...Please kalau gak suka jangan kasih ⭐ 1 dan komen buruk...
...Please kalau gak suka skip aja please...
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
"Bintang....bangun nak" terdengar suara lembut sang mama membangunkannya.
"Hmmm.." Bintang hanya bergumam pelan.
"Bangun cepetan, antarin mama kepasar" suara mama mulai meninggi melihat Bintang masih memejamkan matanya.
"Ngapain ke pasar ma ?" tanya Bintang, sungguh ia masih mengantuk.
"Ya belanja bahan makanan donk masak mau pergi mandi" mama Ayu mulai sewot.
Adik perempuan Bintang, Kiara yang duduk dibangku kelas VII tengah merengek ingin dibuatkan sup buntut namun bahannya tidak ada dikulkas. Sedangkan bik Ina yang biasa membantu divilla siang nanti baru datang.
Keluarga Bintang sedang menghabiskan waktu liburan kedesa Cisari, desa yang sangat indah dan asri. Banyak terdapat sawah-sawah yang membentang luas, sungai mengalir dengan jernih, bahkan dasar sungai bisa terlihat jelas. Suasana tenang dan udaranya bersih tanpa polusi. Gunung dan bukit terlihat jelas dari kejauhan. Saking terpesonanya akan pemandangan didesa ini, sang papa Pramudya langsung membeli sebuah villa yang sedang mereka tempati saat ini.
"Bangun, kalau gak mama siram pakai air" ucap mama Ayu mulai kesal.
"Ok mama sayang, jangan marah ntar cantiknya hilang lo" gombal pria itu membuat sang mama tersenyum. Bintang pun beranjak kekamar mandi dan segera membersihkan diri.
Bintang Bakti Jayadiguna adalah seorang mahasiswa jurusan HI (Hubungan Internasional) tingkat akhir disebuah universitas terkenal dikota Jakarta. Saat ini ia sedang menemani mama dan adiknya berlibur, sedangkan papa dan kakak tertuanya Reino tidak bisa ikut karna kesibukan diperusahaan yang tidak bisa ditinggalkan.
Mereka pun melaju menuju pasar tradisional menggunakan mobil, sedangkan kiara tidak ikut karna asik bermain bersama temannya tetangga disebelah villa. Bintang segera memarkirkan mobil dan menemani sang mama masuk kedalam pasar.
Mama Ayu dengan telaten memilih daging buntut yang menurutnya bagus dan segar sementara Bintang tengah asik memperhatikan suasana pasar yang terlihat ramai. Banyak barang-barang yang di perjual-belikan, dari lauk pauk, bumbu dapur, jajanan dan makanan bahkan pakaian.
"Bintang, bawa belanjaan ini kemobil" perintah mama Ayu, Bintang dengan sigap mengambil 2 kantong plastik besar yang sudah penuh akan bahan makanan dan segera berjalan menuju parkiran. Namun dari jauh ia melihat ada keributan kecil yang terjadi tepat disebelah mobilnya.
Terlihat seorang gadis tengah berdebat dengan seorang pria yang sudah berumur.
"Pokoknya bapak harus ganti, bapak yang nabrak saya duluan"
"Ya gak bisa, situ yang menabrak saya, kok jadi saya yang harus ganti rugi"
"Bapak yang nabrak duluan, bapak harus ganti rugi pak" isak si gadis dengan suara lemah, air mata mulai berjatuhan dipipinya.
"Gak bisa" pria tadi segera berlalu menuju motornya dan pergi meninggalkan parkiran. Gadis tadi makin menangis tersedu-sedu.
"Ada apa mba ?" tanya Bintang yang mulai menatap iba pada sang gadis. Terlihat sebuah keranjang tergeletak ditanah dengan banyaknya kue berserakan. Sigadis terkaget saat mendengar suara Bintang, ia pun menoleh pada pria itu.
"Bapak tadi nabrak saya mas tapi dia dak mau ngaku dan dak mau ganti rugi. Kue jualan saya jatuh dan kotor, gak bisa dijual lagi" gadis tadi kembali terisak, Bintang semakin iba. Ia melihat ada banyak jenis kue tradisional yang dibawa gadis itu.
"Ya udah gini aja mba, semua jualan mba saya beli ya"
"Hah...se...serius mas ?" mata sigadis membola tak percaya membuat wajahnya terlihat menggemaskan.
"Iya, berapa semuanya ?" sigadis mulai menghitung dengan semangat.
