Tak tak tak....
Suara langkah berlari seseorang menggema di lorong sebuah rumah sakit, seorang gadis berlari sekencang mungkin, seakan kakinya tak lagi menapak bumi.
Azkiara Almashira....gadis cantik itu baru saja menerima telepon dari seseorang yang mengatakan,pria yang begitu ia cintai tengah berada di rumah sakit.
Bruk..." Maaf.. maafkan saya,saya sedang terburu-buru" pintanya lembut dengan suara terengah,ia bahkan menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya, wajahnya menunduk hormat,tak berani menatap pada seseorang yang baru saja ia tabrak.
" Tidak apa-apa,lain waktu berhati-hati lah" jawab seorang pria dengan suara tegas dan terdengar sangat berwibawa.
" Terimakasih Tuan" gadis yang akrab disapa Kiara itu menatap sekilas wajah seseorang yang begitu baik, bersedia memaafkan nya.
Kiara menatap sesaat pria yang berdiri di depan nya, yang ternyata seorang dokter, terlihat dari jas putih yang masih melekat di tubuh pria tinggi tersebut.
Deg...
Entah jantung siapa yang berdetak tak normal,namun keduanya menunjukkan ekspresi wajah tenang.
" Kamu terlihat sangat terburu-buru, apakah terjadi sesuatu? Mungkin saya bisa membantu" tanya pria ber jas putih itu.
" Anda dokter di rumah sakit ini tuan? Bisa tolong tunjukkan dimana ruangan ICU?" tanya Kiara dengan sangat sopan.
" Oh ruangan ICU...kamu bisa jalan lurus sekitar seratus meter dari sini,saat menemui persimpangan kamu belok kiri dan di sana tertulis ruangan yang kamu cari" jawab dokter tersebut ramah.
" Terimakasih dok..permisi" ucap Kiara sopan,ia kembali melanjutkan langkahnya sesuai arahan pria yang tak sengaja ia tabrak.
" Perfect" gumam pria yang masih berdiri menatap kepergian Kiara,pria bergelar dokter itu menggeleng menyadari kekonyolan nya yang begitu mudah memuji seseorang yang bahkan baru pertama kalinya ia temui,hanya karena wajahnya yang cantik.
Dari jarak sekitar seratus meter,Kiara bisa melihat beberapa orang berkumpul di depan ruangan yang bertuliskan ICU,Kiara tak mengenal mereka,Bahkan ia belum mengenal siapapun di kota tersebut,selain pria yang kabarnya kini tengah terbaring di ruangan ICU tersebut.
Suara langkah berlari nya mengalihkan perhatian beberapa orang yang berada di depan ruangan tersebut,sekitar lima orang,terlihat ada tiga laki-laki dan dua perempuan.
HOS HOS HOS...
Kiara mengatur nafasnya sesaat,sebelum mendekat dan bertanya pada mereka yang kini tengah menatapnya,hanya satu orang yang terlihat tak menatapnya,sibuk dengan ponsel yang menempel di telinga nya.
" Ma-maaf apakah benar yang berada di dalam ruangan ini pria yang bernama Erlangga?" tanya Kiara sopan.
" Ya... apakah kamu yang tadi menjawab telfon dari no Angga?" tanya salah satu pria yang terlihat begitu tampan dengan kemeja soft blue, menggunakan ransel di punggung nya, penampilannya layaknya seorang mahasiswa,namun juga bak seorang pekerja kantoran,tapi wajahnya terlihat masih sangat muda.
Kiara mengangguk sopan" I-ya kak,saya yang bernama Kiara, boleh kah saya menemui kak Angga?" tanya nya dengan sangat sopan,wajah cantik nya terlihat begitu lembut, dengan tatapan sendu.
" Tunggulah sebentar lagi, dokter sedang melakukan pemeriksaan.. perkenalkan saya Andre" jawab pria yang mengaku bernama Andre,seraya mengulurkan tangannya.
Kiara mengangguk sopan,ia mengatupkan kedua tangannya di depan dada, tandanya ia tak ingin membalas uluran tangan pria muda tersebut " Saya Azkiara,Kakak bisa panggil Kiara, terimakasih telah menghubungi saya" jawab Kiara.
Aldo yang berada di samping Andre mengulum senyum nya saat melihat gadis yang bernama Kiara tersebut tak menerima uluran tangan nya, sedangkan dua wanita yang sejak tadi memperhatikan Kiara terlihat begitu cuek.
Andre tersenyum canggung saat uluran tangannya tak bersambut" oh ya kenalkan ini temen-temen gue, yang ini,Aldo,ini Putri,Ini Moli,dan yang itu Al..( Aldizar Reyndra Alexander), mereka semua juga temen-temen Angga"ucap Andre tersenyum tipis.
Kiara mengangguk sopan pada pria yang di sebut bernama Aldo, sedangkan pada dua wanita yang di sebut bernama Putri dan Moli itu ia mengulurkan tangannya, menyalami takzim punggung tangan mereka, dengan kebiasaannya yang memiliki sikap yang sangat santun, terlebih ia tau mereka lebih tua darinya.
" Kiara kak" ucap Kiara sopan,ia berusaha sedikit menampilkan senyum nya, walaupun hatinya sedang dalam keadaan khawatir,tapi Kiara tetap berusaha tersenyum pada mereka, yang ia tau adalah orang-orang yang menolong pria tercintanya itu,dan ia juga tau mereka adalah teman-teman Angga yang sering pria itu ceritakan padanya saat mereka mengobrol di telepon,atau saat Angga mengunjunginya di Asrama di kota kelahiran mereka.
Seorang perawat keluar " Apakah disini ada yang bernama Aldizar?" tanya perawat tersebut pada mereka yang berada di luar ruangan tersebut.
" Ada sus, sebentar" jawab Aldo cepat" Al..di cariin nih" panggil Aldo pada pria yang bernama Aldizar tersebut, membuat pria yang di panggil namanya membalikkan badannya menghadap sang sahabat.
