“ Kezia, aku kesel banget sama dia “ Ungkap Katherine sambil menenggelamkan wajahnya di bantal yang berada di pangkuan gadis tersebut pada sahabatnya yang sekarang sibuk menonton drama Korea di sampingnya tanpa memperdulikan dirinya yang sedang galau.
“ Kenapa lagi kali ini, kamu buat masalah apa lagi sama dia? “ Tanya Kezia melanjutkan menonton drama di laptop yang berada di atas meja depannya tanpa menoleh sedikitpun pada Katherine. Malam ini ia berada di apartemen Katherine, mereka sudah berjanji untuk menghabiskan waktu bersama hari ini. Setelah pergi seharian mereka akhirnya memutuskan untuk beristirahat di apartemen milik Katherine.
“ Bisa-bisanya dia mesra-mesraan di depanku tanpa peduli bagaimana perasaanku saat melihat mereka, dia benar-benar jahat. Lelaki brengsek. Akhhhh dia benar-benar menyebalkan. “
“ kamu dan dia tidak punya hubungan apa-apa Kath, jadi menurutku itu hal yang wajar. Kenapa dia harus menjaga perasaanmu yang bukan siapa-siapa baginya. “ ucap Kezia santai, ia menoleh ke sahabatnya itu untuk melihat respon sahabatnya tersebut.
“ Kaziaaaaaaa “
“ Kamu benar-benar jahat zia. Hal yang wajar? Itu sama sekali tidak wajar KEZIA ATHARA. Walaupun kami tidak punya hubungan apa-apa setidaknya dia menjaga perasaanku sebagai perempuan yang sangat menyukainya. Kamu sama sekali tidak mengerti bagaimana sakitnya perasaanku. “ Katherine sangat menggebu-gebu menjelaskan apa yang dia rasakan sekarang, hatinya sangat sakit melihat Ryan, laki-laki yang sangat ia sukai malah bermesraan dengan kekasih lelaki tersebut.
“ Hahahha maaf Kath. “ Ujar Kezia sambil berusaha menahan tawanya agar tidak membuat Katherine bertambah kesal.
Kezia merasa sahabatnya itu sangat lucu sekarang. Bila ini jarang terjadi mungkin Kezia bisa lebih bijak dalam menanggapi keluhan sahabatnya tersebut, tapi Katherine setiap hari mengeluh tentang perasaan yang bertepuk sebelah tangan itu membuat Kezia lelah mendengarnya. Kezia sudah berkali-kali menyuruh sahabatnya itu untuk berhenti menyukai laki-laki yang Katherine sebut lelaki brengsek itu tapi ya namanya perasaan, tidak mudah untuk mengubah perasaan terlebih Katherine sudah sangat lama mengagumi laki-laki tersebut.
“ Aku mengira setelah menghabiskan sepanjang hari untuk bersenang-senang kamu bakal lupa tapi ternyata tidak. “
“ Aku benar-benar ingin melupakannya zia, tapi entah kenapa aku tidak bisa. “ Jawab Katherine dengan lemah.
“ Apa pacarnya sangat cantik? “ Tanya Kezia penasaran.
“ Tidak, wajahnya biasa saja. Tubuhnya juga biasa saja. Semuanya biasa saja. “ Jawab Katherine dengan cepat.
“ Aku bingung kenapa Ryan mau bersama perempuan itu, padahal aku jauh lebih baik. “ Ucap Katherine lagi dengan wajah memelas nya.
“ Mungkin perempuan itu lebih pintar dari kamu kath. “
“ Maksud mu aku bodoh? Kenapa kamu benar-benar menyebalkan hari ini zia. Pulanglah, aku malas melihat wajahmu. “ usir Katherine yng kesal pada sahabatnya itu.
“ Baiklah aku akan pulang. “ Kezia pun bangkit dari duduknya untuk mengemasi barang-barangnya.
“ Kamu pulang karena aku mengusirmu? Aku hanya bercanda. “ Ujar Katherine yang takut sahabatnya tersebut tersinggung dengan kata-katanya walaupun itu mungkin mustahil mengingat persahabatan mereka yang sudah sangat dekat.
“ Tidak, aku memang mau pulang. Masih ada pekerjaan yang harus ku kerjakan.”
“ Selamat menikmati kegalauan mu Kath. “
“ Kamu benar-benar menyebalkan zia. “ Ucap Katherine menatap sinis sahabatnya yang sudah beranjak meninggalkan apartemennya.
