NovelToon NovelToon

DOKTER TAMPAN ITU SUAMIKU

Part 1

Pagi ini, Raya Darmawangsa tengah sarapan di rumah kakaknya Zay dan Lian, karena mamah dan papahnya tengah keluar negeri untuk berlibur.

"Kakak tetap tidak setuju dengan pilihan kamu dan mamah soal dokter Marquez Ray," ujar Zay yang kini duduk di kursi paling ujung sendiri, dia hingga sekarang masih melarang keras hubungan raya dengan dokter Marquez, apa lagi mamahnya begitu menyayangi Marquez seperti putranya sendiri, padahal statusnya belum menjadi menantu.

"Sudah lah sayang, Raya mencintai Marquez, kenapa kamu yang menolak, kan yang akan menikah nanti Raya bukan kamu,  lagian mereka sudah di jodohkan sama mamah," ujar Lian dengan lembut, Lian selalu berhasil membuat Zay tenang kembali jika menyangkut Marquez.

"Apa kamu senang jika setiap hari bertemu Marquez, sudah pasti dia nanti akan sering bertemu dengan kita kalau menjadi suami raya" Zay mulai merajuk, Lian yang melihat itu hanya menggeleng, sedangkan raya terkekeh geli menyadari kecemburuan kakaknya. 

"Tentu saja senang ya kakak ipar, secara Marquez kan tampan, dan tubuhnya gagah sekali, berbeda dengan orang yang perut saja mulai buncit" sindir Raya pada kakaknya sambil melirik perut sang kakak.

"Hey! Kau mengatai ku?" Kesal Zay pada adiknya, sedangkan Lian dan Raya terkekeh geli, membuat Zay semakin kesal saja. 

"Mana ada begitu, apa Kakak merasa tersindir, ah itu artinya Kakak merasa gendut" ulang Raya lagi, sehingga sarapan pagi itu di penuhi ejekan kakak beradik itu.

"Pokoknya Kakak tidak akan pernah setuju hubungan kalian, apa lagi aku tau dia sudah punya kekasih," ya alasan Zay bukan hanya takut istrinya terlalu dekat dengan Marquez, namun lebih ke takut adiknya sakit hati, karena dia sudah menyelidiki siapa Marquez itu, selain orang kaya, dia juga memiliki kekasih yang sama profesinya, yaitu dokter, bahkan mereka berdua bekerja di rumah sakit yang sama, yaitu rumah sakit Darmawangsa.

"Raya tau, kak Alin kan? Dokter spesialis jantung" ujar Raya dengan enteng, sehingga membuat Zay menjitak jidat adiknya itu. 

"Kalau kamu sudah tahu terus kenapa masih di lanjutkan hubungan nya, apa kamu gak takut sakit hati, astaga Raya masih banyak pria di luar sana!" Bagaimana Zay tidak kesal, adiknya sudah tau pun masih saja nekat mendekati Marquez.

"Raya mencintai Marquez, dan raya yakin dia akan jatuh cinta juga sama raya nantinya, hanya saja dia belum sadar saja kalau raya ini cantik dan lebih dari segalanya dari kak Alin" 

Zay yang mendengar perkataan Raya mengusap wajahnya kasar, adiknya ini benar-benar kalau sudah maunya tidak bisa di ganggu gugat, dan pasti harus didapat.

Zay menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya, hufff, "Baiklah, Kakak beri kamu waktu 3 bulan untuk menaklukkan Marquez, jika dalam tiga bulan kamu gagal, kamu harus siap menerima keputusan kakak," mungkin ini jalan satu-satunya agar Raya bisa melepas Marquez, karena dia yakin Marquez akan setia dengan kekasih itu.

Raya melongo, dia sendiri tidak yakin, apa lagi tiga bulan, dia saja sudah mendekat Marquez hampir dua tahun namun pria itu masih belum meliriknya, apa lagi tiga bulan, ah dia sudah layu duluan dengan syarat kakaknya, tapi dia akan berusaha, siapa yang tau kan dalam tiga bulan banyak hal baru.

"Ok deal?" Raya mengulurkan tangannya pada sang kakak, dan di sambut baik oleh Zay.

"Deal!" Awas tepati janjimu, kalau tidak, kamu tidak akan Kakak kasih uang lagi sepeserpun.

"Tenang saja, kalau bisa aku akan membuat dia menjadi suamiku dalam tiga bulan" percaya diri Raya.

"Dasar gila!" Umpat Zay.