" Kenapa? Gimana keadaan Angga?" tanya nya tegas, pertanyaan nya terdengar khawatir,tapi wajah dan suaranya terdengar begitu tenang.
" Ini sus orang nya" ucap Aldo pada wanita yang berprofesi sebagai suster tersebut.
" Bisa tolong ikut saya mas?" tanya suster tersebut sopan,ia menatap kagum pada wajah tampan pria yang kini berdiri di hadapannya, seorang pria berwajah blasteran dengan bola matanya kebiruan, hidungnya mancung bak seluncuran, rahangnya tegas, tatapan matanya tajam dan dingin,mampu mengintimidasi lawan, alisnya tebal bersambung, dengan bibir berisi dan terlihat merah alami, sepertinya bibir itu tidak pernah tersentuh nikotin, tubuhnya tegap dengan dada bidang dan tinggi yang ideal, entah bagaimana caranya kedua orang tuanya bisa memiliki anak mendekati sempurna sepertinya.
Tanpa menjawab apapun, Aldizar memasuki ruangan steril tersebut,namun sebelum benar-benar masuk,ia berbalik sesaat menghadap pada Aldo" apakah wanita yang di minta telfon oleh Angga tadi sudah datang?" tanya nya pada Aldo.
Aldo mengangguk" sudah itu " jawab Aldo seraya menunjuk ke dinding kaca yang besar, membuat Al mengikuti arah pandangan sang sahabat yang tepat berada di samping nya.
Deg...
' wanita itu? sangat mirip dengan wanita yang wajahnya ada di layar depan ponsel Angga, ternyata ini wanita yang katanya sangat dicintainya itu ' batin Aldizar setelah melihat wanita asing tersebut.
Aldizar kembali melanjutkan langkahnya memasuki ruangan sang sahabat sekaligus rekan bisnis nya, setelah memakai jubah khusus untuk pengunjung ruangan steril tersebut Aldizar menghampiri sahabat nya Angga.
" Gimana bro? " sapanya pada Angga, berusaha biasa saja, menutupi kekhawatiran nya,demi membuat sang sahabat merasa nyaman, Aldizar menatap tubuh kekar Angga yang terlihat begitu penuh terpasang berbagai alat medis.
Angga berusaha tersenyum" apakah Kiara udah datang?" tanya nya dengan suara lirih, napasnya masih terlihat tersengal, ini adalah hari ke dua ia dirawat.
Al mengangguk " sudah,apa perlu gue panggil?" tanya Al setelah menjawab pertanyaan Angga.
" Al.. boleh gue minta tolong sama Lo?" tanya Angga ragu-ragu.
Al mengernyitkan keningnya heran, bukankah ia selalu mengingatkan pada ketiga sahabatnya agar Jagan pernah sungkan untuk meminta bantuan pada nya, tapi walaupun demikian Al tetap mengangguk.
" Katakan, apa yang Lo butuhkan?" tanya Al yakin.
"Gu- gue titip Kiara,To- tolong jaga Kiara buat gue, tolong Lo nikahi dia, please..." pinta Angga sungguh-sungguh.
Hal tersebut membuat Aldizar terkejut,ia sampai menganga dengan mata melotot sempurna mendengar permintaan Angga" Lo ngomong apa Ga? Gue ga mungkin nikahi wanita yang ga gue kenal, apalagi itu wanita yang Lo cintai,gue janji akan jagain dia sampai Lo sembuh" jawab Aldizar cepat.
Angga berusaha tersenyum mendengar jawaban sahabat nya,ia menggeleng kecil" Dia memang wanita yang paling gue sayangi dan cintai bahkan sejak dia kecil, terlebih sejak kedua orang tua kami pergi untuk selamanya,dia adik kandung gue satu-satunya, impian terbesar gue bisa lihat dia menikah dan gue yang menjadi walinya, tapi ternyata gue ga diberi kesempatan lebih lama lagi,jadi gue mohon, tolong nikahi adik gue Kiara,cuma nikah siri Al,Lo bisa lepasin dia suatu saat kalau Lo akan nikahi Mella,dan tolong Carikan Kiara pria yang bertanggung jawab,gue percaya Lo bisa" pinta Angga panjang lebar.
Aldizar menggeleng, berusaha menolak permintaan konyol sahabat nya itu" tapi pernikahan bukan sesuatu yang bisa di permainkan Ga,dan Lo tau gue ada Melly,tahun depan kami akan bertunangan,dan Lo juga tau saat ini Melly sedang di rawat di rumah sakit Ga" ucap Aldizar berusaha membuat Angga membatalkan permintaan nya.
" Gue janji akan jaga adek Lo itu,gue akan kenalkan dia ke keluarga gue, orang tua gue pasti suka dan Nerima adek Lo di keluarga kami" tambah Al berusaha meyakinkan Angga.
Angga berusaha tersenyum tipis seraya menggeleng" Kiara biasa tinggal di pesantren,dia ga akan bisa menerima perhatian dari laki-laki yang bukan mahram nya,dan dia pasti akan menolak untuk tinggal bersama orang asing" ucap Angga menjelaskan karakter sang adik.
" Cuma dengan cara ini gue bisa pergi dengan tenang Al,gue yakin Kiara ga akan merepotkan Lo,dia cuma memiliki fisik yang sedikit lemah,maka itu gue minta tolong Lo jagain dia,kalau kalian ga ada ikatan yang halal,Lo ga akan bisa jagain dia Al, please..cuma sampai dia mendapatkan seseorang yang bisa menggantikan gue,dan Lo bisa lepasin dia,atau sampai kuliahnya selesai" pinta Angga memohon,pria yang biasanya selalu tampil gagah dan berwibawa itu bahkan kini mengeluarkan air matanya di depan Aldizar.