Mendengar itu Kezia hanya tertawa senang, ia pun meninggalkan apartemen Katherine karena hari sudah hampir larut malam.
Kezia dan Katherine bersahabat dari kecil, saat mereka masih duduk di kursi sekolah dasar sampai sekarang mereka sudah berusia 22 tahun. Mereka sangat dekat karena mereka merasa sangat nyaman saat bersama dan juga banyak kesamaan di antara mereka. Tapi takdir mereka sangat jauh berbeda. Jika Katherine hidup bahagia dengan keluarganya yang sangat harmonis dan dengan kemegahan yang orang tuanya berikan, Kezia harus hidup dengan sangat pas-pasan. Ia harus bekerja keras untuk menghidupi dirinya sendiri. Kezia merupakan anak yatim piatu, ia bahkan tidak mengenal siapa orang tuanya karena ia dibesarkan di panti asuhan. Ia keluar dari panti asuhan saat berusia 16 tahun, Kezia terpaksa keluar karena panti asuhan yang merawatnya itu harus berhenti beroperasi karena beberapa masalah. Kezia hanya mengenyam pendidikan sampai bangku SMA, ia tidak mempunyai cukup uang untuk melanjutkan pendidikan. Walaupun sebenarnya orang tua Katherine ingin membantu biaya kuliahnya tapi Kezia menolaknya dengan keras, ia tidak ingin memiliki semakin banyak hutang budi kepada keluarga sahabatnya itu. Setelah tamat SMA Kezia diterima bekerja di butik kenalan tante Viona, mama Katherine. Pemilik butik itu bernama Inka , ia diterima bekerja juga karena mendapatkan bantuan tante Viona . Karena itu Kezia merasa ia harus bekerja dengan keras agar bosnya yang menerimanya tidak merasa menyesal telah mempekerjakan Kezia yang ia terima hanya karena menghargai tante Viona.
Sekarang Kezia masih berada di sekitar apartemen Katherine, ia akan segera memasuki lift. Tapi sebelum memasuki lift ia berpapasan dengan pria yang kelihatan sangat aneh. Sepertinya pria tersebut sedang mabuk berat sekarang, Kezia dapat melihatnya dari cara berjalan pria itu yang terseok-seok. Tapi Kezia tidak menghiraukannya sama sekali, ia tetap melanjutkan berjalan ke arah lift. Saat Kezia sudah berada di depan lift tiba-tiba ada yang mencekal lengannya. Ia pun menoleh ke belakang untuk melihat pria yang telah mencekal lengannya tersebut. Kezia menatap pria itu yang dari tadi terus menunduk, sampai beberapa saat pria itu mendongakkan kepalanya menatap Kezia.
“ Pak Kevin? “ Kezia mengenal pria di hadapannya ini. Kevin forenza, seorang pengusaha yang cukup terkenal. Tapi Kezia tidak mengenalnya secara pribadi, ia hanya tahu bahwa pria di hadapannya ini merupakan pelanggan tetap di butik tempat Kezia bekerja. Ia juga merupakan kerabat dekat dari Inka, bos tempatnya bekerja.
“ Bapak butuh bantuan? “ Tanya Kezia memastikan karena Kevin belum juga melepaskan cekalan di lengan Kezia.
“ Saya rasa saya membutuhkanmu. “ Ucap Kevin sambil menarik tangan Kezia menjauhi lift menuju salah satu kamar yang berada di satu lantai dengan apartemen milik Katherine.
“ Bapak mau apa? “ Tanya Kezia dengan panik. Ia benar-benar takut saat ini. Entah kenapa perasaannya tidak enak, ada hal mengerikan yang Kezia takutkan saat ini. Kezia berusaha menyingkirkan tangan Kevin tapi ia tidak berhasil, walaupun dalam keadaan mabuk tenaga pria itu cukup kuat.
“ Pak tolong lepaskan. “ Ucap Kezia ketakutan, ia sudah menangis saat ini. Kezia sudah berteriak tapi tidak ada satu orang pun yang mendengarnya karena tidak ada satu orang pun berada di sekitar Kezia. Kevin tidak menghiraukan tangisan Kezia, ia tetap menarik Kezia dengan paksa untuk memasuki apartemennya.
