Revisi.
"Gimana sist, udah semuanya?" tanya Mecca pada Indri dan lainya teman sesama mapala.
"Siip, yuk gancang. Keburu siang nih nanti malah panas lagi." ucap Indri, dan mereka semua masuk ke dalam mobil travel yang sudah di pesan.
Mecca dan temannya sesama anggota mapala merencanakan untuk mendaki gunung dan kemah selama 3 hari 2 malam di gunung Arjuno. Mereka berangkat menggunakan travel dari kosan mereka yang berada tak jauh dari kampus. Mereka melakukan pendakian terakhir sebelum seminggu kemudian akan sibuk dengan acara wisuda mereka.
Mecca mendaki gunung bersama dengan 6 orang temannya yang masih menghuni kos yang sama. Sementara anggota yang lainnya sudah pulang ke kampung halaman mereka masing-masing, mereka berenam adalah.
Mecca, Laras, Indri, Daus, Rahmi, dan Yudi. Mereka semua adalah teman satu jurusan dan satu kelas. Sebenarnya rencana ini mereka buat dadakan. Semalam mereka mengadakan barbeque di halaman belakang kosan, dan saat itu Yudi mengajak mereka untuk mendaki gunung sebelum mereka di wisuda dan menjalani kehidupan mereka masing-masing. Mereka semua sepakat untuk berangkat pagi ini.
Sekitar pukul 5 pagi mereka sudah berada di jalan karena jika siang, akan panas dan Indri akan rewel.
"Guys, kalian mau roti nggak. Nih buat ganjel perut sebelum Nemu rumah makan yang buka." ucap Indri dan mengeluarkan bungkusan kresek putih berisi roti dengan merek Sari Roni yang logo nya berwarna biru dari carrier. Mereka semua mengambil sebungkus roti dan sekotak susu uht dari dalam kantong kresek yang di berikan Indri.
Tak lupa mereka juga memberikan jatah untuk pak supir travel karena tidak sopan rasanya jika mereka makan namun membiarkan pak supir hanya melihatnya.
Sekitar pukul setengah 6 mobil yang di kendarai berhenti di sebuah warung makan yang berada tak jauh dari arah gunung Arjuno.
Mereka memutuskan untuk sarapan terlebih dahulu karena harus mengisi tenaga sebelum mendaki. Supir travel langsung meninggalkan mereka karena mereka hanya butuh 5 menit dengan berjalan kaki untuk sampai di jalur awal pendakian gunung. Sebelumnya mereka sudah mendaftarkan diri mereka secara online jika mereka akan mendaki hari ini.
"Gays gimana kalo kita buat camp di pasar setan.?" usul Indri ketika mereka sudah mendaki selama 30 menit. Mereka semua langsung menoleh kearah Indri.
" Yakin Lo, disana nggak ada sumber air. Dah lah nggak usah aneh-aneh Lo ndri, mending nanti kita bikin camp di Savana 2 aja kaya biasanya. Lo yang paling resek kalo nggak ada air, lengket lah ini lah itulah." ucap Yudi kesal.
Mereka semua membenarkan perkataan Yudi dan kembali melanjutkan pendakiannya.
Indri menghela nafas panjang karena usulnya di tolak oleh teman-temannya. padahal ia ingin mengetahui suasana malam hari jika mendirikan camp di pasar setan.
setelah beberapa jam mendaki akhirnya mereka sampai di posko Savana 2. Hari sudah mulai sore terlihat langit sudah bersemburat merah, Mecca membentangkan tangannya dan menatap arunika yang sangat cantik di depannya.
"Aaaah, indahnya ciptaan mu Tuhan!" triak Mecca memandang hamparan pemandangan indah di bawah gunung. Mereka berfoto dengan pemandangan matahari yang akan terbenam sebelum mendirikan tenda.
Setelah tenda terpasang mereka bergantian menuju ke sungai untuk mandi karena badan sangat lengket. Yudi mengantarkan Rahmi dan Laras untuk mandi terlebih dahulu. sedang Mecca dan yang lainnya menunggu camp.