Melihat kesungguhan dan permohonan Angga,Al merasa sangat tidak tega, akhirnya ia mengangguk, mengabulkan permintaan Angga,saat itu juga ia menghubungi orang kepercayaan nya untuk membawa seseorang yang bisa menikahkan dirinya dengan adik dari sang sahabat.
Al meminta pada salah satu perawat untuk memanggil gadis yang bernama Kiara, yang ia tau adalah adik dari Angga, wanita yang awalnya ia kira adalah kekasih dari sahabatnya tersebut,wanita yang ia tau begitu spesial di hati Angga,Al bahkan sering mendengar Angga beberapa kali memuji wanita yang bernama Kiara tersebut,sejak perkenalan mereka tiga tahun lalu.
Aldizar pof...
" Lo mau kemana Ga?" tanya Al pada Angga,saat melihat sahabat sekaligus rekan bisnis nya itu memesan sebuah tiket.
" Minggu depan gue mau mengunjungi Kiara,udah hampir satu semester gue ga mengunjungi nya" jawab Angga, matanya menatap intens layar ponsel nya, dengan wajah tersenyum.
Aldizar atau yang lainnya memang belum pernah melihat seperti apa wajah wanita yang selalu Angga pandangi di layar ponselnya,mereka memang bersahabat,tapi mereka berusaha tidak akan pernah mengurusi masalah pribadi masing-masing, dan handphone adalah salah satu benda pribadi dan juga privasi.
lamunan Aldizar buyar saat terdengar suara pintu kaca ruangan ICU tersebut di buka, menampilkan seseorang yang masuk dengan pakaian steril" Abang..." panggil Kiara lirih saat melihat sang Abang yang terbaring tak berdaya dengan tubuh di penuhi alat medis.
Angga tersenyum " Sayang... bagaimana perjalanan mu Hem? Adik Abang makin cantik,maaf Abang ga bisa jemput adik di bandara seperti janji Abang kemarin" ucap Angga dengan suara lirih.
Kiara menggeleng,ia masih berusaha tersenyum, walaupun dengan wajah yang di banjiri air mata,pipi putih chubby nya di penuhi air mata,mata lentik nya beberapa kali mengerjab berusaha menghentikan air matanya,jemari lentiknya begitu lembut mengusap lengan dan wajah Angga,seakan ia begitu takut menyakiti Abang nya yang terlihat sedang tak berdaya tersebut.
" Ara baik-baik aja bang,Abang juga akan baik-baik aja kan? Ara janji akan belajar lebih giat lagi supaya bisa cepat menyelesaikan kuliah Ara,keluar dari asrama,dan kita bisa tinggal bersama lagi" ucap Kiara sendu.
" Ara kangen banget sama Abang " ucap nya,seraya mengecup kening dan pipi Angga,gadis cantik itu terlihat begitu lembut dan anggun, tutur katanya dan gerakannya terlihat begitu lemah lembut,sopan dan penyayang.
Aldizar memperhatikan interaksi keduanya yang terlihat seperti sepasang kekasih, terlihat begitu romantis, entah mengapa ia merasa seperti tidak terlalu suka saat melihat Kiara mengecup kening,pipi dan puncak kepala Angga, apakah seperti itu hubungan kakak beradik,tanya nya dalam hati,sebab ia tak pernah melihat Melly kekasihnya bertingkah se manja itu pada kakak laki-laki nya.
"Sayang...ada yang ingin Abang katakan,dan tolong jangan membantah, Abang percaya kamu adalah adik terbaik Abang" ucap Angga dengan suara lirih, wajahnya terlihat semakin pucat.
Kiara mengangguk cepat, seumur hidupnya ia memang belum pernah membantah semua ucapan dan aturan Abang nya,terlebih setelah kedua orang tua mereka meninggal dunia lima tahun lalu,bagi Kiara Angga adalah segalanya, karena Angga juga mampu menjadi ibu sekaligus ayah untuk nya, walaupun mereka tinggal terpisah tapi Angga selalu menunjukkan kasih sayangnya pada nya.
" Menikahlah " ucap Angga tegas.
Jedar...
Bak di sambar petir Kiara saat mendengar permintaan Angga, yang lebih terkesan seperti perintah itu.
" Ta-tapi Bang... dengan siapa Ara harus menikah? Dan usia Ara juga baru 17 tahun bang,Ara juga belum siap untuk menikah " ucap Kiara sendu.
" Dengan dia, Aldizar... sahabat Abang " ucap Angga tegas, matanya menatap wajah Al dengan raut memohon, sedangkan yang di tatap berwajah datar tanpa ekspresi.
Kiara mengikuti arah pandangan sang Abang,dan ia baru menyadari bahwa di belakangnya ada seorang pria, yang tadi sempat di kenalkan oleh Andre,tapi Kiara tak melihat wajahnya karena memang Al sedang membelakangi mereka semua.
Kiara menggeleng lemah, berusaha menolak permintaan sang Abang,melihat tatapan mata tajam Aldizar saja sudah membuat nya merinding ketakutan, dan ia yakin pria itu bukan orang sembarangan, mungkin jauh berbeda dengan dirinya.
" Abang pasti sembuh, Abang udah janji sama ayah dan ibu untuk jagain Ara,dan ga akan pernah meninggalkan Ara sendirian, Abang akan dampingi Ara,kita akan terus bersama" ucap Kiara sendu.
Angga berusaha tersenyum pada sang adik tersayang nya" Tuhan punya rencana lain sayang,dan itu di luar kendali kita, semua ini rahasia Tuhan sayang dan Abang merasa Abang ga akan bisa menjaga mu lagi, maafkan Abang " ucap Angga lembut, seraya mengusap puncak kepala Kiara.
Pembicaraan mereka terhenti saat kembali terdengar pintu terbuka, seorang pria muda bersama dua orang pria paruh baya memasuki ruangan tersebut,para perawat di minta untuk menunggu di luar,tinggallah seorang dokter bersama dua asistennya.
Aldizar terlihat berbicara serius dengan mereka semua, sedangkan Kiara terus berada di sisi Angga.