Saat mereka sudah berada di depan apartemen pria itu, Kevin dengan keadaan mabuk dapat membukanya dengan mudah dan kemudian menarik Kezia memasuki apartemennya. Di situ ketakutan Kezia terjadi, mahkotanya yang sudah ia jaga selama 22 tahun direnggut paksa oleh pria mabuk itu. Kezia rasa hidupnya sudah berakhir sekarang.
Kezia merasa sangat terpuruk sekarang. Mahkota yang sudah ia jaga selama 22 tahun ini direnggut begitu saja. Kezia merasa sangat bingung, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Apakah ia harus membangunkan pria tersebut dan menyumpah serapahinya karena telah merenggut mahkotanya yang susah patah ia jaga atau haruskah Ia menghajarnya atau haruskah ia meminta pertanggung jawaban kepada pria tersebut. Kezia sama sekali tidak tahu, yang ia bisa lakukan saat ini hanya lah menangis. Ia hanya bisa menangis di sisi ranjang apartemen milik Kevin. Setelah lelah menangis, Kezia memutuskan untuk pergi dari apartemen pria tersebut. Untuk saat ini ia tidak ingin pria itu melihatnya berada di kamarnya sekarang. Kezia keluar dari bangunan tersebut sekitar jam 3 dini hari. Tidak ada kendaraan yang lewat pada jam itu. Kezia berjalan dengan rasa putus asa dan air mata yang terus mengalir melewati pipinya, menelusuri jalan dengan kaki telanjang tanpa alas. Ia lebih memilih untuk memeluk sepatunya dari pada memakainya. Ia sangat terpuruk sekarang. Penampilan Kezia sangat kacau sekarang, bahkan mungkin orang yang melihatnya akan berpikir Kezia adalah orang dengan gangguan jiwa.
Setelah menempuh perjalanan dengan berjalan kaki selama tiga puluh menit akhirnya Kezia sampai di depan kosnya. Ia mengeluarkan kunci dari tasnya dan membuka pintu kosnya, kos milik Kezia hanya berupa kamar seluas 4 x 5 meter dengan 1 kamar mandi seluas 2 x 2 meter. Tidak besar tapi tidak kecil juga, cukup untuk Kezia yang hanya tinggal seorang diri. Terlebih Kezia hanya berada di kosnya saat tidur saja jadi ia tidak membutuhkan ruangan yang lebih besar lagi.
Saat masuk kamar bukannya membersihkan diri atau beristirahat Kezia malah kembali menangis di atas ranjangnya. Menangisi takdir yang menurutnya sangat jahat. Sebenarnya ia tidak ingin menangis lagi tapi entah kenapa air matanya selalu mendesak untuk keluar tanpa persetujuan Kezia. Karena terlalu lelah menangis akhirnya Kezia ketiduran di atas ranjangnya.
Saat waktu sudah menunjukkan pukul 12:00 siang, Kezia baru terbangun dari tidurnya. Ia terbangun karena rasa lapar dan panggilan dari ponselnya yang terus berdering. Dengan lesu Kezia bangkit dari ranjang menuju meja tempat ia meletakkan tasnya tadi. Kezia merogoh ponsel dari dalam tasnya. Beberapa panggilan tak terjawab dan pesan dari Katherine dan Fia, teman satu kerjaan di butik tempat Kezia bekerja.
Fia menelponnya karena Kezia tidak masuk bekerja tanpa memberi kabar sama sekali. Ia khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada Kezia. Kezia meletakkan ponselnya tanpa membalas pesan dari teman temannya. Ia tidak menghiraukan pesan itu sama sekali daripada membalasnya Kezia memilih untuk membersihkan tubuhnya yang terasa sangat lengket dan lelah. Kezia rasa tubuhnya sudah hancur saat ini, ia merasakan sakit di mana mana terlebih pusat tubuhnya. Ia harap setelah bersih bersih nanti rasa sakit ini akan hilang.
Setelah membersihkan diri, Kezia merasa sedikit lebih baik. Karena rasa lapar yang terus ia rasakan Kezia memutuskan keluar untuk membeli makanan. Ia akan membeli makanan di rumah makan yang terletak di depan kosnya. Kezia tidak sanggup bila harus memasak lagi. Setelah membeli makanan Kezia memakan makanannya dengan tidak selera di dalam kamar kosnya. Ia lebih banyak memainkan makanan yang berada di hadapannya daripada memakannya. Saat sedang memakan makanannya Kezia teringat satu hal. Mereka tidak menggunakan pengaman saat melakukannya. Kezia sangat panik saat mengetahui hal itu, kenapa ia bisa lupa. Ia langsung pergi ke apotek tanpa menyelesaikan makannya terlebih dahulu. Ia harus membeli obat, Kezia belum siap untuk hamil saat ini.
