Alarm terus saja terdengar dari ponsel Kiara yang masih betah terlelap dibawah selimutnya. seakan lupa jika pukul 7 pagi waktunya jalanan dipadati berbagai kendaraan.
Jarak tempuh dari kostnya menuju kekantor hanya 30 menit itu jika tidak terjebak macet. kalau terjebak macet membutuhkan waktu 40 sampai 1 jam untuk Kiara sampai di kantor.
Saat ponselnya tak lagi bersuara barulah ia mencari ponselnya untuk melihat jam. betapa terkejutnya ia saat jam di ponsel sudah menunjukkan pukul 07.20
"GAWAT!!!" Kiara secepat kilat menuju kamar mandi dan bersiap ke kantor.
Setelah siap, Kiara memesan gojek. cukup lama menunggu akhirnya gojek pesanannya datang. ia kembali melihat jam yang melingkar ditangannya. sekarang pukul 07.55 sudah pasti ia akan terlambat karna terjebak macet.
"Bang, ngebut yah," ucap Kiara sambil memasang helm dikepalanya.
"Gak janji yah neng. tapi saya usahain."
Selama diperjalanan Kiara terus saja ngedumel karna ia benar-benar terjebak macet sekarang. panasnya terik matahari membuat rambut yang sudah ia tata dengan rapi kini menjadi lepek. aroma parfum yang tadi ia semprotkan bahkan sudah berganti menjadi bau asap bercampur keringat.
"Bang, kok lama banget sih. saya udah telat ini."
"Sabar neng, ini kita gak bisa gerak sama sekali."
Jantungnya mulai berdebar saat melihat jam sudah menunjukkan pukul 08.10 yang mana jam masuk Kiara adalah pukul 08.00
Kiara segera membuka ponselnya dan menghubungi Rion dengan harapan Rion bisa menjemputnya saat itu juga. namun, harapan itu pupus saat mendengar Rion berkata jika ia sudah berada di ruangan sang bos.
Jantungnya berdebar lebih kencang lagi saat Rion kembali berkata jika raut wajah sang bos benar-benar menyeramkan saat ini. ingin rasanya Kiara mengumpat habis-habisan pada Rion. Kiara yakin jika ucapan Rion hanya untuk menakut-nakutinya.
Zavier sangat tidak suka dengan keterlambatan dan itu berlaku di kantornya. siapapun yang terlambat tanpa alasan yang jelas. ia akan meminta Rion untuk memotong semua gaji mereka. dan sekarang yang terlambat sang sekretaris.
"Bang saya turun disini aja yah." Kiara turun dari motor dan memberikan ongkos dan juga helm.
"Tapi ini masih jauh banget neng. yakin turun disini?"
Kiara tak lagi mendengar ucapan gojek itu. ia sibuk berlari menuju kantornya.
"Gak papa hari ini kita capek. dari pada Zavier murka yang ada satu kantor kena semua."
Kiara tersenyum sendiri jika mengingat hari pertama ia bekerja dan terlambat datang. Zavier sangat murka saat itu. semua karyawan gajinya di potong. alhasil kejadian itu membuat Kiara tak memiliki teman dekat di kantor hingga saat ini. mereka semua marah pada Kiara karna kesalahannya gaji mereka ikut di potong. dan Kiara harus mengganti gaji mereka yang di potong saat itu.
...----------------...
Sesampainya dikantor, Kiara segera menuju ruangannya yang berhadapan langsung degan ruangan Zavier. baru saja tangannya memegang handle pintu ia sudah dikejutkan dengan suara Zavier dari arah belakang.
"3 menit!"
"Ba---baik pak." Kiara segera masuk dan mengganti pakaiannya dan merapikan sedikit penampilannya yang sangat tidak layak di pandang.
Setelah selesai, Kiara mengetuk pintu ruangan Zavier dan membukanya. terlihat Rion tersenyum lebar dengan wajah menyebalkannya.
"Akhirnya tuan putri datang juga," ucap Rion sedikit tertawa.
Zavier masih fokus pada laptop dihadapannya, sedangkan Kiara sudah keringat dingin karna Zavier tak kunjung bersuara membuatnya was-was jika hal itu terulang kembali.
Kiara memberanikan diri untuk membuka suara lebih dulu. "Pak."
Zavier melirik sekilas lalu kembali fokus pada laptopnya. "hmm," gumam Zavier.