" Bagaimana apakah kita mulai sekarang? Bagaimana dengan mahar nya? Apakah sudah di siapkan? karena mahar adalah salah satu syarat sah nikah" tanya seorang pria paruh baya yang berpakaian serba putih dan sorban.
" Ya ustadz, silahkan, semuanya sudah siap dan ini mahar nya" jawab pria muda yang ternyata orang kepercayaan Aldizar,ia juga mengeluarkan sebuah kotak perhiasan yang berisikan satu set perhiasan, sesuai dengan perintah sang majikan.
" Bagaimana dengan mempelai wanita? Apakah sudah siap? " tanya lagi pria bersorban tersebut,beliau harus memastikan terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan.
Kiara mengangguk lemah,ia tak mungkin sanggup menolak permintaan sang Abang, sedangkan Angga tersenyum tipis saat melihat anggukan kecil dari adik tersayang nya, dalam hati ia sangat berharap kedepannya akan baik-baik saja.
Setelah ber wudhu Aldizar duduk di kursi tepat di samping Angga,Kiara sudah bergeser di samping kiri sang Abang,di samping kiri dan kanan Al duduk dua orang yang di bawa oleh asisten pribadi nya, sedangkan dokter dan dua asistennya berdiri tak jauh dari mereka,begitu pula asisten pribadi Al.
Aldizar menjabat tangan Angga,menyambut Qobul yang Angga ucapkan sebagai wali Kiara,Aldizar mampu menjawabnya hanya dengan satu tarikan nafas, bahkan ia tak sedikitpun terlihat gugup, suaranya terdengar begitu tegas dan lantang, hingga kata SAH akhirnya di dengarkan di ruangan serba putih tersebut.
pria berjubah dan bersorban putih langsung menengadahkan kedua tangannya ke atas, membacakan doa terbaik untuk sepasang suami istri yang baru saja mengesahkan hubungan sakral mereka, di ikuti oleh yang lainnya dan secara mengucapkan kata Amin.
Setelah nya seperti biasa,sang ustadz sedikit memberikan nasehat tentang pernikahan pada mempelai,terlepas apapun sebab mereka menikah, harapan mereka tentu yang terbaik.
" menikah itu ibadah terpanjang seumur hidup,rumah tangga itu ibarat kapal, keselamatan penumpang nya bergantung pada sang nahkoda,namun juga harus bekerja sama dengan yang berada di kapal tersebut,suami ialah nahkoda yang akan menentukan kemana kapal mereka akan berlabuh,ke dermaga kah? atau akan tenggelam saat kapal mereka belum menepi?,istri adalah pakaian bagi suami,maka jagalah Marwah suamimu dengan baik, dengan cara tidak melanggar kodrat seorang wanita bersuami" nasehat sang ustadz.
" Begitupun dengan suami,istri di ibaratkan tulang rusuk mu,itu artinya ia harus selalu engkau lindungi,istrimu bukan hanya sebagai tempat untuk melampiaskan nafsu syahwat mu saja,tapi istrimu adalah sahabat terbaik mu,rumah mu,tempat mu mencurahkan segala rasa mu,jangan mendatangi wanita lain saat sedang suka atau duka, karena sejatinya istrimu adalah tempat terbaik mu" tambah sang ustadz.
Kedua pasangan muda itu menunduk dalam, mendengar berbagai nasehat yang begitu penting tersebut,tapi apakah mereka akan menjalankan semua nya sesuai nasehat itu? Sedangkan mereka menikah hanya sebatas untuk memenuhi permintaan terakhir dari orang yang mereka sayangi.
Setelah selesai,Kiara dan Al mendekati Angga, karena pria muda itu memanggil adik tersayang nya dan juga sang sahabat yang kini telah berubah menjadi adik iparnya.
" Terimakasih... tolong jaga adik gue, permata gue,dia segalanya buat gue,tolong jangan sakiti dia" pinta Angga sungguh-sungguh pada Aldizar.
Aldizar mengangguk,ia tak mengucapkan sepatah katapun, matanya melirik Kiara yang terlihat terus terisak di samping Angga.
" Ara...terlepas apapun status pernikahan kalian,Al tetaplah suami mu saat ini hingga saat ia melepaskan mu dengan kata talak yang ia ucapkan untuk mu, Abang mohon,hormati dia,patuhi dia,anggap dia sebagai pengganti Abang" nasehat Angga pada Kiara.
Kiara tak menjawab, ia justru menggeleng seraya terus terisak, sedangkan yang lain sudah keluar meninggalkan ruangan tersebut,bahkan sang dokter dan asistennya memilih menunggu di luar ruangan.
" Bang...A-ara... Ara.." ucapan Kiara yang terputus-putus terhenti saat mendengar suara panjang dari pendeteksi detak jantung .
Tiiiiiiiit...
" Abang..." panggil Kiara lirih,ia tak berteriak histeris saat melihat tangan sang Abang yang sudah terjatuh dari puncak kepala nya,ia tau sang Abang telah meninggalkan dirinya.
Aldizar berlari keluar untuk memanggil dokter, membuat yang lain terlihat begitu penasaran, tentang apa yang terjadi di dalam ruangan Angga, Aldo,Andre,Moli dan putri tak mengetahui tentang pernikahan Aldizar dan Kiara,Al sudah mengatakan pada semuanya untuk tutup mulut,kecuali pada Kiara,ia belum bicara dan ia akan bicara saat ada waktu.
" Izinkan kami memeriksa pasien nona " pinta dokter pada Kiara,agar wanita cantik itu menyingkir dari sisi Angga.
Kiara mengangguk patuh,ia memundurkan langkahnya,berdiri di sudut ruangan tersebut,seraya terus memperhatikan semua yang sedang dokter lakukan pada tubuh sang Abang, tatapan nya kosong,seakan ia telah kehilangan arah nya.