"80 ribu mas"
"Sudah masuk kue yang jatuh ?" tanya Bintang, sigadis menggelengkan kepalanya.
"Hitung sekalian sama kue yang jatuh" lagi-lagi mata gadis itu membola membuat jantung Bintang berdetak tak karuan.
"Ja...jangan mas, kue nya udah gak bisa dimakan" ujar sigadis tak enak hati.
"Gak apa-apa, aku mau beli, tolong hitung ulang" kekeuh Bintang.
Si gadis dengan wajah segan kembali menghitung ulang.
"150 ribu mas" ucapnya dengan suara pelan dan wajah yang menunduk malu. Sungguh si gadis merasa tak enak pada Bintang. Pria itu segera mengambil dompetnya dan memberikan beberapa lembar uang kertas merah.
"Ini uangnya"
"Terimakasih mas" ucap si gadis sambil tersenyum sangat manis membuat Bintang melongo, sigadis terlihat menawan dengan senyum ceria diwajahnya.
"Tunggu mas, ini kelebihan 150 ribu" ucap si gadis dengan kening berkerut sambil mengembalikan 2 lembar uang pecahan 100 ribu.
"Semuanya 100 ribu aja mas" ucap sigadis cepat karna ia tidak punya uang kembalian 50 ribu sementara uang yang diberikan Bintang semuanya pecahan 100 ribu sebanyak 3 lembar. Bintang pun menggelengkan kepalanya.
"Ambil semuanya mba, saya beri lebih" ucap Bintang sambil memasukkan barang belanjaan dan kue tadi kedalam mobilnya.
"Tapi mas saya gak mau terima" mata gadis itu sudah berkaca-kaca.
"Saya bersikeras" tegas Bintang dengan wajah serius, gadis tadi pun menangis terisak-isak.
"Makasih banyak ya mas" ucapnya dengan suara bergetar sambil memegang lembut tangan Bintang. Tiba-tiba saja tangan Bintang yang dipegang gadis tadi seperti kena setrum, ia refleks menarik tangannya.
"Sama-sama mbak" jawab Bintang sambil berlalu kembali kedalam pasar.
🌹🌹🌹
Laras sedang berjalan pelan pulang menuju rumahnya dengan hati yang bahagia. Senyum manis tak lepas dari wajah cantiknya. Sepanjang jalan Laras tak henti bersyukur karna pemuda tadi telah memborong habis dagangannya bahkan membeli kue yang sudah rusak membuat ia terharu.
"Semoga mas tadi diberi kemudahan dan rezekinya melimpah, Aamiin" gumam Laras.
Ia sangat bahagia, ditangannya sudah ada uang 300 ribu untuk bekalnya menuju kota Jakarta esok hari. Laras diterima sebagai mahasiswi dikampus ternama dikota Jakarta sebagai mahasiswi undangan karna prestasi gemilang yang ditorehnya. Ia setiap tahun mengikuti lomba olimpiade sains tingkat provinsi dan selalu mendapat juara 1.
Larasati Kemala adalah gadis yang berasal dari keluarga sangat sederhana didesanya. Ayah dan ibunya bekerja sebagai buruh tani, kadang kesawah kadang keladang orang. Tergantung panggilan kerja. Mereka tidak memiliki lahan sendiri, hanya menyewakan jasa tenaga dengan menjadi buruh harian lepas dilahan juragan kaya didesanya.
Namun berkat kecerdasan Laras, sejak kecil ia selalu mendapat beasiswa hingga jenjang sekolahnya tak pernah terputus karna kendala biaya. Dan sekarang ia sudah menjadi seorang mahasiswi di universitas Bakti Jayadiguna. Salah satu universitas bergengsi dan favorit tingkat nasional.
"Kok udah pulang nak ?" tanya ibu Hanum ibunya Laras yang sedang tergolek sakit sementara sang ayah pergi bekerja keladang juragan Karto.
"Iya bu, tadi ada yang borong dagangan Laras bahkan ia memberi uang lebih bu" ucap Laras sumringah.
"Syukurlah nak"
"Ibu sudah makan ?" ibu pun menggeleng, seleranya sangat pahit apapun yang dimakan membuatnya mual.
