NovelToon NovelToon

Aku Hanya Mencintaimu

Maling

Menjadi anak dari keluarga yang terpandang, membuat seorang gadis yang bernama Nakisya Khanza Athayabina tidak bisa menentukan pilihan hidupnya sendiri.

Apalagi setelah hubungannya bersama Doni berakhir begitu saja, karena ternyata lelaki itu hanya memanfaatkannya, dan lebih parahnya ternyata lelaki itu seorang mucikari.

Sehingga membuat Bagas dan Widya berencana menjodohkan anaknya itu dengan seorang lelaki dewasa yang sudah mapan.

Aldiano Bima Saputra, seorang lelaki yang kini berusia 27 tahun, yang merupakan anak dari rekan bisnisnya. Dijadikan pilihan oleh Bagas untuk menjadi menantunya.

Kenyataan itu membuat Nakisya shock, pasalnya lelaki itu merupakan lelaki yang pernah hampir merampas kesuciannya.

Namun, seiring berjalannya waktu, Nakisya akhirnya mengerti, bahwa semua itu Aldi lakukan karena lelaki itu benar-benar mencintainya.

Setelah pertemuan kedua keluarga pada malam itu, dengan gencar Aldi terus mendekati Nakisya, sehingga lambat laun gadis itu mulai menerima perjodohannya, dirinya juga semakin merasakan hal berbeda saat bersama lelaki itu.

Perasaan nyaman, bahagia, dan yang lebih membuat Nakisya jatuh cinta pada lelaki itu, karena dirinya selalu di perlakukan dengan istimewa oleh Aldi.

Seperti malam ini, gadis itu belum juga bisa memejamkan kedua matanya, karena terus teringat dengan setiap kata-kata manis yang selalu terlontar dari lelaki itu.

Nakisya mengambil ponselnya, gadis itu ingin menghubungi Aldi, namun rasa gengsi yang begitu besar yang ada pada dirinya, membuat gadis itu mengurungkan niatnya. Dan kembali menyimpan ponsel itu.

Nakisya merebahkan kembali tubuhnya, namun getaran dari ponsel, membuat gadis itu bangun.

"Bang Al," gumam gadis itu saat melihat layar ponsel yang menyala dan tertera nama lelaki itu.

Dengan sorot mata yang berbinar, seolah tidak membiarkan lelakinya itu menunggu lama, Nakisya segera menggeser tombol yang berwarna hijau."Hallo," jawab gadis itu yang langsung tersenyum dan merebahkan tubuhnya.

"Kok masih online? Kenapa belum tidur, hum?" tanya lelaki itu dengan ramah.

Nakisya mengedarkan pandangannya pada langit-langit kamarnya, "aku gak bisa tidur," jawab gadis itu dengan tangan yang memainkan ujung rambutnya.

Terdengar helaan napas dari lelaki itu, "kenapa emang? Kok bisa gitu?"

Nakisya sejenak berpikir,"ada maling," jawab gadis yang kini mengulum senyumnya.

Setelah mendengar jawaban seperti itu, Aldi langsung panik, "maling dimana? Aku kesitu sekarang ya, aku takut kamu kenapa-kenapa," ujar lelaki itu yang kini langsung berdiri, hendak menyambar jaketnya.

Seolah dapat membayangkan apa yang akan dilakukan lelaki itu, Nakisya berusaha menahan tawanya yang hampir pecah, "eh jangan!" jawab gadis itu dengan cepat.

Aldi mengerutkan keningnya, "loh kenapa?"

Gadis itu tertawa, merasa senang karena berhasil membuat lelaki itu panik, "malingnya kan kamu, kamu yang udah mencuri hati aku," imbuhnya kemudian. Yang berhasil membuat lelaki itu menggeram dan ikut tertawa kemudian.

"Udah makin nakal ya kamu, awas aja besok!"

"Uhhh aku takut," ledek gadis itu.