Sedangkan Aldizar berdiri tak jauh dari bankar pasien, memperhatikan wajah yang terlihat begitu menyedihkan,wajah cantik alami milik Kiara memang tak mampu di pungkiri oleh nya,Al bahkan merasa seakan tak nyata melihat wanita secantik Kiara saat pertama kali melihat adik sahabatnya itu saat di luar ruangan tadi.
Tubuhnya ideal, dengan tinggi yang cukup untuk ukuran wanita asia, kulitnya tampak begitu putih,terlihat dari jari-jari lentiknya, pipinya chubby dan juga putih mulus walaupun tanpa ada jejak make up di sana, bibir nya pink alami,hidungnya mancung, matanya bulat di hiasi dengan bulu mata yang sangat lentik,bak bulu mata palsu, alisnya tersusun rapi,terlihat seperti para wanita yang melakukan sulam alis.
Tapi Al tidak menyukai gadis itu, karena tak menolak saat Angga memintanya untuk menikah dengan dirinya,Al merasa gadis itu termasuk salah satu gadis yang bersikap sok polos,Al yakin Kiara sama seperti wanita-wanita di luaran sana yang selalu terobsesi dengan ketampanan nya, terlebih saat tau siapa dirinya.
" Maaf pasien sudah tiada" ucap sang dokter sesaat setelah melakukan kejut jantung hingga beberapa kali,wajah dokter tersebut terlihat sendu.
Kiara mengangguk,ia mendekat setelah para perawat melepaskan semua alat medis yang menempel di tubuh Angga,Kiara mengusap lembut seluruh wajah Angga, mengusap kepalanya yang terbungkus kasa,dan mengusap dada bidang dan lengannya,bibir Kiara tak mengucapkan sepatah katapun, hanya air mata yang terus menerus mengalir di pipi putih nya.
" Abang... terimakasih telah menjadi Abang terbaik untuk Ara, terimakasih telah menjadi ayah dan ibu terbaik untuk Ara, terimakasih telah menjadi sahabat terbaik untuk Ara, terimakasih atas segalanya yang Abang berikan untuk Ara selama kita bersama,Ara sayang Abang,Ara janji akan jadi adik terbaik Abang,akan jadi adik kebanggaan Abang,Ara janji akan belajar lebih baik lagi,dan ga akan merepotkan orang lain,Ara janji... Abang tenang di sana ya,Ara baik-baik aja di sini" ucap Kiara lirih di sisi jenazah sang Abang.
Kiara memundurkan langkahnya saat para perawat datang untuk membawa Angga menuju ruang khusus memandikan jenazah, semuanya di urus oleh asisten Al, hingga pemakaman pria itu.
" Apakah kamu ingin memakamkan Angga di suatu tempat?" tanya Al pada Kiara sebelum asistennya menentukan tempat pemakaman Angga.
" Tidak,jika bisa saya minta tolong uruskan di kota ini saja, karena saya juga berada di kota ini, semua biayanya tolong di catat, setelah selesai pemakaman akan saya ganti" jawab Kiara pelan,ia memang tak ada tempat khusus,toh kedua orang tuanya bahkan tak ada makam nya, karena jenazah mereka hilang di lautan, kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan sebuah pesawat saat akan melakukan perjalanan bisnis,dan jenazahnya dinyatakan hilang.
Al tidak menjawab, ia langsung meninggalkan Kiara, yang tengah menunggu di luar ruang jenazah,di temani Aldo, Andre,putri dan Moli,Al menghubungi asisten pribadi nya memberikan perintah dan langsung di angguki oleh asisten nya yang bernama Doni.
" Yang sabar ya, Tuhan lebih sayang sama Angga" ucap putri yang di balas anggukan oleh Kiara.
" Terimakasih mbak,Saya mewakili kak Angga memohon maaf atas segala kesalahannya pada semua nya,baik yang di sengaja maupun tidak" ucap Kiara tulus.
putri menggeleng" Angga gak pernah buat kami tersinggung,dia pria baik dan sangat setia" balas putri, sedangkan Moli hanya diam menunduk, ia begitu terpukul dengan kepergian Angga,gadis manis itu menyukai Angga sejak pertama kali mereka kenal.
" Abang memang sangat baik,apakah Abang saya memiliki seseorang yang tengah dekat dengan nya? Seperti kekasih mungkin?" tanya Kiara tiba-tiba, ia baru ingat, karena jika ada ia ingin bertemu,siapa tau Abang nya memiliki suatu janji pada sang kekasih.
Putri dan Moli saling tatap,saat mendengar pertanyaan Kiara, begitupun dengan Andre dan Aldo, mereka mengira Kiara adalah kekasih Angga.
" Jadi Lo bukan pacarnya Angga?" tanya Andre tanpa basa-basi.
Kiara mengerutkan keningnya, merasa heran dengan pertanyaan Andre,jadi dari tadi mereka mengira bahwa dirinya adalah kekasih dari Abang nya sendiri" saya adiknya bang Angga kak,adik kandung nya,kami hanya tinggal berdua, kedua orang tua kami sudah meninggal beberapa tahun lalu " jawab Kiara sedikit menjelaskan.
Moli menatap seakan tak percaya dengan jawaban Kiara, pasalnya Angga terlihat begitu berbunga saat setiap akan menemui Kiara di kampung kelahirannya, mereka mengira Kiara adalah kekasih Angga yang ia tinggalkan di kampung dan akan segera menikah dengan nya, karena Angga pernah mengatakan bahwa Kiara juga akan tinggal di Jakarta.
" Jadi kamu masih sekolah?" tanya putri penasaran, sekaligus sedikit mengajak gadis belia itu mengobrol,untuk mengurangi rasa kehilangan nya.
" Saya baru saja akan kuliah di Alexander university,saya mendapatkan beasiswa di sana" jawab Kiara apa adanya.
Aldo,Andre, putri dan Moli saling tatap, bukankah itu adalah kampus mereka,dan Al juga pastinya, hanya saja mereka sudah di semester tujuh dan Al adalah ketua BEM di kampus tersebut,kampus milik keluarga Alexander.
