NovelToon NovelToon

Fell In Love With Mr. Cookies

Bab 1: Permintaan Ditolak

Grace Jacorey, wanita dengan balutan blazer putih yang senada dengan celana yang dipakainya keluar dengan wajah kesal dari ruangan atasannya. Ingin sekali dirinya menendang pintu ruangan atasannya itu. Bagaimana tidak, ia baru saja mengajukan cuti selama empat hari tapi ditolak dengan alasan pekerjaan mereka sedang menumpuk dan pemilik Media Ace ingin memantau kinerja mereka minggu depan. Padahal satu minggu ini ia sengaja lembur dan ikut mengambil tugas di lapangan dengan alasan agar atasannya memberinya cuti.

"Semuanya gagal.. menyebalkan sekali," ucap Grace kesal kembali ke ruangannya. Ia tidak akan ikut dengan kedua temannya liburan. Mereka berencana liburan ke Hawai. Gagal sudah rencana yang sudah mereka susun sejak satu bulan yang lalu. Ia bahkan sudah membeli beberapa pakaian dan aksesoris baru hanya untuk liburan ke Hawai. Inilah akibat dirinya yang terlalu senang duluan

"Hei.. ada apa dengan wajahmu itu," timpal Ellen yang sedang merapikan barang-barangnya hendak pulang. Jam kerjanya sudah selesai.

"Regan menolak permintaan cutiku," kata Grace duduk di kursi dengan wajah masam.

"Si keras kepala itu tidak pernah berubah. Kamu harus sabar menghadapinya Grace." Ellen menggeleng-gelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan Regan. Sebagai pegawai terlama, ia tentu sudah mengenal Regan kepala redaksi mereka. Padahal jika diingat-ingat, Grace belum pernah mengambil cuti.

"Bagaimana kalau kamu minta cuti minggu depan saja. Mungkin saja dia akan setuju," kata Ellen mendekati meja Grace.

"Ck.. Aku tidak percaya dengan itu," balas Grace berdecak kesal.

"Grace, aku pulang duluan. Ayahku menjemputku hari ini," ujar Ellen membaca pesan dari ayahnya. Grace mengangguk. Ia lalu menyandarkan badannya di kursi. Grace bekerja sebagai Editor di Media Ace. Media ACE adalah perusahaan media yang menyajikan berita seputar peristiwa nasional, politik, olahraga, bisnis, entertainment, kesehatan, life style dan lainnya. Selain itu Media Ace menjadi platform menulis bagi anak-anak muda. Berdiri sejak 3 tahun lalu dan belum terkenal seperti media lainnya. Sangat sulit untuk bersaing dengan perusahaan media lainnya. Mereka bahkan belum memiliki jaringan televisi sendiri. Pemilik perusahaan belum cukup modal. Bahkan beberapa pekerjanya terkadang memiliki pekerjaan yang merangkap.

Grace senang bekerja ditempatnya meskipun awalnya ia sedikit kesulitan dengan pekerjaannya karena ia merupakan lulusan keuangan. Kalau saja waktu itu Media Ace membuka lowongan untuk bagian keuangan, sudah pasti ia akan melamar posisi itu. Grace pernah ingin resign namun ia mengurungkan niatnya mengingat mencari pekerjaan sangat susah. Lagipula tidak ada yang menggubris lamarannya satupun. Ponselnya bergetar, Grace mengambilnya dari saku blazernya.

"Huh.." Grace menghela nafasnya menatap layar ponselnya. Kalender pengingat untuk membayar sewa apartemennya.

"Ya Tuhan.. rasanya aku baru saja membayar sewa apartemenku tiga bulan yang lalu dan sekarang aku harus membayarnya lagi," gumam Grace seolah tidak rela uangnya keluar dari dompetnya.

"Sebaiknya aku pulang saja. Berlama-lama di sini akan membuatku semakin muak. Apalagi membayangkan wajah Regan si kaku dan jelek itu," celotehnya mulai merapikan barang-barangnya. Percayalah dia hanya berani mengomel di belakang. Nyalinya akan menciut kalau sudah di depan Regan.

Grace keluar dari departemen editor menenteng tas kerjanya. Tak sengaja ia berpapasan dengan Regan saat ingin menuju lift. Grace memasang wajah kesalnya saat melihat wajah pria itu.

"Ada apa Grace. Kamu terlihat kesal," kata Regan membuat langkah kaki Grace berhenti. Ia lalu memutar tubuhnya menghadap Regan. Pria itu menatapnya dengan senyuman seolah mengejek Grace.

"Sepertinya anda salah Pak. Saya baik-baik saja," ucap Grace memasang senyuman manisnya namun sebenarnya ia ingin sekali meninju atasannya itu.

"Akan lebih baik jika begitu," ucap pria itu pergi meninggalkan Grace yang kembali memasang wajah datarnya.