"Ara suapin ya bu" sang ibu mengangguk sambil tersenyum, ia sangat bersyukur memiliki anak gadis seperti Laras. Anaknya sopan, patuh, lemah lembut, tidak pernah protes apapun keadaan mereka. Pernah ayah dan ibu Laras sakit secara bersamaan sehingga mereka tidak bisa bekerja selama seminggu penuh, Laras dengan telaten mengurus mereka berdua dan tidak pernah mengeluh walau hanya ada ubi jalar dan singkong yang bisa dimakan.
Sang ibu memaksakan diri nya untuk menghabiskan bubur beras yang dibuat Laras tadi pagi agar ia segera pulih. Ia tidak ingin merepotkan anaknya lebih lama. Laras tersenyum senang saat bubur dimangkok sudah habis berpindah keperut ibunya.
"Bagaimana persiapan kamu untuk kekota nak ? Apa sudah lengkap semua ?" tanya Ibu mengingat dekatnya waktu kepergian sang putri ke ibukota untuk menuntut ilmu.
"Alhamdulilah sudah bu, ibu jangan khawatir. Ditangan Ara sudah ada uang 300 ribu untuk pegangan besok bu" Ibu pun tersenyum.
🌹🌹🌹
Sore ini Bintang berencana melakukan jogging keliling desa, ia sedang melakukan pemanasan di halaman villa. Setelah dirasa cukup, ia pun mulai berlari pelan menuju jalan. Suasana yang asri, sejuk dan udara yang segar menyapa mata Bintang membuatnya semakin bersemangat berolahraga.
Bintang terus berlari pelan, disepanjang jalan terlihat para warga desa sudah mulai bersiap-siap akan pulang kerumah setelah bekerja di sawah dan diladang yang terbentang luas sejauh mata memandang. Sedari tadi sudah banyak gadis desa yang menyapanya sambil tersenyum malu, Bintang pun membalas dengan tersenyum sopan.
Bintang memang banyak menjadi idola kaum hawa dikampusnya. Wajahnya yang tampan, tubuh yang tinggi, atletis dengan bahu lebar dan kokoh membuatnya menjadi incaran banyak kaum wanita. Namun hati Bintang telah berlabuh pada seorang gadis cantik yang juga menjadi primadona dikampus mereka yaitu Salsabila Aurora. Mereka telah berpacaran selama 2 tahun. Pertemuan diawali dari sebuah kontes yang diadakan dikampus untuk mencari siapa pria dan wanita yang paling diminati diantara mahasiswa dan terpilihlah mereka berdua.
Tiba-tiba handphonenya berbunyi dan terlihat Salsabila melakukan video call.
"Halo sayang, kangen" ucap gadis itu dengan wajah cemberut membuat Bintang tertawa gemas.
"Hai sayang, aku juga kangen"
"Kapan pulang ? Kok betah sech didesa ? Banyak gadis cantik ya ?" sungut Salsa
"Sabar sayang, aku lagi nemenin mama berlibur. Mungkin besok balik ke Jakarta"
"Serius ?" tanya Salsa dengan wajah berbinar, Bintang pun menganggukkan kepalanya membuat senyum makin merekah diwajah Salsa.
"Baiklah sayang, sampai jumpa besok" ucap nya sambil melakukan ciuman jarak jauh, panggilan pun terputus. Bintang kemudian kembali berlari menuju villa karna hari sudah mulai gelap.
🌹🌹🌹
Malam hari nya, Bayu berlari dengan sangat kencang menuju rumah. Tanpa mengetuk pintu dan mengucap salam, ia langsung memasuki rumah dan mencari anak gadisnya Larasati. Terlihat sang anak sedang mengemasi barang-barang yang akan dibawa besok ke Jakarta.
"Ara, ayo segera pergi dari sini nak" ucap Bayu dengan nafas terengah-engah membuat Laras mengerutkan keningnya.
"Ada apa ayah ? Maksudnya pergi kemana ?"
"Juragan Karto memaksa menikahi mu, ayo kabur ke Jakarta nak tidak usah menunggu besok karna sekarang juragan Karto sedang menuju kesini" Laras kaget bukan kepalang.
"Tapi juragan sudah mempunyai 3 istri yah, kenapa ingin menikahi Ara juga ?" bingung Laras
"Tidak usah dipikirkan nak, ini ada uang 200 ribu buat ongkos kamu. Cukup bawa baju saja, jika keadaan sudah aman ayah akan kirim barang-barang yang lain. Ayo cepat pergi" desak Bayu sambil mengambil tas dan mendorong tubuh Laras ke pintu belakang.