"Oh, nantangin nih? Oke lihat besok ya, kamu tunggu apa yang akan aku lakukan sama kamu!"

"Hahaha, jadi gak sabar pengen cepet-cepet besok," tantang gadis itu.

Aldi ikut tertawa, "aku kangen!" cicit lelaki itu, yang berhasil membuat Nakisya menghentikan tawanya.

"Aku juga," ujar gadis itu, yang kini menggigit ujung rambutnya.

"Tapi boong," imbuhnya kemudian, yang membuat lelaki itu berdecak sebal.

Terjadi keheningan beberapa detik, saat kemudian lelaki itu melontarkan kalimatnya.

"Terkadang mataku iri pada hatiku," celetuk lelaki itu, yang berhasil membuat Nakisya pokus pada kalimat selanjutnya yang akan terucap dari mulut calon suaminya itu.

Nakisya mengubah posisinya menjadi tengkurep, dengan posisi tangan yang di jadikan penyangga untuk dagunya.

"Alasannya?" tanya gadis itu, sambil menggerak-gerakan kakinya.

"Karena kamu selalu dekat dengan hatiku dan jauh dari mataku," jawab lelaki itu yang berhasil menciptakan semburat merah pada wajah Nakisya.

"Uwuwww, adek baper Bang."

Aldi terkekeh pelan, "ini aku serius loh, Sayang. Udah ah ayo tidur, biar kita bisa meraih mimpi bareng-bareng."

Panggilan keduanya sudah berakhir, Nakisya memandang layar ponselnya, yang menampilkan photo dirinya dan Aldi.

Sampai beberapa menit kemudian, akhirnya gadis itu tertidur, dengan ponsel yang jatuh ke atas perutnya.

Sementara, ditempat yang berbeda, Aldi juga masih tersenyum membayangkan setiap tingkah lucu dari gadisnya itu.

"Aku berharap bisa memutar balik waktu. Aku ingin menemukanmu lebih cepat dan lebih lama mencintaimu," gumam lelaki itu saat memandang photo yang berada di atas laci kecil yang ada di samping ranjangnya.

Mohon dukungannya ya buat karya ini.

Kritik dan saran, aku tunggu🤗🤗

Berprestasi

Matahari mulai terbangun dari peraduannya, memancarkan sinarnya yang menghapus titik-titik embun di dedaunan, menghangatkan tubuh dari udara dingin, dan membakar semangat baru di hari yang baru.

Nakisya sudah terlihat rapi dengan kebaya berwarna biru, yang membuat gadis itu terlihat semakin cantik.

Hari ini dirinya akan menghadiri acara perpisahan di sekolahnya.

Satu pesan masuk ke ponselnya, membuat gadis itu dengan cepat mengambil dan membacanya.

"Maaf aku gak bisa jemput. Dan kayaknya aku juga gak bisa hadir, soalnya banyak banget kerjaan aku di kantor."

Nakisya mendengus sebal, gadis itu sempat berharap kalau lelaki yang akan menjadi calon suaminya itu akan hadir ke sekolahnya.

"Jadi siapa yang akan hadir mendampingi aku?" tanya gadis itu kepada kedua orang tua yang ada di hadapannya.

Widya menatap putrinya itu, terlihat raut wajah bersalah yang terpancar dari sorot mata wanita yang masih memakai piyama itu, "maafin Bunda ya, kayaknya Bunda gak bisa hadir, soalnya Bunda gak enak badan," ujar wanita itu, yang terlihat beberapa kali bersin.

"Kayaknya, Ayah juga gak bisa, soalnya di kantor lagi banyak banget masalah," ucap pria itu tanpa menolehkan wajahnya.

Nakisya memalingkan wajahnya, gadis itu langsung berdiri dan mengucapkan salam. "Ternyata perjuangan aku selama ini hanya sia-sia, gak ada yang bisa lihat aku saat nerima piala nanti," gerutu gadis itu yang sudah berjalan ke arah pintu.