"Hari ini, bapak ada meeting dengan Aksa Jaya pukul 2 siang pak," ucap Kiara mantap. "lalu dilanjut pukul 4 sore bapak ada penerbangan ke kota B."
Mendengar kota B, Zavier menghentikan aktifitasnya dan menatap Kiara. "Kota B?" tanya Zavier menaikkan satu alisnya.
"Benar pak, saya sudah memesan tiket untuk bapak."
Zavier menyadarkan punggungnya dan berpikir sejenak.
"Guys, gue balik keruangan yah. kerjaan gue numpuk banget." Rion melambaikan tangannya keluar dari ruangan Zavier.
melihat raut bahagia di wajah Rion, membuat Zavier berdecak kecil lalu tersenyum kecil.
"Pesan satu tiket lagi untuk Rion," ucap Zavier sambil tersenyum singkat.
"Kena lo Rion" batin Kiara.
"Pesan 2 tiket." ucap Zavier.
"Baik pak, untuk tiketnya atas nama siapa?" tanya Kiara hati-hati
Zavier menatap datar kearah Kiara. sadar jika tatapan itu adalah perintah untuk Kiara diam dan segera keluar dari ruangan sang bos. iapun segera pamit undur diri.
"Saya akan mengonfirmasi ulang pada pak Rion untuk penerbangan sore ini pak." ucap Kiara yang hanya mendapat anggukan dari Zavier.
Kiara kembali keruangannya untuk menelpon Rion. tak butuh waktu lama Rion sudah menjawab panggilannya.
"Halo, selamat pagi pak Rion," ucap Kiara berusaha profesional.
"Baru juga gue tinggal bentaran, udah kangen aja lo sama gue," terdengar tawa Rion dari sebrang telpon.
Kiara memutar bola mata malas. saat berhadapan dengan sosok Rion. ia harus menyiapkan kesabaran yang banyak. Kiara yang sudah berusaha untuk profesional akhirnya menyerah dan duduk bersandar di kursinya.
"Gak usah ke pd an lo!" teriak Kiara.
"Hahaha kalem dong. tarik nafas, tahan jangan di buang," tawa Rion kembali pecah. "btw ada apa gerangan ibu Kiara menelpon saya?"
"Hari ini lo terpilih," jawab Kiara malas.
"Widih keren juga gue. belum mencalonkan diri jadi presiden udah terpilih aja nih."
Kiara menghembuskan nafas panjang dan memijit pelipisnya. "bisa serius gak!"
Seketika Rion terdiam lalu berdehem kecil untuk beralih ke mode serius. mendengar bentakan Kiara membuatnya sadar jika saat ini adalah jam kerja dan ia harus profesional.
"Iya, jadi gimana tadi bu?" tanya Rion serius.
"Bapak, minta pak Rion ikut bersama beliau sore ini," jelas Kiara dengan sopan.
"Bukannya hari ini saya gak ada jadwal bareng bapak yah?"
"Sore ini bapak ada penerbangan ke kota B. dan bapak, maunya pak Rion yang ikut. bisakan pak?"
"APA!!! gak bisa gak bisa!" Rion benar-benar terkejut mendengar ucapan Kiara.
"Yaelah, kaya biasa aja lah." Kiara berubah mode santai. terlalu lelah jika mengahadapi sosok Rion dengan mode serius.
"Gak bisa Kiara. lagian lo dadakan banget sih boking gue." protes Rion.
"Lah mana gue tau kalau bos mau ngajak lo."
"Pokoknya gak bisa! gue ada acara keluarga yang gak bisa gue tinggalin. bokap udah ngancem gue tadi kalau gue kabur lagi, nama gue beneran di coret dari KK," jelas Rion panjang lebar.
"Gue kasih tau bos dulu deh. apapun yang terjadi jangan salahin gue yah. gue udah ngasih tau yang bener ke lo."
"Iya iya. lagian bos lo tuh gak bisa banget duduk tenang aja dikantor. jalan mulu dah," oceh Rion yang terdengar kesal.
"Yeee, bos gue bos lo juga yah! lo pikir Zavier kesana buat foya-foya apa? kagak lah! kerja bro, kerja," jelas Kaira.
"Tap---" ucapan Rion terputus karna Kiara yang menutup telponnya secepat kilat.