Setelah Rahmi Yudi dan Indri kembali, kini giliran Mecca dan Indri dengan di temani daus. Mereka membawa perlengkapan mandi menuju ke sungai yang berada di bawah camp mereka.
Saat Mecca sedang mandi Mecca melihat ada seorang pria yang sangat tampan memakai pakaian seperti pakaian kerajaan duduk di tepi sungai sedang memperhatikan nya. Mecca cepat-cepat mengambil handuk di atas bantu dan menutupi tubuhnya yang hanya memakai tanktop dan celana pendek. Pria itu berjalan mendekati Mecca.
"Hai, siapa namamu?" ucap pria itu sambil mengulurkan tangannya. Mecca menatap pria tampan di hadapannya dan terpesona. Ia mengulurkan tangannya dan mereka berkenalan. Mecca merasakan tangan pria itu sangat lembut seperti sutra.
"Namaku Mecca, kamu siapa? Kenapa ada disini. Kamu juga mendaki gunung Arjuno, dan, dimana rombongan mu?" tanya Mecca sambil celingukan mencari orang lain. Pria itu tertawa pelan. "Aku hanya sendiri, tidak ada siapapun. Namaku Lakeswara Pandita. panggil aku Pandita jika kamu merindukanku. Aku akan hadir." ucap Pandita. Mecca mengerutkan keningnya karena bingung akan menjawab apa.
Pandita melepaskan tangannya dan menunjuk kearah belakang. "Temanmu memanggilmu, sebaiknya kamu segera kembali. Sebentar lagi gelap, aku akan menjagamu mulai sekarang." ucap Pandita. Mecca menoleh kebelakang dan melihat Indri dan Daus memanggilnya. Mecca berpamitan pada Pandita sebelum menuju ke temannya. "Pandita aku pergi dulu ya. Nanti mampir ke camp kami ya, kami akan membakar jagung dan juga makanan lainnya." kata Mecca, Pandita hanya tersenyum dan mengusap pipi Mecca. "Sudah sana pergi." katanya. Mecca mengangguk dan meninggalkan Pandita.
"Eeh orang gila, Lo ngeliat apaan sih disana. Ngomong sendiri nggak jelas banget." umpat Indri kesal karena sejak lama memanggil Mecca namun Mecca tak mendengar.
"Tau nih anak, jangan sembarangan deh Ca, disini hutan. Lo tau kan eksistensi keangkeran gunung Arjuno itu gimana." kata Daus menimpali. Mecca memikirkan hal yang baru saja terjadi. Dirinya tadi mengobrol dengan Pandita, tapi mengapa temannya tidak bisa melihatnya.
Sambil berjalan Mecca menoleh kearah Pandita, ia melihat Pandita tersenyum kearahnya dan melambaikan tangannya pada Mecca. Mecca mengangguk pelan dan membalas senyuman Pandita.
Saat ini Mecca dan yang lainnya sedang mempersiapkan api unggun untuk mereka membakar jagung dan yang lainnya, mereka akan memasak dengan menggunakan api unggun karena untuk menghemat gas yang mereka bawa.
Mecca merasakan hembusan angin yang sejuk menerpa wajahnya. datangnya angin tersebut bersamaan dengan aroma wangi milik pria misterius itu. Mecca celingukan mencari keberadaan pria yang sore tadi ia temui di pinggir sungai.
Mereka ber enam menyantap jagung bakar dan juga beberapa makanan yang mereka masak tadi, saat hari sudah mulai tengah malam, mereka membereskan semuanya sampai bersih, hanya menyisakan api unggun nya saja untuk melindungi mereka dari hewan buas.
Mecca dan yang lainnya saat ini sudah masuk ke tenda masing-masing. Mecca satu tenda dengan Laras, Rahmi dan Indri. Sedangkan daus dan Yudi di tenda sebelahnya.
Mecca saat ini sedang berada di sebuah taman Bunga. Ia berjalan menyusuri jalan setapak yang kanan kirinya terdapat bunga Lili putih.
"Amecca!" panggil seseorang, Mecca menoleh kebelakang dan melihat Pandita berdiri di belakangnya. Pandita menggunakan pakaian seperti saat mereka bertemu pertama kali, pakaian berwarna putih dengan atribut seperti pakaian di jaman kerajaan.
