...warning!...
cerita ini bertema dark romance, buat kalian yang sangat anti dengan tema tersebut bisa di skip. aku ingatin dari sekarang, cerita ini bertema dark romance dan slowburn. untuk yang tidak suka silahkan skip, dan jangan tinggalkan jejak menjijikan.
author menerima kritikan dan saran, tapi menolak dan tak menerima hinaan dan makian. ku harap kalian lebih bijak dalam berkomentar.
see you again, happy reading🔥👠
...........
Arsenio dra bastian, salah satu cucu pendiri DRA company. juga sepupu dari arion dra damarta.
Dengan bentuk wajah yang tegas, rahang yang tajam, hidung mancung serta alis tebal membuat pesona seorang cowok yang sudah begitu terkenal di kalangan wanita itu tampak berkharisma.
di usianya yang kini menginjak 28 tahun, arsen masih belum memiliki niatan untuk berumah tangga. dirinya masih asik bermain dengan dunia malamnya, clubbing, party hingga bermain wanita.
itu lah alasan dirinya begitu terkenal di kalangan para wanita. bukan hanya karena tampang dan uangnya, dia juga terlalu friendly sampai membuat mereka terpesona hingga salah paham.
"arsen. pulang lah lebih awal nanti". ucap sang ibu ketika dia baru menyelesaikan makannya.
"memang nya kenapa?"
"nanti malam pertemuan keluarga besar ibu. jangan sampai telat seperti kemarin kemarin, tak enak dengan yang lain". nasihat sang ibu.
ah, dia tahu sekarang. setiap beberapa bulan sekali, keluarga besar ibunya mengadakan pertemuan. hanya untuk sekedar silaturahmi dan beristirahat dari pekerjaan.
"aku usahakan ibu. kalian pergi lebih dulu, jangan menunggu ku". ucap arsen mengelap bibirnya perlahan.
"aku akan berangkat sekarang" lanjutnya. bangkit meninggalkan meja makan setelah pamit.
mengambil tas tangan berisi dokumen, lalu memasuki mobil Aston Martin kesayangan nya. dia melajukan kendaraan roda empat dengan kecepatan sedang, menuju kantor cabang milik keluarga nya.
"bacakan jadwal ku hari ini". perintah sang direktur pada sang sekertaris.
sang sekertaris yang di ketahuilah berusia dua puluh sembilan tahun itu mengangguk. lalu membuka ipad nya untuk melihat jadwal sang di rektur.
"hari ini jam sembilan anda memiliki jadwal bertemu dengan TA group. pukul sebelas meeting bersama divisi umum. setelah itu makan siang bersama CEO PT.mekaraja terakhir pukul 3 meeting virtual dengan PT.raharja" sang sekertaris menjelaskan dengan rinci.
"anda juga memiliki beberapa dokumen yang harus di tanda tangani". lanjut sang sekertaris.
"meeting virtual bisa di majukan setelah makan siang?" tanya arsen.
"bisa pak, nanti saya hubungi beliau kembali" jawab sang sekertaris.
arsen menghela napas sebentar, mengusap ngusap ujung bibirnya sambil menatap laptop di depannya.
"kamu bisa lanjutkan pekerjaan mu. bawa kesini semua dokumen yang harus di tanda tangan". titah nya.
"baik. saya permisi!"
selepas kepergian sang sekertaris, arsen meraih ponselnya sebentar. dia akan mengabari orang tuanya jika jadwalnya padat, dan mungkin dia akan terlambat datang ke pertemuan keluarga.
tok tok tok
"masuk!"
"ini dokumen yang bapak minta". sekertaris tadi menyerahkan setumpuk dokumen pada sang direktur.
"hm, Terima kasih. tolong kau suruh OB membuatkan ku kopi dan mengantarkan nya kesini". pinta arsen.
"baik Pak".
...
"Kamu lagi dimana?"
^^^"Aku menuju ke sana, tapi terjebak macet. Mungkin akan sedikit agak lama".^^^
"Cepat lah sedikit."