"Ara belum pamit sama ibu" ucap gadis itu dengan suara bergetar, air mata mulai membasahi pipinya.
"Biar ayah yang bilang, ibumu lagi tidur. Ayo lekas pergi nak, juragan Karto akan membawamu paksa jika ia melihatmu" ucap sang ayah dengan raut wajah yang cemas, tak lama kemudian terdengar suara ketukan yang sangat keras dipintu depan.
Tok...tok...tok
"Bayu buka pintu"
"Bayu"
"BAYU" terdengar teriakan juragan Karto.
Bayu semakin ketakutan, ia segera mendorong tubuh Laras lewat pintu belakang dan menguncinya. Sementara Laras sudah menangis terisak. Ia segera berlari melewati ladang dibelakang rumah, ia tidak bisa melewati jalan depan karna juragan Karto akan melihatnya.
"Tuan, itu Laras di ladang belakang" terdengar suara anak buah juragan Karto membuat Laras ketakutan setengah mati.
Ia segera berlari kencang memasuki ladang warga, walaupun suasana sangat gelap namun Laras terus berlari, ia tidak peduli kakinya menginjak ranting atau batu. Laras sengaja melewati semak belukar yang lebat agar ia tidak kelihatan oleh anak buah juragan Karto. Dari kejauhan terlihat sebuah rumah yang sangat besar, mewah dan sangat terang oleh cahaya lampu. Laras harus bisa sampai kerumah itu dan bersembunyi disana.
"Ayo cepat cari"
"Tadi Laras kearah sana"
Terdengar suara beberapa pria yang Laras yakin itu anak buah juragan Karto. Tak lama ia sampai dihalaman belakang rumah tersebut. Laras terus berlari melewati area yang gelap dan tidak terkena cahaya lampu, namun tiba-tiba ia menabrak sesuatu yang membuatnya jatuh.
"Aaaaakkkhhh"
...****************...
...Please kalau gak suka jangan kasih ⭐ 1 dan komen buruk...
...Please kalau gak suka skip aja please...
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Bintang baru saja keluar dari kamar mandi, ia hanya menggunakan handuk sebatas pinggang sampai lutut saat terdengar handphone nya berbunyi.
"Halo"
"Loe kapan balik ?"
"Besok pagi"
"Banyak banget surat cinta buat loe, gue ampe capek jadi tukang pos" ucap Hendra sahabat Bintang sejak mereka SMA. Bintang pun tersenyum. Pria itu memang banyak memiliki penggemar sejak zaman sekolah dan mendapatkan berbagai macam surat cinta bahkan hadiah karna para gadis mengagumi ketampanannya. Hendra menjadi sasaran para fans Bintang sebagai perantara untuk menyampaikan isi hati mereka.
"Besok gue traktir" Hendra tersenyum diseberang sana. Panggilan pun terputus. Bintang segera menuju halaman belakang villa dan menghidupkan sebatang rokok saat dari kejauhan matanya melihat seseorang berlari dengan sangat kencang dan di belakangnya terdapat beberapa orang yang juga berlari kencang.
"Apa orang itu dikejar ya ?" gumamnya, Bintang pun menajamkan pandangannya dan ia terkaget saat menyadari yang sedang berlari didepan adalah seorang wanita. Perasaan Bintang mulai tak enak, terlihat wanita itu tengah berlari pelan dihalaman belakang, Bintang segera menghampiri nya namun tanpa diduga wanita itu menabrak tubuhnya.
"Aaaaakkkhhh"
Si wanita berteriak, Bintang dengan segera memeluk tubuh wanita itu agar ia tidak terjatuh dan menutup mulutnya dengan tangan. Bintang segera membawanya bersembunyi dibalik rimbunan pohon bunga Bougenville didinding villa.
"Ada suara teriakan disebelah sana"
"Itu pasti Laras, cepat temukan"
Terdengar suara anak buah juragan Karto yang segera menyisir halaman belakang villa. Sementara tubuh Laras sudah bergetar hebat, ia ketakutan jika mereka bisa menemukan nya. Bintang pun memperhatikan wajah wanita itu dan terkaget saat ia mengenalinya.
Sementara anak buah Karto terus menyusuri seluruh villa, namun tidak menemukan keberadaan gadis itu.
"Gak ada Man, bagian depan juga udah gue periksa"
"Mungkin tu anak udah kabur ke arah perbatasan desa, ayo kita kesana" ujar yang lain, akhirnya mereka pun berlari menjauhi villa menuju perbatasan desa.
