NovelToon NovelToon

Pacar Bayaran

BAB 001

...PROLOG...

Pemuda tampan duduk di jok taksi, menikmati tenangnya suasana di tengah gempuran kata- kata yang tak terucap dan hanya berjubalan di dalam otaknya.

Kahl El Marco, pemuda yang harus keluar dari rumah ayahnya atas tindakan fatal yang dilakukannya satu bulan lalu.

"Pergi dari sini, tunjukkan bagaimana kamu hidup tanpa ku! Tanpa uang ku! Tanpa nama embel embel dari keluarga ku!"

Marco hanya membawa satu koper yang isinya hanya beberapa lembar pakaian dan beberapa dokumen penting yang mungkin akan dia perlukan untuk bertahan hidup di kota Jakarta.

Tak ada lagi kartu ATM, uang cash, apa lagi black card yang biasanya dia pakai untuk segala jenis kesenangan. Ayah tercinta telah mengusirnya dari rumah, dan sebagai seorang lelaki, Marco siap menjalaninya.

Walau, pada akhirnya, jam tangan, sepatu bahkan semua pakaian mahalnya akan berakhir terjual untuk bertahan hidup, tapi yang jelas, Marco tidak akan pernah berhenti bernapas sampai dia sukses.

Hari ini, selain pindah ke kost baru, Marco juga akan mendatangi agensi model untuk menarik kembali tawaran yang pernah dia tolak sebelumnya.

Yah, Marco butuh makan, dia perlu pekerjaan untuk itu. Kemarin, Marco tak berniat menjadi model karena dia masih memiliki banyak fasilitas dari ayahnya.

Lain dulu lain sekarang.

...\=\=~©®™~\=\=...

...BAB SATU...

Penthouse yang didominasi warna putih, sedikit corak marmer, hiasan pohon hijau dalam pot terletak di beberapa sudutnya.

Kepulan beef steak dengan wangi rosemary yang baru turun dari pemanggang kini menguar melingkupinya.

Pelayan berseragam serba putih menarik dua beef steak untuk di-plating di atas dua piring berbentuk kotak.

Meriasnya dengan garnis selada, irisan wortel dan kol, lalu memberikan mayonaise dan saos tomat di cup terpisah.

Dua air putih di gelas tinggi. Pelayan itu kemudian menyuguhkannya di atas meja makan simple elegan di ujung ruangan.

"Cepatlah makan, Nona Allura."

Patricia, sahabat yang juga merangkap sebagai pelayan. Patricia, wanita pengendali lima elemen.

"Allura telah kalah."

Wanita dengan dress tipis menatap layar televisi yang menyiarkan berulang- ulang berita resepsi pernikahan sepasang pengantin yang tengah saling melingkarkan cincin.

Patricia tahu benar jika sahabatnya tengah patah hati. Naas memang, Allura baru saja menyaksikan meriahnya pernikahan mantan suami dengan pelakor binalnya.

Hubungan yang semula disebut hanya sebatas rekan kerja, nyata yang terjadi Emmanuelle dan Silviana sudah menderit ranjang dan melenguh bersama.

Patricia meraih remote control televisi untuk kemudian mematikan salurannya. Allura tak harus terus menerus menyaksikan kemesraan mantan suaminya yang bajingan.

Pernikahan sudah berlalu satu bulan yang lampau, dan infotainment gosip terus saja memberitakannya.

Wajar saja, Emmanuellson pebisnis ternama, dan selingkuhan yang sekarang diperistri Emmanuelle seorang artis papan atas.

"Tidak perlu dilihat lagi Ex bajingan mu!"

Allura bangkit dari sofa dan beranjak ke kursi meja makan. "Aku hanya penasaran. Berapa ukuran bra istri Nuel yang sekarang."

Patricia terkakak. "Yang pasti lebih besar darimu yang hanya satu genggaman saja."

Allura menyambung tawa sembari duduk dan meraih pisau garpu. "Aku tidak kecil- kecil amat. Silviana saja yang terlalu besar."

"Justru itu yang Nuel sukai."