^^^"Aku usahakan".^^^
Tut
Panggilan di akhiri secara sepihak oleh arsen. Dia tengah di perjalanan menuju rumah kakek buyut nya, tetapi malah terjebak di jalan karena macet.
Suara klakson pun ramai ramai mendera indra pendengarnya, kalau tidak salah ada razia hari ini. Untungnya dia bisa selamat, dan segera menambah laju mobilnya.
17 menit kemudian dia berhasil memarkirkan mobil di garasi yang begitu luas. Ternyata memang sudah ramai, dari mobilnya saja sudah terhitung 11 mobil yang terparkir termasuk miliknya.
Dengan sedikit terburu, arsen masuk ke dalam rumah itu. Atensi mereka seketika berbinar melihat kedatangannya, tanpa babibu pria itu mendekat lalu menyapa nenek buyutnya.
"Hallo nek, apa kabar?" arsen bertanya.
"Ya begini lah. Dari mana? Nenek sudah menunggumu dari tadi?" tanya nenek buyut dengan kurang jelas.
Usianya yang memasuki sembilan puluh satu, membuat ucapannya kadang kurang di mengerti oleh yang mendengar. Faktor usia hingga membuatnya kurang fasih berbicara.
"Tadi arsen kerja dulu". Jawab arsen.
Menampilkan senyum yang di balas pelukan oleh nenek buyut nya. Punggungnya di tepuk tepuk oleh lengan yang sudah tak sekuat dulu. Maklum, dia cucu kesayangan.
Setelah menyapa nenek buyutnya, arsen menyapa beberapa keluarga yang lain. Bibi, paman nya, nenek, kakek dan yang lainnya.
Setelah cukup dia duduk di antara perkumpulan pria yang tengah ngobrol. Arsen mengambil satu rokok milik sepupu nya lalu mengapit nya. Menyulut nya dengan api dan mulai menghisap nya.
"Gimana kabarnya? Masih sibuk seperti biasa?" tanya aron, sepupunya yang lima tahun lebih tua darinya.
"Ya begitulah. Ngurusin bisnis sulit, apalagi sekarang ayah sudah pensiun". Jawab arsen mengepulkan asap rokok.
Satu tahun lalu bastian, selaku ayah dari pria itu memutuskan pensiun dan menikmati masa tuanya. Seluruh tabuk tanggung jawab di serahkan padanya sebagai pewaris tunggal.
"Resiko anak tunggal. Btw mana calon? Bukannya kemarin habis ngedate? Gak di kenalin?" tanya aron memulai.
Arsen tertawa mendengarnya, sudah dia duga kemana arah pembicaraan nya.
" omong kosong dari mana itu? Bahkan hidupku hanya di penuhi oleh pekerjaan." kata nya.
"Maklum saja, hanya kau yang belum membawa calon sekalipun". Tawa Zen, sepupu nya yang lain.
Ke empat orang itu tertawa mendengarkan. Memang fakta nya begitu, hanya dia yang belum pernah membawa wanita ke sana. Yang lain sudah berbeda status, menikah atau bertunangan. Hanya dia yang masih berstatus single.
"Sini gue bisikin sesuatu". Arnold menarik pria itu hingga lebih mendekat padanya. Lalu membisikkan sesuatu yang membuat cowok itu menoleh.
Tertoleh ke kanan ruangan, dimana di sana para perempuan yang tengah berkumpul. Tetapi matanya terfokus pada satu orang, yang tengah memakan camilan sambil sesekali menyimak pada pembicaraan.
"Cantik bro?" tanya Arnold menyenggol bahunya, alisnya di naik turunkan menggoda.
Arsen terkekeh sembari menunduk. "Cantik, tapi labil". Ucapnya.
...^^^..Quinlyn.. ^^^...
...segitu dulu, ada yang masih merasa kurang?...
...happy reading...
Saat mendengar pertemuan keluarga besar, rasa antusiasnya tiba tiba mencuat dengan kuat. Ailen tahu pasti apa penyebabnya, alasan yang membuatnya begitu berdebar meski hanya mengingat namanya.
"Sayang.."