"Wajahnya memang manis, tapi tak semanis sifatnya.." gumam Grace. Jujur, Regan memiliki wajah yang tampan. Saat baru pertama kali bekerja, ia terpesona dengan sosok Regan. Namun bukan berarti ia jatuh hati dengan pria itu. Banyak wanita di kantor mereka yang jatuh hati dengan pria itu. Bahkan terang-terangan menarik perhatiannya. Tapi sepertinya pria itu tidak tertarik dengan pegawai wanita di kantor mereka.

Bab 2: Kepergok

Setibanya di lantai satu, Grace ingin menemui Bella sahabatnya yang menjadi seorang wartawan di perusahaan mereka. Keduanya berencana ingin ke salon sore ini. Bella lah yang mengajaknya. Katanya dia ingin mewarnai rambutnya.

"Oh hai Grace..." sapa Nolan yang merupakan koordinator liputan di Media Ace. Pria berambut coklat yang saat ini memasuki usia ke 30. Berbeda dengan Regan, Nolan lebih ekspresif dan hangat. Oleh karena itu, staff wanita di kantor mereka senang berteman dengan Nolan. Sikap baik pria itu membuatnya masuk ke dalam list pria kriterianya. Hanya saja Nolan sudah punya kekasih.

"Hai Nolan.. aku ingin menemui Bella," kata Grace.

"Bella? Sepertinya dia sudah pulang setengah jam yang lalu. Apa dia tidak memberitahumu?".

Grace menggeleng, "thanks Nolan, kalau begitu aku pergi dulu," ucap Grace. Nolan mengangguk.

Grace mengambil ponselnya lalu menghubungi Bella.

"Bel, kamu di____"

"Aku akan menghubungimu nanti Grace. Bye..."

"Ada apa dengannya," gumam Grace menatap layar ponselnya. Grace mengangkat panggilannya dengan cepat dan hanya mengucapkan kalimat itu dengan nada yang cepat.

"Kalau begitu aku pergi sendiri saja," kata Grace menuju parkiran.

Grace masuk ke dalam mobil yang dibelinya empat bulan yang lalu. Mobil ini jugalah yang menguras isi dompetnya. Ia lalu mengemudikan mobilnya menuju salon tempat ia dan teman-temannya biasa kunjungi. Grace ingin memotong rambut hitamnya yang sudah panjang. Ia sudah menyimpan model potongan rambut yang diinginkannya di ponselnya. Kali ini ia ingin potongan rambut berponi.

*****

Grace tampak berdiri di depan sebuah unit. Bukannya pulang ke unitnya setelah dari salon, Grace memilih mengunjungi unit sahabatnya sekaligus memamerkan gaya rambut barunya. Lagi pula besok weekend. Dia tidak harus bangun cepat karena bekerja. Tempat ini adalah pilihan terakhirnya setelah Bella pergi dan tak tahu entah kemana dan Jena yang sedang pergi dengan sepupunya. Padahal ia ingin membahas perihal liburan mereka.

"Kemana perginya wanita yang satu ini," gumam Grace menekan bel pintu unit di depannya.

"Ya Tuhan... Apa sekarang mereka tidak menyayangiku lagi," Grace berkacak pinggang. Sebelum mendatangi unit Alena, ia sudah menghubungi wanita itu dan mengirim pesan dan sampai sekarang tidak ada balasan.

"Aku yakin Alena pasti sedang tidur," kata Grace berbicara sendiri. Grace menekan sandi pintu hingga akhirnya pintu terbuka. Sebenarnya ia tahu sandi unit Alena dan bisa masuk begitu saja. Hanya saja ia ingin membuat Alena terganggu dan menyambutnya dengan wajah kesalnya. Grace melangkahkan kakinya menuju kamar Grace. Perhatiannya tertuju pada tas hitam di sofa. Alena sedang ada tamu? Grace mendengar suara pria dan wanita dari dalam kamar.

"Alena... Alena.. apa kamu di kam___" Grace terbelalak, "Lan....lanjutkan saja," dengan cepat menutup kembali kamar Alena. Wajahnya merona, ia melangkahkan kakinya menuju dapur untuk mencari apa saja yang bisa di makan.

Sementara itu Alena di dalam kamarnya hendak turun dari atas ranjangnya namun tangannya segera ditahan oleh David. Pria yang akan memasuki kepala empat dua tahun lagi. Pria itu merupakan pemilik sekolah tempatnya bekerja.

Usia David sepuluh tahun lebih tua dari Alena.

"Aku lihat Grace sebentar," kata Alena menatap wajah kekasihnya yang terlihat menahan gairahnya.

"Nanti saja, kita bahkan belum sampai ke inti sayang," David menarik tubuh Alena lalu menindihnya. David lalu mencium bibir Alena dengan rakus. Alena tidak bisa menolak David, sepertinya ia akan menemui Grace setelah kegiatan mereka berakhir. Meski tidak yakin akan selesai dengan cepat. Alena sangat mengenal David. Apalagi pria itu langsung datang ke tempatnya setelah pulang dari luar kota selama satu minggu dan mengatakan dirinya sedang lelah. Hanya Alena lah obatnya.