Patricia membayangkan jika cup tambalan Silviana meledak ketika diremas. Semua orang tahu, Silviana ketagihan operasi dan hasilnya memang seksi sekali.

Buktinya, Emmanuellson tergoda dan pergi dari Allura hanya untuk menikmati rancangan plastik hasil karya dokter bedah Korea.

Patricia melepas celemek dan topi ala pelayannya, lalu duduk di depan Allura sebagai seorang sahabat seperjuangan.

Yah, sama seperti Allura, Patricia juga tidak memiliki pasangan meski bukan janda. Dia gadis yang sudah tidak gadis tapi jomblo.

"Setelah Nuel bahagia bersama Silvia. Apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

"Menikmati hidup." Sudah sering Allura bilang, Allura ingin Patricia menemaninya disaat seperti ini, dan tidak membuatnya bersedih.

Allura mengangguk, kemudian memagut daging yang dia potong. Sebelum, kembali bicara setelah mengunyahnya.

"Kau ada ide untuk agenda hidup ku yang monoton ini, tidak?"

"Ide apa?" Patricia baru mengerat steak medium rare miliknya.

"Kira- kira, apa yang akan membuatku bahagia setelah bercerai?" Allura sempat- sempatnya tertawa karena dia tidak ingin ada yang menangisi kegagalan rumah tangganya.

"Apa lagi?" Patricia menyela. "Tentu saja kau harus memiliki dada yang besar seperti istri mantan suami mu! Operasi kek!"

"Sialan!" Allura melempar gumpalan tisu yang baru saja dipakainya.

"Menikah lagi saja," usul Patricia. "Bagaimana kalau dengan Berondong?" sarannya.

"Stagaaa!" Allura memutar bola matanya secara malas. "Yang benar saja! Aku saja masih trauma, kau berikan usul itu?!"

"Ini serius!" Patricia memicing. "Memangnya kau tidak penasaran dengan tubuh pria selain Nuel yang bajingan itu?"

"Kau benar- benar gila!" Wanita 29 tahun itu tidak memiliki cita- cita untuk menikah. Apa lagi setelah perceraiannya dengan Nuel.

Allura memiliki ketidak percayaan terhadap semua lelaki di dunia ini. Yah, bahkan dua adik lelakinya pun play boy cap sayap.

Patricia meraih ponsel yang berdering, bukan pesan melainkan pengingat. "Oya, hari ini ada pemotretan produk baru bersama El Marco untuk Cheryl brand underwear!"

Allura hanya manggut-manggut sembari melanjutkan makannya.

BAB 002

Allura Khai Bachtiar, seorang fotografer profesional yang juga membantu ayahnya mengelola startup AGL Escape. Perusahaan rintisan yang di-founderi ayahnya sendiri.

Letak kantor pusat AGL Escape ada di bangunan yang sama dengan gedung berlogo X-meria group. Hanya menyewa, akan tetapi valuasi dari startup ini tidak bisa dikatakan main- main, bahkan beberapa tahun terakhir, si decacorn sudah merambah ke hectocorn.

Perusahaan yang bergerak di penyediaan jasa fotografi, videografi, dari pembuatan iklan, jasa foto wedding, majalah bisnis real estate dan AGL Escape memiliki banyak kameraman handal untuk disewakan.

Seperti rencana awal, hari ini Allura dan Patricia mendatangi lokasi pemotretan produk baru brand lokal yang mendunia.

Skinny jeans melapisi kaki jenjang Allura, kemeja putih longgar yang digunakan sebagai luaran kaus top hitam tak berlengan. Rambut bergelombang miliknya dia cepol sederhana.

Berbeda sekali dengan penampilan Patricia yang selalu glamor. Rok mini ketat, sepatu boots tinggi, dan anting yang panjang.

Tempatnya di lantai 28, lantai yang mengelola production house X-meria, karena produk underwear ini juga menyeponsori film terbaru PH tersebut.

Allura yakin akan bertemu dengan istri dari mantan suaminya yang juga membintangi filmnya, tapi Allura sendiri tak pernah merasa terganggu dengan kehadiran pelakor binal itu.

