"Jika ada masalah kau bisa tanyakan pada saya. Tak perlu sungkan Arista, kau seusia dengan anak saya. Melihatmu yang giat bekerja membuat saya teringat dengan nya."

"Memangnya anak bapak dimana Pak?" Tanya Arista penasaran, dia memang tidak tau tentang keluarga atasannya itu selain istri dan anak laki-lakinya yang saat ini masih duduk di bangku SMA.

Cukup lama pria itu terdiam, membuat Arista menyadari bahwa tak seharusnya dia bertanya hal pribadi terkait atasannya. "Tidak perlu dijawab Pak. Saya meminta maaf karena pertanyaan saya yang lancang."

"Tidak Arista, tidak perlu meminta maaf. Anak pertama saya sudah tenang di alam sana. Dia meninggal dalam kecelakaan 4 tahun silam saat pulang dari kampusnya." Ucap Pak Alendra dengan suara sedikit bergetar.

"Maaf karena telah membuat Anda kembali bersedih Pak. Saya turut berduka dengan apa yang dialami putri Anda."

"Tidak apa Arista, saya hanya merasa sedikit belum ikhlas atas kepergian anak saya. Kau juga berhati-hati hidup di dunia yang keras ini. Ancaman bukan cuma di jalan raya, laki-laki juga bisa menjadi ancaman. Jangan merendahkan harga dirimu pada mereka ya." Ucap Alendra menasehati sekretarisnya itu.

"Baik Pak, terima kasih atas nasihatnya."

Pak Alendra mengangguk, "Jika ada waktu mainlah kerumah, istriku sempat menanyakan kamu beberapa waktu lalu."

"Wah, apa Bu Indri masih mengingat saya Pak?"

Arista kira istri atasannya itu tidak akan mengingatnya. Mereka hanya pernah bertemu beberapa kali sewaktu ada acara perusahaan dan itupun hanya sejenak karena Arista hanya menyapa. Gadis itu tentu bergabung dengan karyawan yang lain.

"Tentu saja. Istri saya bahkan meminta untuk mempertahankanmu menjadi sekretaris Saya. dia tau kamu gadis yang baik."

"Ucapkan terima kasih saa pada Bu Indri Pak."

Pak Alendra mengangguk dan kembali fokus menjalankan mobilnya untuk kembali ke kantor.

...----------------...

Jam menunjukkan pukul 18.30, jam kerja sudah berakhir sejak 2 jam yang lalu. Tetapi sampai saat ini Arista belum menunjukkan tanda-tanda mengakhiri pekerjaannya dan pulang. Dia terus saja berkutat dengan mesin kotak di hadapannya, tangannya terus bergerak lincah untuk menyusun laporan yang minta oleh atasannya.

"Akhh, ini akan sangat lama." Ucap Arista, dia mengambil ponselnya. Dia berniat untuk menghubungi bibinya agar tidak menunggunya pulang. Sepertinya dia tidak akan pulang malam ini, dia akan menyelesaikan pekerjaannya dan pulang ke apartemen Gavin.

Di lihatnya ada beberapa notifikasi di aplikasi pesan yang digunakannya. Salah satunya dari sang kekasih, membuat gadis itu segera membukanya.

...Gavin❤...

Turunlah. Basement B2.

^^^Kamu pulanglah duluan. Aku akan menyusul nanti.^^^

Aku tunggu 15.

^^^^^^Pulanglah duluan, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan. ^^^^^^

Waktumu 12 menit lagi.

^^^Baiklah, aku turun sekarang.^^^

Arista berdecak kesal, dia tak akan bisa melawan perintah Gavin. Pria itu akan marah dan semakin mendiaminya nanti. Jadi gadis itu memilih untuk membereskan barangnya dan segera pergi menuju basement tempat sang kekasih berada. Sesampainya di basement 2, gadis itu melihat hanya ada satu mobil di sana. Tentu saja, jarang ada karyawan yang akan memarkirkan kendaraannya disini jika mereka memilih untuk lembur. Segera Arista menghampiri mobil hitam mengkilat milik sang kekasih.

"Kenapa nunggu aku? Biasanya langsung duluan." Cibir Arista.

Biasanya dia harus menaiki MRT atau taksi untuk menuju apartemen pria itu. Gavin sangat jarang bahkan hampir tidak pernah mengajaknya pulang bersama dengan alasan tidak ingin mengundang kecurigaan. Arista percaya saja dengan alasan pria itu, karena memang hubungan mereka yang belum di publikasi.

"Hmm.." Gavin tak menjawab, pria itu hanya berdeham menanggapi pertanyaan Arista.

Mereka pun duduk dalam diam, selama 25 menit perjalanan menuju apartemen Gavin. Mobil mewah itu hanya dipenuhi kesunyian, tidak ada musik berbunyi, pun dengan manusia bersuara. Sampai akhirnya Gavin bersuara, membuka pembicaraan yang membuat Arista mengernyit heran.

"Kau pindah lah ke bagian marketing."

"Kenapa? Aku sudah sejak awal bekerja dengan Pak Ale."