Bab 3: Interogasi

"David..nghhhh..." lenguh Alena kala pria itu memainkan bukit kembarnya.

"Oh sayang... kamu adalah canduku.." David melahap bukit kembar milik Alena dengan rakus. Satu tangannya bergerak melepaskan CD Alena. Sungguh, ia merindukan kekasihnya. Semua yang ada pada Alena, ia merindukannya.

David yang tak sabar lagi segera menyatukan milik mereka. David tersenyum menatap wajah Alena yang mengerang di bawahnya.

Sementara itu, Grace bergedik ngeri mendengar suara de.sahan dari dalam kamar Alena hingga ke dapur.

"Apa senikmat itu," gumam Grace meneguk jusnya. Ia mendengar Alena merancau. Dia belum pernah melakukannya dengan mantan-mantannya. Tentu saja karena ibunya yang melarangnya dan kakaknya having s.ex sebelum menikah. Walau tidak melarang keras. Hanya saja ibunya berharap agar itu tidak terjadi. Itu karena ibunya berasal dari keluarga konservatif. Tapi Grace tidak yakin dengan kakaknya. Dulu saat ia masih kuliah, beberapa kali berkunjung ke unit kakaknya dan tak sengaja melihat kakaknya tidur tanpa busana dengan kekasihnya. Tapi sayang, mereka sudah putus. Padahal ia mendukung hubungan kakaknya dengan pria itu.

Setengah jam kemudian David dan Alena mencapai pelepasan mereka. Pria itu menjatuhkan tubuhnya di atas Alena. Keringat membasahi tubuh mereka.

"Aku mencintaimu sayang.." David mengecup leher Alena, menarik miliknya lalu merebahkan tubuhnya di samping Alena.

Alena bangun, menutupi tubuh polosnya dengan selimut.

"Istirahatlah.. aku ingin melihat Grace dulu," kata Alena mengusap kepala David dengan lembut. Alena mengganti lampu kamarnya dengan lampu tidur agar David bisa tidur dengan nyenyak. Itulah yang membuat David menyukai Alena. David menyukai Alena yang penuh perhatian yang tidak ia dapatkan dari istrinya.

"Berikan aku kecupan pengantar tidur," ucap David manja. Alena terkekeh lalu mengecup bibir kekasihnya. David lalu memejamkan matanya. Setelah ini ia akan tidur dengan nyenyak.

Alena turun dari ranjang, mengutip pakaian miliknya dan David yang berserak di lantai. Alena mengambil baju ganti lalu melangkah menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya.

Tak lama kemudian Alena keluar dari kamarnya memakai baju tidur. Ia melihat Grace yang sedang tertawa dan kadang bicara sendiri sembari menatap layar ponsel. Ia yakin dia sedang men-scroll media

sosialnya dan menemukan gosip baru.

Grace menyadari kedatangan Alena. "Ku pikir aku akan menunggumu hingga pagi," protes Grace. Alena terkekeh. Ia duduk di hadapan Grace.

"Sejak kapan? Kalian bertemu dimana? Oh tidak kita mulai dari siapa nama pria itu?" Grace mulai melayangkan beberapa pertanyaan pada Alena.

"Apa aku sedang diinterogasi sekarang?" Alena terkekeh.

"Ya Tuhan... Pria itu sepertinya sangat ganas, lihatlah berapa banyak tanda yang dibuatnya di tubuhmu," Grace menatap ngeri leher hingga dada Alena.

"Ini akan menjadi gosip hangat di grup kita Alena," kata Grace membuka grup WhatsApp mereka dan memberikan informasi terbaru.

"Jangan bilang tadi kamu tertawa karena sudah ember di grup kita," tuduh Alena. Grace hanya tertawa.

"Aku sebenarnya ingin mengatakannya, tapi kamu sudah melihatnya sekarang," ujar Alena mengambil jus di depan Grace dan meminumnya.

"Aku yakin Bella sudah menyiapkan banyak pertanyaan untukku," kata Alena terkekeh membayangkan Bella datang menghampirinya lalu mewawancarainya.

"Tentu saja, kamu harus melihat grup. Dia terus bertanya padahal aku sudah bilang kamu belum keluar dari kamarmu," ujar Grace.

"Sejak kapan?" tanya Grace.

"Lima bulan yang lalu."

"Oh my gosh... kemana kami selama ini," Grace menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Namanya David. Dia pemilik sekolah tempatku mengajar. David lebih tua dariku. Dia sudah 38 tahun," lanjut Alena.

"Whatttt? Kamu serius?" Grace terkejut. Ia semakin penasaran dengan wajah pria itu.

"Dia tidak setua yang kamu pikir," kata Alena menebak apa yang sedang dipikirkan Grace.

"Aku bahkan tidak rela menunjukkannya padamu, aku takut kamu akan terpesona Grace," ujar Alena tertawa.

"Untung saja Jane tidak di sini, aku yakin suaranya akan menghancurkan gedung ini," kata Grace.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!