Ailen segera menoleh pada pintu, sang bunda yang memanggilnya sudah berdiri di sana.
"Kenapa bunda?"
Bunda naya, tersenyum melihat anaknya tengah berdiri di depan cermin sambil memegang pakaian. Beberapa tahun belakangan ini, anak gadisnya selalu bersemangat untuk pertemuan keluarga besar suaminya.
"Bunda cuma mau tanya, kamu berangkat mau bareng sama ayah bunda atau sama abang?" senyum bunda.
"Kalau bawa mobil sendiri?" tawar ailen.
Bunda naya menggeleng keras sambil tersenyum. "Gak boleh sayang. Janjinya kan nanti kalau udah ulang tahun bunda kasih kamu nyetir sendiri". Ucap sang bunda.
Ah iya, ailen lupa dengan kesepakatan nya dengan orang tuanya. Dimana di ulang tahunnya yang ke tujuh belas dia meminta hadiah sebuah mobil, dan orang tuanya mengabulkan nya dengan syarat dia boleh nyetir sendiri Sampai ulang tahun ke delapan belas. Padahal dia sudah jago nyetir sejak di hadiahi mobil.
Ailen mengangguk mengerti. "Abang aja bun". Putus nya.
"Ya sudah kalau gitu. Bunda keluar, oh ya jangan lama lama. Kamu tahu kan gimana sifat abang kamu?" peringatan bunda naya.
Yah, pria yang beda beberapa tahun dengan nya itu memang punya sifat menyebalkan. Dia tak suka menunggu perempuan lama lama, tapi sayangnya ailen selalu menjahili nya dengan sengaja berlama lama.
Ailen merapatkan tangannya dan mengangkatnya hingga ke samping kepala. "Siap bunda". Senyumnya lebar.
Bunda naya mengangguk lalu pergi dari sana meninggalkan anak bungsunya yang tengah memilih baju.
Setelah pintu tertutup, ailen kembali menghadap untuk bercermin. Di tangannya sebuah dress yang menjadi pilihan untuk dia pakai ke acara pertemuan keluarga.
Baju yang terpilih adalah dress hitam dengan lengan pendek sebatas lutut, juga dengan belahan dada yang membentuk huruf U. Ailen meletakkan nya di atas ranjang berwarna pink nya, kemudian dia melirik jam di atas nakas. Dua jam lagi mereka berangkat, dia memutuskan untuk mandi.
Perempuan kalau soal berdandan memang lama, terlebih untuk melihat orang yang di sukainya. Seperti ailen, mandi hampir satu jam.
Dia keluar dengan handuk di badannya. Rambutnya basah dan dia mulai Mengeringkan nya menggunakan Headriyer. Sebelah tangannya mengambil ponsel dan membukanya untuk melihat seseorang. Tampan!
Setelah rambutnya kering ailen mulai melakukan skincare juga body care. Mencoba menampilkan dirinya yang sempurna di pertemuan nanti. Baju yang di kenakan nya tampak cantik dengan model rambut yang di ikat sebagian.
Dak!
"Astaga!" ailen bergumam pelan.
Menoleh pada pintu yang di gedor cukup kuat. Dia menduga jika itu pasti kakaknya yang sudah bosan menunggu nya.
"Ailen!"
"Bentar bang!" ailen berteriak sambil memilih tas yang akan dia bawa.
"Cepet gak?! Abang tinggal aja kalau masih lama". Teriak cowok itu dari luar.
"Ck, bentar bang sebentar lagi. Lagi benerin make up dulu". Ailen beralasan.
"Masih bocil udah make up. Jangan aneh aneh dek, lo masih sekolah". Peringat sang kakak.
"Iya nggak kok". Sahut ailen.
Gadis itu membenarkan liptint di bibirnya lalu mengambil parfum dan menyemprotkan nya di beberapa titik. Dia membenarkan tas yang di bawanya, dirasa perfect dia keluar dan turun menyusul abangnya.
"Ayok bang!" ajak ailen muncul dari belakang.