"Dampingi Chelsea, sekretaris marketing sekarang pria. Lebih baik tukar denganmu."

Arista semakin menatap Gavin tak percaya, kenapa juga dia harus memani manager marketing yang baru itu. Peduli apa pria itu jika Bu Chelsea memiliki sekretaris pria.

"Setahuku kamu bukan pria yang peduli dengan hal seperti ini? Kenapa? Apa peduli mu jika Bu Chelsea memiliki sekretaris pria?" Ucap Arista dengan tatapan penuh kecurigaan.

Gavin menoleh dan menatap tajam Arista yang duduk di sampingnya, "Kamu mencurigaiku berselingkuh?"

"Kamu meresa? Apa dari kata-kataku ada yang menunjukkan bahwa aku curiga padamu? Aku hanya bertanya."

Arista semakin kesal dengan respon pria itu, dia memang penasaran kenapa pria itu menjadi peduli dengan hal hal seperti itu. Sekarang dia justru curiga setelah mendengar ucapan pria itu.

"Kata-katamu menunjukkan itu." Tegas Gavin membuat Arista menghela nafas kasar.

"Sudahlah, terserah padamu. Lebih baik aku pulang." Arista keluar dari mobil Kelvan dan berjalan menuju lift yang tersedia di sana. Saat ini mereka sudah sampai di basement apartemen tempat kekasihnya tinggal.

Setelah masuk ke dalam Lift gadis itu menekan lift untuk menuju lobi, tapi sebelum lift tertutup Gavin menahannya dengan memasukkan salah satu tangannya. Pria itu ikut masuk ke dalam kubik kecil itu dan menekan lantai dimana unitnya berada. Arista tak banyak bicara, dia hanya diam dan menunggu lift sampai di lobi.

Ting

Pintu lift terbuka, Arista melangkahkan kakinya untuk keluar dari kubik itu. Belum sempat mencapai pintu, gadis itu tertarik ke belakang dan merasakan ada sesuatu yang lembab menabrak bibirnya.

...----------------...

To be Continued

PART 3. Apartment

Arista menutup matanya begitu menyadari yang terjadi, dia membuka mulutnya memberikan Gavin akses untuk menjelajah lebih dalam. Mereka terus melanjutkan kegiatan tersebut tanpa memperdulikan jika ada orang yang memasuki lift tersebut.

Gavin semakin memperdalam ciumannya dengan menekan tengkuk Arista. Decapan lidah terdengar jelas didalam lift tersebut, sudah 5 menit berlalu tidak ada dari mereka yang terlihat hendak mengakhiri permainan tersebut.

Ting

Lift terbuka tepat di lantai dimana unit Gavin berada. Mereka bergegas keluar dari lift tanpa melepaskan lumatan mereka.

"Ehmm..." Arista memukul dada Gavin pelan, meminta pria itu untuk melepaskan ciumannya. Gadis itu merasa kehabisan nafas.

"Hah..huh..hah..huh.." Nafas Arista terdengar cepat dan tersenggal. Gadis itu berusaha mengatur nafasnya, lalu menatap tajam ke arah prianya. Tangannya terangkat memukul dada Gavin dengan sedikit keras.

Gavin tak menanggapi, tangan pria itu justru terangkat untuk mengusap bibir gadisnya. Dia membersihkan bekas liur mereka yang tertinggal di sudut bibit gadis itu. Mereka sama sekali tidak peduli dengan sekitar, toh ini merupakan kawasan apartemen elite. Penghuni disini jarang sekali keluar dan didominasi dengan pekerja kantoran. Mereka hanya akan berlalu lalang di waktu pagi atau sore hari, lagipula jika ada yang melihat mereka tidak akan peduli. Tinggal di lingkungan apartemen sangat terasa individualismenya, mereka tidak akan peduli dengan apa yang kita lakukan selama itu tidak mengganggu mereka.

"Ayo kita lanjutkan di dalam." Gavin tersenyum miring, diangkatnya tubuh Arista dengan bridal style. Pria itu segera melangkah ke dalam unit apartemennya.

Arista mengalungkan tangannya ke leher Gavin, kepala gadis itu terangkat untuk meraih bibir prianya itu. Merekapun kembali berciuman sembari berjalan menuju pintu unit Gavin.

Brak

Suara pintu yang tertutup akibat tendangan Gavin tak mengejutkan keduanya. Mereka tetap fokus pada kegiatan yang mereka lakukan. Tanpa menunggu lama Gavin segera membawa kekasihnya ke dalam kamar. Dia rebahan tubuh mungil itu dengan perlahan.

"Let's star the game babe." Lirih Gavin tepat di telinga Arista.

Kembali pria itu menyatukan bibirnya dengan milik sang kekasih. Mereka kembali saling ******* dan *********. Seakan tak pernah merasa puas akan rasa yang sudah menjadi candu. Tangannya bergerak menyusuri tubuh sang gadis sembari membuka setiap kancing kemeja yang dikenakannya.

"Ehmm...."

Suara khas memenuhi ruangan itu, menimbulkan sensasi membara diantara keduanya. Setelah cukup puas, ciuman pria itu turun ke area lehe gadis nya meninggalkan jejak merah keunguan disana.