" Setelah ini kamu berencana akan tinggal di mana?" tanya putri,ia tinggal di sebuah apartemen, sedangkan Moli tinggal bersama keluarga nya, sedangkan para lelaki mereka tinggal tak tentu, terkadang bersama keluarga dan terkadang mereka memilih berada di apartemen, mereka dari keluarga terpandang,namun Angga tak pernah tau asal usul mereka, Angga mengira mereka sama seperti nya,dari keluarga sederhana.
Angga dan mereka saling mengenal saat Angga masih menjadi mahasiswa semester akhir di Alexander university,ia juga mahasiswa beasiswa,ia merintis cafe bersama beberapa teman mahasiswa nya, hingga akhirnya Al dan para sahabatnya ikut bergabung, hingga kini mereka memiliki beberapa cabang cafe.
Angga selama ini tinggal di salah satu cafe yang ia bangun bersama Al,di lantai teratas memang di desain khusus untuk mereka,Al juga memiliki ruangan pribadi di cafe tersebut,cafe yang di beri nama center itu,maju cukup pesat, terlebih letaknya tak terlalu jauh dari kampus dan juga rumah sakit ternama di ibukota.
Kiara memasuki ambulance saat semua proses pensucian jenazah Angga sudah selesai dan juga sudah di shalat kan,kini tinggal lah proses terakhir nya,yaitu mengantarkan nya ke tempat peristirahatan terakhirnya.
Dan disinilah mereka,di sebuah pemakaman yang terletak tak jauh dari kampus mereka, sedikit di pinggiran kota,di sebuah pemakaman umum yang terlihat cukup terawat,Kiara yakin biayanya pasti tidak main-main,tapi tak apa,semoga tabungan nya masih cukup untuk mengganti semua nya, setelah nya ia akan berusaha untuk mencari pekerjaan part time setelah pulang kuliah.
Kiara masih bersimpuh di hadapan makan Angga, menatap dalam gundukan tanah masih basah dan di penuhi taburan bunga.
Kiara tak terlihat menangis,namun air matanya terus mengalir deras, sesekali ia mengusap wajahnya, menyingkirkan air yang membasahi pipinya.
" Abang.... selamat jalan ya,doakan Ara selalu berada dalam lindungan Allah SWT di sini,selalu berjalan di jalan yang di Ridhoi" ucap Kiara sendu.
Bibirnya tak henti melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur'an, hatinya terus beristigfar agar di berikan kesabaran dan ketekunan untuk mampu menghadapi semua cobaan yang tengah ia rasakan,Kiara percaya Tuhan tau yang terbaik untuk Umat Nya.
" Kiara kami izin duluan ya,ada sedikit keperluan" pamit putri pada Kiara.
Kiara mengangguk, menunjukkan sedikit senyuman lembut" Terimakasih mbak,sudah mengantarkan Abang sampai di sini,sekali lagi Ara mohon maafkan segala salah dan khilaf Abang Kiara" ucap Kiara tulus.
Putri dan Moli mengangguk seraya tersenyum tipis, keduanya meninggalkan pemakaman,kini tinggal Aldo, Andre dan Aldizar, ketiganya masih berdiri menatap gundukan tanah,tak menyangka salah satu dari mereka telah pergi meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
" Kakak-kakak kalau ingin pulang silahkan,Kiara masih ingin di sini, kakak-kakak pasti punya kesibukan, terimakasih telah menolong Abang dan Kiara juga, tentang biaya semuanya bisa hubungi no Abang,Kiara akan aktifkan no itu" ucap Kiara sendu.
" Kalian duluan aja,gue belakangan,ada yang perlu gue omongin sama dia" ucap Aldizar pada kedua sahabatnya.
Aldo dan Andre mengangguk,mana mungkin Mereka berani pada Aldizar,sang ketua geng yang ngak mengenal kata ampun.
" Kami duluan bro,masih lugu itu jangan di apa-apain" ucap Andre sebelum meninggalkan pemakaman Angga,bisikan terakhir nya membuat Aldizar menatapnya tajam.
Sedangkan Aldo tertawa kecil melihat tatapan maut Aldizar pada keduanya,mereka menggeleng seraya mengangkat kedua tangan,tanda menyerah.
Akhirnya Aldo dan Andre meninggalkan Al dan Kiara, keduanya masih saling diam,Al berdiri tak jauh dari Kiara,gadis cantik itu masih berjongkok di samping makam Angga.
" Udah mendung,lebih baik Lo gue antar pulang,Lo bisa tinggal di cafe tempat biasa Angga tinggal selama ini" ucap Al tiba-tiba, wajahnya menatap datar punggung Kiara yang terlihat bergetar.
Kiara berdiri,sesaat ia menatap wajah datar Al,tapi setelah nya ia kembali menunduk" Ara akan tinggal di asrama, Minggu depan sudah mulai orientasi di kampus tempat Ara kuliah,dan Ara mendapatkan Asrama" ucap Kiara sopan.
Alis Aldizar berkerut mendengar ucapan Kiara,kuliah? Ternyata gadis belia itu calon mahasiswi,tapi ia tak bertanya di kampus mana Kiara akan kuliah,toh baginya itu tidak penting.
Aldizar melangkah meninggalkan Kiara,namun dengan cepat gadis cantik itu menyusulnya,berjalan tanpa ada yang bersuara, hingga keduanya tiba di sebuah mobil.
Saat Al akan memasuki mobilnya, Kiara bersuara,membuat gerakan pria tampan itu terhenti " Boleh Ara minta tolong untuk di antarkan ke tempat tinggal Abang selama ini? Ara ingin mengambil barang-barang pribadi milik Abang?" tanya Kiara sopan.
Aldizar tak menjawab,ia terlihat melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya,membuat Kiara paham mungkin pria yang berstatus sahabat Abang nya,juga berstatus sebagai suami siri nya itu sedang terburu-buru.