Lantai ini memang dibuat untuk shooting, lebih tepatnya dijadikan studio X-meria. Dan di beberapa ruangan telah disiapkan berbagai macam jenis dekorasi bongkar pasang sesuai dengan kebutuhan pengambilan gambar.

"Sudah siap?"

Patricia menanyai makeup artist El Marco. Dan melirik pada lelaki berhanduk kimono tebal putih tulang yang berdiri di sisi jendela sembari menyeruput kopi dari cangkirnya.

Marco menatap gedung sebelah yang juga tampak luar biasa. Ah, Marco ini terlalu tampan untuk tidak dilirik oleh siapa pun terkecuali Allura.

Fotografer cantik itu duduk di ujung nakas demi merapikan kamera mahalnya. Sejauh dia berkarir, hidupnya hanya seputar kamera dan hasil jepretannya.

Mungkin itu juga salah satu alasan suaminya berselingkuh. Allura terlalu tak acuh terhadap penampilannya, sementara Emmanuelle tipe lelaki yang perfeksionis.

"Al, Marco sudah siap." Patricia membuat Allura segera mengangkat duduknya sambil berjalan mengikutinya dengan masih fokus pada kameranya.

Sampai, tubuhnya menabrak seseorang yang kemudian menangkap kamera dari lompatan tangannya. "Hati-hati, Nona."

Allura sempat terdiam menatap dada bidang dan perut kotak- kotak, hingga sihir yang membekukan wanita itu dilenyapkan oleh deheman suara berat Kahl El Marco.

Pria dengan sejuta kharisma. Wajahnya antara Mas Mas Jawa yang kebule- bulean, entahlah, sedari jaman penjajahan Indonesia sudah dikontaminasi gen negara seberang.

Banyak wanita pribumi yang melahirkan keturunan Belanda, India, dan lain sebagainya, maka tak heran jika daerah yang banyak dijajah seperti Jawa ini terdapat pria lokal yang wajahnya bukan seperti pribumi.

Tapi, setahu Allura, sejauh ini Marco hanya mondar- mandir di majalah underwear, tidak berniat mengambil peran di perfilman meski jika dilihat dari wajahnya akan sangat proper menjadi pemain film.

"Perkenalkan, ini model kita, Nona."

Wanita itu yang mengkoordinir kegiatan di sini, dan Marco sempat tertegun sesaat dengan bibir melongo. "Jadi, wanita cantik yang mau memotret ku?"

Allura hanya memutar bola matanya melihat pemuda tampan itu menutup dada bidangnya seakan akan tak mau dilecehkan. "Cepatlah, tidak perlu drama!"

Marco protes. "Aku tidak bisa dipotret dalam kondisi setengah telanjang oleh seorang wanita, asal tahu saja aku masih perjaka!"

"Tapi fotografer yang biasanya sedang tidak ada di Indonesia. Dan aku putri dari fotografer yang biasanya mengambil gambar mu!"

"Tetap saja aku tidak bisa!" Marco kemudian menyengir tiba-tiba. "Tidak bisa menolaknya."

"Drama!" Allura ketus. Dan Patricia tertawa, memang sialan Berondong playboy satu ini.

Marco membuka tali kimono, lalu berdiri berpose maskulin di sisi jendela. Allura mulai menyiapkan kameranya, menata set pencahayaan dan lain sebagainya.

Bidikan kamera sudah dia lakukan sekarang, bukan memotret, Allura justru fokus pada perut dan bawah perut yang menonjol di balik CD bertuliskan merek yang akan diiklankan.

"Kau meneguk ludah, Nona?" Teguran Marco membuat fokus Allura gagal. Sial, tubuh bidang pria ini seksi sekali, Allura terpana.

Marco memoles senyuman. "Kau boleh memotret ku bahkan hingga ke wajah."

Yah, Allura pun ingin sekalian memotret wajah, tapi ini akan dianggap pelanggaran hak, karena kontraknya hanya boleh memotret bagian yang dibaluti produknya saja.