Nakisya memang siswi yang pintar, dan sekolah mengundang setiap orang tua yang muridnya masuk dalam kategori siswa atau siswi yang berprestasi.

****

Nakisya sudah sampai di depan halaman sekolah. Rani dan beberapa sahabatnya yang lain langsung menghampirinya.

"Ya ampun, kamu cantik banget," teriak Rani yang langsung berhambur memeluk tubuhnya.

Nakisya tersenyum, "kamu juga cantik banget, kalian juga," balas gadis itu yang melirik satu persatu ke arah sahabatnya.

"Orang tua kamu mana?" tanya Rani yang orang tuanya juga mendapat undangan.

Nakisya berdecak, "gak ada yang bisa hadir, Bunda sakit, dan Ayah sibuk," jawab gadis itu dengan wajah yang tertunduk.

"Yaudah gak usah sedih, nanti biar mami aku aja yang jadi wali kamu," ujar Rani mencoba menghibur Nakisya.

Nakisya mengangguk, mereka semua langsung berjalan menuju aula, tempat diadakan perpisahan itu.

"Hey, aku boleh duduk di situ," tanya Angga yang merupakan salah satu siswa populer yang di kabarkan menyukai Nakisya.

"Duduk aja!" jawab gadis itu tanpa menolehkan pandangannya dari Rani.

"Jadi beneran kamu mau langsung nikah, Sya?" tanya Rani dengan heboh.

Nakisya langsung membekap mulut sahabatnya itu, "iya, tapi jangan keras-keras juga kali ngomongnya!" gerutu gadis itu.

"Hehee, tapi beneran, Sya?" tanya ulang gadis itu.

Nakisya hendak menjawab, namun suara dari pembawa acara seolah memaksanya untuk diam.

Sambutan demi sambutan telah selesai di bawakan, dan kini saatnya pembacaan daftar siswa/siswi yang merupakan murid berprestasi.

"Baiklah, saya akan menyebutkan lulusan paling berprestasi pada tahun ini, dengan nilai rata-rata nyaris sempurna, murid ini juga merupakan murid yang menjadi penyumbang piala terbanyak untuk sekolah ini."

Semua murid dan tamu undangan seketika diam, saling menduga, siapa murid pintar itu, namun tidak sedikit dari mereka yang sudah mengetahui siapa itu.

Pembawa acara menarik napasnya dalam, "kita panggil, murid dengan kelulusan terbaik di tahun ini, Angga Pratama Wijaya," ucap pembawa acara itu, dengan lantang.

"Dan Nakisya Khanza Athayabina," lanjut pembawa acara itu kemudian, yang langsung mendapat sorak senang dan tepuk tangan yang membuat gedung itu jadi meriah.

"Selamat ya, Sya. Bangga aku jadi sahabat kamu," ucap Rani yang langsung memeluk tubuh gadis itu.

"Tahun ini kita patut bangga, karena sekolah kita memiliki 2 murid yang begitu pintar, sampai-sampai nilai Ujian pun sama, dengan Nilai yang nyaris sempurna. Baiklah kita persilakan kedua nama yang tadi di sebutkan, beserta kedua orang tua wali, untuk menaiki podium."

Nakisya yang sudah berjalan di belakang Angga, gadis itu tampak tidak semangat, terlihat dari kepalanya yang terus menunduk.

"Hey, kok jadi murid terbaik wajahnya di tekuk begitu," tanya seorang wanita yang kini merangkul tangannya.

"Mana nih senyum cantiknya putri Ayah," ujar pria yang juga ada di sebelah tubuhnya.

"Ayah, Bunda!" teriak gadis itu, dengan air mata yang menetes karena terlalu bahagia.

"Kalian ngerjain aku ya?" tanya gadis itu.

Kedua orang tua Nakisya tertawa, "surprise," teriak keduanya barengan.

"Saya panggil sekali lagi, Nakisya Khanza Athayabina, beserta orangtua, untuk segara naik ke atas podium."