" Maaf jika sudah merepotkan,Ara belum tau alamat nya,atau bisa tolong tuliskan alamatnya di sini,Ara akan naik taksi saja" ucap Kiara cepat,kedua tangannya menyodorkan ponselnya yang telah terbuka sebuah aplikasi catatan.
" Masuk" perintah Aldizar dingin.
" Hah?" bingung Kiara,ia masih belum paham dengan apa yang pria di depannya itu ucapkan.
" Mau ke tempat tinggal Angga kan? Masuk" ucap Aldizar lagi dengan wajah datar dan suara yang lebih tegas, bahkan terkesan meninggi.
Barulah Kiara paham,ia menggeleng cepat" tidak usah kak,Ara bisa sendiri,cukup tolong tulis alamatnya saja" tolak Kiara sopan.
Namun dengan suara yang lebih keras Aldizar memerintah Kiara untuk segera masuk ke mobilnya" GUE BILANG MASUK...GUE GA SUKA PEREMPUAN MUNAFIK YANG BERSANDIWARA NOLAK KEBAIKAN ORANG..PAHAM..?" ucap Aldizar kasar.
Deg..
Ucapan nya cukup membuat Kiara terkesiap dan terkejut, sekaligus juga sakit,jantung dan hatinya berdenyut saat mendengar ucapan cewek munafik dari bibir Al yang di pastikan di tujukan untuk dirinya.
Tak ingin membuat keributan lebih parah,Kiara menuruti perintah Al,tapi mungkin hanya untuk kali ini saja, karena ia memang belum tau alamat sang Abang,ia baru tau alamat asrama kampusnya, karena memang ia sudah di beritahukan oleh pihak kampus,bahkan barang-barang pribadi milik nya sudah di antarkan ke asrama sebelum tadi Kiara ke rumah sakit,tapi ia hanya menitipkan nya di pos sekuriti.
Kiara memundurkan tubuhnya saat secara tiba-tiba Aldizar mendekat ke arah nya,Kiara sampai memejamkan matanya erat,dan kedua tangannya meremas sisian dress nya.
Klik..
Suara seal beat terpasang,Kiara menghembuskan nafasnya dalam seraya membuka matanya perlahan,ia mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil.
Sedangkan Aldizar mulai memutar stir mobil nya, melajukan kendaraan roda empat nya meninggalkan pemakaman,mobil melaju membelah jalanan kota jakarta,tak ada yang bersuara,hanya kesunyian yang terasa begitu hampa dalam mobil mewah tersebut.
Mobil berhenti di parkiran sebuah cafe,cafe yang terlihat ramai di kunjungi para anak muda, Aldizar turun tanpa mengatakan apapun,Kiara yang paham juga ikut turun, mengikutinya dari belakang,hari sudah mulai sore,Kiara ingat ia belum melaksanakan kewajiban empat rakaat nya.
" Kak...boleh tau dimana letak mushalla cafe ini? Ara belum shalat ashar,dan saat ini Ara tidak bawa mukena" tanya Kiara pelan, membuat Aldizar menghentikan langkahnya, lagi-lagi ia tak menjawab.
" IDa.." panggil nya pada salah seorang pelayan cafe.
" Ya Mas" jawab wanita yang mengenakan seragam cafe tersebut.
" Antarkan dia ke ruang sholat dan setelah nya antar dia ke ruangan pribadi Angga" perintah Al pada wanita tersebut.
" Baik mas,ayo dik" jawab wanita yang di panggil Ida tersebut,ia membimbing Kiara menuju suatu tempat.
Kiara mengangguk patuh, mengikuti langkah Ida, matanya melihat suasana cafe yang terlihat begitu nyaman,bersih dan elegan, pantas jika banyak pengunjungnya.
" Saya Kiara mbak, adiknya bang Angga" ucap Kiara memperkenalkan dirinya, membuat wanita itu melihat ke arah Kiara.
" Adik mas Angga? " tanya pelayan wanita itu seakan tak percaya.
Kiara mengangguk mantap" Sebagai adiknya saya mewakili Abang saya meminta maaf atas segala kesalahannya" ucap Kiara sendu.
Wanita bernama Ida itu mendekati Kiara, mengusap lembut punggung gadis muda itu" mas Angga itu sangat baik,dan tidak pernah marah, almarhum orang yang tegas dan bijaksana,kami disini semua sangat merasa kehilangan atas kepergian nya,mengapa orang baik selalu diambil lebih cepat,kamu yang sabar ya " ucap Ida tulus.
Kiara mengangguk seraya tersenyum tipis" terimakasih mbak, Alhamdulillah jika bang Angga baik pada semuanya,mbak sudah lama bekerja di cafe ini?" tanya Kiara.
" Sudah sekitar dua tahunan,sejak pertama cafe ini di buka,saya tinggal tak jauh dari tempat ini,kamu tinggal di mana?" tanya Ida.
" Saya akan tinggal di asrama mbak, kebetulan saya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan saya di Alexander university,andai saja saya tau bang Angga akan pergi,mungkin saya tidak akan mengambil kuliah di kota ini mbak" jawab Kiara.
" Oh kamu sudah akan kuliah,hebat kamu bisa dapat beasiswa di kampus elit seperti itu" puji Ida.
" Alhamdulillah mbak,saya datang ke sini ingin mengambil barang-barang pribadi milik bang Angga " ucap Kiara.
Ida mengaguk paham,ia menunggu Kiara yang akan shalat' Cantik banget ternyata adiknya mas Angga, pantas sih,mas Angga nya juga tampan banget,beda tipis dengan mas Al' batin Ida bermonolog sendiri.
Sekitar sepuluh menit kemudian,Kiara keluar dengan wajah yang terlihat lebih segar,kedua wanita beda usia itu menuju samping cafe, menaiki tangga menuju lantai dua yang terdapat cafe outdoor di bagian kanan, sedangkan di bagian kiri terdapat beberapa ruangan yang di pisah-pisahkan oleh taman mini.