Setelah dirasa aman, Bintang melepaskan tangannya dari mulut gadis itu namun tanpa sadar ia masih memeluk erat tubuh Laras. Sementara Laras sudah menatap Bintang tak berkedip dengan degup jantung menggila, pelukan Bintang terasa hangat menjalari hatinya. Seumur hidupnya belum pernah ia begitu dekat dan intim dengan seorang pria.
Bintang pun terpaku saat menatap wajah gadis itu dari dekat, terlihat jelas bola matanya berbinar indah dengan bulu mata yang lentik, hidung mancung, bibir sedikit tebal kemerahan membuat jantung Bintang berdegup kencang. Selama beberapa saat mereka hanya terdiam sambil saling memandang dengan masing-masing debaran di dada. Bintang pun tersadar dan segera melerai pelukannya.
"Mba yang jual kue dipasar tadi kan ?" sapa Bintang mengurai sunyi diantara mereka, Laras pun mengangguk.
"Ada apa ? Kenapa mereka mengejar mba ?" tanya Bintang penasaran sementara Laras ragu dan bimbang untuk bercerita. Ia belum mengenal pria didepannya walau sudah 2x ia menolong Laras sementara masalah yang menghadapinya bersifat sangat pribadi membuatnya malu bercerita.
"Masalah keluarga mas, makasih banyak ya udah nolong saya" ucap Laras dengan senyum tulus dan sungguh-sungguh, lagi-lagi Bintang pun terpaku.
"Mas saya permisi, sekali lagi terimakasih banyak" ucap Laras dan segera berjalan dengan cepat sebelum Bintang menyadari ucapannya. Pria itu pun termenung saat menyadari betapa cepat sigadis tadi berlalu.
🌟🌟🌟
Golden Eye's Discotic
Hendra tengah menghisap rokok ditangannya sambil menatap khawatir seorang gadis yang tengah asik melantai. Ia kebetulan mengunjungi diskotik ini untuk minum-minum menghilangkan rasa galaunya. Sudah 4x judul proposalnya ditolak membuat kepalanya benar-benar sakit. Namun ia terkaget saat menyadari ada Salsa diantara kerumunan orang yang tengah asik berjoget ria menikmati alunan musik DJ yang membahana keseluruh ruangan.
Tak lama terlihat seorang pria mendekati gadis tadi dan memeluk pinggang nya tanpa malu, membuat wajah Hendra memerah menahan amarah. Sementara Salsa tidak keberatan dan membiarkan si pria asing memegang pinggangnya. Hendra segera mematikan api rokok dan berjalan mendekati Salsa yang terlihat sedikit mabuk. Hendra menarik tangan gadis itu dan melepaskannya dari pelukan pria asing tersebut.
"Hei apa-apaan loe ?" protes pria itu membuat wajah Hendra makin garang.
"Dia cewek gue, loe udah kurang ajar maen peluk gadis gue bangs*t" maki Hendra dengan wajah memerah membuat pria tadi kaget.
"Sorry bro, gue gak tau dia punya cowok" ucapnya tak enak dan segera berlalu.
Hendra kemudian membawa Salsa menjauhi kerumunan dan mendorongnya dengan kasar ke atas sofa.
"Auuu sakit, apa-apaan loe Hen, gue masih mau melantai" ucap Salsa dengan wajah cemberut, ia pun segera berdiri hendak kembali menikmati alunan musik DJ yang memekakkan telinga namun Hendra menahan tangan gadis itu.
"Ngapain loe ke discotic lagi ? Loe tahu kan Bintang udah melarang loe mabuk-mabukkan" hardik Hendra kesal pada Salsa. Sebagai sahabat Bintang, ia ingin sahabatnya itu mendapatkan pasangan yang baik dan mampu menjaga dirinya sementara Salsa sangat suka ke diskotik, bar atau pub. Walau gadis itu hanya minum dan menikmati alunan musik, namun ia sungguh takut Salsa akan tergoda melakukan sesuatu yang lebih dari itu melihat banyaknya para pria hidung belang yang mendekati karna kecantikan nya.
"Bukan urusan loe, minggir" teriak gadis itu dengan tubuh sedikit oleng membuat Hendra memegang tangan Salsa agar ia tidak jatuh.
"Loe udah mabuk, ayo pulang" ucap Hendra sambil menarik tangan Salsa.