Bisa Kiara pastikan saat ini Rion sedang mengabsen kebun binatang untuknya yang mumutusakan panggilan telpon secara sepihak bahkan disaat Rion masih bisacara.
Kiara mengatur nafasnya sebelum masuk keruangan Zavier. terlihat Zavier tengah sibuk dengan laptopnya. tatapannya begitu tajam seolah tatapan itu ingin membelah laptopp di hadapannya.
"Maaf pak, hari ini pak Rion ada acara keluarga. jadi beliau tidak bisa ikut bersama bapak," jelas Kiara.
Tatapan tajam Zavier beralih ke arah Kiara. "1 menit!" perintah Zavier.
"Mampus lo Rion, sudah tau bos lagi gak mood eh lo malah nolak. siap-siap aja deh," batin Kiara.
Kiara segera mengirin chat untuk Rion memberitau jika situasi saat ini sedang kode merah tingakt 1. yang dimana artinya waktu yang Rion punya hanya 1 menit.
Disisi lain, saat Rion melihat notif pesan dari Kiara. ia mengumpat habis-habisan dan berlari keruangan Zavier. bagaimana Rion tidak mengumpat, ruangannya berada dilantai 4 bersama dengan beberapa karyawan lainnya. sedangakan ruangan sang bos berasa di lantai 5 bersama dengan ruangan Kiara.
Rion berlari sekuat tenaga. 1 menit hampir berlalu, iapun tiba didepan pintu ruangan Zavier. tanpa mengetuk pintu ia langsung masuk dan duduk bersandar di sofa sambil mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan.
"Gila yah kalian berdua! kalian itu mau gue mati muda? gue belum nikah yah! ruangan gue di lantai 4 loh dan lo malah ngasih kod---" Rion menutup mulutnya saat sadar hampir saja ia keceplosan tentang kode merah.
Pasalnya kode merah itu hanya Rion dan Kiara yang tau. tentunya itu semua bertujuan agar memudahkan mereka dengan Zavier yang terkadang tak bisa ditebak itu.
"Kod apa?" tanya Zavier sedikit penasaran.
"Hahaha bukan apa-apa kok pak. bapak mencari saya?"
Zavier nenatap Rion sekilas. "Lo ikut gue."
"Gak bisa bro, nyokap sama bokap gue udah di rumah dan gue gak bisa kabur lagi kali ini," jelas Rion berusaha meyakinkan Zavier
"Jam 4!"
"Bro, tolonglah ngertiin posisi gue kali ini aja."
"Gue bawa Zea." Zavier menyandarkan punggungnya.
"Yakin lo mau bawa Zea? Zea nya mau ikut gak?" tanya Rion sedikit ragu.
Sejauh ini Zea tak pernah keluar dari rumah, ia takut untuk bertemu orang baru dan sekarang tiba-tiba saja Zavier ingin membawanya keluar kota. ada sedikit perasaan khawatir di hati Rion saat tau Zea akan ikut bersama Zavier.
Mereka semua terdiam beberapa menit. lalu Rion menatap kiara dengan tatapan yang sulit diartikan. Kiara yang sadar ditatap tak biasa oleh Rion pun mulai gugup bukan main.
Kiara yakin mulut Rion akan mengucap sesuatu hal yang menyulitkan Kiara kali ini.
"KIARA!" teriak Rion tiba-tiba membuat mereka terkejut.
"Kan! sudah gue duga, jadi tumbal lagi kan." batin Kiara.
"Lo bareng Kiara aja. diakan sekretaris lo tuh jadi wajar dong kalau dia ikut dinas luar kali ini," saran Rion. "lagian lo free kan Ra?"
Kiara memejamkan matanya sebentar, dalam hati ia sudah mengutuk Rion yang begitu ringan menyebut namanya.
"K---kok gue? gak bisa ya. gue juga ada kesibukan lain sore ini."
"Ini kan gara-gara lo juga Ra!"
"Gue gak ngerugiin siapapun yah bapak Rion Sagalanya," ucap Kiara penuh penekanan.
"Rion Sagala! bukan sagalanya Kiara!" protes Rion yang tak terima namanya berubah.
Zavier yang menyaksikan perdebatan 2 manusia itu mulai lelah dengan tingkah mereka yang selalu saja seperti tikus dan kucing yang tak pernah mau akur saat bertemu.