Jadi, setampan apa pun wajah Marco, Allura hanya akan memotret bagian bawahnya saja, tepatnya di bagian underwear pria itu. Dari dada hingga ke kakinya.

Walau dengan perasaan yang sering dibuat deg deg ser, Allura tetap profesional meraih jepretan yang estetik. Dari pose satu, dua, tiga hingga pose berikutnya telah diabadikan oleh kamera mahalnya.

Selesai dengan kegiatan itu, Marco mendatangi Allura untuk sekedar memeriksa hasilnya yang perfect. "Sempurna!" pujinya.

"Terima kasih kerjasamanya." Allura mengulur tangan dan Marco menerima dengan senyum lebarnya. "Senang bisa bekerjasama. Tapi, aku harap Nona tidak diam- diam menyimpan gambar wajah ku."

Allura tertawa malas, anak ingusan ini amat sangat percaya diri. Konon yang Allura dengar umur Marco baru 19 tahun tapi, deep voice yang dimiliki sudah pro sekali.

Marco meraih pakaiannya untuk dibawa ke kamar mandi, sementara Allura keluar dari ruangan, disaat yang sama mata Allura mendapati Emmanuelle bersama Silviana.

Di sana Silviana berbicara dengan para wartawan yang haus akan berita kegiatan kesehariannya. "Suamiku lagi nggak kerja, jadi sekarang antar istrinya ke lokasi syuting."

Lenggak- lenggok bicaranya membuat Allura mual, dan Allura heran kenapa Emmanuelle bisa betah bernapas di sisi wanita itu.

Silviana masuk ke lokasi syuting diiringi para wartawan yang mengerumuni, sementara Allura mulai mencari tempat di mana dia bisa memeriksa kembali hasil kerjanya.

Tak berapa lama, seseorang duduk di sisinya sambil berdehem. "Al ... Apa kabar?"

Allura mengenal suara itu, Allura menoleh, menatap pria yang menceraikannya lima bulan lalu. "Aku baik. Aku masih hidup."

Emmanuellson memiliki alasan selain hanya tergoda kemolekan Silviana. Yah, Allura terlalu tak acuh pada penampilan dan hubungan mereka, terlalu independen.

"Silviana sudah garis dua."

Ah, Allura semakin patah hati mendengar berita ini. Tapi, apa pun itu, Allura tetap menunjukkan ketegarannya. "Congrats."

BAB 003

Emmanuellson begitu mencintai Allura, yah setidaknya dahulu Allura pernah merasa dicintai sebegitu hebat oleh Emmanuellson.

Keduanya satu SMA yang sama, kuliah di universitas yang sama, bahkan pernah bekerja di perusahaan yang sama hanya karena tak rela terpisahkan.

Hubungan yang cukup lama, dihancurkan oleh kehadiran singkat Silviana. Allura tak pernah menyangka jika suami yang sudah menikahinya selama tiga tahun berkhianat.

Soal anak, Emmanuellson sendiri yang ingin menundanya sedari awal menikah. Tetapi di pernikahannya bersama Silviana, Emmanuelle justru membanggakan dua garis Silviana.

Selamat, hanya itu yang bisa Allura katakan di atas patah dan remuk hatinya. Emmanuellson sudah bukan lelaki yang sama lagi sekarang.

Aroma parfum, gaya pakaian, semua yang ada di hadapan Allura sudah berbeda jauh sekali dengan Emmanuellson yang dia kenal.

"Hubby!"

Usai dengan pekerjaannya, Silviana merentangkan kedua tangan manja kemudian Emmanuelle memasukkan wanita itu ke dalam pelukannya.

"Sudah selesai?"

"Sudah," jawab wanita itu. Silviana baru 25 tahun, berparas cantik, ceriwis, karir super, seksi dan bertalenta, sempurna!

Saking sempurnanya pasangan itu, Allura sampai tertarik untuk mengambil gambar mesra mereka lewat kameranya.

Silviana sudah biasa difoto, divideokan, tapi Allura ... untuk apa ikut- ikutan? "Ini mantan ngapain ikut- ikutan fotoin Silvia sih?"