"Pandita!" ucap Mecca. Pandita tersenyum dan merentangkan tangannya, Mecca berjalan mendekati Pandita dan memeluk tubuh Pandita yang sangat wangi. Wanginya seperti aroma parfum mahal hingga tubuhnya ikutan wangi.
"Pandita, kamu pakai parfum apa! Wangi banget." ucap Mecca dengan mendongakkan wajahnya. Pandita menatap Mecca dengan senyuman di bibirnya yang merah alami. Mecca melihat jika pandita memiliki manik mata berwarna biru muda yang sangat indah.
"Pandita, warna matamu bagus banget, aku suka melihatnya." ucap Amecca yang masih menatap mata Pandita.
"Kita akan memiliki anak dengan mata seperti ini suatu hari nanti Mecca." ucap Pandita, Pandita memegang kepala Mecca dengan kedua tangannya dan mencium bibir Mecca. Mecca mendelikkan matanya karena terkejut ketika bibir manis yang lembut dan hangat milik Pandita menempel di bibirnya.
Mecca membalas pagutan yang Pandita berikan dan merengkuh leher pandita dengan tangannya. Pandita membawa Mecca ke sebuah gazebo di tengah kebun bunga, ia merebahkan tubuh Mecca diatas gazebo itu dan mereka saling bercumbu mesra.
Revisi.
Pandita juga mulai melepaskan pakaian yang Mecca kenakan.
"Aku mencintaimu Mecca!" Ujar Pandita.
Saat Pandita akan melepaskan dalaman yang
Mecca kenakan, Mecca menahan tangan kekar Pandita.
"Jangan Pandita, ini tidak benar!" tolak Mecca halus. Pandita tersenyum dan mengusap pipi halus Mecca dan menciumnya.
"Maafkan aku Mecca!" kata Pandita lalu kembali memakaikan pakaian Mecca yang telah ia lucuti.
Pandita mengajak Mecca berkeliling kebun bunga Peony, Lily, tulip dan bunga lainnya yang luas terhampar bagaikan permadani. Mecca berlarian dengan merentangkan tangannya dan menghirup aroma wangi yang bunga-bunga itu keluarkan.
"Pandita, sini. Lihat disana. Ada castil seperti di negeri dongeng." Mecca berteriak memanggil Pandita di belakangnya. Dan menunjuk kearah castil berwarna putih yang berkilau seperti kristal. Pandita berjalan mendekati Mecca dengan kedua tangan ia masukkan ke dalam celananya.
"Kamu mau masuk kesana?" tanya Pandita ketika sudah sampai di hadapan Mecca. Mecca menatap serius pada Pandita.
"Memangnya bisa?" tanya Mecca penasaran.
"Tentu sayang, ayo kita kesana. Kita akan menempati castil kristal itu jika kamu mau menikah dengan ku." ucap Pandita sambil merangkul pinggang Mecca, Mecca mendongakkan wajahnya menatap Pandita.
"Apa kamu mau menikah sama perempuan kaya aku! Aku cuma anak satpam Pandita. Jika melihat penampilan mu, sepertinya kamu putra bangsawan. Aku tidak mau di jadikan upik abu di istana oleh keluarga mu!" ucap Mecca polos. Pandita tertawa mendengar jawaban Mecca sambil memegangi perutnya.
"Mana ada yang seperti itu. Jika aku menginginkanmu menjadi istriku, maka kamu akan menjadi permaisuri ku. Kamu hanya perlu melayaniku di ranjang tanpa perlu susah-susah melakukan pekerjaan lainya." ucap Pandita sambil mengedipkan matanya. Wajah Mecca merona mendengar perkataan Pandita. Pandita memetik salah satu bunga Peony berwarna pink dan menyematkan di telinga Mecca. Mecca menatap Pandita dengan senyum mengembang.
"Maukah kamu menjadi permaisuri ku Amecca Saraswati!" ucap Pandita tulus. Mecca tersenyum dan mengangguk. Mereka lalu kembali berciuman dengan perasaan bahagia.