"Ahhh By..." Erang Arista menahan rasa nikmat yang diberikan kekasihnya. Gadis itu mengangkat wajah Gavin agar berhenti bermain dilehernya. "Berhenti... Ehm.... Jangan tinggalkan tanda disitu... Ehmm..."

Gavin tersenyum melihat ekspresi Arista, dia kembali melanjutkan kegiatannya. Kali ini bermain dengan dua buah milih sang kekasih, dia mulai ******* salah satunya. Sedangkan satunya dia mainkan dengan tangannya.

"Kau milikku..." Lirih Gavin pelan, tidak terdengar.

"Cukup Gavin... Aku sudah tidak kuat lagi... Langsung saja... Ahhhh..." Arista memohon agar pria itu menghentikan kegiatannya.

Kegiatan pun berlanjut hingga mencapai titik kepuasan masing-masing. Tidak ada kata lelah diantara keduannya, mereka saling memuaskan hingga akhirnya tertidur karena lelah.

...----------------...

Arista membuka matanya yang terasa perih karena sinar matahari yang tertuju tepat ke wajahnya. Gadis itu tersentak begitu menyadari hari mulai siang, dia melihat ke samping dan masih mendapati Gavin berada di sebelahnya. Pria itu masih tertidur pulas dengan memeluknya erat, terlihat tubuhnya hanya berbalut selimut tanpa ada sehelai benang pun dibawah sana.

"Tampan..." Ucap Arista, tangannya terulur membuat garis, menyusuri wajah sempurna itu.

Gadis itu tersenyum, di lepaskan pelukan Gavin dan segera bangkit dari tempat tidur. Dia mulai memunguti pakaian mereka yang berserakan di lantai dan segera membersihkan diri. Hari mulai siang, jam kantor akan di mulai sebentar lagi.

Setelah menyelesaikan ritual mandinya, dia bergegas untuk memasak sarapan untuk mereka. Pagi ini dia hanya membuat pancake dengan taburan buah dan madu diatasnya, selain itu dia juga menyiapkan susu untuk asupan tambahan. Setelah siap, dia mulai mengenakan pakaian kerjanya dan membangunkan Gavin.

"By... Bangunlah... Sudah pagi, kita harus ke kantor..." Arista mengusap pelan kepala pria itu.

"Ehm..." Gumam Gavin dengan mata yang setia tertutup. Sepertinya pria itu benar-benar merasa lelah, ya bagaimana tidak mereka saja baru selesai dengan kegiatan mereka sekitar pukul 3 pagi.

"By bangunlah... Bukankah hari ini kau ada meeting penting..." Ucap Arista kembali, tangannya masih mengusap kepala pria itu dengan lembut.

Terlihat Gavin mulai mengerjabkan matanya perlahan, tidurnya mulai terusik hingga akhirnya terbuka sempurna.

"Selamat pagi..." Sapa Arista lembut dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

Gavin hanya berdehem singkat untuk menanggapi sapaan Arista. Pria itu mulai bangkit dan duduk di kasurnya. "Jam berapa sekarang."

"07.30. Segeralah mandi, bajumu sudah aku siapkan. Makanan juga sudah ada di meja, aku akan menunggu disana." Ucap Arista segera bangkit dan hendak keluar menuju meja makan, tetapi tangannya ditahan oleh Gavin.

"Tidak perlu menunggu, berangkatlah lebih dulu." Perintah Gavin datar.

Arista menatap tak percaya pada Gavin, bagaimana bisa pria itu memintanya untuk berangkat lebih dulu setelah apa yang mereka lakukan semalam. Berangkat lebih dulu maka pria itu memintanya untuk berangkat sendiri dengan transportasi umum atau taksi.

"Kenapa tidak bersama saja? Kau bisa turunkan aku tak jauh dari perusahaan."

Gavin menggeleng, "Terlalu beresiko. Ikuti saja." Ucap Gavin lagi dengan tegas tak ingin di bantah. Pria itu segera bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Meninggalkan Arista yang masih diam di tempatnya dengan tatapan tak percayanya.

Akhir-akhir ini dia merasa sikap Gavin mulai berubah, pria itu jadi semakin dingin padanya. Dulu pria itu masih sering bersikap hangat tetapi sekarang dia hanya melakukan itu ketika di ranjang. Sebenarnya Arista sudah lelah dengan hubungan ini, mereka sudah lama berhubungan layaknya suami istri seperti ini tetapi belum ada tanda-tanda Gavin akan meresmikan hubungan mereka.

Arista menatap lama pintu kamar mandi yang tertutup rapat, dia menghembuskan nafas kasar beberapa kali sebelum akhirnya bangkit. Dia menuju dapur untuk mengambil tempat makan miliknya, dia akan sarapan di jalan saja. Gadis itu meminum susunya dan segera keluar dari unit tersebut menuju lobi.

...----------------...

To be Continued

Mohon dukungannya guyss, tinggalkan jejak dibawah yaa🥰

Terima kasih sudah membaca, semoga hari kalian menyenangkan🌹

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!