Zen yang merupakan kakak dari gadis itu menoleh kemudian masuk ke dalam mobilnya. Pria itu berdecak sebal sebelum menoleh pada sang adik.
"Ini yang bikin gue males bareng sama lo, lama. Bunda sama ayah udah dari tadi berangkat, gue telat gara gara lo". Ucap Zen merasa kesal.
Ailen tak peduli, dia memang sengaja berlama lama supaya sang kakak kesal. "Makanya, bujuk bunda supaya aku nyetir sendiri. Aku kan udah jago". Bujuk nya sesat.
"Lo masih di bawah umur, dengerin kata bunda!"
"Tapi teman teman aku di sekolah juga banyak yang bawa mobil sendiri, padahal kami seumuran". Ujar ailen.
"Jangan lihat mereka len. Bunda lebih tahu yang terbaik buat lo, lo masih labil buat mereka kasih bebas nyetir sendiri. Lagian lo udah di anter jemput, bunda gak ngekang juga itu suatu kebebasan". Nasihat panjang lebar di berikan sang kakak untuk adiknya.
"Lo mau jadi dokter kan?" ailen mengangguk. "Jangan kecewain bunda sama ayah dek, mereka gak nuntut lo harus berhasil jadi dokter. Mereka ingin lo sukses karena kemauan lo sendiri, lo berjuang buat capai cita cita lo. Bentar lagi juga lo ulang tahun, lo bebas setelah itu mau nyetir sendiri" lanjut Zen.
Ailen mengangguk ngangguk pelan, mencoba mengerti ucapan abangnya. Mereka sampai setelah dua puluh menit perjalanan. Ailen keluar lalu merapikan pakaiannya.
"Eh!" ailen terkejut.
Tiba tiba Zen menutupi tubuhnya dengan jas yang tadi di kenakan pria itu. Ailen tentu saja bingung dengan kelakuan kakak nya.
"Ini malam ai, baju lo kependekan." ailen mengangguk mengerti.
...... Quinlyn......
...Happy Reading...
Ailen pov'
Aku berjalan beriringan bersama kak Zen, mataku tak lepas dari beberapa mobil mencari sebuah Aston Martin yang sangat ku kenal. Namun dia tak menemukan, apakah pria itu sudah datang atau belum.
Begitu masuk kami langsung bersalaman dengan nenek buyut kami, lalu pada kerabat kami yang lain. Meski tak semua kerabat hubungan darah, ada beberapa kerabat tiri yang hadir. Kami semua Damai dan tak ada perselisihan.
Tapi mataku tak fokus, aku menelisik ke segala penjuru untuk mencari seseorang. Namun masih tak menemukannya, pria itu tak ada di mana pun.
Saat kami menyapa kerabat tiri, aku berhenti mengikuti gerakan kak Zen yang mengajak nya mengobrol.
"Tan, arsen mana? Belum kesini?" begitu tanya kak Zen.
"Dia sedang di perjalanan. Katanya terjebak macet, tadi sedikit telat kesini karena pekerjaan". Tante dewi menjawab sambil tersenyum pada kak Zen.
Aku ikut menyimak pembicaraan mereka, pertanyaan yang dari tadi bersemayam tertuntaskan oleh kak Zen. Ternyata pria itu memang belum kesini, dia selalu terbiasa telat jika pertemuan.
"Ah ini ailen ya? Cantik sekali kamu nak." tante dewi beralih menyapaku.
Dia bertanya, dan aku tersenyum mendengarnya. "Makasih tante". Aku menjawab, merasa tersanjung oleh pujian beliau.
"Kelas berapa sekarang? Tante sudah lama gak lihat kamu, jadi pangling". Ucapan tante dewi seolah memujiku.
" kelas tiga tan. Aku juga udah lama gak lihat tante, tante gak berubah. Masih cantik baik lagi". Jawabku ikut tersenyum melihat tante dewi begitu teduh menatapku.
"Kamu bisa aja". Tante dewi mengelus kepala ku pelan.
Setelah aku Berpamitan, aku duduk di ujung ruangan dekat tangga. Pandanganku menelisik layar ponsel, yang menampilkan poto candid seseorang.