Allura hanya tertawa santai sambil menatap hasil jepretannya. "Akan aku kirim ke Banyuwangi. Menjajal santet legendaris."

"Allura!" Silviana melotot. Kemudian menggoyang Emmanuelle. "Sayang, lihat, mantan kamu kriminal!"

Emmanuellson berdecak. "Sudahlah, Allura hanya bercanda."

"Tapi gimana kalau dia beneran kirim guna- guna ke kita?" tukas Silviana.

Emmanuellson hanya tertawa. "Aku paling mengerti Allura, Sayang. Dia bukan orang yang percaya hal mistis seperti itu!"

Silviana kesal, karena meskipun sudah menikah, Silviana masih kesulitan membuat Emmanuelle membenci Allura. "Kamu masih suka ya sama dia?"

"Enggak Sayang."

Allura miris mendengarnya. Benar, andai Emmanuellson masih sayang, maka takkan pernah terjadi pengkhianatan.

Silviana memeluk suaminya sambil mendayu suara semanja mungkin. "Allura nggak laku sama cowok, bodynya biasa ajah, makanya Sisil takut dia rebut kamu lagi dariku!"

Ucapan fatal yang membuat Allura tersulut dan mendorong Silviana. Sudah dia relakan suaminya untuk penampungan sampah ini, tapi, wanita ini semakin tidak tahu diri.

Allura masih menghargai Emmanuelle karena hubungan mereka berawal dari sahabat dan akan tetap seperti itu. Keduanya sudah berjanji persahabatan ini tidak akan pernah putus hanya karena gagalnya pernikahan.

Namun, bukan berarti Allura akan diam ketika Silviana mencacinya. "Apa kamu bilang?!"

"Kamu nggak laku!" sergah Silviana. Cakaran, tabokan, telah mendarat di wajah Silviana.

Emmanuellson tersentak, ia bergegas meraih Silviana untuk dilindungi. "Al, jangan, Al!"

Asli Allura telah ditampakkan, Emmanuelle paling mengerti bagaimana Allura melumpuhkan lawannya. Dan dia tak mau Silviana dihakimi mantan istrinya.

"Dia istriku, Al!"

Silviana semakin menjadi. "Dasar nggak laku! Body datar kayak triplek, pantesan suami kamu lebih milih aku!"

Bukan hanya cakaran, Allura meraih vas bunga kemudian dipukulkan ke kepala Silvia yang menjerit- jerit histeris.

"Allura!" pekik Emmanuellson. "Dia istriku sekarang!" belanya memperingati.

Allura tak menjawab, hanya asyik menatap tajam lelaki yang dia sayangi selama hampir separuh usia hidupnya. Sembari menahan agar tidak menjatuhkan air matanya.

"Aduh!" Sang sutradara menepuk kening, dia menghela napas panjang. "Gimana ini nanti syutingnya kalau rusak?" gerutunya pelan.

Mendengar itu, Allura beralih menatap sutradara filmnya, nyalang. "Ngadu ke pimpinan kalian, bilang Allura yang acak- acak artisnya!"

Tak ada yang menjawab, karena Allura salah satu cucu dari pemilik PH ini. Allura hanya terlihat biasa di penampilan, tapi untuk urusan pengaruh keluarga, Allura pemenang.

Semua orang tidak akan pernah melupakan jika Allura keponakan dari CEO X-meria group, yang itu berarti Allura juga punya kendali atas gedung ini.

"Suruh jalang kamu jaga mulut!" Allura memperingati mantan suaminya dengan tatapan dan teguran keras.

Silviana terlihat menangisi dandanannya yang sudah tidak sempurna. Bahkan, ada cidera di beberapa sisi pipinya. "Muka Sisil rusak, hiks."

Emmanuellson tampak menyayangi istrinya, sama seperti saat lelaki itu memperlakukan Allura dahulu. "Ya sudah- sudah, kita pulang ya, luka kamu perlu dirawat khusus."

Sebelum semakin sesak melihat kemesraan mereka, Allura bertolak pergi. Masuk ke dalam ruangan di mana dia meletakkan tas untuk kamera mahalnya.