Nakisya dan kedua orang tuanya tertawa, karena terlalu bahagia, dengan cepat mereka bertiga langsung menaiki podium itu.

Nakisya mendapatkan piala dari kepala sekolah, setelah memberikan sedikit ungkapannya yang kembali mendapat tepuk tangan dari semua orang.

****

Acara itu telah selesai, semua murid dan para alumni sudah meninggalkan sekolah.

Termasuk Nakisya, setelah dirinya puas berselfie ria dengan teman-teman seangkatannya. Gadis itu juga langsung meninggalkan sekolah itu.

"Selamat ya, Kamu emang terbaik," ucap lelaki yang kini mensejajarkan langkahnya dengan Nakisya.

Nakisya menoleh, "eh iya, selamat juga ya buat kamu," balas gadis itu, sambil menjabat tangan Angga.

Keduanya tersenyum, Angga yang memang memiliki perasaan lebih pada Nakisya, pemuda itu terus menatap lamat gadis itu. Dirinya semakin bertambah kagum dengan prestasi yang telah di capai Nakisya.

"Ekhem."

Nakisya tersentak saat mendengar deheman dari laki-laki yang tentunya dia sangat tau siapa itu.

"Bang Al," ucap gadis itu, yang langsung melepaskan tangannya dari tangan Angga.

Aldi tersenyum menatap Nakisya, lelaki itu sempat melirik ke arah Angga.

"Ini buat kamu, Sayang," ucap lelaki itu sambil menekankan kata sayang pada kalimatnya.

Seolah takut miliknya akan di rebut lelaki lain, Aldi dengan posesif nya langsung merangkul gadis itu.

"Sudah selesai kan? Kita pulang yu?" ajak lelaki itu dengan mata yang mengkode Nakisya untuk mengikutinya.

Nakisya mengerjap, "eh iya yu. Angga aku duluan ya," pamit gadis itu pada lelaki yang menatap lesu ke arahnya.

Angga memaksakan senyumnya, "iya, hati-hati ya, Sya," terlihat sorot mata terluka dari pemuda itu.

Aldi langsung merangkul tubuh Nakisya, melangkah menuju mobilnya.

Angga terus memperhatikan kedua orang yang kini berjalan meninggalkannya. "Aku telat," batin pemuda itu dengan menjatuhkan setangkai bunga mawar merah yang di simpan di balik jas yang di kenakannya.

Absen dulu deh, siapa aja yang dari TtH lanjut ke sini??

Rate bintang lima + Like + Koment😉😉

Hatur Nuhun🤗🤗

Supir

Aldi langsung merangkul tubuh Nakisya, melangkah menuju mobilnya.

Angga terus memperhatikan kedua orang yang kini berjalan meninggalkannya. "Aku telat," batin pemuda itu dengan menjatuhkan setangkai bunga mawar merah yang di simpan di balik jas yang di kenakannya.

"Kisya" teriak Rani yang sedang berjalan bersama dua orang sahabatnya.

Nakisya dan Aldi yang hampir sampai ke mobilnya, seketika menoleh, "iya," jawab gadis itu, yang langsung melepaskan tangan Aldi yang masih melingkar di belakang tubuhnya.

Rani tertawa saat melihat wajah Nakisya yang terlihat merah, "udah santai aja kali, iya gak gaes?"

Semua sahabat Nakisya tersenyum, "iya gapapa, calon manten mah bebas kok, mau gimana juga, kan dunia milik kalian berdua," ujar Vani sambil terkekeh.

"Kita-kita mah cuma numpanh, iya gak gaes?" imbuh gadis itu kemudian, yang berhasil membuat semuanya tertawa.

Nakisya semakin bersemu, "apa sih kalian!" gerutu gadis itu yang kini menjadi salah tingkah.

"Ciye, blushing tuh wajah," teriak semua sahabatnya nyaris kompak.