Hay Guys,,ketemu lagii di karya kedua Author. Tetap dukung terus Ya,, jangan lupa Like, vote, koment and gift2 nya juga...Semoga kalian semua sukaa. Thanks 🤗🤗🤗

Part 2

"Ah iya aku ada tugas di kampus, aku berangkat dulu ya kakak, Kakak ipar" Raya segera berdiri dan meninggalkan meja makan begitu saja setelah memberi kecupan sayang di pipi Kakak ipar.

"Hey! Pembahasan kita belum kelar Ray!" Teriak Zay, karena seperti biasa, Raya akan menghindari topik tentang Marquez agar sang Kakak tidak terus mengganggu nya.

"Biarkan saja sayang, lagian dia masih muda, mau kita larang seperti apapun akan sulit, cintanya sudah melekat di hatinya." 

"Ini semua gara-gara mamah memperkenalkan Marquez pada Raya, sudah tahu anaknya tidak bisa melihat orang tampan sedikitpun, pasti akan heboh." 

Lian menahan senyum mendengar ocehan suaminya, "berarti dia tampan dong" goda Lian. 

"Tentu sa-" Zay tidak meneruskan perkataannya, dia langsung menatap sang istri dengan tajam, sedangkan Lian tertawa terbahak-bahak, "kamu sengaja sayang," selidik Zay. 

"Mana ada suamiku, hahaha" 

"Ck lagian lebih tampan aku dari manapun dari pada dia" percaya Zay, dia tidak sadar kalau tubuhnya mulai berisi.

"Tentu saja, karena kamu suamiku yang paling tampan." 

"Jelas dong!" Bangga Zay sambil menepuk dadanya. 

"Tapi sepertinya suamiku perlu sedikit olah raga," Lian tidak meneruskan perkataannya, tapi dia justru tertawa sangat keras sehingga membuat Zay berdiri dan menggelitik Istrinya, membuat ruangan itu penuh dengan gelak tawa kedua suami istri yang tengah bercanda ini.

Raya kini tengah mengemudi mobilnya menuju kampus, sebenarnya dia malas untuk ke kampus, namun karena belahan jiwanya dosen disana, mau tidak mau dia akan ke kampus hari ini, Meski itu kampus keluarganya namun Raya tidak bisa juga bertingkah seenaknya, seperti yang papahnya ajarkan, bahwa semua akan di perlakukan sama.

Tidak lama Raya sampai di kampusnya, dia bertemu dengan sahabat baiknya, Nikolas.

"Baru datang kau Ray?" 

Raya mencebik, pertanyaan sudah jelas masih saja di tanyakan, "tentu saja, mana mungkin sampai dari tadi tapi baru keluar dari mobil" kesal Raya, Raya menggait tangan Nikolas dan mereka berdua masuk kedalam kampus secara bersamaan.

"Hari ini ada tugas kampus, seperti biasa kamu yang membuat tugas ya?" Ujar Raya pada temannya ini.

"Siap," Niko paling tidak bisa menolak permintaan gadis pujaannya ini, Meski berkali-kali di tolak Raya, karena Raya hanya ingin bersahabat dengan Niko.

"Kemarin kamu bolos kemana, pak Marquez mencari mu," lapor Niko.

Raya menghentikan langkahnya, dan dia menatap Niko, "kamu serius" senyum bahagia terpancar jelas di wajah Raya, membuat Niko bingung sendiri.

"Kamu kenapa, yang lain pada takut di cari pak Marquez, kenapa kamu justru bahagia?" Bingung Niko.

"Tidak ada, kalau begitu aku akan menemui pak Marquez" Raya meninggalkan Niko begitu saja dan langsung berlari menuju ruangan Marquez, tanpa ketuk pintu Raya langsung saja membukanya, sehingga membuat Marquez sedikit terkejut.

"Biasakan kalau masuk ketuk pintu dulu! Tidak sopan masuk kedalam ruangan orang seenaknya!" 

Raya hanya nyengir kuda, wanita itu kembali menutup pintu dan berjalan mendekati Marquez, "Apa bapak mencari ku kemarin?" Tanya Raya tanpa basa basi, dia duduk begitu saja di hadapan Marquez, membuat pria itu hanya mampu menggeleng.

Marquez melempar kertas di hadapan Raya, "Perbaiki itu, karena nilaimu jelek sekali!" 