"Mecca! Mecca! Bangun woy. Udah siang!" tiba-tiba terdengar suara Indri membangunkan nya. Mecca mengerjapkan matanya dan melihat kearah luar tenda yang sudah mulai terang. Indri dan lainnya sedang memasak sarapan. Ia meraba bibirnya yang basah seolah-olah benar-benar Pandita menciumnya, ia juga mencium aroma tubuhnya yang sangat harum.
Mecca mengingat harum yang menempel di tubuhnya adalah aroma dari tubuh Pandita. Ia lalu menggaruk keningnya karena heran, lalu tangannya menyentuh sesuatu di telinganya dan mengambilnya.
"Hah, bunga Peony. Ini kan bunga yang Pandita kasih lewat mimpi. Kenapa bisa ada di telingaku. Sebenarnya aku mimpi atau apa sih. Kenapa aroma wangi dari tubuh Pandita nempel dan bunga Peony ini ada di telingaku?" ucap Mecca sendiri, ia merasa apa yang baru ia alami tidak masuk akal. Ia masih mengingat aroma wangi dari tubuh Pandita. Dan wanginya benar-benar mirip seperti wangi yang ada di pakaiannya. padahal semalam ia tidak memakai parfum, lagipula parfum miliknya tidak seperti ini aromanya, dan bunga Peony, di gunung ini mana ada bunga Peony. Jadi tidak mungkin jika bunga Peony ini di petik Indri atau temannya yang lainnya, lagipula bunganya masih terlihat segar dan tak layu sama sekali. Mecca menatap di sekelilingnya karena merasakan kehadiran Pandita.
"Pandita, sebenarnya aku mimpi atau tidak, jika kita memang nyata bertemu, tolong berikan pertanda.?" kata Mecca pelan.
Dan tiba-tiba ada angin yang berhembus menerbangkan beberapa helai rambut panjangnya. Datangnya angin itu bersamaan dengan aroma seperti milik Pandita. Mecca tersenyum karena ternyata mereka benar-benar bertemu. tapi yang membuat nya heran, siapa sebenarnya Pandita.
tak ingin pusing memikirkan hal itu Mecca lalu keluar dari tenda mendekati teman-temannya yang sudah mulai menyantap sarapan.
Mereka melanjutkan perjalanan setelah selesai sarapan sebelum hari menjelang siang.
"Indri, lo kemarin liat orang di seberang sungai waktu kita mandi nggak?" Tanya Mecca saat mereka mulai melangkah.
Indri menggelengkan kepalanya. " Nggak! Gw cuma liat Lo ngomong sendiri." Jawab Indri.
Mecca merenungi jawaban Indri barusan. Ia jelas-jelas bisa menyentuh tangan Pria itu. Mana mungkin jika Pandita merupakan mahluk halus penunggu sungai gunung Arjuno.
.
Setelah 3 hari 2 malam, akhirnya Mecca dan teman-temannya sudah pulang dari mendaki gunung Arjuno.
Mecca sedang rebahan di dalam kamar kosnya karena lelah setelah beberes kosan. Ia menghidupkan tv dan juga AC.
Karena kelelahan Mecca akhirnya tertidur dan ia kembali mengalami hal seperti di camp nya waktu itu ketika sedang mendaki gunung. Ia berjalan-jalan di kebun bunga Peony sendirian. Mecca melihat penampilannya yang memakai pakaian seperti seorang putri raja. di kepalanya juga ada Tiara bertahta berlian yang menghiasi.
"Hai." tiba-tiba Pandita datang menyapa Mecca. Mecca menoleh dan tersenyum manis melihat Pandita.
"ikut aku yuk, aku akan mengenalkan mu pada ibuku dan ayahmu." kata pandita sambil meraih telapak tangan mecca.
"Pandita, aku masih belum siap!" ucap Mecca menghentikan langkahnya. Pandita menoleh kearah Mecca dan tersenyum.