Weni satu langkah maju ke arah Aldi, "jadi ini yang namanya Bang Al? kenalin aku Weni, sahabat Kisya yang paling cantik dan imut, yang paling penting, aku masih jomblo loh, Bang," ucap gadis itu dengan mengedipkan sebelah matanya.

Vani menarik sanggul gadis itu dengan kasar, membuat sang empunya nyaris terjungkal ke belakang.

"Bar bar banget sih lo," gerutu Weni yang kini memegang sanggulnya yang sudah berantakan.

Vani tersenyum canggung ke arah Aldi, "maafin ya, Bang. Dia mah emang gesrek," ucap gadis itu sambil mendelik ke arah Weni.

"Jangan jadi pelakor lo," bisik Vani di samping telinga Weni.

"Siapa juga yang mau jadi pelakor, gue kan cuma kenalan," jawab gadis itu dengan suara yang keras.

"Berisik kalian!" ucap Rani yang merupakan sahabat Nakisya yang sedikit agak waras.

Rani tersenyum ke arah Nakisya, "jadi gini, Sya, maksud kita-kita manggil elo tuh, mau ngajak elo buat ngerayain keberhasilan kita," ujar gadis itu.

"Lo bisa ikut kan?" tanya gadis itu, terlihat raut wajah penuh harap dari gadis itu.

Nakisya melirik Aldi. Seolah langsung mengerti dengan tatapan kekasihnya itu, Aldi langsung mengangguk, "boleh, tapi ada syaratnya," ujar lelaki itu, dengan senyuman yang menghiasi wajah gantengnya.

"Ya ampun, Sya, lo dapat dari mana sih yang kek begitu, bagi ke gue dong kalau masih ada," cicit Vani tanpa sadar, yang berujung mendapat satu pukulan di kepala gadis itu.

Vani melotot tajam ke arah Weni, "sakit Markonah!" gerutu gadis itu, yang hendak membalas perlakuan Weni.

****

Keesokan harinya, sesuai persyaratan yang diajukan Aldi, yaitu Nakisya boleh ikut asalkan Aldi juga boleh ikut, dan Aldi yang mengatur tempatnya, yaitu salah satu vila milik keluarganya yang berada di puncak.

Nakisya sudah siap dengan kaos putih, bawahan navy, dan sepatu yang warnanya senada dengan pakaiannya. Terlihat simple namun tidak mengurangi kesan manis pada gadis itu.

"Sya, ayo! nanti keburu macet" teriak 3 orang gadis yang baru saja sampai ke rumahnya.

"Iya bentar, aku masih nunggu Bang Al," jawab gadis itu sambil mengecek kembali ponselnya.

Suara mesin mobil yang baru sampai langsung membuat Nakisya keluar, "loh kalian?" tanya gadis itu yang mengira kalau itu adalah Aldi.

Dua orang lelaki yang baru turun dari mobilnya, langsung melangkah menuju para gadis yang sedang duduk di kursi yang berada di luar.

Nakisya membalas senyum dari kedua lelaki itu, kemudian dirinya langsung melirik ke arah Rani, meminta jawaban dari sahabatnya itu.

Rani menggaruk tengkuknya, "sorry, Sya, gue gak di bolehin nyetir sendiri sama bokap gue, jadinya gue ngajakin Rizky sepupu gue, terus gara-gara dia gak mau sendirian jadinya dia ngajakin Angga.

Nakisya memang mengenal kedua lelaki itu, karena mereka satu sekolah, namun yang dia bingung, bagaimana cara dia minta ijin sama kekasihnya yang ternyata belakang ini berubah jadi semakin posesif.

Nakisya hanya mengangguk. Tak lama kemudian mobil Range rover memasuki halaman rumahnya.

Nakisya mendadak gelisah saat melihat siapa yang datang itu, dirinya takut kalau kekasihnya akan menolak keras dua orang lelaki itu, "Bang Al," ucap gadis itu pada lelaki yang sekarang ada di hadapannya.