Tak terasa hari demi hari berlalu dengan cepat, sudah satu bulan berlalu dari kejadian buruk yang menimpa Kezia. Kezia tetap harus menjalani kegiatannya setiap hari seperti biasa. Ia menjalani hari harinya di butik dengan suram tanpa semangat sama sekali. Ia lebih banyak melamun akhir-akhir ini. Ia selalu teringat akan kejadian buruk yang menimpanya, hal itu membuatnya beberapa kali tidak fokus dalam bekerja. Seperti saat ini, Kezia yang berada di gudang butik untuk mengambil beberapa barang malah kembali melamun.
“ Kezia. “ Panggil Fia saat melihat Kezia kembali melamun saat ini. Kezia bahkan tidak mendengar panggilan dari Fia. Fia menyusul Kezia karena Kezia tidak juga keluar dari gudang.
“ Kezia. “ Panggil Fia lagi dengan menyentuh pundak Kezia, ia sudah berada di hadapan Kezia saat ini tapi temannya itu sama sekali tidak menyadarinya.
“ Akhh ada apa Fia? “ Tanya Kezia yang terkejut saat merasakan sentuhan Fia di bahunya.
“ Kamu yang kenapa? Kamu selalu melamun akhir akhir ini. Ada masalah? “ Fia lumayan dekat dengan Kezia jadi ia sedikit banyak tahu tentang kepribadian temannya tersebut. Walaupun bukan tipikal orang yang suka bercerita dengan heboh tapi Kezia bukan orang yang sangat pendiam seperti saat ini. Bahkan Kezia sering mengasingkan diri dari teman kerjanya yang lain.
“ Aku baik baik saja. “ ujar Kezia kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Menyusun beberapa pakaian yang tadi ia ambil ke dalam rak di depannya.
“ Beneran? Tapi kenapa kamu pucat banget hari ini? “ Fia khawatir melihat wajah Kezia yang pucat.
“ Aku hanya kurang enak badan hari ini. “ Kezia rasa ia mengalami masuk angin karena tadi pagi ia juga mengalami mual mual. Karena kejadian buruk beberapa saat lalu membuat Kezia tidak bisa menjalani hidup dengan tenang. Ia tidak berselera untuk makan juga kesulitan untuk tidur, hal itu yang mungkin membuat Kezia akhirnya mengalami masuk angin.
“ Kalau kamu sakit lebih baik minta ijin untuk pulang lebih cepat agar kamu bisa beristirahat. Kak Inka pasti mengerti. “
“ Aku masih sanggup Fia, lagian aku merasa tidak enak bila harus pulang lebih awal sementara yang lain sangat sibuk hari ini. “ Kezia merasa tidak enak bila pulang lebih awal karena hari ini butik mereka sangat sibuk karena banyaknya pelanggan. Walaupun jika ia meminta izin bosnya akan mengizinkannya karena bosnya tersebut sangat baik kepada karyawannya.
“ Kalau tidak mau pulang, istirahat lah sebentar, kamu tidak akan bisa bekerja dengan baik dengan keadaanmu sekarang. Aku akan mengatakan kepada yang lain kalau kamu sedang butuh waktu untuk beristirahat, sebentar. ” Perintah Fia kemudian ia beranjak pergi meninggalkan Kezia karena teman yang lain memanggil untuk membantu.
Selepas perginya Fia, Kezia mendudukkan dirinya di kursi yang tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Ia sesekali memijat kepalanya yang tiba tiba terasa pening. Ia sangat benci tubuhnya sekarang, kenapa ia bisa jatuh sakit disaat banyak pekerjaan yang harus ia lakukan. Ia merasa bersalah kepada teman temannya lain.
Setelah beberapa menit berlalu, Kezia merasa harus kembali bekerja. Tapi entah kenapa Kezia merasa pandangannya berputar dan menggelap. Saat itu juga Kezia jatuh pingsan.