Zavier menggebrak meja dan itu berhasil membuat mereka tunduk terdiam menyadari kesalahan mereka yang berdebat di hadapan sang bos yang sabarnya setipis tisu itu.
"Perlu pisau gak?" tanya Zavier dengan tatapan tajamnya.
"Ma---maf pak," ucap Kiara gugup.
"3 menit, atau potong bonus, gaji, cuti, libur, tunj---" ucapan Zavier dipotong Rion dengan cepat. "iya iya pak, 3 menit."
Rion menarik Kiara keluar dari ruangan Zavier dan berdiskusi dirungan Kiara untuk memutuskan siapa yang ikut bersama sang bos hari ini.
"Gue gak bisa yah Rion. lo kan tau gue gak bisa berduaan sama Zavier." Kiara membuka suara.
"Gue juga gak bisa Ra, plis banget gantiin gue yah. gue janji deh apapun yang lo minta gue turutin." Rion menaikkan 2 jarinya sebagai tanda ia bersungguh-sunggu dengan ucapannya.
"Yon, tolong lo ngertiin posisi gue juga dong, lo tau sendiri Zavier ke gue dingin banget. lo mau gue mati beku di dekat Zavier terus?"
"Kalau gue dikeluarin dari KK emang lo gak kasihan sama gue jatuh miskin? gak lucu banget nanti ada berita putra tunggal keluaga Sagala di coret dari ahli waris karna memilih dinas luar bersama sang bos. mending kalau bosnya cewek lah ini cowok Ra," keluh Rion.
Kiara melirik jam tangannya. "waktu kita gak banyak Rion!"
"Gue jamin hidup lo sebulan deh," putus Rion.
Mata Kiara berbinar. "Termasuk uang kost dll?"
"Hmmmm."
"OK DEAL!" mereka berjabat tangan.
mereka kembali keruangan Zavier. Rion terlihat senyum lebar dan sangat percaya diri. sedangkan Kiara berjalan lambat seakan tak punya tenanga.
"Kami sepakat yang ikut bapak adalah Kiara," ucap Rion dengan senyum lebarnya.
"Ok," jawab Zavier singkat.
"Kalau begitu saya izin pulang untuk packing pak."
"Pakai mobil Rion," ucap Zavier.
Rion tak terima dan hendak protes. namun, ucapan Zavier lebih dulu menghentikan niatan Rion dan mengalah.
"Sekalian keperluas saya dan Zea."
"Bro, lo yakin Zea mau ikut kalau orang baru? gimana kalau gue aja deh yang antar Kiara sekalian gue jemput Zea. setidaknya Zea udah kenal gue."
"Hm, terserah."
Merekapun pamit. sebelum Kiara keluar dari ruangan Zavier, ia kembali mengingatkan jika Zavier akan ada meeting jam 2 siang. meskipun jawaban dari sang bos hanya anggukan singkat tanpa menoleh kearahnya, setidaknya Kiara sudah melakukan tugasnya dengan baik. toh, bonsya itu memang seperti itu jadi sudah hal biasa jika tak ada suara yang terdengar daru mulut sang bos.
"Hari ini Zavier cakep yah," celetuk Kiara yang masih bisa Rion dengar.
"Sadar woy sadar!"
"Dih, apaan sih sirik aja deh lo. atau lo suka yah sama gue jadi sewot banget kalau gue muji Zavier."
"Ogah banget gue suka sama lo Ra!" Rion bergidik ngeri.
"Ya udah sih, awas aja kalau lo suka sama gue! ingat yah. gue itu sukanya Zavier..." Kiara mengecilkan suara diakhir ucapannya.
"Tapi Zaviernya yang gak suka sama lo hahaha," tawa Rion benar-benar menggelegar saat melihat raut wajah Kiara yang berubah drastis. yang awalnya ceria tiba-tiba murung.
"Ck! mana bener lagi!" Seketika raut wajah Kiara menjadi kusut.
Selama diperjalanan mereka saling diam. hanya lagu yang terdengar mengisi keheningan mereka.
Saat ini pikiran Kiara sedang berkelana menuju beberapa jam yang akan datang yaitu bersama Zavier. apakah ia sanggup profesional jika hanya berdua dengan Zavier.
Sesekali Rion melirik kearah Kiara yang terihat senyum-senyum sendiri menatap keluar jendela seakan pikirannya saat itu sedang bahagia.