"Belum siap kenapa, kamu jangan khawatir. Orang tuaku sangat baik. Terutama ibuku, kamu tidak akan menyesal memiliki mertua seperti ibuku." Pandita kembali menggandeng tangan Mecca menuju kastil kristal tempat tinggalnya dan kedua orang tuanya. mereka memasuki pagar kastil yang sangat tinggi, di dalam pagar kastil itu terlihat jauh lebih indah dari pemandangan yang ada di luar kastil.
"Pandita, apakah ini yang namanya surga dunia. Ini sangat indah Pandita. Aku rasanya enggan berkedip karena melihat pemandangan seindah ini." ucap Mecca. Pandita tersenyum dan menangkup wajah Mecca.
"Aku akan membawamu melayang ke surga dunia yang sesungguhnya sayang. Sekarang kita masuk ya, mereka sudah menunggu kita." ucap Pandita. Mereka masuk ke dalam kastil yang sangat megah, lagi-lagi Mecca dibuat terkesima dengan keindahannya. Tidak bisa lagi Mecca merapalkan keindahan istana itu, ia hanya menikmati apa yang ia lihat dengan matanya dengan bibir tak berhenti menganga.
Pandita membawa Mecca menuju ruang makan. disana sudah ada ayah dan ibunya yang menunggu mereka. Mecca mengeratkan genggaman tangannya pada lengan Pandita. seolah mengerti dengan kekhawatiran Mecca, Pandita mengusap tangan Mecca.
Mecca melihat seorang wanita yang amat cantik dengan kulit berseri, memakai pakaian kerajaan seperti dirinya. Di kepala meja ada pria yang duduk dengan gagah yang juga memakai pakaian kerajaan seperti yang di pakai Pandita.
"Ayah, Bunda. perkenalkan. Ini Mecca calon permaisuri ku!" ucap Pandita ketika sudah berada di depan mereka. Mecca lalu menyalami kedua orang tua Pandita. Mecca mencium aroma yang sangat harum dari mereka berdua, harumnya berbeda namun sangat harum.
"Hei sayang, kenalkan saya Lakeswara Rengganis Bundanya Pandita, dan ini suami saya Lakeswara Pramudya ayah nya Pandita. Selamat datang di keluarga Lakeswara." Rengganis memeluk Mecca dan membawanya untuk duduk di kursi sebelahnya. Mereka berempat makan bersama. Mecca merasa puas karena makanan yang di suguhkan semuanya mewah dan enak. Setelah selesai makan, Pandita membawanya menuju kebun belakang castil itu.
"Aku akan membawamu ke tempat yang biasa aku datangi ketika aku merindukanmu." ucap Pandita. Mecca mengerutkan keningnya mendengar perkataan Pandita.
mereka sampai di sebuah gazebo yang di bawahnya terdapat kolam ikan yang airnya sangat jernih bagaikan kristal yang tersorot cahaya matahari.
Pandita mengajak Mecca berjalan di atas jembatan yang menghubungkan teras belakang dan gazebo. Mecca melihat ratusan ikan yang sangat cantik berwarna warni berenang di kolam itu.
sesampainya di gazebo itu, Pandita mengajak Mecca untuk duduk. Disana sudah tersedia berbagai macam buah-buahan. Pandita menutup gorden transparan yang menjuntai di sekeliling gazebo tersebut.
"Mecca, aku mencintaimu. Maukah kamu menjadi permaisuri ku?" tanya Pandita menatap lekat mata Mecca. Mecca mengangguk yakin dan tersenyum. Pandita merengkuh tubuh Mecca kedalam pelukannya.
"Mecca, aku akan bisa menemui mu kapan saja jika kamu bersedia menyerahkan kehormatanmu padaku, bersediakah kamu menyerahkan kehormatan mu padaku hari ini Mecca?" tanya Pandita sambil memeluk Mecca, Mecca merasakan kenyamanan saat berada dalam pelukan Pandita, kenyamanan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
Mecca mendengar perkataan Pandita melepaskan pelukannya dan menatap lekat mata biru milik Pandita.
"Apa maksudmu Pandita, kenapa aku harus melakukan itu. Dan, sebenarnya siapa dirimu ini? Kenapa tidak bisa menemui ku secara langsung?" tanya Mecca penasaran. Pandita kembali merengkuh kedua pipi Mecca.