Kezia mengerjap dengan perlahan untuk menetralisir rasa sakit terhadap kepalanya. Ia akhirnya sadar setelah beberapa jam yang lalu ia pingsan di gudang butik, sekarang Kezia bisa melihat hari sudah gelap dari balik jendela. Kezia tahu ia berada di mana sekarang, ia bisa tahu dari bau yang cukup ia kenal dan sekat yang berada di hadapannya. Ia tengah berada di rumah sakit sekarang. Ini kali pertama Kezia masuk rumah sakit, mungkin karena Tuhan tahu ia miskin jadi Kezia diberi tubuh yang kuat.
“ Kamu sudah sadar? Ada yang terasa sakit?.“ Sekarang Inka yang merupakan bosnya sudah berada di hadapannya, memperlihatkan wajah khawatir perempuan anggun tersebut. Inka duduk di sebelah kanan Kezia.
“ Saya sudah merasa lebih baik. “ Jawab Kezia sambil berusaha untuk duduk. Melihat itu Inka pun membantu Kezia agar bisa duduk dengan nyaman.
“ Syukurlah, kami semua panik saat mengetahui kamu pingsan. “
“ Maaf saya merepotkan kakak. “ Sesal Kezia, ia merasa bersalah kepada Inka dan juga teman temannya yang lain. Kezia memanggil kakak kepada bosnya itu atas perintah dari Inka sendiri karena ia tidak ingin terasa tua saat para karyawannya memanggilnya ibu, nyonya atau sebutan lainnya.
“ Saya tidak merasa direpotkan Kezia, sekali lagi bila merasa tidak enak badan harusnya kamu bisa bicarakan ke saya atau teman yang lain. Tidak usah terlalu memaksakan diri. “ Ucap Inka menasehati karyawannya yang sangat gila kerja itu. Walaupun ia suka Kezia karena perempuan itu pekerja keras tetap saja ia tidak ingin karyawannya sampai mengalami sakit.
“ Baik kak, saya tidak akan mengulanginya lagi. “ Sesal Kezia,ia merasa bersalah. Setelah mengatakan itu mereka berdua sama sama diam, tidak ada yang memulai untuk berbicara. Sebenarnya Inka ingin mengatakan sesuatu kepada Kezia tapi ia bingung bagaimana cara mengatakannya. Setelah terdiam beberapa menit akhirnya Inka mulai berbicara.
“ Kezia, ada hal yang ingin kamu ceritakan ke saya?. “ Tanya Inka sambil menggenggam tangan kanan Kezia yang tidak memakai infus.
Mendengar itu membuat Kezia merasa cemas. Ia sangat bingung, apakah Inka tahu tentang apa yang terjadi padanya satu bulan yang lalu. Tapi bagaimana bisa ia bahkan tidak mengatakan kepada siapapun. Atau apakah Kezia mengidap penyakit yang cukup serius. Kezia jadi merasa takut sekarang. Kejadian yang telah terjadi satu bulan yang lalu langsung berputar di pikiran Kezia membuat ia langsung menunduk, menutupi raut wajahnya yang sekarang kelihatan suram.
“ Kenapa kakak bertanya seperti itu? Apa saya baik baik saja?. “ Tanya Kezia memberanikan diri bertanya untuk memastikan sambil memandang wajah cantik Inka yang menunjukkan ekspresi yang sulit dibaca oleh Kezia.
“ Apa kamu tidak tahu apa yang sedang kamu alami saat ini? . “ Tanya Inka penasaran, ia rasa tidak mungkin Kezia melewatkan hal yang begitu penting.
“ Saya tidak tahu, saya hanya merasa kurang enak badan. Apa ada hal yang buruk terjadi?.” Kezia semakin bingung sekarang, ia merasa ada hal yang buruk menimpa dirinya. Apa ada hal lebih dari kehilangan mahkotanya?.
Inka bingung harus mengatakannya seperti apa. Ia rasa kabar ini akan membuat Kezia berantakan, Inka tidak tega jika itu terjadi tapi ia tidak mungkin menutupinya dari Kezia. Karena cepat atau lambat Kezia pasti mengetahui perubahan pada tubuhnya. Inka merasa nasib Kezia sangat malang. Inka menghembuskan nafasnya dengan kasar sebelum mengatakannya.