Raya mengambil itu dan melihat isinya, dia menautkan kedua alisnya, "ini kenapa berubah semua, perasaan gak gini kemaren isinya, pak ini gi-" 

"Gak usah banyak tanya, kerjakan saja dengan benar disini," potong Marquez dengan cepat.

Part 3

Raya menatap Marquez penuh selidik, sehingga membuat Marquez menautkan kedua alisnya, "Ada apa!" Bentak Marquez sehingga membuat Raya memperbaiki ekspresinya.

"Kenapa lembar jawaban saya berubah semua pak? Soalnya contekan yang dikasih Nikolas tidak seperti ini," Raya langsung saja menutup kedua mulutnya, dia keceplosan kalau hasil kuis kemarin itu adalah hasil dari Nikolas. 

Marquez tersenyum miring, akhirnya wanita didepannya ini mengaku, Marquez sengaja melakukan ini, karena dia tau kalau hasil Raya itu bukan dari dirinya sendiri, tapi dari Nikolas teman baiknya itu, "sepertinya saya tidak perlu mengatakan dua kali, kamu paham kan apa yang harus kamu lakukan selanjutnya," ujar Marquez tanpa mau menatap Raya yang cemberut. 

"Pak mana mungkin saya mengerjakan ini sekarang Disini, apa lagi hari ini saya ada tugas di kelas, apa tidak bisa besok saja?" Melas Raya.

Marquez menatap Raya, "Apa kamu menunggu teman mu itu untuk mengerjakan tugasmu lagi?" Sinis Marquez.

"Bukan begitu pak, saya kan ada pelajaran lain hari ini." 

"Siapa dosen yang akan mengisi kelas kamu hari ini?" 

"Bapak." 

"Terus siapa yang menyuruhmu mengerjakan tugas sekarang?" 

"Bapak juga."

"Lalu masalahnya dimana?" 

Raya terdiam, "benar juga ya, kan satu dosen, lalu masalahnya dimana, ah masalahnya hanya satu, gua gak tau harus mengisi apa di kertas ini" batin Raya sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Marquez menatap Raya, dia menggeleng melihat kebingungan di wajah putri dari wanita yang sudah iya anggap seperti ibu sendiri itu, "cepat kerjakan! Apa yang kamu pikirkan!"

Raya terkejut, dia ngedumel tidak jelas sambil membaca kembali dan mengisi semua itu kembali, rasanya wanita itu ingin menimpuk Marquez saja, Raya membolak balikan kertasnya, kali aja ada contekan disana, namun di balik kertas itu hanya ada kertas kosong, "Nikolas berubah lah jadi jin biar bisa masuk kesini dan bantu aku" gumam Raya dengan pikiran bodohnya.

Hingga beberapa saat berlalu, Raya mendongak dan menatap Marquez masih dengan posisi yang sama, "Apa dia manekin, kenapa tidak bergerak sejak tadi" batin Raya.

"Tidak perlu membatin saya, kerjakan tugasmu setelahnya keluar dari ruangan saya!" 

Raya menelan ludahnya kasar, apa dia bisa baca pikiran orang, begitulah pikir Raya, "Ini sudah pak, bapak bisa periksa lagi" Raya mengerjakan kertas jawaban pada Marquez, Marquez hanya memberi isyarat agar di taruh di meja. 

"Terus kenapa masih duduk Disini, keluar!" Marquez heran karena Raya malah duduk kembali dan memangku dagunya dengan kedua tangan.

"Aku hanya sedang menatap orang tampan, kalau bapak tidak merasa tampan ya sudah diam saja, kenapa bapak sejak tadi marah-marah terus, gak takut cepat tua?" 

"Diam! Dan keluar sekarang," ujar Marquez sambil menunjuk pintu ruangannya.

"Tidak mau," kekeh Raya, sehingga membuat Marquez berdecak kesal. 

"Baiklah, sepertinya semua kuis kamu harus saya kasih nilai C, biar kamu bisa berada disini terus."

"Eh jangan dong pak, kan saya juga mau segera lulus dan menjadi istri bapak," celetuk Raya tanpa malu sedikitpun, sehingga membuat Marquez pusing dengan wanita di hadapannya ini. 

"Cepat keluar!" 

"Ok ok Raya yang cantik ini akan keluar," Raya berdiri dan mengambil tasnya di kursi satunya, dia terus menatap Marquez sehingga membuat Marquez mendelik.

Marquez membalikkan tubuhnya membelakangi Raya, sehingga membuat Raya menghembuskan nafasnya kasar, dia akhirnya memilih keluar dari ruangan Marquez.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!