Rion dengan sengaja menginjak rem mendadak setelah memastikan tak ada kendaraan lain dibelakang mereka.
"RION!" teriak Kiara saat kepalanya behasil terbentur akibat ulah Rion.
"Hahahaha rasain! lagian dari tadi gue panggil gak lo respon. mana senyum-senyum ganjen gitu lagi. ngaku gak lo, tadi otak lo lagi mesum yah," celetuk Rion yang mendapat geplakan keras dikepalanya.
"Otak lo yang kotor! bisa-bisanya lo ngerusak kebahagiaan gue! lo tau gak tadi gue lagi bahagia bareng Zavier!" kesal Kaira.
"Ck ck sudah gue duga, pasti korban otak mesum lo gak jauh-jauh dari Zavier. cari pacar sana Ra."
"Gue juga maunya punya pacar kali! tapi bos lo tuh gak mau buka hati untuk gue," Kiara memasang wajah sedihnya.
"Lagian bongkahan lo tungguin. nyerah aja kata gue Ra."
"Gak bisa Rion! lo tau gak goals hidup gue?" tanya Kiara dengan semangat.
"Jadi orang kaya!" tebak Rion yang tepat sasaran.
"Itu hanya salah satunya. yang terbesar adalah meluluhkan hati Zavier. dengan begitu goals gue yang lain akan ikut kan." Kiara tertawa sangat lepas.
"Serah lo aja Ra. btw ini jalannya kemana yah?" tanya Rion yang tidak mengingat arah menuju kost Kiara.
"Lo lupa kost gue? serius? kok bisa? padahal pas kuliah lo gak pernah absen ke kost gue numpang makan doang njir!" protes Kiara yang tak terima Rion melupakan kost yang yang sudah sangat berjasa untuk menyambung hidupnya saat kuliah dulu.
Rion tertawa kecil dengan wajah yang sok imut. ia benar-benar lupa telak kost Kiara. bahkan ia tak ingat kapan terakhir ia kesana, itu sudah sangat lama sekali.
"Wah, gak nyangkan gue. lo ngelupain kost bersejarah gue bro." Kiara menggelengkan kepalanya.
"Hehe sorry, udah lama Ra gue gak kesana. mana gue ingat."
"Ya ya ya. tuh, depan belok kanan, parkir depan alfa aja," ucap Kiara.
Setelah mobil terparkir, Kiara segera keluar dan meninggalkan Rion. tak berselang lama Kiara datang dengan koper mini di tangannya.
Merekapun melanjutkan perjalanan menuju rumah Zavier. diperjalanan Kiara menanyakan alasan Zavier tak pernah tersenyum. namun, jawaban dari Rion membuatnya semakin berfikir.
Zavier yang Kiara kenal berbeda dengan Zavier yang Rion kenal. Kiara hanya kenal Zavier yang cuek nan dingin. tapi Rion mengenal Zavier yang murah senyum dan begitu hangat pada semua orang.
Kiara kembali menanyakan apa alasannya namun, Rion hanya menjawab nanti Kiara akan tau dan kota yang akan mereka kunjungi adalah awal mula semua terjadi.
Ucapan Rion berhasil membuat Kiara kepikiran dan menjadi gelisah sendiri.
"Gak usah gugup gitu Ra. santai aja kali," ucap Rion berusaha mangalihkan perhatian Kiara.
"Kalau lo gak bilang soal itu juga gue gak akan kepikiran! ini semua salah lo pokoknya!"
"Kita sudah dekat. sorry yah kalau suasananya nanti canggung, Zea cinta damai banget jadi gak akan ada musik lagi," jelas Rion.
"Oh, ok aja gue mah."
"Emmm, itu lo bisa pindah kebelakang gak?" tanya Rion hati-hati.
"What! sekarang lo nyuruh gue duduk di belakang? yang bener aja dong! gue tersinggung ini gak bohong!" Kiara memanyunkan bibirnya dan menyilangkan kedua tangannya didepan dada.
"Satu lagi R---" ucapan Rion terpotong.
"APA LAGI RION! UDAH SANA BURUAN!" murka Kiara.
"Nanti sapa seadanya aja yah. dia takut orang asing jadi tolong pengertiannya bu Kiara. ini demi kebaikan kita bersama," ucap Rion sebelum ia meninggalkan mobil.