“ Kamu hamil. “
Mendengar itu Kezia merasa dunianya runtuh sekarang, pernyataan Inka benar benar seperti menikam Kezia tepat di jantungnya. Ia merasa kesulitan untuk bernafas sekarang, tubuhnya bergetar dengan hebat. Kezia mengerjapkan matanya dengan cepat, apakah ini nyata, kenapa ini harus terjadi pada dirinya. Air matanya perlahan jatuh melewati pipinya dengan deras. Kezia membenci takdirnya sekarang. Kenapa ia terus mendapatkan hal buruk di hidupnya. Kezia rasa ia sudah meminum pil pencegah kehamilan, lalu kenapa hal ini bisa terjadi. Pertahanan Kezia telah runtuh sekarang, ia menangis dengan kencang melebihi saat ia kehilangan keperawanannya. Melihat keadaan Kezia sekarang membuat Inka merasa kasihan. Sebenarnya banyak pertanyaan yang sedang bersarang dipikirannya sekarang, tapi saat ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya hal yang ia pikirkan kepada Kezia. Inka meraih tubuh Kezia ke dalam pelukannya, ia terus mengusap kepala Kezia berharap pelukan dan ucapannya dapat menenangkan perempuan yang terlihat sangat kacau itu.
*************
“ Ada apa ini? Kenapa Kezia menangis? Apa semuanya baik baik saja?. “ Tanya Katherine beruntun saat melihat Kezia menangis tersedu sedu dipelukan Inka.
Inka menghubunginya satu jam yang lalu untuk mengabari bahwa Kezia sedang dirawat di rumah sakit sekarang, Inka juga memberitahu keadaan Kezia yang pingsan yang membuat mereka membawa Kezia untuk dirawat di ruang sakit.
Kezia dan Inka tidak menjawab apa apa, Inka hanya memberikan gelengan kepada Katherine sedangkan Kezia masih sibuk dengan tangisannya.
Katherine yang kebingungan dengan situasi ini hanya bisa mendudukan dirinya di tepi ranjang milik Kezia sambil mengelus punggung perempuan itu. Setelah beberapa menit kemudian Kezia sudah merasa tenang walaupun sekarang perempuan tersebut tampak sangat kacau dengan mata merah dan pandangannya yang kosong. Katherine tidak bisa menebak apa yang telah terjadi pada sahabatnya itu. Dirasa keadaan sudah lebih kondusif Inka memutuskan untuk pulang lebih dulu karena ada hal penting yang harus ia lakukan. Sekarang hanya Kezia dan Katherine saja. Tidak ada percakapan yang terjadi, mereka berdua sama sama tenggelam dalam pikiran masing masing.
Kezia masih sibuk untuk menenangkan dirinya sehingga ia sama sekali tidak tertarik untuk memulai pembicaraan, terlebih ia juga bingung harus mengatakan apa kepada sahabatnya itu. Sama seperti dirinya, Kezia rasa Katherine akan sangat terkejut dengan berita kehamilannya. Di lain sisi Katherine belum juga memulai percakapan karena ia takut Kezia belum siap untuk menceritakan hal yang telah terjadi padanya. Katherine tidak ingin jika ia bertanya membuat Kezia sedih lagi walaupun Katherine sangat penasaran sekarang. Ia memutuskan untuk menunggu Kezia siap bercerita.
“ Tadi aku buru buru ke sini saat kak Inka mengabari kalau kamu masuk rumah sakit, tapi tetap aja aku engga bisa tiba tepat waktu karena macet. Oh iya, kamu sudah makan?. “ Tanya Katherine berusaha memecah keheningan diantara mereka.
“ Infusnya sudah habis, aku rasa sebentar lagi dokter sudah mengijinkan kamu untuk pulang.” Ucap Katherine lagi saat Kezia tidak menjawab pertanyaannya sama sekali sambil memerhatikan infus Kezia yang tinggal sedikit lagi.
“ Nanti pulang ke apartemenku saja ya, kamu belum sembuh total. Kalau tinggal di kos, tidak ada orang yang ngerawat kamu. “
“ Aku mau panggil suster dulu, sekalian ngurus berkas untuk kepulangan kamu. Sebentar ya. “
Katherine berdiri dari duduknya, tapi sebelum ia beranjak dari tempatnya Kezia menahan pergelangan tangannya. Katherine melirik ke Kezia yang sedang menatapnya dengan mata merah karena terlalu banyak menangis. Sampai beberapa detik kemudian Kezia masih menahan pergelangan tangan Katherine tanpa mengatakan apapun.
“ Ada apa Kez–
“ Aku hamil. “
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!