"Mecca, aku akan memberi tahukan padamu tentang jati diriku yang sebenarnya. Tapi kamu janji ya, tidak akan meninggalkan aku setelah aku mengatakan nya." ucap Pandita. Mecca menganggukkan kepalanya dan bersiap menunggu cerita Pandita.
"Katakanlah, siapapun dirimu. Aku tidak akan meninggalkanmu!" ucap Mecca. Pandita tersenyum senang mendengar jawaban Mecca.
"Sebenarnya aku adalah siluman harimau putih salah satu siluman penunggu hutan Arjuno. Aku sudah menyukai mu sejak beberapa tahun lalu." jawab Pandita. Mecca sedikit terkejut mendengar penjelasan Pandita. "Kau ingat, beberapa tahun lalu kamu pernah tersesat di alas lali jiwo. Dan aku yang membantumu sampai kamu bisa bertemu kembali dengan teman-teman mu?" kata Pandita, Mecca mengerutkan keningnya. Ia mengingat peristiwa beberapa tahun lalu ketika ia baru semester 4, itu pertama kalinya ia mendaki gunung Arjuno, ia ingat saat itu ia terpisah dari rombongan dan tersesat karena memikirkan ibunya yang sedang sakit. Ia menangis memanggil teman-temannya, Mecca kemudian bertemu dengan harimau putih yang sangat besar dan gagah, ia kemudian melihat harimau itu berubah menjadi seorang pemuda yang tampan sekali. Ia ingat jika itu adalah pertemuannya dengan Pandita.
"Sudah ingat," tanya Pandita dengan senyum mengembang. Mecca mengangguk pelan.
"Sejak pertemuan pertama kita aku sudah mencintai mu Mecca, aku ingin menjadikanmu permaisuri ku. Aku ingin bisa menemui mu kapan saja, aku bisa mati bila menahan rinduku padamu jika harus menunggumu tertidur lebih dahulu. Sekarang tolong izinkan aku merenggut kehormatan mu, aku akan bisa menemui mu kapanpun dimana pun jika darah perawan mu. menyatu dengan keperjakaanku." ucap Pandita. Mecca seperti terhipnotis dengan kata-kata Pandita hingga ia menganggukkan kepalanya. Pandita senang dan langsung melumat bibir milik Mecca. Ia melucuti semua pakaian yang di pakai Mecca maupun pakaiannya. Mereka bergumul di dalam gazebo yang hanya tertutup kain transparan, hingga siapa saja yang melihatnya bisa mengetahui aktivitas mereka berdua didalamnya.
Rengganis yang kebetulan lewat taman belakang bersama para dayang nya melihat kearah gazebo yang tertutup tirai transparan, tirai itu melambai-lambai karena tertiup angin. Ia bisa melihat putranya sedang menyetubuhi gadis yang di bawanya dari alam manusia. Ia tersenyum senang karena akan memiliki menantu dari kalangan manusia, hal itu akan memperkuat kerajaan yang di pimpin suaminya.
Jika Mecca mengandung benih dari Pandita, anak mereka akan menjadi satu-satunya pemimpin yang di segani di dunia siluman, kekuatan kerajaannya akan semakin paripurna karena rajanya memiliki darah manusia.
"Mecca, berikan Pandita keturunan yang bercampur dengan darah manusia." ucap Rengganis lalu meninggalkan 2 sejoli yang sedang terbang ke nirwana.
Revisi
Mecca menangis tergugu setelah mereka selesai melakukan penyatuan. Pandita yang duduk disebelahnya menenangkan Mecca.
Ia merasa bersalah pada ayahnya karena tidak bisa menjaga kehormatannya.
"Mecca, kenapa kamu menangis? Apa kamu menyesal telah memberikan kehormatan mu padaku! Mecca tolong percaya padaku jika aku benar-benar mencintaimu Mecca. Aku ingin kamu menjadi permaisuri ku di castil ini." ucap Pandita dengan memegang kedua bahu telanjang milik Mecca.
"Aku takut hamil Pandita!" ucap Mecca dengan terisak. Pandita tersenyum dan merengkuh tubuh polos milik Mecca.