Satu jam aku duduk di sana, dari tempat itu sepi sampai ramai belum juga pria itu datang. Aku sudah kecewa,karena ku pikir dia memang tidak akan datang. Tetapi saat suara deru mobil yang khas terdengar, wajah yang ku tekuk berubah menjadi sumringah.
Aku menoleh, pada pria yang baru saja masuk ke dalam rumah. Yang masih memakai baju Kantornya, hatiku seketika berdebar tak karuan.
Pikiranku berperang, antara menghampirinya atau tetap diam dan memperhatikan. Mataku tak lepas dari gerak geriknya, yang menyapa nenek buyut serta keluarga yang lain. Tanpa sadar bibirku tersenyum tipis, aku berharap dia menghampiri ku dan menyapaku.
Saat hendak bangkit untuk menghampiri nya, aku kembali terduduk melihatnya bersama sepupu pria yang lain. Salah satunya kak Zen, mereka duduk di area lelaki dan saling bertukar pembicaraan.
"Kau tahu gosip terbaru?" pertanyaan yang mengalihkan atensi ku.
Aku menoleh pada bibi, yang bertanya pada sepupu ku yang lebih tua. Mereka berbisik di sampingku, dan aku ikut menyimak.
"Gosip apa?" sepupuku bertanya.
"Arsen, anak pak bas. Kemarin dia melakukan kencan dengan seorang wanita". Bibiku terlihat antusias bercerita.
Mendengar nama pria yang selalu menjadi pikiran ku, aku tertarik untuk ikut menyimak pembicaraan. Aku mendekat dan dengan datar memperhatikan.
"Oh ya? Tahu dari mana? Jangan percaya rumor, apalagi dia memang terkenal dekat dengan banyak wanita". Aku mencebik dalam hati.
"Ini bukan rumor, kemarin suamiku yang melihat nya secara langsung. Mereka berkencan di sebuah restoran, melakukan dinner romantis hingga berciu*man." bibi sarah meyakinkan.
Entah kenapa wajahku tiba tiba murung, hatiku seolah terpotek mendengar ucapan bibiku. Kencan? Dinner romantis? Berciu*man? Hatiku meradang mendengarnya. Tanpa sadar aku menggigit bibir bawahku cukup keras.
"Benarkah? Aku tak menyangka lho. Dia yang terkenal suka bermain main nyatanya juga bisa serius. Dulu aku juga hampir jadi korban, untunglah bertemu suamiku sekarang". Sahut sepupuku.
"Hm, kau cukup beruntung mendapatkan romie. Kalau dengan arsen, entah apa yang akan terjadi. Di umurnya yang udah cukup, dia masih sendiri. Padahal banyak loh yang dekat dengan dia, aku juga tak percaya seratus persen pria itu berkencan". Sahut bibi sarah.
"Kau benar, pria bermulut manis mana bisa di percaya". Mereka terdengar tertawa bersama.
Hatiku semakin panas mendengarnya. Rasanya tak Terima mereka berbicara soal pria itu. Tapi benarkah arsen seperti itu? Apa aku salah menilainya selama ini?
Aku memilih sedikit menyingkir dari mereka. Ku tutup sebelah telingaku mencegah hal menyakitkan kembali ku dengar. Aku menatap beberapa tatanan makanan di depanku, tampak lezat tapi entah kenapa aku tak berselera.
Aku memalingkan wajahku dengan frustasi, hatiku tak karuan saat ini. Namun tanpa sengaja, tanpa di duga mataku, dan mata nya, arsen, bertabrakan, bertemu tatap.
Jantungku seketika berdetak kencang, nafasku berubah menjadi berat. Kami berpandangan cukup lama, sekitar sepuluh detik sebelum aku memalingkan wajahku kembali.
Oh tidak! Ada apa dengan jantungku? Kenapa berdetak begitu cepat? Aku kembali menoleh kembali pada nya. Pria yang kini ku pandangi tengah tertawa bersama yang lainnya.
......Quilyn......
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!