"Gak mau, masih sore tau. Minggir" bentak gadis itu pada Hendra.
"Ada apa ini Hen ?" tanya Tiara yang baru saja turun melantai. Tiara merupakan sahabat Salsa, mereka sering mengunjungi tempat hiburan sekedar hangout dan melepas penat.
Hendra hanya menatap tajam Tiara tanpa menjawab pertanyaan gadis itu. Pria itu segera menggendong Salsa dan membawanya pulang tanpa mempedulikan teriakan dan pukulan sang gadis ditubuhnya. Tiara pun berusaha mengejar mereka.
"Hendra, loe apa-apaan sech ? Salsa tuch bareng gue, turunin gak ?" hardik Tiara sambil menahan lengan Hendra.
"Minggir, Salsa harus pulang. Ini sudah malam" kekeuh Hendra, ia segera berjalan cepat dan memasukkan paksa Salsa kedalam mobilnya kemudian meninggalkan Tiara yang menatap penuh kemarahan.
🌟🌟🌟
Laras berjalan dengan hati-hati melewati semak-semak sambil memperhatikan kesekeliling, ia takut anak buah juragan Karto menemukannya. Tak lama ia melewati rumah warga dan terlihat sebuah mobil Carry hitam bak terbuka yang penuh berisi sayuran wortel dan bunga kol. Ia pun mengenali pria dan wanita yang sedang menaiki mobil Carry tersebut.
"Mba Asih mau kemana mba ?" sapa Laras sopan.
"Eh ada Laras, ini mau ke Bogor nganterin pesanan toko. Laras mau kemana malam-malam begini ?" ucap Asih.
"Mau ke Bogor juga, Laras boleh numpang mba ?" tanya Laras penuh harap.
"Boleh donk, ayo naik. Mba berdua aja ama mas Defan" ucap Asih yang membuat wajah Laras sumringah seketika. Defan adalah suami Asih. Mereka segera berangkat dengan Laras duduk didekat pintu. Laras pun segera memanjatkan doa agar perjalanan mereka aman tanpa terkendala dan anak buah juragan Karto tidak menemukannya.
Sepanjang perjalanan Laras sangat was-was, ia selalu berdoa sambil memperhatikan sekeliling dan berharap mereka tidak menemukannya.
"Laras ada apa ?" tanya Defan yang melihat gelagat Laras yang tak tenang dan terlihat cemas sementara Asih sudah tidur karna waktu memang sudah menunjukkan pukul 01.00 malam.
"Gak ada apa-apa mas" ucap Laras sambil tersenyum.
"Tidur aja dulu, nanti mas bangunin kalau udah sampe Bogor" ucap Defan yang di angguki Laras, jujur ia juga sudah mengantuk. Laras berusaha mengatur hatinya, ia kembali berdoa kemudian memejamkan mata dan berharap perjalanannya menuju ibu kota berjalan lancar tanpa hambatan.
...****************...
...Please kalau gak suka jangan kasih ⭐ 1 dan komen buruk...
...Please kalau gak suka skip aja please...
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Laras tengah memindahkan pakaian yang ia bawa kedalam lemari dalam kamar kos yang akan ditempatinya selama menimba ilmu di perguruan tinggi. Pagi tadi Defan dan Asih mengantarkannya sampai kedepan kampus universitas Bakti Jayadiguna kampus Laras, ia pun menyampaikan banyak terimakasih kepada pasangan tersebut.
Mumpung hari masih pagi, Laras segera bergerak cepat dengan mencari kos-kosan yang berada disekitar kampus. Biasanya banyak warga sekitar yang menyewakan kos-kosan untuk pelajar seperti dirinya. Ia pun dengan sopan dan santun bertanya kepada warga sekitar.
Setelah melihat dan menimbang beberapa kos-kosan yang sudah ia temukan, Laras memutuskan mengambil sebuah kamar kos dengan biaya 300ribu/bulan yang sudah ada 2 penghuni sebelum dirinya artinya mereka akan ber 3 sekamar. Bagi Laras tak masalah karna uangnya hanya ada 500ribu, hanya kos dengan harga segitu yang bisa ia jangkau. Jika ia mengambil kamar sendiri maka Laras harus membayar 850ribu/bulan, harga yang sangat mahal dan tidak mampu ia bayar.
Tak lama masuk 2 orang gadis kedalam kamar Laras. Laras kemudian menyapa mereka dengan sopan.