Aldi melirik ke arah dua orang lelaki yang usianya seumuran dengan Nakisya. Aldi ingat betul, salah satu dari lelaki itu merupakan lelaki yang kemarin bersama Nakisya.

Nakisya terus mengikuti tatapan kekasihnya, yang terlihat datar saat memandang Angga dan Rizky.

Namun ternyata jauh dari dugaan Nakisya, Aldi tersenyum ramah saat membalas senyum kedua lelaki itu.

Aldi kembali melirik ke arah Nakisya, "pacarnya sahabat kamu ya?" tanya santai lelaki itu.

Nakisya sempat melirik ke arah tiga orang sahabatnya, "iya, mereka pacarnya Vani sama Weni," jawab gadis itu dengan cepat.

"Mereka boleh ikut kan, Bang?" tanya gadis itu kemudian.

Aldi mengangguk sebagai jawaban, "yaudah aku mau pamit dulu sama Om dan Tante, mereka ada kan?" tanya lelaki itu yang hendak melangkahkan kakinya ke dalam rumah.

"Mereka gak ada, lagi keluar," jawab gadis itu yang seketika langsung membuat langkah lelaki itu terhenti.

Aldi menatap gadis itu, "terus gimana? kita gak mungkin berangkat, kalau belum dapat ijin dari orang tua kamu."

Nakisya tersenyum saat melihat perubahan raut wajah kekasihnya, seolah mengerti, gadis itu langsung melontarkan kalimatnya, "tenang aja, Ayah sama Bunda udah ngasih ijin kok, apalagi saat mereka tau kalau Bang Al ikut."

"Woy cepetan!" teriak lelaki yang ternyata ada di dalam mobil Aldi.

"Kak Riko?" terik Nakisya yang langsung melangkah ke arah kakak sepupunya.

****

Mereka berangkat dengan dua mobil yang berbeda. Ketiga sahabat Nakisya juga Angga berada di mobil yang di kendarai oleh Rizky, sedangkan Nakisya bersama Aldi dan kakak sepupunya.

Sebelumnya Aldi menyuruh Riko untuk mengendarai mobil yang di tumpangi sahabatnya Nakisya, namun Riko menolak, dengan alasan gak suka gabung sama anak kecil.

Namun pilihannya untuk satu mobil dengan Aldi dan Nakisya juga rupanya tidak tepat.

"Kalau aja gue tau, gue cuma mau di jadikan supir, naji* gue minta ikut sama lo!" gerutu Riko yang kini sedang mengemudikan mobil milik Aldi.

Aldi yang duduk di bangku belakang bersama gadis tercintanya, hanya terkekeh, "inget, bukan gue yang minta lo buat ikut," ledek lelaki itu sambil menarik kepala Nakisya yang sudah tertidur untuk di sandarkan di pundaknya.

Riko mendelik, "awas lo, jangan macam-macam sama adik gue!" ancam lelaki itu kemudian, saat melihat Aldi mengelus pipi gadis itu.

"Yaelah, siriko aja lo!" ucap lelaki itu, seolah tidak takut dengan ancaman lelaki yang ada di hadapannya, Aldi dengan sengaja terus melanjutkan aksinya.

Riko berdecak, "sirik gak pake o!" ujar lelaki itu dengan kesal.

"Kalau beg*, baru pake!" imbuhnya kemudian.

Aldi tergelak, "iya dan yang ***** itu elo!" jawab lelaki itu dengan seringai yang terlihat menyebalkan untuk Riko.

Riko mendelik, "gue beneran laporin, dan gue bakal jamin lo di pecat jadi calon mantu," ucap lelaki itu dengan salah satu ujung bibirnya yang terangkat.

-

-

**Buat visualnya, kalau kalian kurang suka, boleh pake imajinasi sendiri ya😍😍

Like + Koment + Rate bintang lima ya

Hatur Nuhun**🤗🤗

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!