Didalam mobil saat menunggu Rion, Kiara sibuk bermain game di ponselnya. tak berselang lama, Rion datang bersama seorang gadis kecil disampingnya.
Kiara mengerutkan kening saat sadar jika wajah gadis kecil itu sangat mirip dengan Zavier. pikiran Kiara kembali berkelana entah kemana. yang ia tau Zavier lajang dan tak pernah ada rumor sedikitpun tentangnya. bagaimana mungkin dia punya anak.
"Zea sayang, didalam itu ada kakak Kiara. dia sekretarisnya ayah, jadi Zea jangan takut yah cantik. kakak nya baik kok," ucap Rion lembut.
Zea hanya menunduk dan mengangguk singkat. setelah memastikan semunya sudah masuk dibagasi. Rion membukakan pintu depan untuk Zea. awalnya Zea terlihat enggan untuk masuk kedalam mobil. namun, dengan sabar Rion membujuk dan menuntunnya untuk masuk kedalam mobil.
Kiara sendiri sudah tersenyum sejak awal pintu mobil terbuka. bisa dipastikan saat ini gigi Kiara menjadi kering karna mempertahankan senyum terbaiknya untuk seorang gadis kecil yang ia anggap putri Zavier.
Ada sedikit rasa kecewa dihati Kiara saat melihat wajah anak itu mirip dengan Zavier yang artinya Zavier sudah berkeluarga dan ia menjadi tidak enak harus ikut penerbangan sore ini.
Kiara berusaha positif thingking karna Rion tak pernah memberitahunya jika Zavier sudah berkeluarga. Rion hanya menyarankannya untuk menyerah. apa itu kode dari Rion? entahlah Kiara tak ingin mengambil pusing itu dulu.
"Halo cantik, kenalin nama kakak Kiara," ucap Kiara ramah sambil mengulurkan tangannya.
Zea hanya menatap datar tangan Kiara dan membiarkannya menggantung di udara. Kiara sedikit syok dengan tatapan itu, tatapan yang sama dengan Zavier.
"Jangan diambil hati yah Ra, Zea emang irit ngomong. kalau gitu kita berangkat sekarang yah," ucap Rion yang tak enak dengan Kiara.
Perjalanan menuju kantor benar-benar hening dan sangat membosankan untuk Kiara. namun, keheningan itu menjadi latihan jantung saat ponsel Kiara berdering begitu nyaring yang membuat mereka semua terkejut. terlebih Zea yang tadinya tertidur.
"Woy! itu speaker hajatan? nyaring banget Ra! astaga." Rion mengusap kupingnya berkali-kali.
"Hehe sorry, lupa gue kecilin. ini bos nelpon."
"Angkat lah, ngapain ngasih tau gue," sewot Rion.
Kiara menjawab panggilan tersebut. Zevier menanyakan mereka sudah dimana dan bagaimana dengan Zea. setelah merasa puas dengan jawaban Kiara. Zavier memutus sambungan sepihak.
"Udah?" tanya Rion sedikit terkejut.
"Hm. tau sendirilah bos kalau udah kelar yah udah langsung tuuut tuuut tuuut yang kita dengar," jawab Kiara sedikit tertawa.
"Bener juga."
Merekapun samapi. Zea yang masih tertidurpun digendong Rion dengan jas menutupi kepala Zea. sedangkan Kiara membawa tas kecil milik Zea. mereka menuju ruangan Zavier menggunakan lift pribadi untuk menghindari tatapan para karyawan.
Ini pertama kalinya Zea menginjakkan kakinya di kantor Zavier. selama ini yang ia tau hanya rumah, rumah dan rumah.
Saat mereka tiba di ruangan Zavier ternyata kosong. Rion meminta Kiara mendorong dinding yang berada dibelakang meja kerja Zavier.
Sempat ada perdebatan diantara mereka tentang dinding itu. namun setelah Kiara menuruti ucapan Rion betapa terkejutnya ia saat melihat apa yang berda di balik dinding itu.
"Waaaah, sejak kapan ada ruangan ini?" tanya Kiara yang masih takjub dengan ruangan tersebut.
Rion membaringkan Zea di kasur dan menyelimutinya. sedangkan Kiara memejamkan mata dan menghirup aroma yang begitu menenangkan diruangan itu. aroma yang sangat mirip dengan Zavier.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!