Meraih dan bergegas keluar dari tempat terkutuk ini. Patricia yang sedari tadi hanya menyimak, wanita itu berlari mengekori nona mudanya.

Tak pernah Patricia takut jika urusan perkelahian, Allura selalu menang. Dia malah terhibur dengan adanya pukulan vas bunga di kepala Silviana. Sama- sama keduanya masuk ke dalam lift, dan turun ke lantai dasar.

Tiba di lobby, mereka bertemu kembali dengan pemuda yang wajahnya ditekuk, bahkan setelah mendapatkan banyak uang.

Marco agaknya tidak puas dengan bayaran yang diberikan. Padahal, pemotretan yang hanya sebentar tadi dibayar dengan harga yang amat mahal untuk seorang model.

Patricia paling tak bisa melihat pemuda tampan bersedih, rasanya ingin memberikan pelukan manja. "Kau sudah dapat uang besar dan kau masih pasang muka sedih?"

Menoleh, Marco mendesah. "Bayarannya memang besar. Tapi job seperti ini, tidak setiap hari ada, Kak. Makanya Marco bingung, setelah ini Marco nggak ada kerjaan lagi."

Mendadak, otak Patricia berjalan, pikirannya memang sedikit cepat untuk memikirkan hal intrik yang licik. "Kau mau pekerjaan yang ada penghasilan perbulan?"

"Hmm, pekerjaan yang tetap bisa punya waktu kuliah. Dengan gaji di atas UMR. Andai saja ada," harap Marco.

Patricia berapi- api. "Tepat, kau bertemu orang yang tepat, Marco!"

"Kakak punya lowongan?"

Patricia merangkul pemuda itu. "Kakak punya pekerjaan yang pas buat mu. Bayarannya lima kali lipat gaji UMR. Dapat mes, dapat pentaris motor gede, dapat uang saku setiap hari. Bonus uang semester per enam bulan sekali."

"Kau bercanda, Kak?"

"Serius." yakin Patricia.

"Kerja apa?"

"Jadi kekasih, Nona Allura." Perkara yang memancing tolehan kepala Allura.

"Patricia!" Allura menegur. Namun, Patricia tak menggubris. "Kapan lagi bisa bekerja menjadi pacar Nona cantik dengan benefit yang sebaik ini?"

Allura menarik sahabatnya. Lantas Patricia berbisik di telinga. "Ini kesempatan untuk menunjukkan kalau kamu laku! Sejauh ini nggak ada yang lebih ganteng dari Nuel kecuali para cowok dari keluargamu sendiri! Nah, Marco ini orang yang pas!"

Allura mendelik menolaknya. Akan tetapi, mata yang tak sengaja mengerling ke kanan menangkap keluarnya Emmanuellson dari lift sambil menggendong Silviana ala bridal style.

Sungguh, kekesalan yang tadi masih tersisa, dan Emmanuelle seolah menyiramkan lada ke atas luka basahnya. Allura menatap Marco yang agaknya masih menunggu kepastian.

Allura meraih kerah kemeja tak terkancing Marco untuk ditariknya. "Tiga juta untuk mu, tapi cium aku sekarang!"

"Hah?" Marco terperangah.

"Cium aku!" ketus Allura terburu-buru. Dia ingin sekali Emmanuellson menyaksikan jika dirinya pun sudah memiliki penggantinya.

Bukan tidak mau mencium, Marco hanya takut salah cium saja. "Di bibir?" tanyanya.

"Bukan, tapi pantat! ... Ya iyalah bib--" Marco menarik tengkuk Allura, mencium bibir, bahkan terpejam menikmati pagutannya.

Allura yang menyuruhnya mencium, malah wanita itu yang dibuat tersentak akan aksi Marco kali ini.

Bukan hanya Allura yang terkejut, Patricia, hingga Emmanuellson agaknya terkaget- kaget melihat Allura dikecup pemuda berpawakan tinggi itu.

"Sayang!" Emmanuellson tak mendengar teriakan histeris Silviana yang tak sengaja dijatuhkan ke lantai saking tercengangnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!