"Hai kak kenalkan nama saya Laras, anggota baru dikamar ini" ucap Laras sopan.
"Hai Laras kenalkan nama gue Heny dan ini adik gue Lina, mahasiswi baru ?" tanya Heny sambil memperkenalkan dirinya.
"Ia kak, baru pagi ini sampai dari desa" ujar Laras sambil tersenyum sepertinya 2 kakak didepannya ini baik-baik, semoga saja doanya dalam hati.
"Jurusan apa ?" tanya Lina
"Hubungan Internasional kak"
"Wahhh sama donk, jangan panggil kakak. Gue juga mahasiswi baru, kalau kak Heny jurusan sosiologi" ujar Lina ramah.
"Serius, Alhamdulillah ada teman satu letting" ujar Laras sumringah.
Mereka pun kembali bercengkrama dan berbagi kisah tentang kehidupan mereka. Tak terasa waktu sudah menunjukkan sore hari. Terlihat Lina sedang bersiap-siap, ia sudah menggunakan baju yang bagus dan memakai make up.
"Mau kemana Lina ?" tanya Laras penasaran.
"Gue mau pergi kerja"
"Kerja dimana ?"
"Di cafe dekat sini, gak jauh cuma 10 menit naik ojol" ucap Lina membuat Laras berpikir sesaat.
"Ada lowongan gak dicafe tempat kamu kerja ? Aku juga ingin mencari tambahan uang buat makan" ucap Laras penuh harap. Beasiswa yang ia terima hanya menanggung biaya kuliah sementara untuk makan dan tempat tinggal Laras harus menyediakan sendiri.
"Ntar gue tanyain ke bos ya" ucap Lina sambil mengusap lembut bahu Laras. Ia sangat mengerti kehidupan yang Laras jalani, sama persis seperti dirinya. Mereka orang-orang susah bukan dari keluarga kaya, harus kuat dalam mencari nafkah jika ingin terus menyambung hidup dan pendidikan.
Tak lama Lina pun berangkat setelah pesanan ojolnya datang, sementara sang kakak Heny juga sudah berangkat bekerja di sebuah restoran sebagai waitress.
🌟🌟🌟
Bintang baru saja memarkir mobilnya disebuah cafe ditengah kota. Cafe ini merupakan cafe favorit Bintang, karna ia tergila-gila dengan rasa kopi hitamnya yang khas dan beraroma harum. Bintang merupakan pecinta kopi, paling tidak 2 cangkir sehari dia harus meminumnya. Sudah banyak coffee shop yang didatangi Bintang, hanya kopi dicafe ini yang paling pas dilidahnya.
Bintang berjalan kedalam dan menuju lantai 2. Ia kemudian memasuki sebuah VVIP Room yang memiliki kaca satu arah artinya dari luar kaca berwarna gelap namun dari dalam pemandangan luar sangat jelas terlihat. Bintang membuka pintu dan terlihat sang kekasih berlari menyambutnya.
"Aku kangen sayang" ucap Salsa sambil melumat mesra bibir Bintang. Mereka saling berpagut beberapa lama hingga Bintang segera melerai ciuman keduanya saat tangan Salsa sudah menggerayangi tubuhnya.
"Ayo duduk" ajak Bintang sambil menggandeng Salsa. Gadis itu pun memeluk mesra pinggang Bintang membuat ia merasa tidak nyaman dan kembali melepas tangan Salsa. Wajah gadis itu sudah memerah menahan marah.
"Sayang, kenapa gak mau aku peluk ? Kamu udah ada cewek baru ya ? Ngaku !" ucap Salsa dengan suara tinggi membuat Bintang kaget.
"Gak ada Sa, jangan cemburuan gitu" ucap Bintang sambil tersenyum lembut. Ia tahu Salsa selalu bertindak berlebihan saat mereka berdua, Bintang hanya berusaha menjaga Salsa. Ia tidak ingin merusak gadis itu sebelum ia halal baginya. Lagi pula Bintang merasa tidak nyaman saat gadis itu menyentuhnya secara intens.
Gadis itu masih saja cemberut dan sengaja duduk berjauhan dari Bintang. Ia lalu menghembuskan nafasnya dengan pelan dan mendekatkan dirinya pada Salsa lalu membelai lembut rambut gadis itu. Tiba-tiba saja Salsa memeluk erat tubuh Bintang hingga ia merasakan dua bukit kenyal gadis itu menempel erat didadanya, ia kembali merasa tidak nyaman. Namun Bintang terpaksa diam, ia takut Salsa merengut lagi.