Pandita tersenyum dan mengecup kening Mecca dengan sayang.
"Jangan khawatirkan apapun sayang, aku akan menikahi mu. Karena Justru itu yang aku dan keluargaku inginkan Mecca, kami membutuhkan keturunan berdarah campuran manusia. Dengan begitu anak kita nanti bisa menjadi raja dan memimpin kerajaan yang hebat dan tangguh." jelas Pandita. mendengar hal itu Mecca kesal bukan main, Mecca berpikir berarti dia hanya di jadikan alat untuk melahirkan bayi yang berdarah campuran manusia dan siluman.
Mecca melepaskan tangan pandita yang memegang bahunya. Ia menatap Pandita dengan tatapan tajam, "Kalian hanya menjadikan ku alat untuk melahirkan bayi demi ambisi kalian. Kamu tidak benar-benar mencintaiku Pandita. Kamu hanya memperalat ku, kamu memperdaya aku agar aku mempercayaimu jika kamu benar mencintaiku. Padahal kamu hanya menginginkan keturunan berdarah manusia. Aku benci kamu Pandita! Aku benci kamu! Aku menyesal telah memberikan kehormatan ku padamu!" umpat Mecca dengan memukuli dada telanjang Pandita yang terlihat kekar. Pandita sedih mendengar perkataan Mecca yang tidak mempercayai bahwa dirinya benar-benar mencintainya.
"Mecca, aku sungguh-sungguh mencintaimu Mecca. Tolong percaya padaku!" ucap Pandita putus asa.
"Bohong! Omong kosong perkataan mu itu Pandita. Aku benci kamu." Mecca memunguti pakaiannya dengan terisak dan kembali memakainya. Setelah itu ia minta Pandita untuk mengembalikan sukmanya ke dalam raganya.
Rengganis dan suaminya yang mendengar pertengkaran antara Mecca dan Pandita segera datang menghampiri mereka berdua.
Rengganis membuka tirai putih yang mengelilingi gazebo itu dan menanyakan hal yang telah terjadi. Mereka melihat Mecca sudah memakai pakaian nya sementara Pandita masih telanjang dengan posisi duduk dan bagian bawahnya tertutup selimut.
"Ada apa ini Pandita, mengapa Mecca menangis?" tanya Rengganis. Mecca dan Pandita menoleh kearah orang tuanya.
"Tolong kembalikan aku ke ragaku. Aku ingin kembali!" rengek Mecca menatap Rengganis dengan airmata berlinang. Rengganis mengusap kepala Mecca dengan sayang dan menuntun Mecca untuk turun dari gazebo. Ia membawa Mecca menuju ke ruang keluarga.
Sementara Pandita hanya menatap kepergian Mecca dan ibunya dengan pandangan sedih.
"Segera pakai lagi pakaianmu pangeran. setelah itu kita bicarakan permasalahan yang terjadi antara kalian berdua!" ucap Pramudya lalu pergi menyusul istrinya menuju ruang keluarga. Sigap Pandita memakai kembali pakaiannya.
Pandita menghela nafasnya kasar karena sedikit kesal dengan Mecca. Ia sudah bertahun-tahun mencari keberadaan Mecca dan tidak akan membiarkan Mecca pergi meninggalkannya. Apa lagi setelah mereka melakukan penyatuan beberapa saat tadi.
Pandita mendatangi ruang keluarga dan melihat ibunya sedang memeluk Mecca. Pandita terdiam beberapa saat dan menghembuskan nafas nya pelan. Ia lalu berjalan dan duduk di sofa yang berada di depan ibunya dan Mecca duduk. Sementara ayah nya duduk di kursi kepala.
"Katakan pada ayah Pandita, apa yang sebenarnya terjadi pada kalian berdua, kenapa sampai Mecca menangis?" tanya Pramudya dengan gagah bijaksana. Pandita menatap ke dua orang tuanya lalu beralih menatap Mecca yang sedang menangis.