" Ini ruangan pribadi mas Angga,dan ini kunci cadangan nya, silahkan,maaf saya tinggal ya,saya harus lanjut kerja lagi" ucap Ida.
Kiara mengangguk sopan" terimakasih banyak ya mbak atas bantuannya,maaf merepotkan" balas Kiara sopan.
Ida hanya tersenyum seraya mengangguk,ia meninggalkan Kiara setelah mengusap lembut punggung gadis muda tersebut.
Kiara memasuki ruangan tersebut dengan hati yang pilu, matanya memindai sekeliling ruangan yang terlihat begitu rapi,dan bersih,tidak terlalu luas namun juga tidak sempit,Kiara melihat ada sebuah single bed dan lemari dua pintu, terdapat juga meja kerja,tv lcd dan kulkas mini.
Kiara membuka jendela kaca, menyingkap tirai nya,Kiara melihat ada foto dirinya dan Angga saat mereka masih kecil,ada juga foto kedua orang tua mereka dan juga foto keluarga mereka.
Kiara mengusap pelan wajahnya yang basah oleh air mata,ia menatap lama foto kebersamaan ia dan keluarganya " Ara rindu kalian semua, katanya kalian semua sayang Ara? tapi mengapa tega meninggalkan Ara seorang diri di dunia ini?" Kiara menumpahkan tangisnya,saat sendiri ia akan rapuh.
Hingga sekitar tiga puluh menit kemudian,Kiara menuju sebuah ruangan yang ia tau adalah kamar mandi,Kiara membersihkan dirinya dan ia merapikan semua barang-barang pribadi milik Angga ke dalam sebuah koper yang terdapat di dalam lemari.
Setelah selesai Kiara menyeret koper berukuran lumayan besar tersebut, Angga memang tak memiliki begitu banyak barang, kehidupan mereka sudah terbiasa sederhana,Kiara meninggalkan ruangan tersebut setelah menguncinya kembali,ia menuruni tangga hingga tiba di lantai dasar cafe.
Kiara memasuki cafe setelah melakukan pemesanan taksi,ia meletakkan koper milik Angga di parkiran, menitipkan nya sebentar pada tukang parkir.
" Mbak... terimakasih ya atas bantuannya,ini kunci ruangan nya, sampaikan maaf bang Angga pada rekan mbak yang lain ya" ucap Kiara sopan.
" loh sudah selesai? Mana barang nya?" tanya Ida heran.
" Itu mbak,saya titip di parkiran sebentar,sambil nunggu taksi pesanan saya datang " ucap Kiara.
" Langsung pergi? Ga makan dulu?" tanya Ida merasa sangat heran, bukankah cafe itu milik Angga dan rekan-rekan nya, apakah Kiara tidak tau,itulah pertanyaan Ida.
Kiara tersenyum seraya menggeleng " tidak usah mbak,saya takut kemalaman dan ga di izinkan lagi masuk asrama" alasan Kiara, padahal ia berusaha agar tak lagi bertemu dengan Aldizar.
Ida yang memang tidak tau menahu soal peraturan yang berlaku di sebuah asrama akhirnya hanya mengangguk saja" Sebentar" ucap Ida pada Kiara.
Belum sempat Kiara menjawab Ida sudah lebih dulu berjalan cepat meninggalkan nya dan kembali dengan membawa sebuah paper bag.
" Bawa ini,ini salah satu menu andalan di cafe ini" ucap Ida memberikan sebuah paper bag, berlogo cafe tersebut, yang isinya beberapa kotak brownies aneka rasa dan beberapa bungkus cemilan kering.
" Terimakasih mbak, maaf merepotkan" ucap Kiara.
Ida menggeleng seraya tersenyum" tidak apa,ini tidak sebanding dengan kebaikan Abang kamu saat kami membutuhkan pertolongannya " jawab Ida lembut.
Beberapa pekerja lainnya melihat interaksi antara Ida dan Kiara, mereka penasaran dengan wajah wanita yang di katakan oleh Ida adalah adik dari salah satu bos mereka,yaitu Angga.
Kiara meninggalkan Ida setelah mengucapkan banyak terimakasih,ia juga meminta no ponsel Ida, sebagai pertemanan,Kiara merasa bahwa Ida adalah wanita yang baik dan tulus.
Sedangkan Ida saat ia kembali pada teman-teman nya langsung mendapatkan interogasi oleh mereka yang sangat penasaran.
" Lo beneran Da itu adik nya mas Angga? sumpah cantik banget ya" ucap seorang pelayan perempuan.
" Cocok sih,mas Angga kan juga tampan,jadi wajar kalau adik nya juga cantik " tambah yang satunya.
" Gue kira tadi pas masuk bareng big boss,itu pacar barunya,cantik banget sih,cocok banget sama big boss " ucap yang lainnya lagi,big boss yang di maksud adalah Aldizar, karena dialah pemilik saham terbesar di cafe tersebut.
Ida tertawa mendengar komentar-komentar rekan-rekan nya,ternyata sama seperti apa yang ia pikirkan saat pertama melihat Kiara yang datang bersama Aldizar sang big bos mereka.
Sedangkan Kiara sudah menaiki taksi online yang ia pesan, meninggalkan cafe menuju asrama yang akan menjadi tempat tinggalnya selama menempuh pendidikan di kota tersebut.
Kiara tak mau memikirkan tentang pernikahan nya dengan sahabat Abang nya, yang bahkan namanya saja ia tak tau,ia akan meminta waktu pada Al untuk bicara saat pikiran nya sudah merasa lebih tenang.
Kiara akan meminta pada Al untuk mengakhiri pernikahan mereka, karena hanya Al yang bisa melakukan itu,agar pria itu terbebas,Kiara sudah memutuskan untuk tidak akan menjadi beban untuk orang lain, sekalipun itu para mantan sahabat almarhum Abang nya Angga.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!