"Sayang, laptopku rusak. Sudah berkali-kali diperbaiki namun tetap saja rusak sementara tugasku sangat banyak" lapor Salsa dengan suara manja masih dengan memeluk erat tubuh Bintang.
"Beli saja yang baru Sa" ucap Bintang yang membuat wajah Salsa makin berbinar cerah.
"Mahal, uangku gak cukup"
"Berapa ?"
"18 juta App*e Macbook terbaru" ucap Salsa sambil melerai pelukannya. Bintang kemudian mengambil handphonenya dan mengirim sejumlah uang kerekening Salsa. Tak lama handphone gadis itu berbunyi menandakan ada notifikasi baru, ia pun terkejut saat melihat notif bank yang menuliskan adanya uang masuk sebesar 25 juta.
"Sayang banyak banget ini, harga macbook cuma 18 juta" ujar Salsa dengan mata membola.
"Buat tambah jajan bulan ini" ucap Bintang sambil tersenyum. Salsa kembali memeluk erat tubuh sang kekasih. Bintang setiap bulan memang rutin mengirimkan Salsa uang jajan, jumlahnya tak tentu tergantung permintaan dan kebutuhan Salsa namun minimal ia akan mengirim sebesar 5 juta per bulan.
"Makasih banyak cintaku" ucap Salsa sambil melumat mesra bibir Bintang namun dengan cepat pria itu mengalihkan wajahnya hingga bibir Salsa hinggap dipipi Bintang. Entah kenapa Bintang tidak suka dengan sikap agresif sang kekasih. Tak lama masuk pelayan membawakan minuman pesanan mereka berdua.
🌟🌟🌟
Pagi pun menjelang, Laras dan Lina sudah berada dikampus. Pagi ini mereka harus melengkapi syarat pendaftaran dan mengambil mata kuliah untuk satu semester kedepan. Satu persatu para mahasiswa dan mahasiswi lain mulai berdatangan hingga suasana sangat ramai dan padat. Mereka harus mengantri untuk memberikan data kekampus. Walaupun mereka sudah melakukan pendaftaran secara online namun berkas asli tetap harus diserahkan secara manual.
Setelah urusan pendaftaran dan pengambilan mata kuliah selesai, para anak baru dikumpulkan didepan jurusan masing-masing oleh senior. Para senior memberitahu jika selama 3 hari kedepan akan ada masa orientasi pengenalan kampus pada setiap mahasiswa baru yang diadakan di auditorium setelah itu baru akan diadakan pengenalan dijurusan masing-masing. Setelah membagikan jadwal dan memberitahu beberapa aturan mereka pun membubarkan diri dan akan berkumpul esok hari di auditorium.
"Hai kenalin aku Reni, dan ini Diana. Nama kalian siapa ?" sapa teman satu kelas Laras.
"Salam kenal, nama aku Laras dan ini Lina" merekapun saling bersalaman dengan senyum manis dimasing-masing wajah.
"Kalian lapar gak ? Makan dulu yuk di dekat gerbang belakang ada warung bakso enak lo" ajak Diana yang memang badannya lebih gemuk dari yang lainnya.
Merekapun mengangguk setuju dan berjalan menuju warung bakso yang dimaksud Diana. Terlihat suasana sudah mulai ramai akan mahasiswa karna warung ini merupakan tempat nongkrong mereka.
Diana lalu menanyakan pesanan pada Laras, Lina dan Reni dan segera menyampaikannya pada sang empunya warung. Namun tak berapa lama, Reni terlihat salting dan mulai heboh.
"Diana lihat ada kakak ganteng incaran gue" bisik Reni sambil mencolek bahu Diana membuat gadis itu segera melihat ke arah yang ditunjuk Reni dengan dagunya. Diana pun kaget dan ia terpesona saat melihat seseorang yang sangat tampan dan gagah sedang duduk tidak jauh dari meja mereka.
Pria itu sedang menatap tak berkedip pada mereka ber 4 membuat Reni menunduk malu. Ia mengira pria itu melihat ke arahnya sementara Laras menajamkan pandangannya saat melihat seseorang yang ia kenal. Mata gadis itu pun membola saat menyadari siapa pria yang tengah memandangnya dengan tajam. Tiba-tiba saja jantung Laras berdebar sangat kencang.
"Pria itu...Mas ?" gumamnya
...****************...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!