"Mecca salah paham ayah! Ia mengira bahwa kita hanya menginginkan nya agar bisa melahirkan keturunan berdarah manusia. Padahal aku sungguh mencintainya. Lebih dari itu, memang benar bukan, jika Mecca melahirkan anak ku. Anak itu akan menjadi raja yang hebat di masa depan. Tapi Mecca berpikir jika aku hanya membutuhkannya untuk memberikanku keturunan." ucap Pandita menjelaskan.
Pramudya mengangguk paham setelah mendengar penjelasan Pandita, lalu atensinya beralih pada Mecca. Rengganis mengusap bahu Mecca untuk membuatnya nyaman. Karena khawatir jika Mecca merasa di pojokkan di sini.
"Mecca, ayah ingin mengatakan padamu nak! sudah lama Pandita mencintaimu! Sejak pertemuan pertama kalian beberapa tahun lalu, Pandita mengatakan pada ayah untuk mencari dimana keberadaan mu. Kami sudah mencari keberadaan mu di mana-mana tapi tidak bisa menemukannya. Dan waktu Pandita ayah berikan tugas untuk menjaga gunung Arjuno, Pandita bertemu kembali denganmu! Pandita benar-benar mencintaimu Mecca. Terlepas dari keturunan kalian nantinya akan menjadi raja terkuat atau tidak! yang jelas cinta Pandita tulus padamu! Bukan karena ayah membela putra ayah sebagai pangeran di istana ini. Tapi memang begitu adanya. Jika mau Pandita sudah ayah jodohkan dengan putri dari siluman ular biru. Tapi Pandita menolaknya dan kekeh ingin mencari keberadaan mu sampai menemukanmu. dan ketika kembali bertemu denganmu. Pandita sangat bahagia, dia mengatakan ingin menjadikanmu permaisuri nya di dalam istana ini." jelas Pramudya pada Mecca. Mecca yang mendengar penjelasan Pramudya menatap pada Pandita. Pandita menatapnya dengan tatapan penuh cinta yang tulus.
"Percaya pada Pandita nak! Kami tidak pernah memaksamu untuk melahirkan keturunan jika memang kamu tidak bersedia. tapi tolong menikah lah dengan Pandita. Pandita adalah putra kami satu-satunya, kami sedih terus-terusan melihatnya murung karena merindukan mu! Baru beberapa hari kamu merasa Pandita memiliki lagi semangat hidup, itu karena dia bisa kembali menemuimu." kali ini Rengganis yang memohon pada Mecca dengan mengusap pucuk kepala Mecca. Setelah sekian lama di tinggal ibunya pergi selamanya, Mecca tidak pernah lagi merasakan hangat dan nyamannya sentuhan tangan ibu. tapi kali ini Mecca bisa mendapatkannya dari Rengganis.
"Maaf kan aku Pandita. Aku terlalu kekanakan." ucap Mecca dengan wajah menunduk.
Pandita tersenyum senang. "Tidak masalah Mecca, yang penting kamu sudah mengetahui bahwa cintaku padamu benar-benar tulus." ucap Pandita. Mecca tersenyum dan mengangguk.
Rengganis tersenyum senang karena akhirnya perselisihan antara Pandita dan Mecca sudah selesai, ia berharap Mecca akan bisa menjadi menantunya. Ia juga melihat cinta untuk Pandita di mata Mecca.
"Kita berbeda alam Pandita, bagaimana bisa kita menikah! Lalu jika aku menikah denganmu, bagaimana dengan ayahku! Ayah ku hanya memiliki aku sebagai keluarga nya. ibuku sudah meninggal beberapa tahun lalu." tanya Mecca.
"Semua tergantung padamu Mecca, kamu yang bisa memutuskan hubungan kalian kedepannya. jika kamu belum siap untuk menikah dengan Pandita. Kami tidak akan memaksa." ujar Rengganis.
Mecca mengangguk karena ia memang harus memikirkan dahulu semuanya. Karena pernikahan bukanlah hanya antara dirinya dan Pandita saja. melainkan antara ke dua keluarga. Keluarganya dan keluarga Pandita. Meskipun ia hanya memiliki ayah saja, tapi Mecca harus memberitahukan lagi semuanya pada ayahnya tentang rencananya ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!